You are on page 1of 5

PORTOFOLIO I

OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

Disusun sebagai syarat kelengkapan program dokter internship


Oleh :
NOVI HERMAWAN, dr.
Pendamping :
ANDRY SUHARYONO, dr, M.KP

UPTD PUSKESMAS BARENG


DINAS KESEHATAN KABUPATEN JOMBANG
JAWA TIMUR
DOKTER INTERNSIP PERIODE 26 FEBUARI 25 JUNI 2015

Portofolio

No. ID dan Nama Peserta : dr. Novi Hermawan


No. ID dan Nama Wahana : Puskesmas Bareng
Topik : Otitis Media Supuratif Akut (OMSA)
Tanggal (kasus) : 14 Maret 2015
Nama Pasien : An. Y
Tanggal Presentasi :

21 Maret 2015

No. RM :
Pendamping : dr. Andry Suharyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Bareng


Obyektif Presentasi :
o Keilmuan o Ketrampilan
o Penyegaran
o Tinjauan Pustaka
o Diagnostik
o Masalah
o Istimewa
o Manajemen

o Neonatus
o Bayi
o Remaja o Dewasa
o Lansia o Bumil
o Anak
o Deskripsi perempuan 11 tahun datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan
o Tujuan : mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan OMSA
o Tinjauan Pustaka
Bahan
o Riset
o Audit
o Kasus
Bahasan:

Cara
o Email
o Pos
o Diskusi
o Presentasi Kasus
Membahas:
Data
Nama : An. Y
No. Registrasi :
Pasien:
Nama Klinik: Puskesmas
Telepon :
Terdaftar Sejak :
Bareng
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis : Pasien perempuan 11 tahun dengan keluhan nyeri pada telinga
kanan sejak 5 hari yang lalu. Telinga terasa seperti ada cairan dan grebeg-grebeg. Tidak ada
cairan yang keluar dari telinga kanan. Pasien demam tinggi sejak 2 hari yang lalu Keluhan
disertai pendegaran yang berkurang. Sebelumnya didapatkan riwayat ISPA 1 minggu yang
lalu
2. Riwayat pengobatan : diberi obat penurun panas
3. Riwayat kesehatan / penyakit : Tidak pernah mengalami keluhan ini sebelumnya, Riwayat
alergi disangkal, riwayat sering pilek saat udara dingin disangkal.
4. Riwayat keluarga : anak ke-3 dari 3 bersaudara
5.Riwayat pekerjaan : pelajar SD
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik : tinggal bersama orang tua, nenek, dan 2 orang
kakaknya
7. Lain-lain : pemeriksaan otoskopi telinga kanan ditemukan: otore (-), membran tipani intak,
bombans, hiperemi, reflek cahaya (-)
Daftar Pustaka :
Harmadji, dkk.2005.OMSA dalam Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu

Penyakit Telinga,Hidung dan Tenggorok . Surabaya: RSU Dokter Soetomo


Efiaty, dkk.2007.Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,Hidung,
Tenggorok, dan Kepala Leher Edisi Keenam . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Hasi Pembelajaran :
1.Diagnosis otitis media supuratif akut
2.Penatalaksanaan otitis media supuratif akut
3.Pencegahan terjadinya komplikasi Otitis media suppuratif akut
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif :
Pasien perempuan 11 tahun datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 5 hari
yang lalu. Disertai dengan pendegaran telinga kanan menurun. Telinga terasa seperti ada
cairan dan grebeg-grebeg. Tidak ada cairan yang keluar dari telinga kanan. Pasien demam
tinggi sejak 2 hari yang lalu. Seminggu sebelumnya pasien mengeluh batuk dan pilek.
Pendengaran telinga kiri juga menurun dan terasa penuh. Namun tidak disertai nyeri telinga
dan cairan keluar dari telinga.
Tidak didapatkan keluhan nyeri atau benjolan di belakang telinga, tidak didapatkan
kondisi asimetris pada lipatan dahi,sudut mata, dan sudut mulut,tidak didapatkan gangguan
pengecapan, rasa tebal atau kesemutan di daerah wajah bagian kiri.
Riwayat mengorek telinga (-), riwayat telinga kemasukan air atau benda asing (-),
Riwayat alergi disangkal
2. Obyektif :
Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium mendukung diagnosis ke arah otitis media
suppuratif akut. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Klinis pasien nyeri pada telinga kanan sejak 5 hari yang lalu. Disertai dengan
pendegaran telinga kanan menurun. Telinga terasa seperti ada cairan dan grebeggrebeg. Tidak ada cairan yang keluar dari telinga kanan. Pasien demam tinggi sejak 2
hari yang lalu. Seminggu sebelumnya pasien mengeluh batuk dan pilek.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,5 C, otalgia telinga kanan, pemeriksaan
otoskopi telinga kanan didapatkan aurikulum dalam batas normal, MAE dalam batas
normal, membran timpani tampak hiperemi, bomban, intak dan reflek cahaya
menghilang. Pada pemeriksaan faring tampak faring dan tonsil tidak hiperemis. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior terdapat konka edema dan sekret mukoid.
3. Assesment (penalaran klinis) :
Keluhan otalgia yang dirasakan pasien disebabkan karena adanya peradangan pada
mukosa telinga tengah yang disebut otitis media. Infeksi akut yang mengenai
mukoperiosteum kavum timpani dengan disertai pembentukan sekret purulen disebut dengan
otitis media supuratif akut.OMSA terjadi karena mekanisme pencegahan masuknya mikroba
ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius terganggu. Penyebab utamanya
adalah sumbatan tuba eustachius yang menyebabkan terjadinya tekanan negatif pada telinga
tengah yang menimbulkan terjadinya efusi bila disertai adanya infeksi maka timbul OMSA.

Ada 4 stadium OMSA:


1. Stadium Oklusi / Kataral: Gejala ; otalgi, telinga terasa penuh, grebeg-grebeg,
gangguan pendengaran, didahului dengan gejala ISPA. Otoskopi : MT retraksi
2. Stadium supuratif / bombans Gejala : otalgi hebat, gangguan pendengaran, grebeggrebeg, febris. Otoskopi MT bombans, MT cembung, hiperemi, semua struktur hilang
3. Stadium Perforasi: Gejala :otore mukopurulen, pendengaran menurun, otalgi dan
febris mereda. Otoskopi : pus pada MAE dan MT perforasi
4. Stadium Resolusi :perforasi MT kering (menutup dalam 10-14 hari), gejala sudah
mereda, kadang masih ada gejala sisa seperti gangguan pendengaran, otoskopi : MT
perforasi kering dan tidak ada sekret
Dari gejala dan pemeriksaan klinis pasien, pasien menderita OMSA stadium suppuratif
4. Plan :
Diagnosis: Otitis Media Suppuratif Akut Dekstra stadium supuratif
Pengobatan: pada OMSA harus diberikan pengobatan dan tindakan miringotomi.
Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani pars tensa, untuk drainase sekret
dari telinga tengah. Miringotomi dilakukan pada OMSA stadium supurasi. Bila tidak
dilakukan miringotomi, membran timpani akan ruptur dan pus keluar. Luka insisi
miringotomi lebih cepat menutup, sedangkan luka akibat perforasi lebih sulit menutup. Terapi
medikamentosa yang diberikan pada pasien ini:
- antibiotik selama 7 hari amoksisilin 3x 500 mg/hari
- dekongestan oral (pseudoefedrin) 3x15 mg
- dekongestan topikal
- antipiretik dan analgetik :Parasetamol 3x250mg
Edukasi: dilakukan pada keluarga untuk menjalani pengobatan hingga tuntas dan harus
menjaga higiene telinga.
Rujukan: direncanakan untuk dirujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan miringotomi.

Jombang, Maret 2015


Peserta

dr. Novi Hermawan

Pendamping

dr. Andry Suharyono

You might also like