You are on page 1of 43

Asuhan Keperawatan pada Tn.

X dengan Gangguan Pencernaan


POST OP HEMOROIDEKTOMI

Di susun oleh:
Kelas III D
1. Dinda Paradita
2. Kiki Rizki Pradita

(2520142587)
(2520142598)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid adalah pembuluh darah vena pada rectum yang
dapat bersifat eksterna dan internal. Dan kebanyakan Hemoroid
dialami oleh laki-laki dan perempuan, penyakit ini terjadi pada usia
sekitar 20-50 tahun, biasanya disebabkan adanya tekanan intra
abdominal, kehamilan, hipertensi, terlalu lama duduk atau berdiri,
kuurang mengkonsumsi serat juga termasuk yang menyebabkan
jumlah insiden penyakit hemoroid meningkat. Penatalaksanaan
hemoroid adalah dengan pembedahan atau Hemoroidektomi
(Brunner & Suddart, 2011).
Berdasarkan penelitian sepuluh juta orang di Indonesia
dilaporkan menderita hemoroid dengan prevalensi lebih dari 4%,
penelitian diruang endoskopi Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo
Jakarta pada bulan Januari 2000 sampai dengan Januari 2001 adalah
414 pasien yng dilakukan kolonoskopi, ada 108 kasus hemoroid
(26,09%). Di Rumah Sakit yang sama pada tahun 2005 menemukan
9%. Di Rumah Sakit Bhakti Wira Semarang, yang berobat pada
tahun 2008 sebanyak 1575 kasus bedah , dan 252 pasien adaalah
kasus hemoroid (16%).
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah pasca operasi
antara lain hematoma (hemoragi), infeksi (sepsis luka) oleh karena
itu perawatan luka secara septik dan antiseptik serta pemberian
antibiotik guna menurunkan terjadinya resiko infeksi. Serta
komplikasi lain yang dapat terjadi Dehisent (gangguan insisi atau
luka bedah), Eviserasi (penonjolan isi luka) komplikasi lain bisa
juga terjadi retensi urine. Sedangkan komplikasi hemoroid sebelum
dilakukan pembedahan adalah anemia yaitu berkurangnya sel darah,
dan komplikasi seperti adanya hipotensi yaitu penurunan tekanan

darah dan jika tidak ditangani dapat mengakibatkan perdarahan yang


hebat.
Untuk pelayanan di Rumah Sakit perawat adalah bagian dari
tim kesehatan yang paling intens bertemu dengan klien, asuhan
keperawatan yang diberikan mulai dari mrmrnuhi kebutuhan seharihari sampai sifatnya darurat mengingat kompleknya masalah yang
terjadi pada klien maka penulis tertarik untuk meakukan perawatan
terhadap klien dengan Hemoroidektomi di Runang Alamanda I
Rumah SAKIT Umum Daerah Sleman.

B. Rumusan Masalah
1. Hemoroid
a) Apa pengertian hemoroid?
b) Bagaimana penyebab atau pataofisiologi hemoroid?
c) Bagaimana pathway hemoroid?
d) Apa saja klasifikasi hemoroid?
e) Apa saja tanda dan gejala hemoroid?
f) Apa saja komplikasi hemoroid?
g) Apa saja pemeriksaan penunjang dari hemoroid?
h) Bagaimana penatalaksanaan hemoroid?
i) Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien post op
hemoroidektomi?
2. Hemoroidektomi
a) Apa pengertian hemoroidektomi?
b) Apa indikasi dilakukan operasi?
c) Apa kontraindikasi dilakukan operasi?
d) Bagaimana penatalaksanaan hemoroidektomi?
e) Bagaimana teknik operasi?
f) Apa saja persiapan alat untuk operasi?
g) Bagaimana perawatan pasca operasi?
h) Apa Resiko yang mungkin muncul pasca operasi hemoroid?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas dapat dimunculkan tujuan
masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu untuk mengetahui dan
memahami:
1. Hemoroid
a) Pengertian hemoroid
b) Penyebab atau patofisiologi hemoroid

c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Pathway
Klasifikasi hemoroid
Tanda dan gejala hemoroid
Komplikasi hemoroid
Pemeriksaan penunjang hemoroid
Penatalaksanaan hemoroid
Konsep asuhan keperawatan pada

pasien

post

op

hemoroidektomi.
2. Hemoroidektomi
a) Pengertian hemoroidektomi
b) Indikasi dilakukan operasi
c) Kontraindikasi dilakukan operasi
d) Penatalaksanaan hemoroidektomi
e) Tehnik operasi hemoroidektomi
f) Persiapan alat untuk operasi
g) Perawatan pasca operasi
h) Resiko yang mungkin muncul pasca operasi hemoroid

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Hemoroid
Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah)
vena yang mengitari rektal dan anal (Tambayong,2000; 142).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal
anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima
puluh

persen

individu

mengalami

berbagai

tipe

hemoroid

berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui


mengawali atau memperberat adanya hemoroid (Smeltzer, 2002).
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh
darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.
Di bawah atau diluar linea dentate pelebaran vena yang berada di
bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan diatas
atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah
mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna (Sudoyo, 2006).
B. Penyebab dan Patofisiologi

Hemoroid timbul karena kongesti vena yang disebabkan


gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis sehingga terjadi
dilatasi, pembengkakan, atau inflamasi vena hemoroidalis yang
diawali oleh faktor-faktor resiko/pencetus. Faktor resiko hemoroid
antara lain: mengejan pada saat buang air besar yang sulit, pola
buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk,
terlalu lama duduk dijamban sambil membaca), peningkatan tekanan
intra abdomen yang disebabkan oleh tumor (tumor usus, tumor
abdomen), kehamilan (disebabkan karena tekanan janin pada
abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare
kronik atau diare yang berlebihan, hubungan seks per-anal, kurang
minum air, kurang makan-makanan berserat (sayur dan buah),
kurang olahraga atau imobiisasi (Haryono, 2012) .
C. Pathway
Bendungan vena pleksus hemoroid
Gangguan aliran balik vena
Tekanan vena meningkat

Dilatasi

Distensi dan stasis vena

Kongesti vena
Kongesti vena rektalis superior dan media
pleksus rektalis inferior

Pembengkakan
Pembengkakan

Perdarahan

globular kemerahan
pinggir
bulat kebiruan

saat defekasi

nyeri

mengabaikan

anus

defekasi
Prolapus
Edema Saat defekasi

konstipas
i

Prolaps permanen

Stranggulasi
operatif

Pembedahan

Perdarahan

Luka insisi

Post

nyeri
Spasme otot
Peristaltik usus
menurun
Resiko
Keseimbang
an cairan

Takut gerak
Gangguan
pola tidur

Resiko
infeksi

konstipasi

Gangguan
mobilitas fisik

(Price,2005)

D. Klasifikasi
Berdasarkan letak terjadinya Hemoroid dibedakan dalam dua
klasifikasi, yaitu Hemoroid Eksterna dan Hemoroid Interna.
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir
anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sering
sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin
tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2. Hemoroid Interna

a. Derajat I

: terjadi pembesaran hemoroid yang tidak

prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan


anorektoskop.
b. Derajat II
: pembesaran hemoroid yang prolaps dan
menghilang atau masak sendiri ke dalam anus secara spontan
setelah selesai BAB.
c. Derajat III : pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
d. Derajat IV : prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan
cenderung untuk mengalami trombosis atau infark (Haryono,
2012).
E. Tanda dan Gejala
1. Terjadi benjolan-benjolan disekitar dubur setiap kali buang air
besar.
2. Rasa sakit atau perih
Rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak
dapat kembali) dari anus terjepit karena adanya trombus.
3. Perdarahan segar disekitar anus dikarenakan adanya ruptur
varises.
4. Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak
kuat tahan lama)
5. Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum
keluar semua (Haryono, 2012).
F. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi adalah:
1. Perdarahan, dapat sampai dengan anemia.
2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid).
3. Hemoroid strangulasi, adalah hemoroid yng prolaps dengan
suplai darah dihalangi oleg sfingter ani.
4. Luka dan infeksi (Haryono, 2012).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan colok dubur.
2. Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rektum).
3. Pemeriksaan rectal dan palpasi digital.
4. Proctoscopi atau colonoscopy (untuk menunjukkan hemoroid
internal) (Haryono, 2012).

H. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber
suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat
komersial yang banyak dipakai antara lain psylium atau
isphaluga Husk (Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal
dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling
menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan
volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Obat kedua
adalah laxant atau pencahar (laxadine, dulcolax).
b. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan
rasa gatal, nyeri atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis
sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan
yang

mengandung

kortikosteroid

digunakan

untuk

mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat


misalnya Utraproct, Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psylium,
citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan
paprika

berfungi

memperbaiki

permebialitas

dinding

pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg 3x2 tablet selama 4 hari, lalu
2x2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema dan
prolaps.
2. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan
penyulit prolaps, trombosis atau hemoroid yang besar dengan
perdarahan

berulang.

Pilihan

pembedahan

adalah

hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup atau secara


submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan
obat hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara
bermakna efektif menghentikan perdarahan dan mencegah
perdarahan ulang.
3. Tindakan minimal invasif
a. Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikan
obat langsung kepada benjolan/prolaps hemoroidnya.
b. Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid.
c.
d.
e.
f.

Prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.


Penyinaran laser
Penyinaran infra red
Dialiri arus listrik (elektrokoagulasi)
Hemoroideolysis

4. Tindakan mandiri pasien sebagai lanjutan


a. Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak
konsumsi makanan yang mengandung serat (buad dan
sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa yang tidak
dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat
merangsang gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat
selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat melunakkan
feses. Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu
asam. Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus.
Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi dan minuman bersoda.
Perbanyak minum air putih 30-40 cc/kgBB/hari.
b. Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan
lokal daerah anus dengan cara merendam anus dalam air
selama 10-15 menit tiga kali sehari. Selain itu penderita
disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih
banyak berjalan.
c. Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
d. Menjaga personal hygiene yang baik terutama di daerah anus
(Haryono, 2012).

I. Pengertian Hemoroidektomi
Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkatan pleksus
hemoroidalis dan mukosa atau tanpa mukosa yang hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebih.
J. Indikasi Dilakukan Operasi
1. Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV.
2. Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain
yang lebih sederhana.

3. Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.


K. Kontraindikasi Dilakukan Operasi
1. Hemoroid derajat I dan II.
2. Penyakit Chrons.
3. Karsinoma rectum yang inoperable.
4. Wanita hamil.
5. Hipertensi portal
L. Penatalaksanaan Hemoroidektomi
Pada prinsipnya ada 2 penatalaksanaan hemoroid yaitu :
1. Operasi
Ada 2 prinsip dalam melakukan operasi hemoroid :
a) Pengangkatan pleksus dan mukosa.
b) Pengangkatan pleksus tanpa mukosa
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode:
a) Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier)
Dimana semua sayatan ditempat keluar varises harus sejajar
dengan sumbu memanjang dari rectum.
b) Metode White head (eksis atau jahitan primer longitudinal)
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang
menonjol.
c) Metode Morgan-Milligan
Semua primary piles diangkat dan luka dibiarkan terbuka
kemudian

dilakukan

rendam

duduk

dengan

kalium

permanganat atau salep.


2. Non Operasi
Dilakukan pada hemoroid derajat I dan II
a) Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar.
b) Mempergunakan obat-obatflebodinamik dan sklerotika.

c) Rubber band ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet


elastiskira-kira 1 minggu.
M. Teknik Operasi
1. Posisi pasien littotomi atau knee-chest (menungging).
2. Anestesia dapat dilakukan dengan general, regional atau lokal
anestesia.
3. Dilakukan praktoskopi untuk identofikasi hemorrhoid.
4. Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal ke arah prosimal
hingga pedikel hemorrhoid.
5. Jaringan hemorrhoid di eksisi dengan gunting atau pisau, pedikel
hemorrhoid diligasi dengan chromic catgut 3-0.
6. Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka atau dijahit
sebagian.
7. Tindakan diulang pada bagian yang lain.
8. Lubang anus dibiarkan terbuka atau

ditampon

dengan

spongostan.
Ada 3 pilihan operasi untuk ambeien atau wasir yang sering dan
banyak dilakukan di indonesia dan dunia, yaitu :
1. Mengangkat pile ambien atau wasir dengan membuang langsung
jaringannya (haemorroidhectomy).
Ini merupakan cara operasi yang sederhana dan sering di
lakukan untuk kasus ambeien. Cara ini sudah lama dilakukan di
indonesia oleh para ahli bedah. Benjolan yang keluar di tarik
keluar, di klem, dan di jahit dengan tehnik penjahitan tertentu.
Kerugian tindakan ini ialah nyeri yang hebat dan lama akibat
kulit dan otot bisa ikut terpotong, perdarahan lebih banyak, dan
bisa terjadi enyempitan rongga anus.
2. Dengan stapler haemorroid
Merupakan cara yang lebih maju dengan bantuan alat yang
dilakukan dengan menjahit benjolan di bagian dalam anus
secara jelujur dan memasang alat stepler ditarik dan di jepit
dalam hitungan menit maka jaringan langsung terpotong dan
terjahit.
3. HAL dan RAR

HAL adalah hemoroid Artery Ligation atau melakukan


peningkatan arteri hemoroid dan RAR merupakan Recto Anal
Repair yaitu dengan memperbaiki daerah anus dan rektum alias
muara usus besar.

N. Persiapan Alat Untuk Operasi


1. Chromic atraumatik.
2. Cromatik.
3. Saturasi O2.
4. Cairan RL .
5. Tensi.
6. Perlak.
7. Duk besar.
8. Duk kecil.
9. Calamicityne.
10. Kassa.
11. Plester.
12. Jarum (ukuran besar,sedang, dan kecil).
13. Jas operasi.
14. Handschoen.
15. Scapel.
16. Pinset anatomis.
17. Pinset sirurgis.
18. Klem arteri.
19. Coocker.
20. Duk klem.
21. Needle holder.
22. Bengkok.
23. Kom.
24. Gunting.
25. Bistur
O. Perawatan Pasca Operasi
1. Bila terjadi rasa nyeri yang hebat, bisa diberikan analgetika yang
berat seperti petidin.
2. Obat pencahar ringan diberikan selama 2-3 hari pertama pasca
operasi, untuk melunakkan faeses.
P. Resiko Yang Mungkin Muncul Pasca Operasi Hemoroid

Komplikasi bisa muncul setelah operasi hemoroid, tapi risiko


munculnya kondisi serius cukup kecil. Berikut ini adalah beberapa
risiko yang mungkin terjadi:
1. Kehilangan kontrol dalam membuang air besar.
2. Fistula ani. Saluran kecil yang muncul antara anus dan
permukaan kulit, didekat anus.
3. Retensi urin. Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.
4. Stenosis atau penyempitan lubang anus. Risiko tertinggi
munculnya stenosis adalah hemoroid yang berada pada
lingkaran dinding lubang anus.
5. Pendarahan atau mengeluarkan gumpalan darah saat buang air
besar. Biasanya muncul kurang lebih tujuh hari setelah operasi.
6. Infeksi. Ini berisiko munculnya abses atau tumpukan nanah.
Anda akan diberikan antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi.
Masalah-masalah di atas bisa diatasi dengan pengobatan atau operasi
lanjutan. Tanyakan risiko yang mungkin terjadi pada dokter bedah,
sebelum Anda memilih untuk melakukan operasi.
Anda harus segera mencari bantuan medis secepatnya, jika gejala
berikut ini muncul pasca operasi:
1.
2.
3.
4.

Rasa nyeri bertambah parah atau pembengkakan di sekitar anus.


Bermasalah dalam buang air kecil.
Pendarahan berlebihan.
Demam.

Q. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op Hemoroidektomi


1. Pengkajian
a. Data Demografi
Di dalam data demografi terdapat identitas pasien dan
identitas penaggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama,
alamat, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama :

Perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada


anus atau nyeri pada saat defekasi.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama
pada klien. Biasanya klien yang mengalami hemoroid,
didapatkan mengeluh terasa adanya tonjolan pada anus,
terkadang merasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
Selain itu, terkadang klien datang ke rumah sakit dengan
keluhan adanya perdarahan dari anus saat buang air besar
(BAB) yang menyebabkan klien menjadi anemia.
3) Riwayat kesehatan terdahulu :
Apakah klien pernah mengalami hemoroid sebelumnya.
Apakah klien mempunyai alergi terhadap suatu obat,
lingkungan, binatang atau terhadap cuaca. Klien juga
ditanyakan apakah pernah menggunakan obat terutama
untuk pengobatan hemoroid sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah riwayat hemoroid dalam keluarga.

c. Pola fungsi kesehatan


1) Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hemoroid mempunyai kebiasaan
makan yang kurang serat dan jarang minum sehingga
terjadi konstipasi.
2) Pola eliminasi
Klien yang mengalami hemoroid biasanya akan
mengeluarkan darah berwarna merah terang. Dan
keenggaanan untuk BAB sehingga terjadi konstipasi.
3) Pola istirahat tidur
Klien yang mengalami hemoroid, pola istirahat tidurnya
akan terganggu hal ini berkaitan dengan rasa nyeri pada
daerah anus.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : Perhatikan tonjolan pada daerah anus klien,
perhatikan adakah perdarahan dari daerah anus. Selain

menginspeksi hemoroid pada klien, sebagai seorang


perawat juga harus memperhatikan komplikasi yang
terjadi, seperti terjadinya anemia yang dapat dilihat
dengan konjungtiva anemis, capillary refill>3 detik, kulit
klien pucat.
2) Palpasi : Palpasi area anal, adakah keluhan nyeri pada
klien.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa
awal dan selama kemajuan penyakit) : terutama yang
mengandung mukosa, darah, pus, dan organisme usus,
khususnya entamoba histolitika.
2) Darah lengkap : dapat menunjukkan anemia hiperkronik.
3) Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
4) Masa protombin : memanjan pada kasus yang berat
karena gangguan faktor VII dan X disebabkan karena
kekurangan vitamin K.
5) Prostagsimoidoskopi : memperlihatkan ulkus, edema,
hiperemia, dan inflamasi (akibat infeksi sekunder
mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya
dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi pada
85% bagian pada pasien ini.
6) Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum
pada penyakit berat.
7) Kadar albumin : penurunan karena kehilangan protein
plasma/ gangguan fungsi hati.
8) Alkali fosfatase : meningkat, juga dengan kolesterol
serum dan hipoproteinemia, menunjukkan gangguan
fungsi hati.
9) Trombositosis : dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.
10) Sitologi dan biopsi rektal : membedakan antara proses
infeksi dan karsinoma.
11) Enema barium : dapat dilakukan setelah pemeriksaan
visualisasi dapat dilakukan meskipun jarang dilakukan

selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat


kondisi eksorsibasi.
12) Kolonoskopi : mengidentifikasi adesi, perubahan lumen
dinding.
13) ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) atau LED (Laju
Endap Darah ) : meningkat karena beratnya penyakit.
14) Sumsum tulang : menurun secara umum pada tipe berat/
setelah inflamasi panjang.

2. Diagnosa.
a. Postoperasi
1) Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka
operasi dan terpasangnya cerobong angin.
2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan

dengan

pertahanan primer tidak adekuat.


3) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang
informasi tentang perawatan dirumah.
3. Intervensi
a. Postoperatif
No.

1.

Diagnosa

Tujuan dan kriteria

keperawatan

hasil

Intervenasi

dilakukan
Lakukan pengkajian nyeri secara

Nyeri

Setelah

berhubungan

tindakan keperawatan komprehensif

termasuk

lokasi,

dengan adanya selama 3 x 24 jam, karakteristik, durasi, frekuensi,


jahitan

pada nyeri dapat berkurang, kualitas dan faktor presipitasi.

luka

operasi dengan Kriteria Hasil:


Observasi reaksi non verbal dari
dan
mampu
mengontrol
ketidaknyamanan
terpasangnya
nyeri (tahu penyebab
cerobong

nyeri,

angin.

menggunakan

mampu
teknik Gunakan

non farmakologi untuk terapeutik


mengurangi

teknik

komunikasi

untuk

mengetahui

nyeri, pengalaman nyeri pasien

mencari bantuan).
Melaporkan bahwa
Ajarkan teknik relaksasi nafas
nyeri
berkurang
dalam
dengan managemen
nyeri.
Evaluasi pengalaman nyeri masa
Hj
Mampu mengenali
lampau
nyeri (skala intensitas,
frekuensi dan tanda Kolaborasi pemberian analgetik
nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2.

dilakukan
Observasi tanda vital tiap 4 jam

Resiko infeksi Setelah


berhubungan

tindakan keperawatan

dengan

selama

prosedur

jam,resiko

invansif

teratasi.

Instruksikan

Kriteria Hasil:

untuk

Klien
tanda

24

infeksi

terbebas
dan

lingkungan

setelah

dipakai pasien lain.


pada

mencuci

dari berkunjung
berkunjung.
gejala

infeksi.
Mendiskripsikan
proses

Bersihkan

pengunjung
tangan

dan

saat
setelah

Ajarkan cara menghindari infeksi

penularan Ajarkan

pasien

dan

keluarga

penyakit, faktor yang tentang tanda dan gejala infeksi.


mempengaruhi
penularan

Kolaborasi pemberian antibiotik.


serta

penatalaksanaannya.
Menunjukan
kemampuan
mencegah
infeksi

untuk
timbulnya

Jumlah leukosit dalam


batas normal
Menunjukan perilaku

3.

hidup sehat

Kurang

Setelah

dilakukan Diskusikan

pengetahuan

tindakan keperawatan penatalaksanaan diet rendah sisa.

yang

selama

berhubungan

jam,kurangnya

24

dengan kurang pengetahuan teratas.


informasi
tentang

pentingnya

Demontrasikan

perawatan

anal

minta

dan

area
pasien

menguilanginya

Kriteria Hasil:
Klien

tidak

perawatan

bertanya

dirumah.

penyakitna.
Pasien

banyak
tentang

Berikan rendam duduk sesuai


pesanan
Bersihakan area anus dengan baik

dapat dan keringkan seluruhnya setelah


menyatakan
atau defekasi

mengerti
tentang
Berikan balutan
perawatan dirumah.
Keluarga klien paham Diskusikan gejala infeksi luka
tentang

proses untuk dilaporkan kedokter.

penyakit.
mempertahankan
Klien
menunjukkan Diskusikan
difekasi
lunak
dengan
wajah tenang
menggunakan pelunak feces dan
makanan laksatif alami.
Jelaskan pentingnya menghindari
mengangkat
mengejan.
BAB III
KASUS DAN PROSES KEPERAWATAN

benda

berat

dan

Pada tanggal 15 September 2016 ada seorang pasien bernama Tn


X usia 22 tahun. Tn X mengeluh nyeri dibagian anus, terasa panas, sakit
saat BAB dan terdapat darah. Selanjutnya pada tanggal 18 September 2016
Tn X telah menjalani post operasi hemoroidektomi H1, pasien
mengatakan nyeri pada luka post operasi seperti tertusuk, nyeri hilang
timbul dengan skala 5, pasien tampak lemah dan meringis kesakitan. Di
dapat tanda-tanda vital, TD : 130/80 mmHg, N : 76 x/ menit, S : 37 0C, R :
24x/ menit, dan terpasang infus RL 20 tpm. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 18 September 2016 didapatkan hasil
Angka Hemoglobin : 10.0 g/d (13.2 17.3)
Leukosit
: 11.0 10^3/uL (1.5 11.0)
Pasien mendapatkan terapi medis
Injeksi amoxan

: 3x1 mg (IV)

Injeksi tramet

: 3x1 mg (IV)

Cernevit

: 1x1 mg (Drip)

A. Pengkajian Post Op
Hari/tanggal
: Senin, 18 September 2016
Jam
: 09.10 WIB
Tempat
: Bangsal Alamanda RS NY
Oleh
: Dinda dan Kiki
Metode
: Wawancara, Observasi, Pemeriksaan Fisik, Study
Dokumentasi, Study Pustaka)
Sumber
: Pasien, Keluarga, Rekam Medis, Tim Kesehatan
(Dokter, Perawat, Ahli gizi)
1. Identitas
a. Identitas diri Klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Agama
Pendidikan

: Tn. X
: 40 Tahun
: Laki-laki
: Kawin
: Islam
: SMP

Alamat
Pekerjaan
Suku Bangsa
Diagnosa Medic
Nomor RM
Tanggal Masuk
b. Penanggung Jawab
Nama
Umur
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dengan klien

: Kwasen, Jogotirto, Berbah,


: Burih Tani
: Jawa
: Hemorid
: 197697
: 15 September 2016
: Ny. M
: 45 tahun
: Buruh Tani
: Kwasen, Jogotirto, Berbah
: Istri

2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengatakan tidak bisa buang air besar dengan lancar sejak 2
minggu yang lalu, setiap buang air besar keluar darah pada anus,
merasa panas dan nyeri pada anusnya. Kemudian tanggal 15
September 2016 pasien periksa di poli RS NY. Pasien dianjurkan
operasi dan sudah dijadwalkan tanggal 18 September 2016.
b. Keluhan utama
Pada saat pengkajian tanggal 18 September 2016 pukul 09.10 WIB
post op hemoroidektomi.
Pasien mengatakan nyeri pada daerah anus post operasi
hemoroidektomi H0 ditandai dengan:
P
: post operasi hemoroidektomi H0
Q
: terasa ditusuk- tusuk
R
: anus
S
: skala 5
T
: melakukan mobilisasi ditempat tidur.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sampai sekarang,
dan pasien hanya periksa di Puskesmas untuk mengurangi keluhan
hipertensi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang pernah menderita
penyakit yang dialami pasien saat ini.

B. Pengelompokan Data
Data Subjektif
1. Pasien mengatakan nyeri anus habis 1.
2.
operasi post hemoroidektomi H1
3.
P : post. Op Hemoroidektomi H1
4.
Q : terasa ditusuk- tusuk
5.
R : anus
6.
S : skala 5
T : melakukan mobilisasi ditempat

Data Objektif
Pasien terlihat meringis menahan nyeri
Wajah pasien tampak pucat
Rambut kotor
Kuku kaki pasien panjang dan kotor
KU: Lemah
Terdapat luka post op tanggal 19

September 2016
Jenis operasi hemoroidektomi H1
tidur
7. Kulit terlihat kering dan bersisik
2. Pasien mengatakan badannya terasa
8. Terpasang infus RL 20tpm ditangan
lemas
kiri
9. Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
RR : 24x/menit
N : 76x/menit
S : 37oC
10. Aktivitas dan latihan
Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan/minum

Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas
ditempat tidur
Berpindah/berjal
an
Ambulasi/ROM

Keterangan:
1
: Mandiri
2
: Alat bantu
3
: Dibantu orang lain
4
: Dibantu orang lain dan alat
5
: Tergantung total
C. Analisa Data
Data
DS: Pasien mengatakan nyeri Agen

Etiologi
Injury

bagian anus habis operasi post (Pembedahan)


hemoroidektomi H1
P :
post

op

hemoroidektomi H1
Q : terasa ditusuk- tusuk
R : anus
S : skala 5
T : melakukan mobilisasi
ditempat tidur
DO:
a. TTV:
TD: 130/80 mmHg
RR: 24x/menit
N : 76x/menit
b. Pasien meringis menahan
nyeri
c. Wajah pasien pucat

Problem
Fisik Nyeri Akut

DS: Pasien mengatakan lemas

Ketidaknyamanan

Hambatan Mobilitas

untuk bergerak
DO:
a. Pasien terlihat lemah
b. S : 37oC
c. Hemoglobin :
10.0 g/d (13.2 17.3)
d. Leukosit :
11.0 10^3/uL (1.5 11.0)
e. Terdapat

luka

operasi

tanggal 18 September 2016.


Jenis

operasi

hemoroidektomi H1 luka
operasi dibagian anus.
f. Terpasang infus RL 20tpm

Resiko Infeksi

ditangan kiri sejak tanggal


18 September 2016.

Do : Terdapat luka operasi di

bagian anus.
S : 37 0C, Hb : 10.0 g/d,
Leukosit : 11.5 10^3/uL
Ds : -

Prosedur Invansif

D. Nursing Care Plan


E. Rencana Keperawatan
F.

N
o

L. 1

G. Dx Kep/
Masalah

H. Tujuan

Keperawatan
M. Nyeri Akut

N. Setel

Intervensi

J.

Implementasi

K. Evaluasi

3x24

X. 08.30 WIB
AN.08.50 WIB
Y. 1.
Mengukur AO.S : r tandaAP. O :
tanda-tanda vital
tanda
AQ.TD : 130/80
Z. 2. Mengajarkan
vital.
mmHg
tehnik relaksasi nafas
AR. N : 76x/ menit
R.
dalam.
AS. S : 37 0C
S. Ajarka AA.
AT. R : 24x/ menit
AB.
Melati
AU.Klien
mampu
n
AC.
melakukan
nafas
teknik
AD.
AE.
dalam.
relaksa
AF.
AV.
si nafas AG.
AW.
Melati
AH.
AX.
dalam
AI. 11.00 WIB
AY. 11.45 WIB
T.
AJ. 1. Mengkaji skala AZ. S : P
: post

jam,

U. Mengk

berhubungan

ah

dengan

agen

dilak

cidera

fisik

ukan

(pembedahan)

I.

tinda
kan
keper
awat
an
sela
ma

Q. Monito

nyeri.
AK.2.

op
Pemberian

dihar

aji

apka

skala

nyeri

nyeri
klien
dapat
berk
uran
g,
deng
an
Krite
ria
Hasil
:
O. Mam
pu
meng

V.
W. Kolaborasi
pemberian
analgetik.

terapi

ketorolax melalui IV.


AL.
AM.
Mela
ti

hemoroidektomi
H1
BA. Q

terasa

ditusuk-

tusuk
BB. R
BC. S

: anus
:

skala 5
BD. T

melakukan
mobilisasi
ditempat tidur.
BE. O

klien

tampak pucat.
BF.

Sudah

masuk
ketorolax
melalui IV.
BG. A : Masalah

ontro
l

belum teratasi.
BH. P : Lanjutkan

nyeri
(tahu
peny
ebab
nyeri
,
mam
pu
meng
guna
kan
tekni
k non
farm
akolo
gi

intervensi.
BI.

Melati

untu
k
meng
uran
gi
nyeri
,
menc
ari
bantu
an).
P.

Melaporkan

bahwa

nyeri

berkurang.
BJ. 2

BK.
n

Hambata
mobilitas

BM.
Setelah

BS.Mengu
kur

berhubungan

dilak

tanda-

dengan

ukan

tanda

CA. 08.30 WIB


DC. 08.50 WIB
CB. Mengukur tanda- DD.S : DE. O :
tanda vital
DF. TD : 130/80
CC.
CD.
Melat mmHg

ketidaknyamana

tinda

n
BL.

kan
keper
awat
an
sela
ma

i
CE.
BT.
CF.
BU.
A CG.
CH.
jarkan
CI.
pasien CJ.
CK.
tentang
CL.
teknik
CM.

DG.N : 76x/ menit


DH.S : 37 0C
DI. R : 24x/ menit
DJ. Klien
mampu

vital

3x24

ambula

jam

si.

dihar

BV.

apka

BW.

09.45 WIB
CN.
.

melakukan

nafas

dalam.
DK.
DL.

Mela

ti
1 DM.
10.15 WIB
DN.

Ajarka
L

S:-

atih

pasien

klien

pasien

tentang

mam

dalam

teknik

pu

pemen

ambula

berak

uhan

si.

tivita

kebutu

han

CO.

DO. O

Pasien

mampu
melakukan apa
yang
ajarkan
perawat.

. Latih

DP.

di
oleh

secar

ADLs

pasien

secara

dalam

mand

mandiri

pemen

iri,

sesuai

uhan

deng

kemam

kebutu

DS.

an

puan.

han

DT.13.10 WIB

ADLs

DU. S : -

kriter

BX.

ia

BY.

hasil:

secara

DQ.
DR.

Me
lati

DV. O

Pasien

olabora

mandiri

berusaha untuk

BN.

si

sesuai

ambulasi sesuai

Klien

dengan

kemam

yang diajarkan

meni

terapi

puan.

oleh terapis.

ngkat

fisik

dala

tentang

rencana

aktiv

ambula

itas

si.

fisik

BZ.

CP.
CQ.

DW. A
Melat

i
CR.
CS. 12.35 WIB

Masalah

belum teratasi.
DX. P : Lanjutkan
intervensi.

CT.Kolabo

DY.

rasi

DZ.

Melati

BO.

dengan

Mengerti

terapi

tujua

fisik

tentang

dari

rencana

penin

ambula

gkata

si.

n
mobi
litas
BP.Mem
verba
lisasi
kan
peras
aan
dala
m

CU.
CV.
CW.
CX.
CY.
CZ.
DA.
DB.

Melati

meni
ngkat
kan
keku
atan
dan
kema
mpua
n
berpi
ndah
BQ.
Bantu
untu
k
mobi
lisasi
.

BR.
EA. 3

EB. Resiko

EC.

infeksi

Setelah

EJ. Instruk

ET. 10.00 WIB

sikan

EU.

11. 15 WIB
1

FH.

berhubungan

dilak

pada

S:-

dengan prosedur

ukan

pengun

Instruk

FI. O :

invansif

tinda

jung

sikan

FJ. Hasil

kan

untuk

pada

labora

keper

mencuc

pengun

toriu

awat

jung

m:

an

tangan

untuk

FK.

sela

saat

mencuc

Hb : 10.0

ma

berkunj

3x24

ung

tangan

jam

dan

saat

osit :

dihar

setelah

berkunj

11.5

apka

berkunj

ung

10^3/

ung.

dan

uL

klien

EK.

setelah

g/d,
FL.Leuk

FM.

mam

EL.Observ

berkunj

pu

asi

berak

hasil

tivita

laborat

Observ

orium

asi

secar

EM.

EN.

ung.
EV.2.

hasil
E

laborat

mand

dukasi

orium

iri,

pasien

EW.

deng

dan

EX.

an

keluarg

kriter

ia

tentang

hasil:

tanda

Klien

EY.11.00
WIB
1.

Edukasi

dan

pasien

dan

terbebas dari

gejala

keluarga

tanda

infeksi

tanda dan gejala

ED.

dan

gejala infeksi.

EO.

infeksi

FO.

Melati
FP. 12.00
WIB
FQ.
S:FR.O

Pasie

Melati

EZ.

FN.

tentang

n dan
keluar
ga
mamp
u
meng
ulangi
apa

EE. Mendiskr

EP. Dorong

FA.

2.Dorong

yang

ipsikan proses

pasien

pasien

penularan

untuk

meningkatkan

paika

penyakit,

mening

istirahat.

n oleh

faktor

yang

katkan

mempengaruh
i

penularan

serta
penatalaksana
annya.

EF.

Menunju

FB.

3. Kolaborasi

istiraha

pemberian

antibiotik.

EQ.

FC.

ER.

K FD.

untuk

terapi

disam

peraw
at.
FS. Telah
masu
k

olabora

FE.

kan

si

FF.

kemampuan

pember

untuk

ian

mencegah

terapi

timbulnya

antibiot

Masal

ik.

ah

infeksi.
EG.
umlah

ES.

ati
FG.

ceftri
Mel

axson
melal
ui iv.
FT. A

belum
terata

leukosit
dalam batas
normal.
EH.

si.
FU.
P

Lanju

Menunjukan

tkan

perilaku

interv

hidup sehat.
EI.

ensi.
FV.
FW.
Melat
i
FX.

FY.Diagnosa Sesuai Prioritas


a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (Pembedahan)
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada anus post operasi
hemoroidektomi H1 rasanya seperti tertusuk-tusuk, dengan skala
nyeri 5, nyeri terasa hilang timbul. Terdapat tanda- tanda vital,
TD : 130/80 mmHg, RR : 24x / menit, N : 76x /menit, S : 37 0C,
pasien tampak meringis menahan nyeri dan tampak pucat.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring ditandai
dengan pasien mengatakan lemas, susah bergerak. Terdapat hasil
pemeriksaan darah, Hb : 10.0 g/d.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif ditandai
dengan suhu tubuh 370C, terdapat luka operasi tanggal 18
September 2016. Jenis operasi menggunakan metode Morgan
Milligan H1, luka operasi di bagian anus, terpasang infus RL
20tpm di tangan sebelah kiri sejak tanggal 17 September 2016.
FZ.
GA.
GB.
GC.
GD.
GE.
GF.
GG.
GH.
GI.
GJ.
GK.
GL.
GM.
GN.
GO.
GP.
GQ.

BAB IV
PEMBAHASAN
GR.

A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data yang ada pada teori dan ada pada kasus
1) Nyeri Akut
GS.
Nyeri adalah pengalaman

sensori

dan

emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat


kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association For The Study Of Pain). Terjadi
secara tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat hingga akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung kurang dari 6 bulan (NANDA, 2015).
GT.
Data ini muncul karena adanya prosedur
pembedahan

hemoroid.

Pasien

dikaji

nyeri

dengan

pengkajian nyeri NUMERIK.


2) Resiko Infeksi
GU.
Resiko infeksi adalah mengalami peningkatan
resiko terserang organisme patogenik (NANDA, 2015).
GV.
Data ini muncul karena adanya pembedahan
dan terdapat luka di daerah anus.
b. Data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus :
1) Kurangnya Pengetahuan
GW.
Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau
defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu (NANDA, 2015).
GX.
Data ini tidak muncul di kasus karena saat di
kaji klien mengatakan sudah tau tentang apa itu hemoroid.
GY.
c. Data yang tidak ada diteori tetapi ada pada kasus :
1) Hambatan mobilitas fisik
GZ.
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan
pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah (NANDA, 2015).
HA.
Data ini tidak muncul pada teori tetapi muncul
pada pasien karena diedukasi oleh dokter untuk bedrest
selama 24 jam.
HB.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan ada pada
kasus :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
(pembedahan)
HC.

Nyeri

adalah

pengalaman

sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang


muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association For The
Study Of Pain). Terjadi secara tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari
6 bulan (NANDA, 2015).
HD.
Diagnosa ini muncul karena
adanya insisi pembedahan pada anus. Dengan adanya
tindakan pembedahan ini dapat merusak jaringan syaraf
sehingga menimbulkan sensasi nyeri.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif
HE.
Resiko
infeksi
adalah
mengalami peningkatan resiko terserang organisme
patogenik (NANDA, 2015).
HF.
Diagnosa ini muncul karena
adanya tindakan post pembedahan dengan adanya luka
operasi.
b. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada
pada kasus :
1) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang
informasi tentang perawatan dirumah.
HG.
Defisiensi pengetahuan adalah
ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu (NANDA, 2015).
HH.
Diagnosa ini tidak muncul di
kasus karena saat di kaji klien mengatakan sudah tau
tentang apa itu hemoroid.

c. Diagnosa keperawatan yang tidak ada diteori tetapi ada


pada kasus :
1) Hambatan

mobilitas

ketidaknyamanan.
HI.

fisik

berhubungan

Hambatan

dengan

mobilitas

fisik

adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau


satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
(NANDA, 2015).
HJ.

Diagnosa ini muncul pada teori

tetapi muncul pada pasien karena diedukasi oleh dokter


untuk bedrest selama 24 jam.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan

agen

injuri

fisik

(pembedahan)
1) Intervensi keperawatan yang ada pada teori dan ada
pada kasus :
a) Pengkajian nyeri secara komprehensif.
HK.
Intervensi ini direncanakan

untuk

mengetahui tingkat nyeri pada pasien.


b) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
HL.
Intervensi ini direncanakan supaya
nyeri pasien berkurang.
c) Kolaborasi pemberian terapi analgetik.
HM.
Intervensi ini dilakukan

untuk

mengurangi nyeri pasien (secara farmakologis).


2) Intervensi keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak
ada pada kasus :
a) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
HN.
Hal ini tidak perlu direncanakan
karena kami telah menggunakan komunikasi
terapeutik.
b) Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu.
HO.
Hal ini tidak perlu direncanakan
karena pasien belum pernah melakukan operasi
sebelumnya.

3) Intervensi keperawatan yang tidak ada diteori tetapi ada


pada kasus :
a) Monitor tanda-tanda vital.
HP.
Hal ini dapat untuk mengidentifikasi
nyeri yang dapat menyebabkan kegelisahan serta
nadi dan respirasi meningkat.
HQ.
Karena diagnosa ini tidak ada di teori
maka kita mengambil intervensi dari NANDA
2015.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif.
1) Intervensi keperawatan yang ada pada teori dan ada
pada kasus :
a) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung.
HR.
Intervensi ini direncanakan untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi pada pasien.
b) Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi.
HS.
Intervensi ini direncanakan agar pasien
dan keluarga pasien tahu tentang tanda dan gejala
infeksi.
c) Kolaborasi pemberian terapi antibiotik.
HT.
Intervensi ini dilakukan

untuk

mengurangi resiko terjadinya infeksi (secara


farmakologis).
2) Intervensi keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak
ada pada kasus :
a) Observasi tanda vital tiap 4 jam.
HU. Hal ini tidak perlu direncanakan
karena TTV tidak terlalu berpengaruh dalam tanda
dan gejala resiko infeksi.
b) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
HV. Hal ini tidak perlu direncanakan
karena lingkungan selalu dibersihkan oleh petugas
kebersihan.
3) Intervensi keperawatan yang tidak ada diteori tetapi ada
pada kasus :

a) Observasi hasil laboratorium.


HW. Intervensi ini direncanakan karena
untuk mengidentifikasi resiko terjadinya infeksi,
yang menghasilkan Hb yang rendah dan Leukosit
yang meningkat.
HX. Karena diagnosa ini tidak ada di teori
maka kita mengambil intervensi dari NANDA,
2015.
b) Dorong pasien untuk meningkatkan istirahat.
HY. Intervensi ini direncanakan untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi.
HZ. Karena diagnosa ini tidak ada di teori
maka kita mengambil intervensi dari NANDA,
2015.
IA.
IB.
IC.
ID.
IE.
IF.
IG.
IH.
II.
IJ.
IK.
IL.
IM.
IN.
IO.
IP.
IQ.
IR.
IS.

IT.
IU.
IV.
IW.
IX.
IY.
IZ.
JA.
JB.
JC.
JD.BAB V
JE.PENUTUP
JF.
A. Kesimpulan
JG.
Hemoroid

adalah

dilatasi

pleksus

(anyaman

pembuluh darah) vena yang mengitari rektal dan anal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri
dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau
wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,
diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi
perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan kecemasan terhadap
penderitanya

akibat

ketidaktahuan

tentang

penyakit

dan

pengobatannya.
JH.
B. Saran
JI. Perlu dilakukan penyuluhan yang intensif tentang penyakit,
proses penyakit dan pengobatannya pada penderita hemoroid.
Menginformasikan

tentang

pencegahan-pencegahan

terjadinya hemoroid dengan cara :


1. Minum banyak air, makan makanan yang mengandung banyak
serat (buah,

vitamin K, dan vitamin B12, sayuran,

suplemen serat, dll) sekitar 20-25 gram sehari

sereal,

2. Olahraga
3. Mengurangi mengedan
4. Menghindari penggunaan laksatif (perangsang buang air besar)
Membatasi mengedan sewaktu buang air besar.
5. Penggunaan celana dalam yang ketat dapat mencetuskan
terjadinya wasir dan dapat mengiritasi wasir yang sudah ada.
6. Penggunaan jamban jongkok juga sebaiknya dihindari
JJ.
JK.

DAFTAR PUSTAKA
JL.

JM.

NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction

JN.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publishing

JO.

Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Edisi 6. Vol.2. Jakarta: EGC

JP.

Vinda

Poltekes

2014

(https://www.scribd.com/doc/201394493/PERSIAPANPROSEDU
R-DAN-ALAT-ALAT-BEDAH)
September 2016 pukul 17.15 WIB)
JQ.

(diakses

pada

tanggal

15

You might also like