You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

Disusun Oleh:
Nur Rochmah Kusuma Wardani

Program Studi Profesi Ners

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Sarwana, 2007).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Lismidar, 2008).
Jadi, demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
yang menurunkan sistem pertahanan tubuh dan dapat menular pada orang lain melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B. ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit ini antara lain:
Salmonella typhii
Paratyphii A, S. Paratyphii B, S. Paratyphii C.
S typhii atau paratyphii hanya ditemukan pada manusia
Demam bersumber dari makanan-makanan atau air yang terkontaminasi
Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan
mancanegara atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar.
Salmonella typii, Salmonella paratyphii A, Salmonella Paratyphii B, Salmonella
Paratyphii Cmerupakan bakteri penyebab demam tifoid yang mampu menembus
dinding usus dan selanjutnya masuk ke dalam saluran peredaran darah dan menyusup
ke dalam sel makrofag manusia. Bakteri ini masuk melalui air dan makanan yang
terkontaminasi dari urin dan feses yang terinfeksi dengan masa inkubasi 3-25 hari.
Pemulihan mulai terjadi pada minggu ke-4 dalam perjalanan penyakit. Orang yang
pernah menderita demam tifoid akan memperoleh kekebalan darinya, sekaligus
sebagai karier bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita demam tifoid atau tifus akan
menjadi orang yang menularkan tifus pada yang belum pernah menderita tifus.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala pada anak: inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10-14 hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual,muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaktis
10. Lidah yang berselaput(kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus

12. Dapat timbul dengan gejala tipikal terutama pada bayi muda sebagai penakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermia (Sudoyo Aru,dkk 2009)
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak
bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan
dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam
jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai
usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian
menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Selsel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyers patch, merupakan tempat
internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti
aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe
mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, dkk, 2012). Setelah melalui periode waktu
tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman
serta respons imun pejamu maka Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan
melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme
dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella
typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan Peyers patch
dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari
darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat
menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam
patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya
endotoksindalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin
dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma
usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain.
Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular
yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan
juga menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, dkk, 2012). Pada minggu pertama
sakit, terjadi hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks Peyer.
Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.

Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar (Suriadi & Rita, 2006).

E. PATHWAY
Kuman salmonella
thypi yang masuk ke
saluran
gastrointestinal
Jaringan
Limfosid

Lolos dari asma


lambung

Bakteri masuk usus


halus

Malaise, perasaa
tidak enak badan,
nyeri abdomen

Peredaran darah
(bakteremia
primer)
Peradangan pada
hati dan limfa

Masuk retikulo
endothelial(RES) terutama
hati dan limfa
Empedu

Rongga usus pada


kelenjar limfoid
halus
Hepatomegali

Nyeri tekan

Pembesaran limfa

splenomegali

Nyeri Akut

Lase plak peyer

Masuk ke aliran
darah
( bakteremia
endotoksin

Terjadi kerusakan sel

Merangsang
melepas zat
eprogen oleh
Mempengaruhi pusat
thermogulator di
hipotalamus

Penurunan mobilitas
usus

hipertermia

Erosi
Penurunan
peristaltik usus
Perdarahan
masif

Nyeri
konstipasi

Peningkatan asam
lambung

Komplikasi perforasi
dan perdarahan
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
masif
(Amin
huda nurarif
hardhi
kusuma , 2016)
1. Pemeriksaan
darah &
perifer
lengkap

Anoreksia mual
muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit tubuh
normal.
kebutuhan

Leukosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder


2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali norma setelah sembuh.
peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan adanya antibodi terhadap bakteri salmonella thypi. Uji widal
dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam tifoid.

Akibat

adanya

infeksi

oleh

salmonellaa

typi

maka

penderita

membuat

antibodi(aglutinin)
4. Kultur
Kultur darah: bila positif pada minggu pertama
Kultur urin: bila positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses: bal positif dari minggu kedua hingga minggu keiga
5. Anti salmonella typi lgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella typi,
karena antibodi lgM muncul pada hari ke 3 dan 4 terjadinya demam.
G. PENATALAKSANAAN
1) Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum
susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai
mendidih dan hindari makanan pedas
2) stirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring
dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan
BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia
orthostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
3) Diet dan Terapi Penunjang
a) Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
b) Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala
meteorismus ( kembung perut), dan diet bubur saring pada penderita dengan
meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi perdarahan
saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar
meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses penyembuhan.b. Cairan
yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.
c) Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah
dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja
penderita sudah tidak mengalami mual lagi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga
dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
Pola Fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus.
Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit
pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
Pemeriksaan Fisik

Kesadaran dan keadaan umum pasien


Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma)
untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki


TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu
juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena
peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia b.d proses infeksi salmonella thypi.


2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
3. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
C. INTERVENSI
1. hipertermia b.d proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal
Intervensi

Observasi suhu tubuh klien


Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti
katun
Rasional : menjaga kebersihan badan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
Rasional : menurunkan panas dengan obat.
2. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien
Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian
makan yang tidak disukai.
Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet


Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak
boleh dikonsumsi.
3. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam rasa nyeri
berkurang
intervensi :
1. Kajilah tingkat nyeri yang dialami pasien ( PQRST )
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri
2. Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang
Rasiona : posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan untuk
merileksasi
3. Berikan suasana yang gembira pada pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa
nyeri ( libatkan keluarga )
Rasional: Pada beberapa pasien, kehadiran keluarga yang dicintai atau teman
bisa mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat obatan analgetik
Rasional : untuk mengurangi nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Sarwana (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FKUI: Jakarta.
Sudoyo aru, dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,&3 . Edisi Keempat.Jakarta:
Internal Publishing
Lismidar, 2008. Proses Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Nurarif, amin huda & hardhi kusuma. 2016.Auhan Keperawatan Praktis edisi revisi jilid 2.
Jogjakarta:Mediaction

Soedarmo, S.S.P., Garna, H. & Hadinegoro, S.R., 2002, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak :
Infeksi &Penyakit Tropis, Edisi I, Hal 367-375, IDAI, Jakarta

You might also like