Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalya kemunduran secara fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak
proporsial.
Pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu
sekitar 19,3 juta jiwa (9%) dari jumlah penduduk. Bahkan pada tahun 2020-2025,
Indonesia akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut
usia setelah RRC, India dan Amerika Serikat dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun.
Jumlah lansia di seluruh dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 629 juta jiwa
( satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan
mencapai 1,2 milyar.
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai
beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin
berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya
masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang
masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Persepsi ini muncul
karena memandang lanjut usia hanya dari kasus lansia yang sangat ketergantungan dan
sakt-sakitan. Persepsi negatif seperti itu tentu saja tidak semuanya benar. Banyak pula
lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam
masyarakat masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, lanjut usia harus dipandang sebagai
individu yang memiliki kebutuhan intelektual, emosional dan spiritual selain kebutuhan
yang bersifat biologis.
Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi lanjut usia ini menciptakan
ruang kosong, yang kemudian diisi oleh dunia kedokteran atau medis. Di satu sisi,
Page 1
perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut secara positif oleh dunia
keperawatan sehingga masalah kesehatan lanjut usia dapat teratasi. Kesehatan merupakan
aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan lanjut usia. Semakin tua
seseorang, cenderung semakin berkurang daya tahan fisik mereka. Dalam kaitan ini, kajian
terhadap keperawatan lanjut usia perlu ditingkatkan.
B. Tujuan
1. Mengenal masalah kesehatan lansia.
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia.
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia.
4. Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga dapat
meningkatkan kesehatan lansia.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan kesehatan).
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Lansia
Page 2
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004).
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah
seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000)
sedangkan menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia)
adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia
lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005).
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia
digolongkan menjadi 4, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75 90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua
adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi
bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang
sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas
Page 3
dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia
bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang
berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua
dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka
kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga
lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap- sikap yang berkisar antara
kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini
menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat
proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap
orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke
atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan
pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia
55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium
pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan
berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan
dalam hidupnya.
B. Ciri-ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut
usia,yaitu:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada
lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika
memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu
seperti:
lansia
lebih
senang
mempertahankan
pendapatnya
dari
pada
2. Teori Nongenetik
a) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi yang
berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi yang merusak membran sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal
inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia
(Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan
kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi
kelainan auto-imun.
Page 5
b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori radikal
bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses
metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai
electron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau
molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam
tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel, 1994). Radikal
bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel.
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor,
asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
c) Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur
(Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999).
d) Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa menua
disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul
kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan
yang menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan
terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada
proses menua.
e) Teori Fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri
atas teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini
terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah dipakai
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kstabilan lingkungan
eksternal).
D. Perubahan Biologis Pada Lansia
1. Sel
a) Jumlah sel menurun/menjadi sedikit.
b) Ukuran sel lebih besar.
c) Berkurangnya cairan tubuh dan cairan intra seluler.
d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati.
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
Page 6
menurun.
Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang.
Berkurangnya elastisitas bronkus.
Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
Sering terjadi emfisema senilis.
Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring pertambahan usia.
3. Sistem Kardiovaskuler
a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b) Elastisitas dinding aorta menurun
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
(frekuensi denyut jantung maksimal= 200-umur)
d) Curah jantung menurun.
e) Kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
f) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
g) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistol normal 170 mmHg, diastol normal 95 mmHg.
4. Sistem Persarafan
a) Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun.
b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya).
c) Mengecilnya saraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon
penglihatan dan pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih
sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah.
d) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
e) Defisit memori.
5. Sistem Pencernaan
Page 7
paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut.
Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
Kifosis.
Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
Gangguan gaya berjalan.
Page 8
h)
i)
j)
k)
l)
dipahami).
m) Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak,
kolagen, dan jaringan parut).
n) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
o) Otot polos tidak begitu berpengaruh.
8. Sistem Penglihatan
a) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
e) Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia,
seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa.
f) Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
g) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala.
9. Sistem Pendengaran
a) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan/stress.
e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah,
bisa terus menerus atau intermitten).
f) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar).
10. Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi karena beberapa faktor
yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain:
a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 350C ini akibat
metabolisme yang menurun.
b) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dan gelisah.
c) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
Page 9
progesterone,
estrogen,
dan
testosterone menurun.
13. Sistem Integumen
a) Kulit menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak
b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan
proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
Page 10
penyakit
Alzheimer.
Istilah
demensia
digunakan
untuk
hipertensi. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin dapat diketahui adalah
hipertensi, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual dan
muntah, lesu dan gelisah, kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas,
penurunan daya ingat, kedutan dan kram otot, BAB berdarah, kulit
kekuningan, dan rasa gatal.
c) BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena
hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat, meliputi antara lain:
jaringan kelenjar dan jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan
uretra pars prostatika. Gejala klinik terjadi oleh karena 2 hal, yaitu
penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih dan Retensi air
kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Gejala klinik dapat berupa frekuensi
berkemih bertambah, berkemih pada malam hari, kesulitan dalam hal memulai
dan menghentikan berkemih, air kemih masih tetap menetes setelah selesai
berkemih, rasa nyeri pada waktu berkemih.
d) Inkontinensia Urine
Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu di luar
kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada lansia. Dari segi medis,
inkontinensia mempermudah timbulnya ulkus dekubitus, infeksi saluran
kemih, sepsis, gagal ginjal, dan peningkatan angka kematian.
6. Sistem Muskuloskeletal
a) Osteoartritis
Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah tidur,
dan sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang beberapa saat
setelah digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat timbul secara bergantian
selama beberapa bulan atau tahun. Peradangan ini paling bersifat asimetris.
Osteoartritis terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak tulang rawan pada
lapisan terluar sendi karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Tulang
yang berdekatan akan saling bergeser sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Penyakit ini biasanya mengenai daerah lutut dan punggung.
b) Artritis rheumatoid (arthritis simetris)
Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam.
Kadang-kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini. Peradangan sendi
lain dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat. Pembengkakan
sendi pada beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, siku, pergelangan
Page 15
cairan kental putih yang menimbulkan peradangan hebat jika kapsul lensa
mengalami rupture dan cairan tersebut keluar, yang disebut katarak Morgagni.
8. Sistem Pendengaran
Presbiakusis
Presbiakusis merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran
pada lansia. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55 tahun atau lebih. Penyebab
gangguan pendengaran lainnya pada orang berusia tua antara lain karena infeksi
atau kerusakan di telinga dalam. Kemunduran pendengaran ini muncul bertahap
dalam beberapa tahun, yang mungkin tidak disadari pada awalnya. Gangguan
tersebut baru diketahui ketika pasien mengalami kesulitan mendengar suara orang
menelepon atau mengikuti pembicaraan pada kumpulan orang ramai. Teman atau
anggota family dapat terkejut karena pasien menyetel televisi terlalu keras atau
meminta pengulangan pertanyaan berkali-kali. Gangguan pendengaran ini dapat
menimbulkan keterasingan dan ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.
9. Sistem Endokrin
Diabetes
Seseorang disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan kadar gula
darah yang menetap. Penyakit ini terjadi pada segala umur, walaupun umumnya
lebih sering dijumpai pada lansia sebagai suatu penyakit kronis, yaitu sekitar 18%
pada kelompok individu berumur 65 tahun dan 25% di atas 85 tahun. Umumnya
terdapat 5 tanda gejala awal, yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus,
bertambahnya nafsu makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu.
Kadang-kadang gejala terawal berupa penglihatan yang kabur.
10. Sistem Reproduksi
Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi berarti kegagalan terjadinya dan ketidakmampuan
mempertahankan ereksi pada 50% usaha penetrasi pada persetubuhan. Disfungsi
ereksi dapat terjadi dari waktu ke waktu pada berbagai tingkat umur setelah
dewasa. Walaupun insiden disfungsi ereksi meningkat seiring pertambahan usia,
prevalensinya mencapai sekitar 52% pada umur antara 40-70 tahun dan meningkat
pada orang yang lebih tua, yaitu hampir mencapai 95% pada pria berumur >70
tahun, terutama dengan penyakit penyerta seperti diabetes. Disfungsi ereksi dapat
timbul akibat gangguan vascular, neurogenik, endokrin, kelainan struktur penis,
efek samping obat, dan stress psikologis.
F. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam
penatalaksanaan untuk menanggulangi gangguan biologis pada lansia:
Page 17
karena penuaan.
6) Kelebihan volume cairan b.d. kerusakan fungsi ginjal.
7) Defisit volume cairan b.d. kehilangan cairan berlebihan karena diare.
8) Nyeri akut/kronis b.d. fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan,
distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
9) Konstipasi b.d. imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus).
10) Kerusakan mobilitas fisik b.d. nyeri, alat imobilisasi, dan keterbatasan beban
berat badan, deformitas skeletal.
11) Gangguan citra tubuh b.d. perubahan kemampuan untuk melakukan tugastugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan
mobilitas.
12) Kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi/tirah baring yang lama.
13) Risiko cidera b.d. rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang.
14) Defisit perawatan diri b.d. kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi
15) Gangguan pola tidur b.d. nyeri, fibrosistis.
16) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan pengobatan
akibat kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
17) Ansietas b.d. kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai
perawatan pascaoperatif, pemberian obat.
18) Risiko cidera b.d. kerusakan penglihatan, kesulitan keseimbangan.
19) Nyeri b.d. trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah.
20) Peningkatan kadar gula darah b.d. kerusakan insulin.
21) Risiko tinggi infeksi b.d. perawatan luka gangren yang tidak adekuat.
22) Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan suplai darah ke daerah perifer.
23) Gangguan pola seksual b.d. nyeri, kelemahan, sulit mengatur posisi, dan
kurang adekuat lubrikasi.
24) Ketidakberdayaan b.d. perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit.
G. Rencana Keperawatan
Berikut ini adalah contoh rencana keperawatan yang bisa diberikan untuk
beberapa diganosa keperawatan di atas:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum,
penyempitan jalan napas.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas
klien efektif dengan kriteria hasil:
a) Klien menyatakan perasaan lega.
b) Keluarnya sputum/sekret.
Page 18
sekresi:
dan
fisioterapi.
j) Pemberian expectoran.
k) Pemberian antibiotika.
2. Nyeri akut/kronis b.d. fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan,
distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau
terkontrol dengan kriteria hasil:
a) Klien menyatakan perasaan nyaman.
b) Klien menunjukkan raut wajah lega.
c) Klien menyatakan skala nyeri berkurang.
Rencana Keperawatan:
a) Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta catat lokasi dan intensitas, faktor-faktor
yang mempercepat, dan respon rasa sakit nonverbal.
b) Berikan matras/kasur keras, bantal. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
c) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
d) Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokanter,
bebat atau brace.
e) Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, serta hindari
gerakan yang menyentak.
Page 19
f) Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk
kompres sendi yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
g) Berikan masase yang lembut.
h) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misal relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis
diri, dan pengendalian napas.
i) Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai dengan jadwal aktivitas klien.
j) Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai
dengan petunjuk.
Page 20
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif dan
kuantitatif, dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah diuraikan berbagai
penyakit
yang
mungkin
timbul
pada
lansia
dengan
pencegahan
dan
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Page 22