You are on page 1of 16

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan
dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan
dalam waktu palaing sedikit 6 bulan (Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).
2. Epidemiologi
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang
menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian
besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun
kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan
terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah
beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning
dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru
sembuh dalam waktu satu bulan.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang
cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah.
Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak
mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral
lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status

perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran
gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat,
elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau
perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
3. Etiologi
a. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA
untai tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta
dapat terjadi pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral,
makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan
penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia
anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah
padat seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang
terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau
tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat
dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar
antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk
mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut
antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga
menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa
lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah
ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa
gejala. Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas
dan anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau
akibat kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk
yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri
epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang
setelah fase ikterus.
b. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA
berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya
parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak
seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan ratarata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan
seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis,
pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi.
Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga
mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal
menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan
tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri

tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar
dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam
hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga
memungkinkan penularan virus tersebut.
c. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus
RNA untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan
terutama melalui darah hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya pada pengguna obat
suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan keehatan, hubungan seksual,
resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor pembekuan sebelum tahun
1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60
nm. Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV
banyak menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan
rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).
d. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen
virus RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan
terutama darah tapi sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa
inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua
usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita hemovilia dan
resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena
memerlukan antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya
penderita hepatitis B yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta
dengan adanya BBAg pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis
tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih
cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis
aktif yang kronis serta sirosis hati.
e. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH
dengan agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral
dan melali air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa
inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum
terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil
berdiameterkurang lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis
hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan
pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.

Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau
preparat lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah
anoreksia, mual dan muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali
dandihilangkan secara dini atau kontak dengan penyebabnya terbatas. Terapi
ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa
nyaman dan tindakan pendukung.
Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling
berkaitan denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup
obat-obat yang dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal,
obat anti depresan,, psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.
4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya,
sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.Inflamasi
pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi
ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna

gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garamgaram empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

Pathways

5. Klasifikasi

Jenis

Penularan

Prognosis

Diagnosis

Hepatitis A

Oral atau fekal

Biasanya
sendiri

Hepatitis B

Ditularkan melalui
darah,khususnya
dari ibu ke anak.
Juga
ditularkan
melalui hubungan
seksual

Biasanya
sembuh
sendiri.10%
diantaranya
dapat
menjadi hepatitis B
kronis atau fulminan.

Heparitis C

Ditularkan melalui 50% dapat menjadi Antibody hepatitis C


darah ( angkat infeksi kronis
penularan melalui
hubungan kelamin
rendah).

Hepatitis D

Ditularkan melalui Meningkatkan


Antigen hepatitis D,
darah.ko-infeksi
kemungkinan
antibody hepatitis D.
hanya
dengan perburukan hepatitis B
hepatitis B

Hepatitis E

Air tercemar, oral Biasanya


sembuh Pengukuran
atau fekal
sendiri,
tetapi hepatitis E
menimbulkan angka
kematian tinggi pada
wanita hamil

sembuh Antibody hepatitis A ;


IgM(stadium
dini),IgG(stadium
lanjut)
Antigen permukaan
hepatitis B (HbsAg)
dan
antigen
inti(HbeAg)
yang
diikuti
dengan
antibody
terhadap
antigen
permukaan
hepatits B dan antigen
inti.

6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:
a. Masa tunas
Virus A
:15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B
:40-180 hari (rata-rata 75 hari)

virus

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)


b. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan
pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama
sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu
badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 1014 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan
lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit
di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah
timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa
segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
7. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Mata
2) Mulut
3) Leher
b. Thoraks
c. Abdomen
Inspeksi datar lembut, jika terdapat asites akan tampak cembung
1) Hepatomegali
2) Pembesaran Lien
d. Ekstremitas
1) Edema
2) Clubbing
3) Eritema Palmaris
4) Liver Nail (White Nail)
8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan pigmen
a) urobilirubin direk
b) bilirubun serum total
c) bilirubin urine
d) urobilinogen urine
e) urobilinogen feses
2) Pemeriksaan protein

a) protein totel serum


b) albumin serum
c) globulin serum
d) HbsAG
3) Waktu protombin
a) respon waktu protombin terhadap vitamin K
4) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
a) AST atau SGOT
b) ALT atau SGPT
c) LDH
d) Amonia serum
b. Radiologi
1) foto rontgen abdomen
2) pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
3) kolestogram dan kalangiogram
4) arteriografi pembuluh darah seliaka
c. Pemeriksaan tambahan
1) Laparoskopi
2) biopsi hati
9. Prognosis
Virus hepatitis B biasanya hanya tetap dalam sistem untuk sekitar satu
sampai tiga bulan dan karena itu adalah infeksi akut. Infeksi biasanya sembuh
tanpa pengobatan dan kebanyakan orang dewasa sembuh sepenuhnya.Namun, di
sekitar 1 dalam 20 orang dewasa yang terkena dampak, infeksi kronis dan tetap
dalam tubuh selama enam bulan atau lebih. Bentuk kronis hepatitis B sangat
umum pada bayi muda dan anak-anak. Sekitar 90% bayi yang terinfeksi sebagai
bayi yang baru lahir dan 20% dari anak-anak yang terkena dampak terus
mengembangkan infeksi kronis. Bahkan jika anak-anak ini tidak memiliki gejala,
mereka masih dapat menularkan infeksi tersebut ke orang lain.
Sekitar 20% dari orang-orang yang mengembangkan infeksi jangka
panjang akan mengembangkan penyakit hati dan menderita jaringan parut atau
sirosis hati. Sekitar 10% dari mereka yang mengembangkan sirosis akan terus
mengembangkan kanker hati.Sirosis hati dapat memakan waktu hingga 20 tahun
untuk mengembangkan dan mungkin tidak menimbulkan gejala apapun pada
awalnya. Akhirnya, kerusakan hati dapat menyebabkan gejala seperti kelemahan,
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, kulit gatal, sakit kuning, nyeri di perut
bagian kanan atas, dan cairan membangun di perut (ascites).Kanker hati Sekitar
10% dari individu dengan sirosis hati terus mengembangkan kanker hati. Gejala
kanker hati termasuk penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, mual dan
muntah, dan penyakit kuning. Fulminan hepatitis B Ini merupakan komplikasi
yang jarang dari hepatitis B akut di mana sistem kekebalan tubuh menyerang hati
dan menyebabkan kerusakan parah. Kondisi ini mempengaruhi sekitar 1 dari 100
orang dewasa yang memiliki hepatitis B kronis, tetapi anak-anak yang terkena

jauh lebih jarang. Beberapa gejala dari fulminan hepatitis B termasuk


kebingungan, penyakit kuning dan asites.
10. Therapy
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama
fase akut penting di lakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi ksrbohidrat
umumnya merupakan makanan yang paling dapat di makan oleh penderita.
Pemberian makanan secara intra vena mungkin perlu di berikan selama fase akut
bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu di batasi hingga
gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronis atau Hepatitis C kronis
simptomatik adalah terapi anti virus dengan interferon- . Terapi antivirus untuk
Hepatitis B kronis ini memiliki resiko terrtinggi untuk berkembangnya sirosis.
Kecepatan respon yang terjadi bervariasi dan lebih besar kemungkina berhasil
dengan durasi infeksi yang lebih pendek. Penderita imunosupresi dengan Hepatitis
B kronis serta anak anak yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak berespons
terhadap terapi interferon. Tranplantasi hati merupakan terapi pilihan bagi
penyakit stadium akhir, meskipun terdapat kemungkina yang tinggi untuk
terjadinya reinfeksi hati yang baru.
11. Penatalaksanaan
a. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan
anjuran yang lazim.
b. Diet TKTP, pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila
pasien terus-menerus muntah.
c. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes
fungsi hati kembali normal.
d. Terapi sesuai instruksi dokter.
e. Jaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
f. Alat-alat makan disterilkan.
g. Alat-alat tenun sebelum dicuci direndam dahulu dengan antiseptik.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

a. Aktivitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
Makanan dan Cairan
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites
Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
Seksualitas
1) Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :

a.

b.
c.
d.
e.
f.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan


tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus

3. Rencana keperawatan pada pasien hepatitis

No
Dx

Tujuan dan

Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan selama ....x24 jam
diharapkan pasien menunjukkan
peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan kriteria hasil :

Intervensi

Rasional

Kriteria Hasil

- nilai laboratorium normal dan


bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
- mencerna jumlah nutrien yang
tepat.

a. Ajarkan dan bantu klien untuk

istirahat sebelum makan


pemasukan
diet/jumlah
kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling
sering
c. Pertahankan hygiene mulut yang
baik sebelum makan dan sesudah
makan
b. Awasi

d. Anjurkan makan pada posisi duduk

tegak
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah

lemak

Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan selama ....x24 jam
diharapkan pasien Menunjukkan
tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku
dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan
lokasinya) dengan kriteria hasil :

a. Kolaborasi dengan individu untuk

Skala Nyeri 3-1


Pasien tidak tampak meringis
lagi.

tentang respon klien terhadap nyeri


- Akui adanya nyeri
- Dengarkan
dengan
penuh
perhatian
ungkapan
klien
tentang nyerinya

menentukan metode yang dapat


digunakan untuk intensitas nyeri

b. Tunjukkan pada klien penerimaan

c. Berikan informasi akurat dan


- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri

akan berakhir, bila diketahui


d. Bahas dengan dokter penggunaan

analgetik yang tak mengandung


efek hepatotoksi

Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan selama ....x24 jam
diharapkan pasien Tidak terjadi
peningkatan suhu dengan kriteria
hasil :
-

Suhu tubuh normal 360C-370C

a. Monitor tanda vital : suhu badan


b. Ajarkan

klien
pentingnya
mempertahankan
cairan
yang
adekuat (sedikitnya 2000 l/hari)
untuk mencegah dehidrasi, misalnya
sari buah 2,5-3 liter/hari.

a. keletihan
berlanju
keinginan untuk maka
b. adanya pembesaran
menekan saluran gas
menurunkan kapasita

c. akumulasi partikel m
dapat menambah ba
sedap yang menurunk

d. menurunkan rasa pen


dan dapat meningkatk
e. glukosa dalam ka
efektif untuk pem
sedangkan
lemak
diserap/dimetabolism
membebani hepar.

a. nyeri yang berhu


hepatitis sangat tida
karena terdapat pe
kapsula hati, mel
kepada individu
perubahan
keny
diharapkan lebih ef
nyeri.
b. klienlah
yang
meyakinkan
pem
kesehatan bahwa ia m

c. klien yang disiapkan


nyeri melalui penje
sesungguhnya
ak
(cenderung lebih t
klien yang penjela
terdapat penjelasan)
d. kemungkinan nyeri
dibatasi
dengan
mengurangi nyeri.

a. sebagai indikator u

status hypertermi
kondisi
peningkatan evapora
timbulnya dehidrasi

b. dalam

4. Evaluasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Dx 1 : Nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi


Dx 2 : Pasien tidak meringis lagi
Dx 3 : Suhu tubuh pasien normal
Dx 4 : Pasien mampu mempertahankan aktivitas fisik seperti biasanya 360C-370C
Dx 5 : Pasein menunjukan penurunan pruritus
Dx 6 : Pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih
bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I,
jakarta, Salemba Medika.
Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC), Mosby.
Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.

You might also like