You are on page 1of 9

PERCOBAAN IV

ANALISIS GUGUS FUNGSI DARI ZAT PEWARNA DENGAN


MENGGUNAKAN FT-IR
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasikan gugus-gugus
fungsi zat sapranin-O berdasarkan hasil absorbansi spektrofotometer FTIR.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri (Basset,1994).
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi
oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh
suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen
yang berbeda (Khopkar, 2003).
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR).
spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah
merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 m
atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1. Prinsip kerja spektrofotometer
infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang lainnya yakni interaksi
energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi
elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-1 yang dikenal
sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk
frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung
semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang
diserap muncul sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini
ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari% ditransmisikan bersekongkol
melawan wavenumber.

Spektroskopi

inframerah

sangat

berguna

untuk

analisis

kualitatif

(identifikasi) dari senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan
oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang
berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok fungsional menyerap sinar
inframerah pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C =
O, selalu menyerap sinar inframerah pada 1670 -1780 cm-1, yang menyebabkan
ikatan karbonil untuk meregangkan (Silverstein, 2002).
Teknik spektroskopi IR digunakan untuk mengetahui gugus fungsional
mengidentifikasi senyawa , menentukan struktur molekul, mengetahui kemurnian
dan mempelajari reaksi yang sedang berjalan. Senyawa yang dianalisa berupa
senyawa organik maupun anorganik. Hampir semua senyawa dapat menyerap
radiasi inframerah ( Mudzakir, 2008).
Instrumen spektroskopi IR terdiri dari beberapa komponen:
1. Sumber Radiasi
a.Meinst glower
Berbentuk silinder diameter 1 X 2 mm dan panjang 20 mm
b. Sumber globar
Berupa batang silikon karbida, panjang 50 mm dan diameter 5 mm
c.Kawat berpijar
Kawat nikon yang dipanaskan pada 110 K oleh arus listrik
2. Sampel
Terdiri dari padat, cair dan gas
3. Monokromator
Untuk

meminimalkansinar

setelah

melewati

sampel

yang

tidak

dikehendaki
4. Detektor
Yang sering digunakan dalam IR yaitu:
a.Thermal transducer
b. Pyroelectric transducer
c.Bolometer
5. Recorder
(Silverstein, 2004)
Tidak ada pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar IR, maka
cuplikan dapat diukur sebagai padatan atau cairan murninya. Cuplikan padat

digerus pada muortar kecil bersama Kristal KBr kering Dalam jumlah sedikit (0,52 mg cuplikan sampai 100 mg KBr kering) campuran tersebut dipres diantara 2
sekrup memakai kunci kemudian kedua sekrupnya dan baut berisi tablet cuplikan
tipis diletakkan di tempat sel spektrofotometer infrared dengan lubang mengarah
ke sumber radiasi (Hendayana, 1994).
Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran
sejumlah ekuivalen dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap.
Sedangkan garam yang mengadung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa
koordinasi atau garam kompleks. Misalnya heksamin koballt (III) klorida,
Co(NH3)6 Cl3, dan kalium heksasiano ferat (III), K3Fe(CN)6 (Harjadi, 1990).
Jika suatu radiasi gelombang elektromagnetik mengenai suatu materi,
maka akan terjadi suatu interaksi, diantaranya berupa penyerapan energy
(absorpsi) oleh atom-atom atau molekulmolekul dari materi tersebut. Absorpsi
sinar ultraviolet dan cahaya tampak akan mengakibatkan tereksitasinya elektron.
Sedangkan absorpsi radiasi inframerah, energinya tidak cukup untuk mengeksitasi
elektron, namun menyebabkan peningkatan amplitudo getaran (vibrasi) atomatom pada suatu molekul. Hal yang sangat unik pada penyerapan radiasi
gelombang elektromagnetik adalah bahwa suatu senyawa menyerap radiasi
dengan panjang gelombang tertentu bergantung pada struktur senyawa tersebut.
Absorpsi khas inilah yang mendorong pengembangan metode spektroskopi, baik
spektroskopi atomik maupun molekuler yang telah memberikan sumbangan besar
bagi dunia ilmu pengetahuan terutama dalam usaha pemahaman mengenai
susunan materi dan unsur-unsur penyusunnya. Salah satu metode spektroskopi
yang sangat

populer adalah metode spektroskopi FTIR (Fourier Transform

Infrared), yaitu metode spektroskopi inframerah yang dilengkapi dengan


transformasi Fourier untuk analisis hasil spektrumnya. Metode spektroskopi yang
digunakan adalah metode absorpsi, yaitu metode spektroskopi yang didasarkan
atas perbedaan penyerapan radiasi inframerah. Absorbsi inframerah oleh suatu
materi dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yaitu kesesuaian antara frekuensi
radiasi inframerah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan
momen dipol selama bervibrasi. Penelitian ini berusaha meneliti struktur molekul
bensin, spiritus dan cairan untuk katalis yang biasa ditambahkan pada besin untuk

efisiensi pembakaran pada kendaraan, dengan menggunakan spektroskopi FTIR


(Anam, 2007).
III.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer FTIR, pipet tetes, botol vial.
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah yaitu sapranin-O dan
etanol.

IV.

CARA KERJA
1 Menyiapkan sampel yang akan diabsorbansi dengan spektrofotometer
FTIR, yaitu melarutkan sampel sapranin-O dalam pelarut etanol sehingga
2

kadarnya menjadi 0,01%.


Memasukkan sampel yang akan diabsorbansi dengan spektrofotometer

FTIR ke dalam botol vial.


Mengambil beberapa tetes etanol dengan menggunakan pipet tetes dan
meneteskannya ke dalam kaca objek, kemudian menutupnya dengan kaca

objek yang lain hingga tidak terdapat udara lagi.


Memasukkan kaca benda yang berisi etanol ke dalam celah FTIR dan

menunggu grafik hasil absorbansi muncul di layar monitor.


Mengambil beberapa tetes sampel sapranin-O dengan menggunakan pipet
tetes dan meneteskannya ke dalam kaca objek, kemudian menutupnya

V.

dengan kaca objek yang lain hingga tidak terdapat udara lagi.
Memasukkan kaca benda yang berisi sampel sapranin-O ke dalam celah

FTIR dan menunggu grafik hasil absorbansi muncul di layar monitor.


Mencetak grafik hasil absorbansi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
N

Frekuensi (cm-1)

Jenis Ikatan

Gugus Fungsi

o
1

3250-3500

N-H

amina

2750-3000

CH3

Metil

>2250

C=N

Nitril

C=C
B. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menganalisis gugus fungsi larutan
berwarna dengan menggunakan FT-IR. Sistem optik Spektrofotometer
Fourier Transform Infra Red ini dilengkapi cermin yang bergerak tegak
lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra merah akan
menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang
bergerak (M) dan jarak cermin yang diam (F). Perbedaan jarak tempuh
radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi ().
Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap
retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistem optik dari
Spektrofotometer

infrared

yang

didasarkan

atas

bekerjanya

interferometer disebut sebagai sistem optik Fourier Transform Infra Red.


Pada FTIR ini digunakan radiasi LASER (Light Amplification by
Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra
merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik. Detektor
yang digunakan dalam spektrofotometer Fourier Transfor Infra Red
adalah Tetra Glycerine Sulphate (TGS) atau Mercury Cadmium Telluride
(MCT). Detektor MCT lebih banyak digunakan karena memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan
respon yang lebih baik pada frekuensi modulasi tinggi, lebih sensitif,
lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap
energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah. Secara
keseluruhan, analisis menggunakan spektrofotometer ini memiliki dua
kelebihan utama dibandingkan metode konvensional lainnya. Dapat
digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan
sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan

cara sekuensial atau pemindaian, dan sensitifitas dari metode


spektrofotometeri Fourier Transform Infra Red lebih besar daripada cara
dispersi, sebab radiasi yang masuk kesistem detektror lebih banyak
karena tanpa harus melalui celah.
Bahan yang digunakan pada kelompok kami adalah sapranin-O.
Sapranin-O adalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan
sitologi. Sapranin-O digunakan counterstain klasik dikedua noda Gram,
dan endospora pewarnaan. Hal ini juga dapat digunakan untuk
mendeteksi tulang rawan, mucin, mast cell butiran. Ada juga trimetil
sapranin biasanya memiliki struktur kimia yang memiliki tambahan
gugus metil pada posisi orto dari cincin yang lebih rendah. Kedua
senyawa berperilaku dasarnya identik dalam aplikasi pewarnaan biologi,
dan sebagian besar produsen sapranin-O tidak membedakan antara
keduanya. Persiapan sapranin komersial sering mengandung campuran
dari kedua jenis. Sapranin-O juga digunakan sebagai indikator redoks
dalam kimia analitik. Sebagaimana telah diketahui, struktur sebenarnya
sapranin-O terlihat pada gambar dibawah ini

Gambar 1. Struktur Sapranin-O


Tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk mengetahui gugus fungsi
yang ada pada sapranin-O. Fourier Transport Infra Red ini sendiri
mampu mendeteksi larutan yang berwarna, oleh karena itu pada sampel
sapranin-O digunakan spektrofotometer ini. Dari hasil analisis peak pada
gugus-gugus dan panjang gelombang tertentu.Untuk mengetahui gugus
tersebut biasanya digunakan bank data untuk melihat perbandingan
antara peak yang curam atau landau dengan panjang gelombang tertentu.

Percobaan ini didapatkan data yaitu pada jangkauan gelombang


2000-4000 cm-1. Analisis gugus fungsi dengan FT-IR terlihat peak pada
3250-3500 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus N-H (amino). Untuk
2750-3000 cm-1 terdapat gugus CH3, daerah kurang dari 2250 cm-1 yaitu
gugus C=N dan C=C (aromatik).
VI.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Spektrofotometer

sebenarnya

adalah

dua

gabungan

alat

yaitu

spektromter yang menghasilkan sinar dari spektrum dengna panjang


gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang di absorbsi.
2. Konsentrasi yang tidak tepat menyebabkan pembacaan serapan juga
tidak akurat, dan penentuan max yang tidak tepat Spektroskopi
inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari
senyawa organik.
3. Dilihat dari peaknya didapatkan gugus N-H pada 3250-3500 cm-1, CH3
pada 2750-3000 cm-1, dan C=C dan C=N pada daerah kurang dari 2250
cm-1. Sesuai dengan struktur sebenarnya.
4. FTIR Dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara
simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada
menggunakan cara sekuensial atau pemindaian.
5. Sensitifitas dari metode spektrofotometeri Fourier Transform Infra Red
lebih besar daripada cara dispersi, sebab radiasi yang masuk kesistem
detektror lebih banyak karena tanpa harus melalui celah.
6. Sapranin-O adalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan
sitologi. Sapranin-O digunakan counterstain klasik dikedua noda Gram,
dan endospora pewarnaan.

DAFTAR PUSTAKA
Anam, C., dkk. 2007. Analisis Gugus Fungsi pada Sampel Uji, Bensin dan
Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi FTIR. ISSN 1410-9662 Vol
10-1. Jurusan Fisika, UNDIP.
Basset ,J . 1994 . Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta. EGC.
Harjadi, W., 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang. IKIP Press.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Mudzakir , A . 2008 . Praktikum Kimia Anorganik . Bandung.
Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. John Wiley &
Sons Ltd. New York.

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA INSTRUMENTASI
PERCOBAAN IV
ANALISIS GUGUS FUNGSI DARI ZAT PEWARNA DENGAN
MENGGUNAKAN FT-IR

NAMA

: NOOR KHALISA

NIM

: J1B112204

KELOMPOK

: X (SEPULUH)

ASISTEN

: NOOR ALIYAH

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014

You might also like