You are on page 1of 99

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RS DHARMA KERTI


NOMOR:
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RS DHARMA KERTI
DIREKTUR RS DHARMA KERTI
Menimbang

a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Dharma Kerti maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang
bermutu tinggi dari setiap gugus tugas/ unit pelayanan yang ada;
b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
salah satu gugus tugas/ unit pelayanan di RS Dharma Kerti yang
harus mendukung pelayanan rumah sakit secara keseluruhan maka
diperlukan

penyelenggaraan

pelayanan

pencegahan

dan

pengendalian infeksi yang bermutu tinggi.


c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan Direktur
tentang Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
RS Dharma Kerti sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a,
b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah
Mengingat

1.

Sakit Dharma Kerti


Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2.

SK Direktur RS Dharma Kerti No. 4600/PR-Kep.Dir/VIII/2013


Tentang Kebijakan Pelayanan RS Dharma Kerti.

M E M U T U S K AN :
Menetapkan :
Pertama

KEPUTUSAN

DIREKTUR

RS

DHARMA

KERTI

Tentang

PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


Kedua
Ketiga
Keempat

INFEKSI RS DHARMA KERTI


Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS Dharma

Kerti sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.


Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan
dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur RS Dharma Kerti
Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib

mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan


Kelima

pencegahan dan pengendalian infeksi.


Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Tabanan tanggal 1 September 2016


RS Dharma Kerti

dr. AA Md Dwi Setiadi, MARS


Direktur,

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan
pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi
pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan
infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister
dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam
pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin
epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar,
khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat
lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang,
kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi
sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran
resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik
dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan
profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan,
konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program
pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk
menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh
karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat
maupun berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Panti Rahayu Purwodadi.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk
mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan
yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana

4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap
resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik
yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya
pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.
B. Tujuan
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Panti Rahayu melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi
kualitas pelayanan,management resiko,clinical governace,serta kesehatan dan keselamatan
kerja .
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai

pedoman

pelayanan

bagi

staf

PPIRS

dalam

melaksanakan

tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas.


b. Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan
lain secara efektif dan efisien.
c. Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
d. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS RS Dharma Kerti.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
1. Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
2. Pelayanan surveilens PPI
3. Hand Higiene sebagai bariier protection.
4. Penggunaan APD
5. Pelayanan CSSD
6. Pelayanan Linen
7. Pelayanan Kesehatan karyawan
8. Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS.
10. Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
11. Pelayanan management resiko PPI
12. Antibiogram dan pola kuman RS Dharma Kerti
13. Penggunaan bahan single use yang di re-use
D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
1. Konsep dasar penyakit
4

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk
indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari( Community acquaired
infection)atau berasal dari( Hospital Acquired infektion). Karena seringkali tidak bisa
secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured
infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare assosiated infections dengan arti lebih luas tidak
hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak
terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat
melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasan
a. Kolonisasi
:
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,dimana
organisme tersebut hidup,tumbuh dan berkembang biak,namun tanpa disertai adanya
respon imun atau gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan
suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman
patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain
(sebagai carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme
dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme)
yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang
lain secara langsung maupun tidak langsung.

e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya
dolor,kalor,rubor ,tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan
respon tubuh (imflamasi) yang bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau
lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia,(3)
5

takipneu sesuai usia,(4) leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit
jumlah sel muda (batang ) lebih dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non
infeksi

seperti luka bakar, pankreatitis,atau gangguan metabolik. SIRS yang

disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.


2. Rantai Penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui
rantai penularan,apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat
dicegah atau dihentikan.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia ,dapat berupa bakteri,virus,riketsia,jamur, dan parasit.ada 3 faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup,tumbuh,berkembang
biak dan siap ditularkan pada orang lain,reservoir yang paling umum adalah
manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan organik.pada manusia sehat
permukaan kulit,selaput lendir saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan
reservoir yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir ,pintu keluar
meliputi

saluran

napas,pencernaan,saluran

kemih

dan

kelamin,kulit,membran

mukosa,trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.


d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak; langsung dan
tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne ,(4) Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor
biasanya bnatang pengerat dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang
supectibel) dapat melalui saluran pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi ,faktor yang mempengaruhi
umur,usia,status

gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya

hidup,terpasang

barrier

(kateter,implantasi ),dilakukan tindakan operasi.


3. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.
a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi kesehatan nutrisi
yang adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.

Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi


atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang.kalau kimia dengan
pemberian clorin pada air dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan
isolasi dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai
utamanya hepatitis B,C dan HIV.
4.

Penyakit Menular.
a. AIDS
Pengertian
Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena
terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).
1) Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe
2 (HIV-2)
2) Klasifikasi Infeksi AIDS
a) Infeksi Akut.
Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.
Pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah

kontak.\
Patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas terhadap
masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap virus HIV

masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.


b) Infeksi kronik asimtomatik.
Lamanya dapat bertahun tahun.
Tanpa gejala, kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi.
c) PGL ( Persistren Generalized Lymphadenopathy)
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi
pembesaran limpa di leher posterior dan anterior.Kelompok ini berkembang
menjadi AIDS kira2 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60 bulan.
3) Cara penularan HIV.
1) Penularan melalui hubungan seksual
2) Penularan melalui darah.
3) Penularan secara perinatal.
Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;

Cairan vagina.

ASI.
7

Air mata.

Air liur.

Air seni.

Air ketuban.

Dan cairan cerebrospinal.

4) Gejala dan tanda


Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV
dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara
bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala gejala spt :

Diare yang berkelanjutan .

Penurunan berat badan secara drastic.

Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak.

Batuk terus menerus.

b. Flu burung.
Dibagi menjadi 4 sbb :
1) Seseorang dalam penyelidikan
2) Kasus suspek.
3) Kasus probabel
4) Kasus konfirmasi
1) Seseorang dalam penyelidikan
Diputuskan

oleh

pejabat

berwenang

untuk

dilakukanpenyelidikan

epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun kontak erat


dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal didaerah flu burung adapun
gejala yang ditimbulkan :
a) Batuk
b) Sakit tenggorokan
c) Pilek
d) Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :

Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti merawat,berbicara
atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak 1 meter.

Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan

penderita(suspek,probabelatau

konfirm)

seperti

memasak,menyembelih atau membersihkan bulu ).


Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti membersihkan

kotoran ,bahan atau produk lain.


Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) mengkonsumsi produk

unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna.


Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) memegang atau menangani

sampel hewan atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1.


Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau binatang selain unggas

yang terinfeksi (babi atau kucing.)


Ditemukan leukopeni.
Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI

menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa subtipe.
Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada

serial foto.
Infeksi selaput mata
Diare atau gangguan pencernaan.
Fatigue
2) Kasus suspek
3) Kasus probabel flu burung.
Dengan kriteria. :
a) Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan
pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
b) Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik
H5dalam spesimen serum tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim
kelab rujukan)
4) Kasus Flu burung terkonfirmasi.
Dengan kriteria :
a) Isolasi virus H5N1 positif
b) Hasil PCR H5N1 positif.
c) Peningkatan 4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen.

d) Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil 7 hari setelah


awitan gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi konvalesen harus pula
1/80 .
e) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1/80 pada spesimen serum yang
diambil pada hari ke stelah awitan disertai hasil positif uji serologi
lain,mis titer HI sel darah merah kuda 1/160 atau western blot spesifik
H5 positif.
5) Pencegahan :
a) Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung terinfeksi.
b) Menghindari peternakan unggas.
c) Hati hati ketika menangani unggas.
d) Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1 menit)
e) Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
Setelah memgang unggas.
Setelah memegang daging unggas.
Setelah memasak.
Sebelum memasak
6) Pengobatan.
Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi
gejala dan komplikasi yang terinfeksi.
Macam obat :
Amantadine.
Rimatadine
Oseltamivir(tamiflu)
Zanavir(relenza)
c. TUBERKULOSIS (TBC)
1) Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni micobactpi
derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan
gelap.Beberapa jenis micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit
pada manusia (matipik). Hampir semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini
seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru.
2) Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB
setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara
laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583 000 kasus baru dengan 140 000
kematian setiap tahun. Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan
merokok.
10

3) Cara penularan.
Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.
4) Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes
tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10 minggu .Resiko menjadi
TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi primer umumnya terjadi
pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup.Pada
pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.
5) Masa penularan
Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya
mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan
adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara
adekuat dan pasien dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber
penularan sampai waktu lama.Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil
yang

dikeluarkan,virulensi

kuman,terjadinya

aerosolisasi

waktu

batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi dan


bronkoskopi
6) Gejala klinis :

Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.

Batuk berdahak

sesak napas

nyeri dada

Sering demam

nafsu makan menurun.

penurunan berat badan .

BTA (+)

7) Pengobatan :
a) Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT)
dengan metoda DOTS (directly observed treatment shourtcore ) diawasi
poleh pengawas minum obat.
Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan pemberian 4 macam
obat setiap hari selama 2 bulan berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol
diikuti inh dan rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.
8) Pencegahan.
a) Penemuan dan pengobatan TB
b) Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi.
11

c) Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

d. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)


Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit dan
hidung dan kebal

terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA lebih banyak

dibandingkan AIDS.
Saat ini ada 2 tipe :

Health care asosiated (HA MRSA)


Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit.

Community asosiated (CA-MRSA)


Yang baru ini ditemukan ditempat tempat umum,fitness,loker-loker,sekolah
dan perabotan rumah tangga.
Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya

lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala .Bakteri yang
dibawa sipasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit
dan menyentuh barang yang terkontaminasi . Stapylococcus menimbulkan gejala
seperti

infeksi

kulit,jerawat,bisul,abses

atau

gigitan

serangga,ini

biasa

menyebabkan bengkak,merah dan nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai


dengan menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan paru yang
bias mengancam jiwa.
1) Penyebaran MRSA.
a) Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
b) Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga
yang MRSA
c) Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
d) Menyentuh hidung dari penderita MRSA
2) Tanda dan gejala :
a) Infeksi luka
b) Bisul
c) Folikel rambut yang terinfeksi
d) Impetigo
12

e) Kulit yang sakit seperti digigit serangga


3) Diagnose :
Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat
dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring
pantry) bakteri tersebut kemudian terkena antibiatikyang berbeda termasuk
Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di Meticilindalam kultur yang
disebut MRSA. Prosedur ayng sama juga dilakukan untuk menentukan apakah
seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk carrier) tetapi sample
kulit atauselaput lender hanya diswab tidak dibiopsi
4) Pengobatan MRSA :
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi
serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung.
Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotic banyak akan sulit untuk
mengobati namun beberapa antibiotic berhasil mengendalikan infeksi tapi
jarang.
5) Tindakan pencegahan :
1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung
anda.
2. Bila batuk terapkan etika batuk
3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan
ditutup kain kasa, ganti ferban sesering mungkin terutama jika basah.
4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda melalui feces
dan urine
5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita
MRSA.
6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang
lainnya.
7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengansabun dan
clorin 0,5%.

13

E. Kegiatan pelayanan PPIRS


PENGERTIAN SURVEILENS ADALAH :
Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan
penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda tanda tidak dalam masa inkubasi
infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda- tanda infeksi
sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa inkubasi dari
infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi
infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.
1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada
waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,sifilis) dan
baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :
1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka )yang
tidak memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non infeksi
seperti zat kimia.
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:
1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan jenis kuman
penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
14

2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana
seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat penggunaan
berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan yang dapat
menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.
Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :
1. Petugas rumah sakit.
2. Pengunjung pasien.
3. Antar pasien itu sendiri.
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit.
Lingkungan.
1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.
2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.
4. Melindungi petugas.
5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

1. ILI (Infeksi Luka Infus)/Plebitis


1. Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :
a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan bukti
hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan penyebab
lainnya :
Demam (>38 C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikriba.
Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa ditemukan
penyebab lain :
Demam

(>38C

rektal),hipotermia
15

(<37

C),apneu,bradikardia,letargia,atau

nyeri,atau panan pada vaskular yang terlibat dan


Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni mikroba
Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif

Petunjuk pelaporan ILI :

ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan

sebagai ILI bukan sebagai IADP.


Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi

lain dari bagian tubuh.


Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali, sedangkan

IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.


A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.
D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan sekali
dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat
Populasi beresiko ILI :
1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.
Pencegahan ILI :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau
kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak
diperlukan lagi.
16

4. ISK (Infeksi Saluran kemih)


Pengertian
Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk rumah sakit
belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat.
Kebijakan
. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
. Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : - perubahan flora normal.
b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril
- tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.
2.1. Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.
Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
* Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme :
* Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
* dan salah satu tanda :
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
17

- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > 100.000
kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml dan
pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
2.2. Infeksi saluran kemih asimtomatik
Dengan salah satu criteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik
Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis kuman.
* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil biakan >
100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
2.3. Infeksi Saluran Kemih lain.
( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga perinefrik )
dengan salah satu criteria dibawah ini :
Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis.
Dua dari gejala :
- Demam 380C
18

- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.


- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
2.4. Infeksi Saluran Kemih pada neonatus
- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh ( gejala sama
dengan sepsis ).
- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik. Biakan urin
positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.
2.5. Infeksi Saluran Kemih pada Anak
- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang kadang diare atau
kencing yang sangat berbau.
19

- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan ngompol.
Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu
kencing atau nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila jumlah
kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi
kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.
3. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )
3.1. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan
lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan
secara klinis dan laboratories dengan gejala / tanda berikut :
3.1.1. Klinis
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.
CATATAN :
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.
2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa penyebab lain :
- Demam > 380C
20

- Hipotermi < 370C


- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara enam gejala
berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi ( 380C ) dan
sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman.
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi
ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
21

- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.
Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravaskuler ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi
CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.
Cara penghitungan :
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat kateter urine
5. ILO (Infeksi Luka Operasi)
22

Pengertian SSI
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan )
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan
lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra
bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau operasi
terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)- Terjadi hal 2 sbb:

Drainase bahan purulen dari insisi superficial

Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic
dari tempat insisi superficial.

Sekurang kurangnya terdapat :


- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan,
atau hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak
dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.

Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut.

b. Faktor Risiko ILO


- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
23

Kategori resiko :
1. Jenis luka

Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0

Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1

Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya

Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0

Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.

3. ASA score .

ASA 1-2,skor :0

ASA 3-5, skor :1

= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.
Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.

Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan
jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.

Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat
rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum
operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.

Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu
rendah sebelum operasi.
24

Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.

Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam
sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :

Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.

Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan


tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung
jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril.

c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.

Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.

d. Profilaksis anti mikroba .

Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap
patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang
direkomendasikan.

Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat
dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .

Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .

Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.

Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.

Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.

b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.

Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit
kemudian bersihkan cairan tadi .

Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.

Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.

c. Sterilisasi instrumen bedah.

Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.

Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti
instrumen jatuh saat operasi.
25

d. Pakaian bedah /drapes .

Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi
berjalan .

Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.

Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor dan
terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.

Gunakan gaun dan drape yang kedap air.

e. Teknik aseptik dan bedah.

Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal / epidural/
dan bila menyiapkan obat- obatan steril.

Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.

Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang efektif,minimalkan


jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.

Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi tubuh
yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan.

3. Paska Bedah;

Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian
verban.

Lakukan mobilisasi sedini mungkin.

Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

II. Kebersihan tangan.


Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan
bagaimana melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan untuk pembedahan,
telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan
munculnya AIDS pada tahun 1980 an.
26

Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan
kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990).
Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang
kepatuhan tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan
mengapa kepatuhan menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:
Skin irritation
Inaccessible handwashing supplies
Being too bussy
No thinking abut it
Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%,
sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan tangan
tersebut :
Individu

Patuh %

Dokter
Perawat
Tenaga kesehatan lainya
Mahasiswa perawat

33
36
43
0

Tidak Patuh %
67
64
57
100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat


dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran
mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan
kulit terdapat flora tetap dan sementara yang jumlahnya sangat banyak.
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut,
tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora
tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam
tangan dan kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan
organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative,
dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien,
petugas kesehatan lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup
pula pada permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan
mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan
infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).
27

Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris secara


mekanis

dari

kulit

kedua

belah

tangan

dan

mereduksi

jumlah

mikroorganisme transient dengan menggunakan bahan tertentu.


Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien ,petugas
lain,atau permukaan lingkungan (meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme
ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora
residen

tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam folikel

rambut dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan pencucian dan


pembilasan keras dengan sabun dan air mengalirUntungnya pada sebagian
kasus ,flora residen kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi
menular melalui udara

seperti flu burung .Tangan atau kuku petugas

kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme yang


menyebabkan infeksi seperti S .Aureus,batang gram negatif.

Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan permukaan
sehingga membantu melepaskan kotoran,debris dan mikroorganisme yang
meempel sementara di tangan.sabun biasa memerlukan gosokan untuk
melepaskan mikroorganisme secara mekanik,sementara sabun anti septik
disamping membersihkan juga dapat membunuh kuman

Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme baik yang transien atau residen.

Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan

membantu mencegah kerusakan kulit.


Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan tangan
merupakan air bersih bebas mikroorganisme ,memiliki turbiditas rendah
(jernih ,tidak berbau )

Tujuan.
28

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,


2. Mereduksi jumlah microorganisme transient

Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;


1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub
5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggungdan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok keduatelapak tangan dan sela-sela jari sebanyak 4x.
3. Jari jari sisi dalam dari keduatangan petugas salingmengunci sebanyak
4x
4. Petugas menggosok ibujari berputardalam genggaman tangankanan dan
lakukan sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutarujungjari jari di telapak tangan kiri
dansebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutarujungjari jari di telapak tangan kiri
dansebaliknya sebanyak
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:
1. Kuku harus seujung jari tangan.
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati dan

III.

dibalut dengan balutan yang kedap air.


4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan dipakai
5.
ALAT PELINDUNG DIRI
Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan
bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat
pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya
AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD
menjadi sangat penting untuk melindungi staf .

29

Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata
(perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak negara kap,
masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif,
bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau
cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini,
bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak negara, kain katun
yang enteng (dengan hitungan benang 140/in) adalah bahan yang sering dipakai untuk
pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak
memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang
membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu
rapat untuk ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu
untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan
kontaminasi dapat terlihat.
Macam APD :
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Kaca mata,
4. Topi
5. Apron/celemek
6. Pelindung kaki
7. Gaun pelindung
8. Helm
1. Sarung tangan.
Tujuan memakai sarung tangan :

Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan


tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda yang
terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :


a) Sarung tangan steril:

Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril


30

Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan

berbahaya
c) Sarung tangan rumah tangga

Digunakan di linen, gizi, IPAL

Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus


(piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll)

3 saat petugas menggunakan sarung tangan :


1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan
menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang tidak
utuh.
2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien (saat akan
melakukan tindakan aseptik atau menangani benda benda yang terkontaminasi .
3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien lain(saat
penggunaan sarung tangan yang benar,krn sarung tangan belum tentu tidak
berlubang walaupun kecil)
Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;
- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.
- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .
- Hindari jamahan pada benda-benda lain.
- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.
2. Pelindung wajah.
- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .
Jenis alat :
- Masker.
- Kaca mata.
- Face sheild.
3. Masker
Jenis masker:
a.

Masker bedah
Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli
bedah, VK

Di ganti bila basah atau selesai pembedahan


31

Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua
rambut muka

Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja


,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh
yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.

b. Masker khusus

Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang mendapatkan
imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.

Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.

Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk penggunakan
diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap 2.

c.

Masker biasa.

Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat
pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dll)

Digunakan saat menderita batuk pilek..

Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau


(personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)

4. Gogless (kacamata)

Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang
terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata
pengaman, pelindung muka dan visor.

Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi,mengosongkan drinage.

5. Apron (Clemek)

Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi
cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien.

Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen , dapur,
IPAL, Laboratorium, VK.

Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien


(instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)
32

6. Gaun.
Tujuan :
- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh
lainnya yang dapat mencemari baju.
Jenis Gaun :
- Gaun pelindung tidak kedap air.
- Gaun pelindung kedap air.
- Gaun steril.
- Gaun non steril.
Indikasi penggunaan gaun :
- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi pada
pakaian petugas seperti ;
Seperti membersihkan luka bakar.
Tindakan drainage.
Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau Toilet.
Menangani pasien perdarahan masif.
Tindakan bedah.
Perawatan gigi.
- gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.
6. Pelindung kaki
Tujuan :
- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhannalkes.
- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan>
Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk
melindungi kaki dari:
a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya
b. Bahan atau peralatan yang tajam
7. Topi (penutup kepala)

Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan
berbahaya.

33

Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi kepala petugas dari
bahan bahan berbahaya dari pasien.

Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
(operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

8. Helm

Terbuat dari plastik

Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan


dengan bangunan.
9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung
dilakukan ?
No.

Kegiatan

Cuci
tangan

Sarung tangan
Steril biasa

Jubah/

Masker/

Celemek

Google

K/P
K/P

K/P

K/P

K/P
K/P
K/P
K/P
K/P

K/P
K/P
K/P
K/P
K/P

K/P
K/P
K/P

K/P
K/P
K/P
K/P

Perawatan umum
1.

Tanpa luka
Memandikan / bedding
Reposisi
2.
Luka terbuka
Memandikan / bedding
Reposisi
3.
Perawatan perianal
4.
Perawatan mulut
5.
Pemeriksaan fisik
6.
Penggantian balutan
Luka operasi
Luka decubitus
Central line
Arteri line
Cateter intravena
Tindakan Khusus.
7.
Pasang cateter urine
8.
Ganti bag urine / ostomil
9.
Pembilasan lambung
10. Pasang NGT
11. Mengukur suhu axilia
12. Mengukur suhu rectal
Perawatan saluran nafas
34

K/P

K/P

15. Tubbing ventilator


16. Suction
17.
Mengganti plaster ETT
18. Perawatan TT
19. PF dengan stethoscope
20. Resusitasi
21. Airway management
Perawatan Vasculer

22.

Pemasangan infuse

23.

Pengambilan darah vena

24.

Punksi arteri

K/P
K/P
K/P
K/P

K/P
K/P

K/P

Lebih

K/P

K/P

baik
Lebih

K/P

K/P

baik
Lebih

K/P

K/P

K/P

baik
25.
26.
27.

Penyuntikan IM / IV / SC
Penggantian botol infuse
Pelesapan dan penggantian selang

28.
29.
30.

infuse
Percikan darah / cairan tubuh
Membuang sampah medis
Penanganan alat tenun.

IV.

Sterilisasi
Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bakterial

AdalaPenguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat
dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang
digunakan untuk proses sterilisasi.
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah
dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar
(Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah
metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang
digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik
bermasalah,

instrumen-instrumen

dapat

disterilisasi

dengan

sebuah

sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan


bakar lainnya sebagai sumber panas.
35

Kondisi Standar Sterilisasi Panas


Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121C; tekanan harus
berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk
alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 132C, tekanan
harus berada pada 30 lbs/in; 15 menit untuk alat terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in) dapat agak berbeda bergantung
pada sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.
Panas kering:

170C selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen


di oven, pemanasan hingga 170C, selama 1 jam dan kemudian proses
pendinginan 2-2,5 jam), atau

160C selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).

Ingat:

Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target

Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode


ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya
digunakan untuk alat-alat individual.

Kegiatan di unit CSD :


1.
2.

3.
1.

Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi


Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
Pagi pukul 07.00-08.00 WIB
Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area ini adalah:
a. area penerimaan/pembersihan hal-hal kotor,

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan dikeringkan.
Area penerimaan/pembersihan hal-hal kotor harus memiliki:
sebuah konter penerimaan;1

1
36

dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk
membilas) dengan suplai air bersih; dan
sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan

37

b.

area kerja bersih


Di area kerja bersih, peralatan bersih:
diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk
dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.
Area kerja bersih harus mempunyai:
meja besar;
rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.

c.

area penyimpanan peralatan bersih, dan


Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui
area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:
rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan
tersendiri.

d. area penyimpanan steril atau DTT.


Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT
di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet
atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena
hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak
terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah
tangga dan ventilasi terkontrol.)
Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras
(lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan
dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20
cm dari dinding luar.
Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan
debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa
paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan,
38

4. Area Penyimpanan Steril atau DTT


Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di
area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.

Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau
rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini
melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat
diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi

terkontrol.)
Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-

free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.


Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan
jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari

dinding luar.
Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan debu

dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)


Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket
itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini

tidak menjamin sterilitas.


Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

Sistem Shelf Life:

Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan terkait
dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan efektivtas pak

tersebut.
Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak mencakup
berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi kelembaban, dan

kontaminasi udara.
Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah, terjatuh di
lantai, berdebu atau tidak tersegel.
39

Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi selama

penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan sebelum digunakan.


Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah kerusakan dan

kontaminasi.
Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak secara
berlebihan atau kurang tepat. Idealnya sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1)
ketika mengeluarkan dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2)
ketika mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3) ketika
memilihnya dibuka untuk digunakan.

Lima

faktor

yang

kemungkinan

besar

menghancurkan

sterilitas

atau

membahayakan efisiensi barier bakterial atas materi yang sedang dipak adalah:

Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
Terbukanya pak tersebut.
Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut untuk
memastikannya tidak terkontaminasi.

Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya

Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTTdari peralatan kotor
dan peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan atau menyimpan peralatan ini

bersama-sama.
Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur atau
ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah dengan penutup untuk mencegah

kontaminasi.
Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum membawa suplai
ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area kerja CSD yang bersih.
(Shipping boxes mengeluarkan debu dan menjadi tempat bersarang serangga yang

dapat mengontaminasi area ini.)


Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan/pembersihan di CSD

dengan tong sampah tertutup dan antibocor.


Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan dengan tong sampah

tertutup dan antibocor.


(Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan pengelolaan peralatan
yang akan dibuang)

40

Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :


1. Indikator mekanik
2. Indikator Kimia
3. Indikator biologi
4. Indikator mikrobiologi
Sumber : Perkins 1983
V.

Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung tangan
yang

telah

tercemar.

Hal

penting

sebelum

membersihkan

adalah

mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena darah atau duh
tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta
dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990;
ASHCSP 1986).
Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat
kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan oleh
Nystrm (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yang
tadinya tercemar dan dari 100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan
dan didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan
benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dulu
untuk meminimalkan risiko infeksi .
Proses desinfeksi barang use yang di reuse
Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :
Tingka

Penerapan

Proses

Penyimpanan

t
41

Contoh alat

resiko
Kritis

Alat yg

Sterilisasi

Sterilisasi harus -Alat yang

masuk,penetrasi

steam,sterad

dijaga :

dalam jaringan

atau DDT

-bungkusan alat untuk

digunakan

steril,rongga,alira

harus kering.

tindakan

n darah

-kemasan tidak

invasif.

robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
dipakai
Semi

Alat yang kontak

Sterilsasi

Simpan pada

Alat yang

kritis

dengan selaput

steam/termal

daerah bersih

berhubunga

lendir

dan dengan

dan kering

n dengan

cairan

guna

respiratori :

desinfektan

melindungi dari

-LM

tingkat

kontaminasi

laringeal

tinggi

lingkungan

mask.
-Vaginal

42

speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe
invasif
ultrasonic
(trans
vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscop
e
- Breast
Non

Alat yang kontak

Bersihkan

Simpan dalam

pump
-alatnon

kritis

dengan kulit

alat dengan

keadaan bersih

invasif

menggunaka

ditempat yang

equipment:

n detergent

kering

* Bedpan

dan air .jika

dan urinal.

menggunaka

* Manset

tekanan

desinfektan

darah.

gunakan

* bed

yang

compatibel

Termometer.
* Tourniket
* Tensi
meter

B. Desinfeksi lingkungan rumah sakit


- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly didesinfeksi
dengan detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan
desinfeksi tingkat menengah
43

VI. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi


Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996 meliputi
hal-hal sebagai berikut.namun yang terbaru menyatukan universal precaution dab
body substance isolasi (BSI) menjadi kewaspadaan isolasi dengan komponen sbb :

Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien


dan pasien yang mengunjungi fasilitas layanan kesehatan, meliputi :

- Kebersihan tangan.
- Penggunaan APD (alat pelindung diri )
- Peralatan perawatan pasien.
- Pengendalian lingkungan.
- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.
- Penempatan pasien.
- Higiene respirasi/etika batuk.
- Praktek menyuntik yang aman.
- Praktek untuk lumbal punksi.
KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA
Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat dalam Tabel
2-1. Penggunaan pelindung (barier) fisik, mekanik, atau kimiawi di antara
mikroorganisme dan individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien
rawat inap atau petugas layanan kesehatan, merupakan alat yang sangat efektif
untuk mencegah penularan infeksi (barier membantu memutuskan rantai
penyebaran

penyakit).

Contohnya,

tindakan

berikut

memberikan

perlindungan bagi pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan
kesehatan serta menyediakan sarana bagi pelaksanaan Pencegahan Baku yang
baru:

Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat berpotensi

menularkan infeksi.
Kebersihan tanganprosedur yang paling penting dalam pencegahan

kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang).


Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang
terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh lainnya atau
44

instrumen yang kotor dan sampah yang terkontaminasi, atau sebelum


melakukan prosedur invasif.
VI.

Management Resiko PPI


Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan ,memerlukan
perhatian dan tindakan yang baik .Terutama pencegahan dan pegendalian
infeksi yang merupakan acuan mutu rumah sakit,sehingga memerlukan
tindakan yang baik.
Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :
1. Resiko adalah :

Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian


tujuan (AS/NZS 4360:2004)

Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)

2. Management Resiko adalah :

Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang


peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan. (AS/NZS
4360:2004)

Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi


berkaitan dengan resiko (ISO 3100:2009)

II. Identifikasi Resiko


Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan resiko .
Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah
mengidentifikasi ,identifikasi ini juga dibagi 2 secara Proaktif dan Reaktif.
a. Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang dikakukan
proaktif mencari resiko yang menghalangi rumah sakit mencapai tujuan.Jika
faktor resikonya belum muncul dan bermanifestasi metoda yang dapat dilakukan
dengan cara,audit,brainstorming,pendapat ahli,FMEA,analisa swot.
b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah resiko muncul
dan bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan .Metoda yang digunakan
adalah pelaporan insiden.tentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi
proaktif karena belum menimbulkan kerugian.
III. Analisa Resiko .

45

Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan peringkat


resiko,analisa dilakukan dengan cara menilai :
1. seberapa sering peluang resiko muncul,
2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel
Descripsi

1
Jarang

2
Intermediate

3
Sering

4
Selalu
terjadi

Frekuensi
Probability
Dampak
occurence
Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya
mendapatkan peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas
penangannnya .
Tabel.
Peringkat Resiko .
1. Ekstrim ( 15-25)
2. Tinggi (8-12)
3. Sedang (4-6)
4. Resiko rendah (1-3)
IV. Evaluasi Resiko.
Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan kriteria
resiko untuk menentukan apakah resiko dan /besarnya dapat diterima atau
ditolelir.Sedangkan kriteria resiko adalah kerangka acuan untuk mendasari
pentingnyaresiko dievaluasi .Dengan evaluasi resiko ini setiap resiko dilelola
oleh orang yang bertanggung jawab sesuai denga resiko,dengan demikian tidak
ada resiko yang terlewat.
V. Penanganan Resiko
Adalah proses memodifikasi Resiko :
1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan aktivitas yang menimbulkan resiko.

46

2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk mendapatkan


peluang(lebih baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan
VII.

Ruang Isolasi (kohorting)

A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit


Isolation precaution merupakan bagian integral dari program pengendalian infeksi
nosokomial
Tujuan
Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme pathogen
dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya.
Karena agen dan host lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan
cara Isolation Precaution sangat diperlukan.
1. Airborne Precaution
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan sebagai berikut:
Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area skitarnya.
Pertukaran udara 6 12 kali/jam.
Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang efisien
sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah sakit.
Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar dengan pasien
lain dengan infeksi mikroorganisme yang sama atau ditempatkan secara kohort.
Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda.
b. Respiratory Protection
Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki rungan
pasien yang diketahui infeksi pulmonary tuberculosis

47

Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang diketahui atau
diduga mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka harus memakai
respiratory protection (N 95) respirator.
Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu
memakai perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan yang
penting saja.
Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien
2. Droplet Precaution
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft dengan
pasien lainya
b. Masker
Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali untuk tujuan
yang perlu
Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien dianjurkan
pakai masker
3. Contact Precaution
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang terkontaminasi
dengan mikroorganisme
48

Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan


Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub
Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan bahwa tangan
tidak menyentuh peralatan atau lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk
mencegah berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain.
c. Gaun
Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi bahwa
pakaian akan kontak dengan pasien, permukaan lingkungan atau peratalan pasien
di dalam kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy,
colonostomy, luka terbuka
Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin kontak dengan permukaan
lingkungan untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau
lingkungan lain
d. Transportasi pasien
Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya untuk tujuan
yang penting saja. Jika pasien harus pindah atau keluar dari kamarnya, pastikan
bahwa tindakan pencegahan dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan resiko
transmisi mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan
peralatan.
Peralatan Perawatan Pasien
Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien sendiri, atau secara
kohort
Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau
desinfeksi sebelum dipakai kepada pasien lain.
Recommendation Isolation Precaution
administrative Controls
1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada pasien, petugas, dan
pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam
menjalankanya.
49

Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan)


2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan
langsung.

50

Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara


penularannya :
1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi tersendiri.
2. Saat ini rumah sakit Panti Rahayu belum memiliki ruang isolasi
tersendiri,kedepannya akan direncakan untuk pengadaan ruang isolasi
pasien menular yang sesuai ketentuan ,untuk merawat pasien ,RS Panti
Rahayu menggunakan cara Pengelompokan (Kohorting ) pasien menular
TBC,diare berat,varicella perdarahan tak terkontrol,luka lebar dengan
cairan keluar.
3. Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask rangkap 2) atau
masker N 95(bila mungkin) pada saat petugas berada diruangan tersebut.
Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius.
Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan
penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable)
4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus dilepaskan dengan
hati-hati dan masukkan kedalam tempat tertutup dilengkapi dengan laundry
bag yang berlabel ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di dekat pintu
keluar ruang isolasi. Setelah itu petugas harus kebersihan tangan di dalam
ruang isolasi.
5. Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:

Termometer

Stetoskop

Tensimeter

Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)

Tempat pembuangan limbah infeksius:


o Jas
o Instrumen
o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan

Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting

Barrier atau penghalang .

APD yang sesuai.


51

VIII.

Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit


Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit dan
klinik, yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan permukaan lain.
Maksud pengelolaan rumah tangga adalah :
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien, tamu,
staf, dan masyarakat sekitar,
mengurangi risiko kecelakaan, dan
mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan untuk pasien
dan staf
Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang tunggu
dan kantor administrasi, tergolong risiko rendah sehingga cukup dibersihkan
dengan sabun dan air. Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC,
pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko tinggi memerlukan
disinfektan seperti klorin 0.5% atau fenol 1% yang ditambahkan pada
larutan pembersih (SEARO 1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan
air dianjurkan pula di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih,
dan ruang perawatan intensif.

IX.

Peralatan yang single use yang di Re-use


Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka peralatan
yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi
keselamatan pasien.Hal ini terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika
digunakan kembali , oleh sebab itu dilakukan aturan peralatan yang use dan reuse sbb;
1. Peralatan yang use (sekali pakai)
52

Berupa benda tajam

Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

Yang penggunaannya dilakukan secara septic.

Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

Kategori Alat-alat medis :


Tingk

Penerapan

Proses

Penyimpanan

Contoh alat

Alat yg

Sterilisasi

Sterilisasi

-Alat yang

masuk,penetrasi

steam,sterad

harus dijaga :

digunakan

dalam jaringan

atau DDT

-bungkusan

untuk

steril,rongga,alir

alat harus

tindakan

an darah

kering.

invasif.

-kemasan tidak

-endoskopidan

robek

assesoris yang

-Bungkusan

dipakai dlm

harus dibuat

tindakan

dengan

invasif:

at
resiko
Kritis

menghambat

- alat ERCP

bioefektif

-Laparoskopi

selama

penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi
dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
53

Broncoskopi
- instrument
bedah/operasi

dipakai
Semi

Alat yang

Sterilsasi

Simpan pada

Alat yang

kritis

kontak dengan

steam/terma

daerah bersih

berhubungan

selaput lendir

l atau

dan kering

dengan

dengan

guna

respiratori :

cairan

melindungi

-LM laringeal

desinfektan

dari

mask.

chlorine 0,5

kontaminasi

-Vaginal

lingkungan

speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
*sigmoidesko
pe

Non

Alat yang

Bersihkan

Simpan dalam

- Breast pump
-alatnon

kritis

kontak dengan

alat dengan

keadaan bersih

invasif

kulit

menggunak

ditempat yang

equipment:

an detergent

kering

* Bedpan dan

dan air .jika

urinal.

menggunak

* Manset

an

tekanan darah.

desinfektan

* bed

gunakan

* Termometer.

yang

* Tourniket

compatibel

* Tensi meter
* Pot obat
54

pasien.
* kontainer
darah

Batas penggunaan alat medis


Alat medis

Frekuensi

Dengan

penggunaan

melihat

Proses kontrol

ulang&prose
Laringeal

s
40x

mask

steam

1.Catat jumlah re-use


pada kartu
pemeliharaan .
2.Setelah 40x alat
langsung dibuang.
3.Bila alat rusak sebelum
waktunya segera

Nasal

5x

spray

steam

dibuang
4.Catat jumlah re-use
pada kartu
pemeliharaan .
5.Setelah 40x alat
langsung dibuang.
6.Bila alat rusak sebelum
waktunya segera

Endotrace

40x

a tube non

steam

kinkin

dibuang
7.Catat jumlah re-use
pada kartu
pemeliharaan .
8.Setelah 40x alat
langsung dibuang.
9.Bila alat rusak sebelum
waktunya segera

Respirator

30x

dibuang
10. Catat jumlah re-use
55

y valve

steam

pada kartu
pemeliharaan .
11. Setelah 30x alat
langsung dibuang.
12. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang

Beast
pump

3. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi


1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :
a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah
keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis kotoran
biologis dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan peralatan bebas dari zat
Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi kimia
dengan pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan
bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah ditentukan dan diabsahkan
untuk pemastian kesterilan, uji-uji untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan
pengendalian prosedur dengan pencatatan pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use atau sekali
pakai saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh PPI(IPCN) RSPB untuk
memungkinkan pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan prosedur untuk
menangani alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini akan dikonsultasikan ke HICMR
sesuai dengan kondisi
X.

Pengelolaan linen
Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk
mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor dan
membinatu

(mencuci,

mengeringkan,

melipat,

atau

membungkus),

kemudian menyimpan dan mendistribusikannya. Memroses linen secara


aman dari berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-prinsip
56

dan langkah-langkah utamanya tercantum dalam Staf yang ditugasi untuk


mengumpulkan, membawa dan memilih linen kotor harus sangat berhatihati. Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah
tanggauntuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda tajam,
termasuk pecahan gelas . Staf yang bertanggung jawab terhadap pencucian
barang kotor harus memakai sarung tangan utiliti, alat pelindung mata, dan
apron plastik atau karet.
XI.

Pengelolaan Lingkungan dan bangunan


Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan
untuk dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan (Fisik, biologi, dan
sosial psikologi ) di RS dengan cara :
Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan sehingga
infeksi nosokomial dapat di cegah dengan mempertimbangkan cost
efektif
Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :
1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY

Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .


1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahanruanganpadalokasi tertentuyang
meliputi design interior,eksterior, civil dan medical.

57

Definisi dari kegiatan konstruksi :


Tipekegiatan renovasi ada4 type:
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuknamuntidakterbataspada:penghapusanubinlangitlangituntukinspeksivisual(terbataspada1genteng
per5m2),lukisan(tetapitidakpengamplasan);mencakupinstalasidinding;kerjatri
mlistrik;pipa

kecil;setiapkegiatanyang

tidakmenghasilkandebuataumemerlukanpemotongandindingatauakseske
langit-langitselain untukinspeksi visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu sedikit.
Termasuk,tetapitidakterbataspada,instalasipemasangankabeltelepondan
komputer,akseskeruangchase,memotongdinding

atau

langit-langitdi

manamigrasi debu dapat dikendalikan.


c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat
tinggi.Termasuk,tetapitidakterbataspada,pembongkaranataupenghapusankomp
onenbangunanbuilt-inatau
ataumencakup

dinding,

rakitan,

pengamplasan

meliputi

dindinguntuk

penghapusan

lantai

lukisan

/wallpaper,

ubindancaseworklangit-langit,konstruksidindingbaru,ductworkkecil
ataupekerjaanlistrikdiataslangit- langit, kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk,tetapitidakterbataspada,penghancuranberat,penghapusansistemplafon
yanglengkap,dan konstruksi baru.
2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan dan
renovasi bangunan.
3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.
Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

Rendah
Areakanto

Sedang
Perawatanpasie

Sedang Tinggi
UGD
Radiology

Tinggi

ndantidak

58

Areaklinis

Tanpapasi
en/area
resikorend
ahyang
tidakterda
ftar
dimanapu
n

tercakupdalam

RecoveryRo

Grup3 atau4
oms
Laundry
RuangMater
Kantin
nitas/VK
ManajemenMat
Kamarbayi
erial
LabMicrobi
Penerimaan/Pe
ologi
mulangan
Farmasi
Laboratoriumti

KamarOperasi
Kamarprosed
urinvasifpasie
n rawatjalan
AreaAnastessi
&pompajantu
ng
SemuaIntensi

dakspesifik

veCareUnit(k
ecuali

sepertiGrup3K

yangtertulisdi

oridorUmum(y

Grup4)

ang
dilewatipasien,s
uplai,dan linen)

b. Pedoman kontrol infeksi.


Kelas I

Jalankanpekerjaan
denganmetodeuntukmeminimalkanpeningkatandebudariopera
sikonstruksi

Kelas II

Menggantigentenglangit-langituntukinspeksivisualsecepatnya
Penyediaanaktifberartiuntukmencegahdebuudaramenyebaran
keatmosfir

Segelpintuyangtidakdigunakandenganlakban.

Konstruksiyangmengandunglimbahsebelumditransportasiharu
sdalamwadahtertutuprapat.

Pelbasah/atauvakumdenganvakumHEPAber-filiter.

Tempatkanlapkakidipintumasukdankeluardariareakerjadanme
nggantiataudibersihkansaattidakadalagi proseskerja.

IsolasisistemHVACdidaerahmanapekerjaanyangsedangdilaku
kan/kohort dengan tekanan negatif
59

Kelas III

- Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaat proyekselesai.
IsolasisistemHVACdi
wilayahdi
manapekerjaantengahdilakukanuntuk
mencegahkontaminasidarisistem saluran.
Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksi
dimulai.
Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakan
unit

ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk

mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakan
memonitortekananudara
Jangan
menghilangkanbarriersdariareakerjasampaiproyeklengka
pdibersihkan.
Pelbasahatau
vakumduakaliper8jamperiodekegiatankonstruksiatausesu
aiyangdiperlukandalamrangka

untuk

meminimalkanjejak.
Singkirkanbahanpenghalangdenganhatihatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuingpuingyang
terkaitdengankonstruksi.Bahanbarrierharusdiusapbasa,V
akumdenganmenggunakanHEPAatauberikan
kabutairagarlembabsebelumdisingkirkan.
Tempatkanlimbahkonstruksidalamwadahtertutuprapatse
belumditransportasi.
Tempatkankesetkakidipintumasukdan
keluardariareakerjadandigantiataudibersihkansaattidakad
alagi aktifitaskerja
Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaatproyektelahse
Kelas IV

lesai.
IsolasisistemHVACdi wilayahdi
manapekerjaantengahdilakukanuntukmencegahkontaminasisy
stemsaluran.
60

Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksidimu
lai.

Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakanunit
ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakanmem
onitortekananudara

Berisegelpadaluban,pipa,salurandantusukanuntuk
mencegahmigrasidebu.

Bangunanteroomdanmengharuskansemuapersonilmelewatirua
ngan.Pelbasahatau vakumHEPAanteroomtiap hari.

Selamapembongkaran,kerjayangmenghasilkandebuataubekerj
adilangit-langit,sepatusekalipakaidanbaju
harusdipakaidandibuangdianteroomketikameninggalkanareak
erja.

Janganmenghilangkanbarriersdariareakerjahinggaselesaiproy
ekdibersihkan

Singkirkanbahanpenghalanghatihatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuingpuingyangterkait dengankonstruksi.

XII.

Antibiogram
Dengan pemeriksaankultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap
antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit

XIII. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa


Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan
yang telah kadaluwarsa
XIV.

Upaya pencehan dan kesehatan karyawan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja,juga dapat


menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.
Saat

menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat

pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis

61

B,bila memungkinkan haemophilus influenza,campak,tetanus,difteri,rubella,mantoux


test.Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV,HBV,HCV.
Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari
rumah sakit.meliputi :
1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.
2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari
manusia ke manuasia.
6. terapi dan follow up
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila terkena
infeksi.
8. upayakan support psikososial.
B. Tujuan:
1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.
2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.
Unsur yang dibutuhkan .
1. petugas yang berdedikasi.
2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.
Pelaksanaan :
a.

Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis


B, iminisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .

b.

Management pasca pajanan.


- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.
- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.
- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam

C. Evaluasi
62

1. dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.


2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :

SPO PPI

Kewaspdaan isolasi

Kewaspadaan transmisi

8. Pelaporan yang meliputi :

Informasi resiko ekspos.

Alur mangemen dan tindak lanjut.

Penyimpanan data

Pajanan dan tindakan :


1. Virus H5N1
Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.
2. Virus HIV.
Resiko terpajan 0,2 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam
pasca pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca
pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat sampai jadwal
pemeriksaan monitoring lanjutan nya.
3. Virus Hepatitis B.
Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan dilakukan
pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg atau HbeAg.
D. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :
Penyakit

Masa

Menular

inkubasi

Cara transmisi

Kewasp

Masa petugas Tindakan

selama/

adaan

diliburkan/

virus

yang

tindakan

shedding

perlu
dijalank

Abses

Selama luka

kontak
63

an
Kontak

konserfatif

mengeluarka
n cairan
Acinetoba

tubuh
Luka bakar

Flora N kulit

Standar

cter

yang di

manusia, mukus

dan

baumanii

hydroterapi

menbran dan tanah.

kontak

Bertahan di tempat
lembab dan kering
sampai berbulan,
menular melalui
peralatan rawat
respirasi, tangan
petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras, bantal,
prmk TT, mop,
gorden, tempat
mandi luka terbuka
Adenoviru

6-9 hari

Sekret

Droplet,

s type 1-7
Aspergilos

saluran nafas
Infeksi jar

Inhalasi stadium

kontak
Kontak

is

luas dengan

airbone, conidia

dan

cairan

Konserfatif

airbone

berlebihan
candidiasi

Standar,

s
Chlamidia

kontak
Standar,

kontak,

trachomati

termasuk

s
Congenital

Sampai umur

Kontak dengan

seksual
Standar,

rubella

1 tahun

bahan nasofaring

kontak

14 hari stl

dan urin
Kontak dengan

Kontak

Conjungti

5- 12

64

Restriksi 7 hari

Sampai mata

Pengobatan

vitis

hari

onset

*adenovir
us type 8
Campak

tangan, alat

standar

terkontaminasi
5-21 hari

3-4 hr stl

Droplet yang besar

bercak timbul (kontak dekat) &


mel

tidak kluar
kotoran

Transmis

Restriksi 7 hari Pengobatan

i udara

setelah bercak

udara

simtomatik

merah timbul

nasofaring

(yg imun) 5hr


stl ekspos- 21
hr stl ekspos

Campiloba

Standar

cter
Closrtidiu

kontak

m difficile
Cytomegal Tidak
o virus

Tahan di

diketahui lingkungan
dlm wkt

Kontak dg sekresi

Standar

Tidak perlu

&eksresi : saliva

hand

dan urin

hygiene

Sekresi dr mulut

Droplet,

Sampai terapi

Pengobatan

mengandung c

kontak

antibiotika

simtomatik dan

telah lengkap

virus.

dan sampai 2

Minum

kultur berjarak

eritromicin 3x 1

24 jam

tb sampai 7 har

pendek
Difteria

difteriae

dinyatakan
negatif, perlu
imunisasi tiap
Gastroente

Kontak px,

Standar

10 tahun
Tidak

ritis

konsumsi

atau

mengolah

*salmonell

makanan/ air

kontak

makanan sp 2x

terkontaminasi

jarak 24jam

*shingella

kultur feses

*yenteroc

negatif

olitica
Glardia

Feses

lambilia
65

Kontak

Hepatitis

15- 50

2 minggu,

Fekal oral melalui

hari

kadang2 sp 6

feses

Standar

Libur di area

Vaksinasi

perawatan/

hepatitis a

bulan

pengolahanma

(prematur)

kanan,i
minggu setelah
sakit kuning
imunisasi
paksa ekspos
Tidak perlu

-segera periksa

mukosa, kulit yg

dibatasi smp

HbsAg atau

HbsAg

tdk utuh kontak

HbeAg negatif. HbeAg,tidak

positif

dgn darah, semen,

perlu divaksin

cairan vagina,

bila petugas tel

cairan tubuh yg

mengandung A

Hepatitis

B:6-

Akut atau

Perkutaneus

B,D

24mgg

kronik dg

D: 3-7
mgg

Standar

Hepatitis

lain
Perkutaneus

HBs 10 mliu/

C,F,G

mukosa kulit yg

sampai kondisi

tdk utuh kontak

membaik

gdn darah, semen,

/ sampai

cairan vagina,

HceAg negatif

Standar

Restriksi

cairan tubuh yg
Herpes
simplex

2-14 hr

Asiptomatik

lain
Kontak dgn ludah

Standar,

Retriksi tidak

dpt

karier mengandung

kontak

perlu, tp

mengeluarka

virus langsung/ lwt

tangan

dibatasi kontak

n virus

sekresi luka

dgn px

aberasi/ cairan
HIV

vesikel
Perkutaneus
mukosa, kulit yg

Standar

Kurang dari 4 j
paska pajanan

tdk utuh kontak


dgn darah, semen,

-diberikan arv,a

cairan vagina,

dan 3 tc.

cairan yubuh yg

-dilakukan

66

lain

pemeriksaan

HIVserologi da

menitor setelah

bln,9bln,11 bln
Helicobact

Standar

er pylori
MDRO

Kontak luka

Kontak

Infeksius pd

Airbone, kontak

kontak

3hr pertama

langsung/ droplet

petugas yg

sakit.Virus

dgn sekresi saluran

rentan.

dpt

napas

Amantadin

(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL,
Srep
pneumoni
a
Influensa

1-5hr

Vaksinasi pd

dikeluarkan

untuk kontak

sblm gejala

dgn influensa

timbul smp

7hr stlh
dimulai sakit,
lebih panjang
pd anak dan
orang
Hemophil

Standar

us

droplet

Influenzae
Dewasa
Anak
Batuk non

Droplet sekret

Kontak

Human

produktif,

respirasi

Droplet

Metapneu

kongesti
67

mo virus

nasal

(HMPV)

whezing,
bronkhiolitis,
pneumonia
pada anak

Novirus

12-48

+ 11,5 tahun
Diare, KLB

Makanan, air

Kontak,

jam

terkontamibasi

makanan

2-10 hr

feses
Kontak dgn sekret

, air
Trasmisi

Libur spm

-perlu profilaks

saluran napas

mel

24jam stlh

dgn Rif2x600 m

droplet

terapi paska

selama 2 hari ,d

ekspos.

dosis tunggal

Rifampin2x60

cipro1x1,atau

0mg, 2hr;

ceftriaxone 250

ciprofloxacin1

mg IM

meningitis

x500mg atau
ceftriaxon250
Parotitis,

16-18hr

Community

Kontak dengan

Trasmisi

mg IM
Vaksinasi

Mumps

(12-

acquired,

droplet atau

droplet

efektif, MMR

25hr)

virus berada

langsung dgn

Restriksi sp

dlm saliva 6-

sekret sal napas, yi

9hr stlh onset

7hr sbl

saliva, hidung dan

parotitis.

parotitis sp

mulut

Petugas renyan

9hr stl onset

: 12hr paska

Px

ekspos

immunokom

pertama sp 25

promls

hr stlh ekspos

Parvovirus 6-10hr

Menular sblm Kontak dgn droplet

Transmis

terakhir
Tidak perlu

/B19

bercak merah

besar, muntahan

i drolpet

restriksi

Kontak dgn sekresi

Transmis

Vaksin

sp 7hr stlh
Pertusis

7-10 hr

onset
F catarrhal

68

sangat

sal napas, droplet

i droplet

direkomen

menular

besar kontak dekat

sp 5 hr

umur 11-64 th

menerim

petugas dgn

pertusis:

antibioti

restriksi fase

catarrhal sp mg
3 stl onst / 5 hr
stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu

Pollomyeli Nonparal Sal napas

Kontak cairan sal

Transmis

retriksi
Imunisasi

tis

i kontak

direkomendasi

itik: 3-

1mgg stlh

napas, benda

6hr;

gejala

terkontaminasi fese

paralitik

muncul, dlm

7-12hr

feses bbrp

kan

mgg-bulan
stlh gejala
Rubella

12-23hr,

muncul
Sangat

Kontak dgn droplet

Transmis

5hr stlh bintik

bintik

menular saat

nasofaring px

i droplet

keluar :

merah

bintik merah

dan

petugas rentan

timbul

keluar, virus

kontak

7hr stl ekspos

14-16hr

lepas 1mgg

dgn

pertama sp

stlh

sblm smp 5-

cairan sal 21hr stl ekspos

ekspos

7hr stl onset,

napas

terakhir

congenital
rubella bisa
melepas virus
berbulanRSV

2-8hr

bertahun2
Orang sakit

(infeksi

(terserin

dapat

terkontaminasi saat

i kontak

dgn pasien

virus

mengeluarka

merawat pasien

erat dhn

rawat dan

Tangan

Transmis

Batasi kontak

69

respiratori
k)

MRSA

4-6hr)

n virus

atau menyentuh

droplrt

lingkungan

selama 3-8hr.

benda mati,

atau

bila ada KLB

Tp pd bisa

transmisi RSV bila

aerosol

RSV Restriksi

anak 3-4mgg

menyentuh mata

partikel

sampai gejala

atau hidung
Kontak

kecil
Strandar

akut hilang
Retriksi

dengan

transmisi

perawatan

petugas,

kontak,

pasien dan

mungkn

dapat

pengolahan

karier nares

airbone

makanan bila

anterior,

petugas

tangan,

dengan lesi

axilla,

kulit basah

perineum,

tidak perlu

nasofaring,

retriksi bila

Streptococ

orofaring
Kontak sisi

Kulit, faring

Standar

kolonisasi
Retriksi

terinfeksi &

rektum, vagina

berdasar

perawatan

transmisi

pasien &

mensekresi

pengolahan
makanan sp 24
jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi petugas
dg kolonisasi
Salmonell

Orang- orang lewat

a,

fekal oral air/

Shingella

makanan

Sypilis

terkontaminasi
Kontak langsung

Kontak

dg lesi primer atau


Tuberkolo

Sp 1 bl

sekunder sypilis
Inhalasi droplet
70

Airbone,

Sampai

-petugas yg

sis

minum OAT

nuklei

kontak

terbukti non

terexpose perlu

(mengelu infeksius

tes mantoux bil

arkan c

indurasinya> 10

tubuh

mm perlu

infeksius

profilaksis INH

sesuai
rekomendasi

Varicella

Sp lesi kering

Airbone,

8 hari pasca

lokal
Vaksinasi

& berkusta

kontak,

kontak sp 21

varicella

standar

hari paska
kontak, beri
imuno globulin
IV paska
kontak,
imunisasi
petugas paska
pajanan dalam
4 hari

Vibrio

Kontak feces

kolera
Zoster

Tutupi lesi,

Retriksi

*lokal

jangan

sampai lesi

kontak dg

mengering dan

pasien rawat
Jangan

mengelupas
Retriksi

menyeluru

kontak dg

sampai semua

h atau

pasien

lesi kering dan

orang

mengelupas

immuno
komproma
is
* paska

Jangan

Dari hr ke 10

pajanan

kontak dg

paska pajanan
71

(person

pasien rawat

pertama sp hari

yang

ke 21 atau hr

rentan)

28 bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas

A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.
1.
2.
3.
4.

Pada mata
: Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
Pada Kulit
: Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas
Orang yang terkena
Tidak divaccin

Sumber HbsAg (+)


HIBG 1x dan

Sumber HbsAg (-)


Beri vaksinHB

diberikan vaksin HB

Sumber tidak diketahui


Bila sumber merupakan
resiko tinggi,dapat
diperlakukan sebagai sumber

Pernah diberi vaksin


tapi tidak diketahui
serokonversinya

Tes untuk HBs:


1.jika titernya cukup

Tidak ada

HBsAg
Tidak ada pengobatan

pengobatan

tidak perlu perlu


terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri boosster
HB dalam waktu 7

Diketahui non

hari.
HBIG 1x(dalam

Tidak ada

Jika sumbermerupakan

serokonversinya

waktu 72 jam)+ 1x

pengobatan

resiko tinggi dapat

Tidak diketahui
serokonversinya

dosis vaksin

diperlakukan sebagai sumber

HB(dalam waktu 7

HbsAg (+)

hari)
Tes untuk HBs :
1.jika (-) obat seperti

Tidak ada
pengobatan

non serokonversi.
2.jika titer tidak

Tes untuk anti HBs :


1.jika (-) ,obati seperti non
serokonversi.
2.jika titer tidak cukup

72

cukup HBIG 1x +

booster vaksin HB.


3.jika tter cukup tidak perlu

booster vaksin HB

diobati.

dan ulangi
pemeriksaan setelah
4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml
C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :
Orang yang terkena

Sumber positif HIV

Sumber

Sumber tidak diketahui

negatif
HIV(-)

Rujuk ke dokter

HIV
Tidak ada

Konsultasi dengan spesilais

internis aagar

pengobata

mikrobiologi /internist mungkin

mendapatkan

diobati seperti pasien HIV (+),jika

nasehat.
Setelah kejadian

resiko tinggi.

diketahui dari pasien


HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas
post exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .
Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .
Tunda proses
73

kehamilan selama 3
bulan.
Jangan memberikan
donor darah .
Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)
HIV (+)

Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis

Tidak
perlu
diobati

D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C


Orang yang terkena
Sumber HbsAg (+)

Sumber

Sumber tidak diketahui

Hepatitis C negatif

Berikan nasehat

HbsAg (-)
Tidak

Tidak perlu diobati konsul dokter

untuk melakukan

perlu

internist jika perlu.

pemeriksaan 0,3,6,12 diobati


bln pemeriksaan
HVC dengan PCR
dan diperiksa LVT
untuk mengetahui
status infeksinya
Sarankan untuk
meminalkan
penularan
Tidak ada
74

chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

E. . Petunjuk penggunaan ARV


1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.
2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan
serebrospinal,semen,vagina,amnion dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.
F. . Status HIV pasien.
Pajanan

Tidak diketahui

Positif

Positif Resiko

Rejimen

Kulit utuh
Mukosa/kulit

Tidak perlu PPP


Pertimbangkan

Tidak perlu PPP


Berikan rejimen

tinggi
Tidak perlu PPP
Berikan rejimen

AZT 300mg/12

tidak utuh

rejimen 2 obat

2 obat

2 obat

jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28

- Tusukan benda

Berikan rejimen 2

Berikan rejimen

Berikan rejimen

hari
AZT 300mg/12

tajam solid

obat.

2 obat.

3 obat

jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28

- Tusukan benda

Berikan rejimen 2

Berikan rejimen

Berikan rejimen

hari,Lop/r

tajam berongga

obat

3 obat

3 obat

400/100mg/12
jam x28 hari.

XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada
a. lantai,dinding dan ,AC
b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.
c. Kultur darah pada surveilens ILI

75

BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. Kualifikasi Ketenagaan.
Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan
No
1
2
3
4
5
6
7

Jenis tenaga
Dokter spesialis
IPCN
Perawat
Sanitasi linen
Sanitasi gizi
farmasi
Laborat

Pendidikan formal
Anestesi
D-3
D-3
D-3
D-3
D-3
D-3

sertipikat
PPI lanjut
PPI dasar
cssd
Management linen
Management Gizi

Jumlah
1
1/150 TT
1
1
1
1

Kualifikasi ketenagaan PPI


1.

Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.

2.

Minimal pendidikan D3

3.

Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advand)

4.

Bekerja purna waktu

B. Uraian Tugas :
B.1. Direktur.

Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan

Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan


upya PPI

Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk


anggaran yang dibutuhkan.

Menentukan kebijakan PPI


76

Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS

Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial menularkan
penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.

Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI


B.2.1 Kriteria IPCO ;
- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI
- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
- memiliki kemampuan leadership.
Tugas IPCO sbb;

Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.

Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.

Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.

Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi dan


deteksi dini KLB.

Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan


dengan prosedur terapi.

Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.

B.2 IPCN
B.2.1Kriteria IPCN :
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI
- Memiliki komitmen di bidang PPI
- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.
- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident
- Bekerja purna waktu.
B.2.2 Uraian tugas :

Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi
diruang perawatan.

Memonitor

pelaksanaan

PPI,penerapan

menjalankan kewaspaan isolasi.


77

SPO,kepatuhan

petugas

dalam

Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.

Melaksanakan pelatihan PPIRS.

Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI memperbaiki
kesalahan.

Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .

Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi PPI

audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan menggunakan


daftar tilik.

Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibitica yang rasional.

Membuat laboran surveilens.

Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.

Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman
penggunaannya.

Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.

Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan


kemampuan SDM PPIRS.

Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.

Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan


tindakan yang menyimpang dari SPO.

Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.

Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.

Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan


dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.

Membuat SPO PPI

Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.


B.4 . IPCLN
B.4.1 Kriteria IPCLN :
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.
- Memiliki komitmen di bidang PPI
- Memiliki kemampuan leadership
78

B.4.1.1 Tugas IPCLN :

Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang perawatan


kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien pulang.

Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.

Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi

Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan


tindakan yang menyimpang dari SPO.

Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.

Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB (HAIs).

Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.

Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

B.5.Tugas Anggota laboratorium

Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang berkaitan


dengan pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas laborat.

Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien

Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO

Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial.

B.6. Tugas Anggota linen:

Memisahkan linen infeksius dan non infeksius

Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.

Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.

Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.

B.6. Tugas Anggota gisi :

Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.

Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas gisi.

Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.

B.7. Tugas Anggota IPSRS :

Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.

Memantau penggunaan bahan desinfektan.

Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang tertentu.


79

Memantau proses pembakaran incenerator.

Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium

C. Distribusi Tenaga.
Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara komprehensif
dari setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
QMR,IGD,Poli
rawat

jalan,Unit

Rawat

inap,

Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,lien,farmasi,SMF,laborat,Iko,
ICU,House keeping (CS).

BAB III
STANDART FASILITAS
A. Fasilitas bagi petugas.
1. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan komite lain Rumah
sakit
Digedung IKO lantai 3 .
2. Standart Fasilitas.
80

No
A

Fasilitas
Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3

Jumlah
1

Peralatan
Meja
Kursi
Komputer
Line internet
Almari kaca
Peralatan tulis
Buku perpustakaan PPI

1
3
1
1
1
2
10

B. Fasilitas pelayanan .
1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan ,petugas
laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakan-tindakan
keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa fasilitas
tersebut telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak ,pembatasan dan karantina jika diperlukan
misalnya:
Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial dan bantuan

psikologi
Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat tersebut
(rumah sakit /kamar jenazah)

5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan dipatuhi
(cmplience kebersihan tangan )
6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit
menular,dengan menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai tempat pemeriksaan awal
,identifikasi sebagai pengobatan darirat,pasien yang perlu dirujuk untuk
penatalaksaanselanjutnya.

81

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di masing
masing unit kerja sbb :
1. Tata laksana pelayanan unit surveilens
a. Penanggung jawab
- IPCN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- IPCN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- IPCN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan divalidasi oleh
dokter penaggungjawab pasien.
- IPCN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- IPCN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur tembusan ke QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- IPCN
- Petugas Laborat.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
- Status medis
82

- Form permintaan swab


- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter penanggung
jawab pasien, kemudian mengajukan permohonan pemeriksaan kepada petugas
-

laborat.
IPCN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan dilakukan

swab / kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- IPCN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- IPCN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi kinerja
-

staf SSC
Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah lingkungan
Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh

pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
a. Penanggung jawab
- IPCN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi
-

diruangan yang bersangkutan dan buku expedisi di OK


Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai
ruangan yang mensterilkan
83

Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan bouwie dict


tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan mesin

autoclave .
Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator kimia pada

setiap peralatan yang akan disterilkan


Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan

penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari


Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan buku

expedisi ruangan dan CSSD


Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil
sterilisasi

5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis
-

pada buku penyerahan linen kotor


Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5% dan

deterjen selama 10 menit


- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
84

IPCN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang diindikasikan

untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter penaggung jawab


Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya sesuai

SPO kultur
Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada ruangan

yang mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan kpian kepada IPCN


IPCN merekap dan menganalisa hasil kultur masing masing kegiatan.
Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan
SMF

7 . Pelayanan kesehatan karyawan.


a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari ulang
-

tahun.
Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3 bulan
sekali
Ruang iko dan icu

: petugas dilakukan pemeriskasaan TB,Hepatitis B

setiap tahun
Sekali.
Unit Gisi
: pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
Hasil diidentifikasi
Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan

kepada direktur dan SMF.


7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan
dilakukan renovasi bangunan.
85

Bersama mengidentifikasi dampak :


kebisingan,debu.
Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
renovasi
Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan

renovasi,alat penghalang disekeliling area renovasi


Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk
mengetes kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab lantai dan
didinding ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh
digunakan

Selesai
renovasi
Diamkan
selama 1 bln
dan uji swab
Hasil baik

Hasil tak baik

Ruangan siap
digunakan

Desinfeksi
dinding dan lantai
dengan larutan
Lakukan swab
ulang

Hasil baik ruangan


siap digunakan
86

8. Pelayanan pembuatan ruang kohort


a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir
9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL
10. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang,dokter,baru staf
-

pelaksana
Laporan audit kebersihan tangan
BAB V
LOGISTIK

Tata cara logistik PPIRS


1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine
:
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine
:
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika batuk,pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
87

a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.


b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Penditribusian

BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A.

Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :

a. Pencegahan dan Pengendalian PPI


b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan
meliputi ;
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :

csd,iko,icu,laboratorium,Radiologi,sanitasi gizi,linen

d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).


e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
88

D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :


a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
1. Penatalaksanaan Ergonomi
2. Pencahayaan
3. Pengawaan dan pengaturan udara
4. Suhu dan kelembaban
5. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
6. Penyehatan air
7. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan pemantauan terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i.

Limbah medis/klinis

ii.

Limbah domestik/sampah non medis

iii.

Limbah infeksius

b. Limbah cair
c. Limbah gas
H. Pendidikan dan pelatihan PPI
a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
-

Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.

Pelatihan penanggulangan bencana.

Simulasi penanggulangan bencana

Pelatihan penggunaan APD


89

Pelatihan surveilens

Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi

Pelatihan pemadaman api dengan APAR.

Pelatihan bagi regu pemadam

Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan kebakaran

Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.

Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.

b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi
lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi

Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.


Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
Surveilens
PLEBITIS
IADP
ILO
ISK
Kepatuhan kebersihan tangan.
Upaya promotif PPI :
Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau wastafel
Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
Pemasangan gambar etika batuk
Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
Pembuatan ruang kohort :
Kohort kontak infeksi
Kohort droplet infeksi
Kohort air borne infeksi
Kohort imunosupresif
Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan


Meliputi :
a.
b.
c.
d.

Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI


Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
Mendokumentasikan setiap kegiatan.

90

e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direktur baik diminta atau
tidak.

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
1.1 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
2.1 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
2.1.1 Komunikasi antar perawat
2.1.2 Komunikasi perawat dengan dokter
2.1.3 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Rumah
Sakit Dharma Kerti.
2.2 Menggunakan komunikasi SBAR :
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau
pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang
merawat.
91

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


3.1 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi pada
obat-obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
3.2 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
5.1 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
5.1.1 Infeksi luka infus
5.1.2 Infeksi saluran kencing
5.1.3 Infeksi luka operasi superfisial
5.1.4 VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
5.1.5 HAP (Hospital aquired pneumonia)
5.1.6 Kepatuhan kebersihan tangan.
5.2 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
5.3 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
5.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5.5 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
6.1 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak
lanjut kepada pasien yang dirawat .
6.2 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
6.3 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masingmasing unit pelayanan.
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

92

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. SISTEMPENCATATANDANPELAPORAN

a. Penerapansystempencatatan dan pelaporan diRS Panti Rahayu mempunyai


tujuan:
Mendapatkan data untuk memetakan masalah masalah yang berkaitan dengan
keselamatan pasien
Sebagaibahanpembelajaranuntukmenyusunlangkah-langkahagarKTDyangserupa
tidakterulang kembali
Sebagaidasaranalisisuntukmendesainulangsuatusistemasuhanpelayananpasien
menjadilebihaman
Menurunkanjumlahinsiden keselamatan pasien(KTDdanKNC)
Meningkatkanmutu pelayanan dan keselamatanpasien
b.

RS Panti Rahayu mewajibkan agarsetiap insiden keselamatan pasien dilaporkan


kepada komite keselamatan pasien rumah sakit

c. Laporan insiden keselamatan pasien diRS Panti Rahayubersifat:


-

Non punitive (tidakmenghukum)

Rahasia

Independen

Tepatwaktu
93

Berorientasipadasistem

d. Pelaporan insidenkeselamatanpasienmenggunakanlembarLaporanInsiden Keselamatan


PasienyangberlakudiRS

Panti

Rahayu

dandiserahkankepada

KomiteKeselamatanPasienRS Panti Rahayu. Bagian/unitmencatatkejadian IKP di


buku pencatatan IKP masing-masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan kepada komite
keselamatan pasien dalamwaktu :
-

24

jamuntuk

(berdampakkematianatau

kejadian
kehilangan

yang

merupakan

sentinelevents

fungsimayorsecarapermanen).Apabila

pelaporansecara tertulisbelum siap,pelaporanKTDdapatdisampaikan secara lisan


terlebih dahulu.
-

2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak klinis/konsekuensi/keparahan tidak


signifikan, minor, dan moderat.

f. Tindaklanjutdaripelaporan:
-

Tingkatrisiko rendahdanmoderat:investigasisederhanaolehbagian/unityang
terkaitinsiden(5W:what,who,where,when,why).

Tingkat risikotinggidan ekstrim: RootCause Analysis (RCA)yang dikoordinasi


oleh komite keselamatan pasien.

a. Bilainsidenkeselamatanpasienyangterjadimempunyaitingkatrisikomerah(ekstrim)
makakomitekeselamatan pasiensegeramelaporkankejadian tersebutkepadadireksiRS
Panti Rahayudan Yayasan(kantor YAKKUM).
b.

Bilainsidenkeselamatanpasienyangterjadimempunyaitingkatrisikokuning(tinggi)
makakomitekeselamatan pasiensegeramelaporkankejadian tersebutkepadaDireksiRS
Panti Rahayu.

c. Komite keselamatan pasien RS Panti Rahayumelakukan rekapitulasi laporan insiden


keselamatan pasien dan analisisnya setiaptiga bulan kepadadireksiRS Panti Rahayu

B. PENERAPANINDICATOR KESELAMATAN PASIEN.


94

a. Komite Keselamatan PasienRS Panti Rahayumenetapkan indicator keselamatan


berdasarkan atas pertimbanganhigh risk, high impact, high volume,prone problem.
b.Komite Keselamatan PasienRS Panti Rahayu menjelaskan
definisioperasional,frekuensipengumpulan data,periode analisis,
caraperhitungan,sumberdata,targetdan penanggungjawab.
c. Komite Keselamatan PasienRS Panti Rahayubertanggung jawab terhadap
pelaksanaan dan kesinambungan penerapanindicatorkeselamatan pasien
d.Komite Keselamatan PasienRS Panti Rahayu
bertanggungjawabdalamprosespengumpulandata, analisis dan memberikanmasukan
kepada Direksiberdasarkan pengkajiantersebut.
e. Indikatordikumpulkandandianalisissetiapbulan.Setiaptigabulanindicatordianalisis
dan difeed back kan kepada unitterkait.
f. Jumlahindicatorkeselamatan pasienperlu ditinjau ulangsetiap 3 tahunsekali

C. ANALISIS AKARMASALAH
a. Dalam rangkameningkatkanmutudankeselamatanpasien,RS Panti Rahayu menerapkan
metoderootcauseanalysis(RCA)atauanalisaakarmasalah,yaitu
investigasiterstrukturyang

bertujuanuntuk

suatu

kegiatan

melakukanidentifikasipenyebabmasalah

dasardanuntukmenentukan tindakan agarkejadian yangsama tidakterulang kembali.


b. RCAdilakukanpadainsidenmediskejadian nyariscedera dan KTDyang sering terjadi
diRSPanti Rahayu.
c. RCAdilakukan padasetiap kejadian sentinelevents.
d.Insidenkeselamatanpasienyang

dikatagorikansebagailevel

tinggidanekstrim

diselesaikandalamkurunwaktupaling lama45haridandibutuhkantindakansegera yang


melibatkan Direksi.
e.

Agarpenemuanakarmasalah
benar,makaperludibentuk

danpemecahanmasalahmengarahpadasesuatuyang
timRCAyang
95

berunsurkan:dokteryangmempunyai

kemampuandalam

melakukanRCA,unsurkeperawatan,danSDM

lainyang

terkait

denganjenisinsiden keselamatan pasien yangterjadi.


f.

DalammelakukanRCAlangkahlangkahyangdiambiladalahmembentuktimRCA,
observasi lapangan, pendokumentasian,wawancara, studi pustaka, melakukan
asesmen dan diskusiuntukmenentukan faktorkontribusidan akarmasalah.

g. HasiltemuandariRCAditindaklanjuti,direalisasidandievaluasiagarkejadianyang

sama

tidakterulang kembali
STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK
1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan yang terbukti
aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien maupun karyawan
dari segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
1). Indikator Non Bedah
a). Angka dekubitus
b). Angka kejadian infeksi jarum infus
c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman
bagi lingkungan.
f). Dilakukannya kegiatan pemantauan
g). Hasil swab

: tangan,dinding dan lantai,AC yang memenuhi

standart (SPM)
h). Hasil kultur
2)

Unit CSSD

: Pus,darah dan ujung kateter


:

a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan


hasilnya baik
b). - maintence autoclave

c). Kalibrasi Autoclave external baik


d). Indikator mekanik,kimia,biologi
3)

Upaya kesehatan

a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan
petugas.

96

b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap ruangan


,wastafel dan ruangan publik.
c). Edukasi PPI pada calon karyawan .
d). Edukasi PPI pada karyawan .
e). Edukasi pada mahasiswa praktek
f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui sistem
informasi rumah sakit
g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .
i). Tersediannya APD yang diperlukan
j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada perawat
senior
k). Penyehatan lingkungan
l). Ruangan dan lingkungan yang bersih
m). Sampah dibuang sesuai jenisnya
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar menjadi
abu)
o). Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan perundangan
yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop, Perda)
2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus
B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut
a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah
1) Angka infeksi karena Jarum Infus
AngkaKejadianInfeksiKulitkarenaJarumInfusperBulan
x 100
Jumla h haridirawatpasienyangterpasangivlinedalambulanitu
2) Angka infeksi luka operasi
x 100 %
Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan
3) Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 100%
Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan
97

4) Angka i saluran kemih


x 100%
Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.
5) Angka pneumonia karena tirah baring (HAP) x 100 %
Total pasien tirah baring dalam satu bulan

BAB IX
PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga
tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit Dharma Kerti.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf ,pasien dan pengunjung Rumah sakit.,sehingga
dapat merubah perilaku yang sehat,penyaiapan sarana dan prasarana PPI .upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga
memerlukan dukungan penuh dari management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit
Panti Rahayu Purwodadi,lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Tabanan,1 September 2016
Direktur

98

Dr AA Made Setiadi, MARS

XVI. Landasan Hukum


1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009tentang Rumah sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart minimal
pelayana Rumah Sakit.
3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang
Pembentukan komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.
4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.
6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
standart pelayanan Rumah sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan tata kerja
Departemen Kesehatan.

99

You might also like