You are on page 1of 18

PELAYANAN KESEHATAN PADA NY.

S DENGAN HIPERTENSI DAN


OSTEOARTRITIS PADA KELUARGA TN. S DI DUSUN TEGALGIRI
DESA KRAJAN KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO

KELOMPOK 12

Devi Hariyanti Pramita

(Keperawatan)

Anom Bayu Murti

(Keperawatan)

Yili Indriyani

(Keperawatan)

Listiyan Dian Sari

(Terapi Wicara)

Lusiana Indah Safitri

(Terapi Wicara)

Novita Dewi Ratnasari

(Kebidanan)

Nur Atikah Yuliani

(Kebidanan)

Enggar Puspita Rani

(Fisioterapi)

Farida

(Fisioterapi)

Hana Wulandari

(Fisioterapi)

Ibnu Abil Hawari

(Okupasi Terapi)

Ana Tri Utami

(Okupasi Terapi)

Marlia Ulfa Nur Laili

(Ortotik Prostetik)

Singgih Dwi Prasetyo

(Ortotik Prostetik)

Rohmad Ari Wibowo

(Akupunktur)

Gustina Rahmawanti

(Akupunktur)

Nurul Maisaroh

(Jamu)

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

I.

ABSTRAK
A. Pendahuluan & Tujuan
Memiliki tubuh sehat merupakan salah satu komponen utama agar dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Masalah kesehatan yang sering ditemui pada
masyarakat pada umumnya yaitu seperti hipertensi dan osteoartritis.
B. Laporan kasus
C. Pembahasan
D. Kesimpulan

II.

PENDAHULUAN
A. Gambaran atau Latar Belakang Tentang Kasus
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem
peredaran darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang
ditandai dengan tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin meningkatnya
tekanan darah. Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan
meningkatnya umur hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering
ditemukan pada lansia. Pada lansia hipertensi menjadi faktor utama payah jantung
dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun
disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara nyata kematian
akibat stroke dan morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan
pengobatan hipertensi
B. Tujuan Pembuatan Laporan Kasus
Tujuan yang hendak pembuatan laporan kasus adalah sebagai berikut 1.
Mengetahui Penyebab Hipertensi, 2. Mengetahui Penyebab Osteoathritis, 3.
Mengetahui Dampak dari Kasus tersebut, 4. Mengetahui Intervensi yang akan
dilakukan dan dibutuhkan pada kasus tersebut.
C. Manfaat laporan kasus
Manfaat yang dapat diambil dalam Pembuatan Laporan Kasus adalah
sebagai berikut 1. Bagi masing-masing jurusan dapat menangani dan memberikan
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien, 2. Bagi Pasien agar pasien

mengerti dan memahami penyakit yang diderita, 3. Bagi keluarga pasien agar
keluarga pasien dapat melakukan home program yang diberikan oleh mahasiswa.
D. Memberikan gambaran review literature:
1. Konsep umum
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya
tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001). Menurut WHO
(1978), tekanan darah 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi ditandai dengan tekanan darah diantara normotensi dan
hipertensi

disebut

borderline

hipertension,

batasan

ini

tidak

membedakan usia dan jenis kelamin. Sedangkan batasan hipertensi


dengan memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin. Pada pria usia
kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada
waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmHg, sedangkan pria
usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darah diatas
145/95 mmHg. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan
160/95 mmHg dinyatakan hipertensi.
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli,
diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat
yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari
gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan
darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya
gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat
III tekanan darah meningkat dengan gejalagejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari target organ.
Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007), mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4

tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan
Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159
mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan
DBP >= 100. mm Hg.
b. Osteoathritis
Osteoartritis yang sering juga dikenal dengan penyakit

sendi

degeneratif adalah proses patologis yang berasal dari berbagai faktor


yang menyebabkan kelainan atau kerusakan pada kartilago (tulang
rawan sendi) yang

ditandai dengan gejala klinis. Proses osteoartritis

umumnya berjalan lambat dan sejalan dengan bertambahnya umur


(McKeag,1992). Sering dialami pada sendi yang menahan berat badan
dan sendi yang bergerak, bisa monoartritis maupun poliartritis
(Merino,1994, Isbagio dan Setiyohadi,1995).
Etiologi dari osteoartritis sampai saat ini belum dapat dijelaskan
melalui satu teori yang pasti. Ada yang mengatakan oleh karena adanya
proses biokimia, namun ada juga yang mengatakan akibat tekanan
mekanik yang berulang (tear and wear) atau gabungan keduanya
(Isbagio, 2000). Menurut McKeag (1992) ada beberapa predisposi yang
berhubungan erat dengan kejadian osteoartritis sendi lutut, yaitu : 1)
umur, umumnya osteoartritis ditemukan pada pasien berumur di atas 50
tahun dan gejala klinisnya semakin memburuk seiring dengan
bertambahnya usia, 2) gender, wanita lebih banyak terkena osteoartritis
dibandingkan laki-laki, 3) etnis, osteoartritis sendi lutut sering
ditemukan pada orang asia sedangkan osteoartritis sendi panggul lebih
sering pada orang kaukasia, 4) geografis, pada suatu prevalence study
menunjukkan osteoartritis lebih jarang ditemukan pada daerah yang

lebih dingin seperti Alaska dan Finlandia, 5) obesitas, semakin


bertambah berat badan maka resiko kejadian osteoartritis sendi lutut
semakin tinggi, 6) bone density, penderita osteoporosis atau osteopenia
cenderung juga menderita osteoartritis, 7) hiperurisemia, seseorang yang
menunjukkan

peningkatan serum

uric acid

menunjukkan juga

cenderung terkena osteoartritis. Slamet Parjoto (2000), menambahkan 8)


aktifitas fisik/pekerjaan, pekerjaan yang banyak membebani sendi lutut
mempunyai

resiko

hormon/metabolisme,

terserang
diabetes

osteoartritis
melitus

predisposisi timbulnya osteoartritis.

lebih

berperan

besar,

sebagai

9)

faktor

Di lain pihak Merino (1994),

menyebutkan pula bahwa, 10) injury, pada persendian terutama oleh


infeksi dan trauma, serta penyakit sinovial ikut menjadi predisposisi
kejadian osteoartritis.
Patofisiologi osteoartritis sendi lutut Osteoartritis ditandai dengan
penurunan kadar proteoglikan yang nyata dari matriks rawan sendi,
perubahan ukuran dan agregasi

proteoglikan, kerusakan struktur

jaringan kolagen dalam matriks dan peningkatan sintesis dan degradasi


molekul-molekul matriks. Sifat mekanis rawan sendi berubah dan
terbentuknya kista. Enzim-enzim penghancur yang berperan pada
kerusakan rawan sendi diduga berasal dari kondrosit. Proteoglikan rawan
sendi

bebas, yang terlepas dari rawan sendi yang rusak dapat

merangsang timbulnya peradangan sinovial (Kalim, 1996).


Pada sendi yang bergerak awalnya terjadi perubahan pada
artikuler yang menjadi kasar dan kemudian terabsorbsi meninggalkan
tulang gundul. Dengan berlalunya waktu, karena tenaga gesekan pada
tulang yang terbuka ia menjadi sklerotik dengan alur pada permukaan di

garis gerakan, ini dikenal sebagai eburnasi. Pada waktu yang sama
sering timbul celah kistik di bawah tulang yang sklerotik. Karena proses
kontinyu, maka tulang dan kartilago menonjol pada tepi sendi
menimbulkan

lipping. Sering terlihat nodulus yang jelas (osteofit).

Kadang-kadang pecah dan lepas, jika tak melekat ke jaringan lunak bisa
menjadi benda lepas di dalam sendi. Pada stadium lanjut terjadi fibrosis
pada kapsul sendi. Pada tempat tertentu perubahan patologik ini diiringi
oleh suplay darah yang melemah (Aston, 1983).
Efek sekunder pada daerah periartikuler adalah keluhan nyeri dan
timbulnya disabilitas sendi lutut. Membrana sinovium, menyebabkan
inflamasi sendi lutut, spasme otot, kontraktur dan atropi otot sekitar
sendi lutut. Ligamen sendi lutut akan lentur dan mudah terkena trauma
akibat sendi tidak stabil (Muslim, 2001).
Adanya nyeri lutut juga berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot kuadriseps yang merupakan stabilisator utama sendi lutut dan
sekaligus berfungsi sebagai pelindung struktur sendi lutut.

Pada

penderita usia lanjut kekuatan kuadriseps bisa menurun sepertiganya


dibandingkan dengan kekuatan kuadriseps pada kelompok usia yang
sama yang tidak menderita osteartritis sendi lutut. Penurunan kekuatan
otot terutama disebabkan oleh atropi otot tipe II B yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan tenaga secara tepat (Parjoto,2000).
Dalam prakteknya tipe osteoartritis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

Primer;

timbul pada sendi yang normal dan bisa juga

mengenai beberapa sendi sekaligus. Sekunder; berhubungan dengan


abnormalitas sebelumnya pada sendi, menyebabkan mal-aligment,
abnormalitas kongenital seperti reposisi tak lengkap dari reposisi sendi
panggul kongenital (Aston, 1983). Secara klinis osreoartritis dapat dibagi

menjadi tiga tingkatan : 1) osteoartritis sub klinis, pada tingkatan ini


belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya. Kelainan hanya pada
tingkat seluler dan biokimiawi rawan sendi, 2) osteoartritis manifes,
kerusakan sendi bertambah luas dan biasanya kebanyakan pasien datang
ke dokter pada tingkatan ini oleh karena keluhan nyeri, 3) osteoartritis
dekompensata, pada tingkatan ini rawan sendi telah rusak sama sekali,
dan sudah terdapat deformitas atau komplikasi (Kusumawati, 2004).
Gejala dan tanda-tanda klinis bila sudah manifes osteoartritis sendi
lutut akan memberikan gejala dan tanda-tanda sebagai berikut: 1) nyeri,
2) kaku sendi, gejala yang paling sering dijumpai pada osteoartritis,
terjadi kesulitan atau kaku pada saat akan memulai gerakan, 3)
keterbatasan lingkup gerak sendi, 4) krepitasi, 5) kelemahan dan atropi
otot penggerak sendi lutut, 6) deformitas pada sendi lutut (Parjoto,2000).
2. Tinjauan sesuai profesi
a. Menurut profesi keperawatan
1) Memantau tanda-tanda vital (tekanan darah,nadi,pernafasan dan suhu)
2) Melanjutkan tehnik relaksasi pernafasan dalam
3) Memberikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi
4) Pemberian obat sesuai indikasi
b. Menurut profesi kebidanan
- Kebutuhan gizi lansia
c. Menurut profesi fisioterapi
1) Memberikan latihan pada lansia yang berhubungan dengan
osteoathritis dengan mempertimbangkan hipertensinya
2) Memberikan
myofascial
release
pada
daerah

otot

quadriceps,hamstring dan otot lain yang mengalami spasme yang


dekat dengan daerah lutut
d. Menurut profesi akupuntur
- Penekanan titik akupuntur pada area patela atau lutut
e. Menurut profesi okupasi terapi
- Memberikan edukasi dan home program mengenai proper body
mechanic, work symplification, dan energy conservation pada pasien.
f. Menurut profesi terapi wicara

Memberikan edukasi terhadap pasien dan keluarga tentang dampak


dari hipertensi yaitu untuk mencegah stroke yang berdampak pada

bicara, bahasa, artikulasi, suara, irama kelancaran dan menelan


g. Menurut profesi ortotik protestik
- Memberikan knee dekker untuk meringankan knee saat menumpu
berat badan.
h. Menurut profesi jamu
- Memberikan edukasi

dan

resep

jamu

untuk

hipertensi

dan

osteoarthritis.
III.

Deskripsi klien
A. Data demokrasi pasien
Pasien dengan inisial Ny.S usia 82 tahun berjenis kelamin perempuan,
beragama islam beralamat di dusun Tegalgiri, Kecamatan Weru, Kabupaten
Sukoharjo. Pasien masih bekerja sebagai pedagang di pasar dan sisi dominan
pasien kanan.
B. Gambaran kasus secara naratif
Di dusun Tegalgiri Rt.02 Rw.07 ditemukan keluarga yang tinggal di
rumah yang sederhana non permanen luas kurang dari 9m dengan kondisi
kebersihan rumah dan halaman rumah yang kurang bersih. Dalam rumah
tersebut terdapat 1 KK dengan anggota keluarga 5 yaitu 1 orang lansia, 2
orang dewasa suami istri dan 2 anak salah satunya balita. Di dalam keluarga
tersebut lansia mengalami hipertensi dan osteoathritis namun belum
mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Maka dari itu, kami kelompok
KKN yang bertugas di desa Krajan dusun Tegalgiri Rt.02 Rw.07
berkolaborasi dari 8 jurusan yaitu kebidanan, keperawatan, akupuntur, terapi
wicara, fisioterapi, okupasi terapi, ortotik prostetik dan jamu melakukan
intervensi atau tindakan terhadap kondisi tersebut.
C. Keluhan utama pasien
Berdasarkan assesment yang dilakukan kepada pasien pada tanggal 8
Juni 2015 diperoleh data bahwa ketika tekanan darah pasien tinggi pasien

sering merasa pusing dan kaku pada daerah leher, pasien merasa cepet lelah
dan cepat nyeri pada sekitar lutut hingga kaki kanan dan kiri ketika berjalan
terlalu lama, pasien mampu melakukan ibadah sholat tetapi mudah lelah,
pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, pasien
mampu bekerja sebagai pedagang secara mandiri walaupun cepat merasa
lelah.
D. Riwayat penyakit pasien
Berdasarkan assesment yang dilakukan kepada pasien pada tanggal 8
Juni 2015 diperoleh data bahwa pasien pertama kali mengalami sakit
hipertensi ketika setelah melahirkan anak terakhirnya, hipertensi yang
dialami pasien dikarenakan adanya riwayat keturunan hipertensi dari
keluarga. Pasien pernah memiliki tekanan darah 200/110 mmHg ketika
pasien merasa kelelahan dan banyak pikiran tetapi tidak menimbulkan gejala
stroke waktu itu. Selain hipertensi, pasien juga mengalami osteoartritis pada
sendi lutut. Pasien pertama kali merasakan nyeri pada lutut di kaki kanan dan
kaki kirinya semenjak lima bulan yang lalu. Kaki pasien terasa nyeri ketika
digunakan untuk mobilitas dan sembuh ketika dipakai untuk istirahat.
E. Riwayat penyakit keluarga
Dari hasil assessment berupa wawancara, didapatkan hasil bahwa
pasien mempunyai riwayat hipertensi dari ayahnya.
F. Medical History
Dari hasil assessment berupa wawancara, didapatkan hasil bahwa pada
kondisi hipertensi yang dialami lansia, apabila pasien mengalami keluhan
yang berlebihan seperti pusing, pasien ke pelayanan kesehaan yaitu bidan
desa ataupun puskesmas untuk berobat dan melakukan cek up tekanan darah.
Sedangkan pada kondisi osteoarthritis, pasien belum melakukan pemeriksaan
ke pelayanan kesehatan.
G. Riwayat Kehidupan Sosial

Dari hasil assessment berupa wawancara dan observasi, didapatkan


hasil bahwa pasien sudah berumur 82 tahun tetapi pasien masih bisa mandiri
dan masih berjualan sayuran di pasar Semin dan pasar Weru. Pasien juga
senang berkunjung ke rumah tetangga untuk bersosialisasi.
H. Riwayat Pengobatan atau Perawatan Non-medis yang telah Dilakukan
Dari hasil assessment berupa wawancara, didapatkan hasil bahwa
ketika pasien merasakan pusing pasien langsung dibuat tidur dan kalau
pasien sudah tidak kuat dengan pusingnya pasien berobat ke bidan desa.
Masalah pada lututnya kalau pasien merasakan nyeri pasien duduk sambil
lutut dan kakinya digerak-gerakkan.
I. Riwayat Alergi
Dari hasil assessment berupa wawancara, didapatkan hasil bahwa
pasien tidak mempunyai alergi terhadap apapun.
J. Riwayat Diet
Dari hasil assessment berupa wawancara, didapatkan hasil bahwa
pasien pernah melakukan diet garam tetapi sekarang pasien tidak melakukan
diet garam lagi.
K. Pemeriksaan fisik pasien dan keluarga
Berdasarkan pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan pada tanggal 9
Juli 2015 diperoleh hasil 160/90 mmHg. Nadi : 68x. RR : 24x
L. Hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung kasus
- Nyeri pada pes anserinus dekstra dan sinistra (+)
- Krepitasi dekstra dan sinistra (+)
- Ballotement (-)
- Spasme quadriceps (+)
- LGS full ROM dengan nyeri
M. Persepsi pasien tentang masalah kesehatan
- pasien sangat antusias untuk hidup lebih sehat
- pasien semangat saat dilakukan intervensi dan tindakan

IV.

Rencana Tindakan

No

Hari/Tanggal

Rencana Tindakan

Penanggung
Jawab

1.

Selasa, 7 Juli 2015

Edukasi Pasien
-Penyuluhan
-Pemeriksaan dan assesment
-Intervensi
-Edukasi pasien dan keluarga

2.

Rabu, 8 Juli 2015

-Penyuluhan
-Pemeriksaan dan assesment

4.

Kamis, 9 Juli 2015

-Intervensi
- Edukasi pasien dan keluarga
- Penyuluhan
- Pemeriksaan
- Intervensi
- Edukasi
- Pemberian home program

V. Implementasi / Tindaakan
No
1.

Hari/ Tanggal
Selasa, 7 Juli 2015

Rencana Tindakan

Penanggung
jawab
Okupasi terapi

- Edukasi kepada pasien.


Pasien diberikan penyuluhan tentang
posisi yang benar ketika melakukan
aktivitas. Penyuluhan diberikan agar
tidak

memperparah

penyakit

osteoartritis pasien.
-Melakukan assesment, latihan, dan Fisioterapi
intervensi pada daerah lutut pada
pasien.
-Melakukan

pemeriksaan

tekanan Keperawatan

darah pada pasien.


-Melakukan

penyuluhan

hipertensi

kepada Ny.S.
-Memberikan

penyuluhan

tentang Kebidanan

pemenuhan gizi pada lansia.

2.

Rabu, 9 Juli 2015

-melakukan assessment terapi wicara.

Terapi Wicara

-Edukasi kepada pasien.

Okupasi terapi

Pasien diberikan penyuluhan tentang


posisi yang benar ketika melakukan
aktivitas.

Pasien

penyuluhan

juga

diberikan

tentang

work

symplification Penyuluhan diberikan


agar tidak memperparah penyakit
osteoartritis pasien.
-Melakukan assesment, latihan, dan Fisioterapi
intervensi pada daerah lutut pada
pasien.
-Melakukan

pemeriksaan

tekanan Keperawatan

darah pada pasien.


-Melakukan

penyuluhan

hipertensi

kepada Ny.S
-Memberikan

penyuluhan

tentang Kebidanan

pemenuhan gizi pada lansia.


-Memberikan edukasi dan resep jamu Jamu
untuk hipertensi.

-Memberikan

edukasi

dan

saran Ortotik

kepada pasien untuk menggunakan Prostetik


deker pada lutut.
-Melakukan anamnesa dan akupresure Akupunkture
pada titik akupunkture diarea patella.
-Melakukan edukasi tentang hipertensi Terapi Wicara
dapat mengakibatkan gangguan bicara,
bahasa,

artikulasi,

suara,

irama

kelancaran dan menelan.


3.

Kamis, 9 Juli 2015

-Edukasi kepada pasien.

Okupasi terapi

Pasien diberikan penyuluhan tentang


posisi yang benar ketika melakukan
aktivitas.

Pasien

penyuluhan

juga

diberikan

tentang

work

symplification
conservation

dan
ketika

Energy
melakukan

aktivitas. Penyuluhan diberikan agar


tidak

memperparah

penyakit

osteoartritis pasien.
-Melakukan assesment, latihan, dan Fisioterapi
intervensi pada daerah lutut pada
pasien.
-Melakukan

pemeriksaan

tekanan Keperawatan

darah pada pasien.


-Melakukan

penyuluhan

hipertensi

kepada

Ny.S

penyuluhan

dan

PHBS

memberikan
pada

keluarga

pasien.
-Memberikan

penyuluhan

tentang Kebidanan

pemenuhan gizi pada lansia.


-Memberikan edukasi dan resep jamu Jamu
untuk hipertensi dan osteoarthritis.
-Memberikan

edukasi

dan

saran Ortotik

kepada pasien untuk menggunakan Prostetik


deker pada lutut.
-Melakukan anamnesa dan akupresure Akupunkture
pada titik akupunkture diarea patella.
-Melakukan edukasi tentang hipertensi Terapi Wicara
dapat mengakibatkan gangguan bicara,
bahasa,

artikulasi,

suara,

irama

kelancaran dan menelan.


- Memberikan penyuluhan tentang diit Keperawatan
hipertensi
V. Pembahasan
a. Perbedaan kasus dengan literatur
Berdasarkan literatur yang diperoleh, pasien dengan gangguan osteoarthritis
salah satu intervensi yang dapat diberikan adalah senam rematik yang bertujuan untuk
meregangkan dan memperkuat otot-otot menyangga sendi yang rusak. Dan pada
kasus ini pasien dengan gangguan osteoarthritis dapat ditangani oleh beberapa profesi
kesehatan yaitu perawat, bidan, fisioterapi, okupasi terapi, ortotik prostetik,
akupuntur,dan jamu. Dengan adanya beberapa profesi kesehatan yang menangani

osteoarthritis maka pasien akan mendapatkan kebutuhan kesehatan sesuai dengan


keluhan dan masalah kesehatan yang dialami.
Pada kondisi cardiovaskuler (hipertensi) berdasarkan literatur memberikan
penjelasan tentang penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia, pada prinsipnya tidak
berbeda dengan hipertensi pada umumnya; yaitu terdiri dari modifikasi pola hidup
dan bila diperlukan dilanjutkan dengan pemberian obat-obat antihipertensi. Obat yang
umum digunakan adalah diuretic dan antagonis kalsium, dengan prinsip dosis awal
yang kecil dan ditingkatkan secara perlahan. Sedangkan pada kasus ini pasien
mendapatkan penanganan dari multidisiplin ilmu yaitu dari keperawatan dengan
melakukan pememantauan pada tanda-tanda vital (tekanan darah,nadi,pernafasan dan
suhu, melanjutkan tehnik relaksasi pernafasan dalam, memberikan pembatasan cairan
dan diet natrium sesuai indikasi dan melakukan pemberian obat sesuai indikasi. Pada
profesi kebidanan menangani tentang kebutuhan gizi lansia. Begitu juga menurut
profesi terapi wicara dapat memberikan edukasi terhadap pasien dan keluarga pasien
tentang dampak dari hipertensi yaitu untuk mencegah stroke yang berdampak pada
bicara,bahasa dan artikulasi,irama kelancaran dan menelan. Kasus hipertensi juga
menjadi pertimbangan atau menjadi suatu limitasi pada pasien tersebut yang sangat
dipertimbangkan oleh ranah fisioterapi dalam memberikan penanganan atau
intervensi.
b. Keterbatasan pelayanan kesehatan yang telah diberikan
Dilihat dari literatur dan kasus yang dilihat secara nyata keterbatasan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yaitu terbatasnya alat-alat , obatobatan, sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk melakukan intervensi dan
tindakan.
c. Konfirmasi keakuratan gambaran pasien dalam laporan kasus
d. Pengembangan hubungan kerjasama interprofesi sesuai situasi dan kondisi
Semua profesi yang ada di kelompok ini semuanya melalukan intervensi dan
tindakan sesuai dengan profesi masing-masing. Kelompok ini juga melakukan

kolaborasi

dalam

memberikan

intervensi

dan

tindakan

yang

semuanya

berkesinambungan antar profesi dan sesuai dengan batasan profesi yang ditangani.
Pengembangan ini memberikan manfaat yang didapat oleh pasien yaitu pasien dan
keluarga pasien paham cara mencegah dan mengobati penyakit yang diderita pasien
sesuai kebutuhan pasien tetapi hal tersebut kita berikan batasannya dan edukasi agar
tidak disalah gunakan untuk yang lainnya. Kelompok ini berkerjasama antar profesi
sangat baik karena kami saling membutuhkan antar profesi untuk menangani kasus
sedemikian rupa.
e. Keunikan kasus dalam kontek inter profesional education
Pada kasus ini terdapat 2 permasalahan, yaitu hipertensi dan osteoathritis.
Pada kondisi hipertensi bisa ditangani oleh berapa profesi antara lain keperawatan
yaitu

melakukan

pememantauan

pada

tanda-tanda

vital

(tekanan

darah,nadi,pernafasan dan suhu, melanjutkan tehnik relaksasi pernafasan dalam,


memberikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi dan melakukan
pemberian obat sesuai indikasi. Pada pasien lansia yang di jadikan kasus ini, menurut
profesi kebidanan kebutuhan gizi lansia juga sangat perlu diperhatikan. Begitu juga
menurut profesi terapi wicara dapat memberikan edukasi terhadap pasien dan
keluarga pasien tentang dampak dari hipertensi yaitu untuk mencegah stroke yang
berdampak pada bicara,bahasa dan artikulasi,irama kelancaran dan menelan. Kasus
hipertensi juga menjadi pertimbangan atau menjadi suatu limitasi pada pasien tersebut
yang sangat dipertimbangkan oleh ranah fisioterapi dalam memberikan penanganan
atau intervensi.
Pada kondisi osteoathritis dapat juga ditangani oleh beberapa profesi anatara
lain fisioterapi yang memberikan penanganan dengan metode myofascial release pada
daerah otot quadriceps, hamstring dan otot lain yang mengalami spasme yang dekat
dengan daerah lutut. Pada profesi akupuntur, kondisi osteoathritis dapat memberikan
penanganan menggunakan metode penekanan titik akupuntur pada area patela atau

lutut. Profesi okupasi terapi juga bisa melakukan penanganan pada kondisi
osteoathritis dengan memberikan edukasi dan home program mengenai proper body
mecanic, work symplification, dan energy conservation pada pasien. Begitu juga pada
profesi ortotik prostetis dapat membantu pasien dengan memberikan knee dekker
untuk meringankan knee saat menumpu berat badan.
f. Kesimpulan dan Rekomendasi
Pasien dengan inisial Ny.S usia 82 tahun berjenis kelamin perempuan,
beragama islam beralamat di dusun Tegalgiri, Kecamatan Weru, Kabupaten
Sukoharjo. Pasien masih bekerja sebagai pedagang di pasar. Pasien mengalami
hipertensi dan osteoathritis. Maka dari itu dilaksanakan penanganan pada hipertensi
dan osteoathritis dengan bekerjasama antar disiplin ilmu yaitu kebidanan,
keperawatan, akupuntur, terapi wicara, fisioterapi, okupasi terapi, ortotik prostetik dan
jamu. Dilakukannya penyuluhan untuk pasien dan keluarga mengenai pemahaman
terhadap penyakit hipertensi dan osteoathritis dan bagaimana penanganan penyakit
tersebut serta pencegahan agar tidak mengakibatkan stroke serta efek yang lebih berat
yang lainnya.
Pasien direkomendasikan untuk rutin melakukan cek up tekanan darah dan
menjaga pola makan serta menjaga kesehatan fisik dengan rutin melakukan olahraga
ringan. pasien diharapkan untuk melakukan latihan open kinetic change dengan
mandiri maupun dibantu oleh keluarga.

VI.

Kesimpulan
A. Berikan Penjelasan atau alasan kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan dari pembahasan diatas bahwa semua profesi
yang berada di kelompok ini melakukan kerjasama dengan baik. Masingmasing profesi memberikan intervensi dan tindakan sesuai dengan
kemampuan dan ilmu yang didapat dari masing-masing profesi akan tetapi
antar profesi tetap melakukan kolaborasi yang sangat baik dalam menghadapi

dan melakukan intervensi pada pasien kasus hipertensi dan osteoathritis ini
sesuai dengan kemampuan para profesi. Para profesi di kelompok ini juga
melakukan edukasi dari mulai pencegahan dan penanganannya sesuai dengan
batasan yang harus diberikan. Intervensi yang dilakukan untuk kasus ini mulai
dari latihan untuk osteoathritis dan pengendalian dari tekanan darah tinggi
dengan berbagai cara setiap profesinya.
B. Berikan evidence based rekomendasi
C.

Gambaran untuk melakukan penelitian

You might also like