Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kehamilan dimulai saat terjadi konsepsi dan berlangsung selama 40
minggu pada kehamilan normal. Banyak factor yang mempengaruhi kehamilan,
diantaranya adalah factor hormonal dan factor herediter. Faktor factor ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan post matur atau lebih sring disebut sebagai
Serotinus. Angka prevalensi serotinus di Indonesia cukup tinggi, apabila diambil
batas waktu 42 minggu, frekwensi serotinus di Indonesia adalah 10,4 12 %,
sedangkan bila diambil batas waktu 43 minggu, frekwensinya adalah 3,4 4 %.
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia
sehingga sering
dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri dan distosia bahu. Untuk
mencegah hal ini, dibutuhkan penanganan khusus, salah satunya adalah dengan
operasi section Caesarea. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang serotinus dan
penangananya melalui operasi section casarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SEROTINUS
A. Definisi
Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42
minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia
kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus
uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 ).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan post matur belum diketahui dengan
jelas, namun diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
Masalah ibu:
Kecemasan ibu
Persalinan traumatis
Hormonal
Factor herediter
Masalah bayi:
Oligohidramnion.
b.
c.
D. Pathways
E. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
untuk
mengetahui
usia
kehamilan,
derajat
maturitas
plasenta.
b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
e. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
f. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
g. Pemeriksaan sitologi vagina.
F. Pengaruh terhadap ibu dan bayi
Ibu:
Persalinan postmatur dapat menuebabkan distosia karena kontraksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang, sehingga sering
dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, perdarahan
post partum yag mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas.
Bayi :
Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar
dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, biantaranya berat
janin bertambah, tetap atau berkurang,
G. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik,
apabila sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu
janin post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa.
e. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada
keadaan onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang,
pembukaan belum lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin,
primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi, hipertensi
menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.
SECTIO CAESAREA
A. Definisi
Cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
B. Jenis- jenis sectio caesarea
a. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
Sectio Caesarea Transperitonealis
1. Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi m,emanjang
pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri
kira kira 10 cm.
Kelebihan:
-
2. Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen
bawah rahim, kira kira 10 cm.
Kelebihan:
-
Perdarahan kurang.
Kekurangan:
-
Daftar Pustaka:
1. Cunningham. Mac Donald. Grant obstetric Williams. Ed 18 Jakarta: EGC,
1995.
2. Hamilton PM, Dasar dasar keperawatan maternitas Ed 6, Jakarta : EGD.
1995.
3. Mansjoer, Arif, Kapita selekta kedokteran jilid 1 Ed 3, Jakarta : Media
Aesculapius. 1999
4. Mochtar R. Sinopsis obstetric jilidf 1. Ed 2. Jakarta: EGC.1998
5. Dongoes, Moorhouse, Rencana perawatan maternal/ bayi Ed 1, Jakarta :
EGC 2001.
PENGKAJIAN
Nama mahasiswa
: Deasy Arisanti
Ruang
Hari / Tanggal
: Ny. A
Umur : 24 tahun
2. Status Obstetri
No
1
Tipe
Berat badan
Keadaan bayi
Komplikasi
Umur
persalinan
Abortus
Lahir
waktu lahir
nifas
sekarang
3200 gram
Sehat, Apgar
1 hari
2,5 bulan
2
Sectio
Caesarea
score 9-10-10
Pa
Pe
: Pekak
Au
G. Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, suara nafas
vesikuler. Tidak ada wheezing.
H. Sistem Pencernaan
Bising usus 16cx/ menit, lemah, nyeri tekan perut bagian bawah, perut
membuncit, mual, tidak muntah, diet lunak, flatus ( + ).
I. Sistem Perkemihan
Klien terpasang DC kateter, warna kuning pekat, volume 24 Jam 500 cc
J. Sistem Reproduksi
Kebersihan vulva baik, lochea warna merah, jumlah moderat.
II. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
Klien
tampak
sangat
kesakitan
sampai
menangis,
kesadaran
TD
: 110/70 mmHg
Suhu : 37 0 C
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
c. Payudara
Kesan umum : Payudara membesar, simetris, areola hiperpigmentasi,
engorgement tidak ada, ASI belum keluar.
Putting susu : Besar, menonjol, ASI belum keluar, bersih.
d. Abdomen
Keadaan
: lembek
Posisi
: medial
Kontraksi
: keras
e. Lochea
Jumlah
Warna
: merah
Konsistensi : Cair
Bau
f. Perineum
Keadaan
Tanda REEDA
: tidak ada
Kebersihan : bersih
Hemorrhoid : tidak ada
g. Ekstrimitas
Varises
: tidak ada
Tanda Homan
: tidak ada
III. Psikososial
a.
b.
Bonding Atachment
Klien belum bisa memberikan kasih saying secara langsung karena
keadaanya masih belum memungkinkan untuk turun dari tempat tidur
dan menyusui bayinya. Bayi tidak dapat dibawa menemui ibunya karena
masih dalam perawatan di ruang PBRT dengan indikasi atresia
membrane hidung.
c.
: 12,6 g%
( 13 16 )
Hematokrit
: 36,3 %
( 35 45 )
Eritrosit
: 4,19 jt/mmk
( 3,9 5,6 )
MCH
: 36,20 pg
( 27 -32 )
MCV
: 86,8 fl
( 76 96 )
MCHC
: 34,8 g/dL
( 29 36 )
Leukosit
: 11.20 rb / mmk
( 4,0 11,0 )
Trombosit
: 286 rb/mmk
( 150 -400 )
Urea
: 22 mg / dL
( 15 39 )
Creatinin
: 0,83 mg/ dL
( 0.6 1,3 )
Natrium
: 136 mmol/ L
( 136 145 )
Kalium
: 3,7 mmol / L
( 3,5 5,1 )
Clorida
Kimia Klinik
Elektrolit
Terapi obat:
Fardion 2x1 amp
Tradosik 1x sehari
Phospargin 1x sehari
Kesimpulan :
Klien Ny. A post partum hari I dengan tindakan sectio caesarea atas indikasi
serotinus, oligohidramnion. Sectio caesarea dengan tindakan SCTP (sectio
caesarea transperitoneal profunda) dengan jahitan subkutikular, panjang 15 cm, 14
jahitan, luka sudah kering. Klien masih lemah, ASI belum keluar, TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus kuar/keras, tidak ada komplikasi pada nifas.
K.
ANALISA DATA
No.
Data
Selasa, 23 Agustus 2005
Etiologi
Terputusnya
Problem
Gangguan
rasa
1.
Data Subyektif :
kontinuitas
nyaman : nyeri.
operasi, kontraksi
Klien mengatakan luka uterus.
Terdapat
luka
bekas
Klien menangis.
Kotraksi kuat/keras.
2.
Trauna
jaringan, Risiko
Data subyektif : -
prosedur
Data Obyektif :
pembedahan (luka
infeksi.
tinggi
Terdapat
luka
insisi insisi).
Keadaan
luka
tertutup
3.
Data Obyektif :
-
Terpasang infuse D5 di
tangan kanan, terpasang kateter
L.
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder terhadap luka post operasi, kontraksi uterus.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauna jaringan, prosedur
pembedahan (luka insisi).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak terhadap
tindakan sectio caesarea.
M.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
Umur : 24 tahun
No.
Tujuan Dan Kriteia Hasil
1.
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
Intervensi
Kaji skala nyeri, intensitas,
lokasi dan karakteristik nyeri.
berkurang
sampai
dengan
hilang, -
Klien
mengatakan
nyeri -
ringan ).
nyeri.
Motivasi
klien
untuk
Kolaborasi
2.
pemberian
analgetik.
Setelah
dilakukan
tindakan
Tidak
luka
terhadap
tanda-tanda infeksi.
-
timbul
Observasi
tanda-tanda -
functiolesa).
-
teknih steril.
Tanda-tanda vital dalam batas normal (suhu : 36-37 o c, nadi : 80- 100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, TD
: 120/80 mmHg).
pemberian
antibiotik.
-
Anjurkan
klien
untuk
(4,0-11,0 ribu/mmk).
(TKTP).
3.
Setelah
dilakukan
tindakan
Kaji
kemampuan
dalam beraktivitas.
klien
Ajarkan
klien
tentang
perlunya mobilisasi.
Rencanakan kegiatan yang
latihan mobilisasi.
: 120/80 mmHg).
N.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. A
Umur : 24 tahun
No. DP Waktu
1.
Selasa,
Implementasi
Evaluasi
Mengkaji skala nyeri, Pukul 13.30
23
intensitas,
lokasi
Agustus
karakteristik nyeri.
dan S :
-
2005.
08.30
Mengajarkan
relaksasi
(tarik
napas O :
masih
terfokus
karena pada
x/menit, RR : 24 x/menit,
TD : 120/80 mmHg.
Memberikan
penjelasan
pada
proses
klien
Masuk
1 amp.
injeksi
terjadinya
nyeri.
-
nyeri.
tentang
napas
mengatakan
teknik -
panjang).
Klien
Klien
tidur
dalam
posisi supine.
tanda- -
Kontraksi
keras.
uterus
R : suhu : 38,3
c, nadi :88 A :
Masalah
belum
(skala 7).
P:
Memotivasi
klien
-
lokasi
Ajarkan
relaksasi
panjang).
Memonitor kontraksi
uterus.
nyeri,
dan
karakteristik nyeri.
skala
intensitas,
Kaji
teknik
(tarik
Berikan
napas
penjelasan
Monitor
vital.
-Memberikan
Beri
injeksi -
Mengkaji tanda-tanda
vital.
2.
09.00
Monitor
x/menit,
c, nadi :88
RR
Kolaborasi pemberian
analgetik.
24
x/menit, TD : 120/80
mmHg
-
Mengobservasi
terhadap
infeksi.
kontraksi
uterus.
-
yang
R : suhu : 37
posisi
pospargin 1 amp.
-
tanda-tanda
luka
tanda-tanda
S:-
darah/pus.
-
kasa,
Memonitor
tanda-
tanda vital.
R : suhu : 37
x/menit,
rembesan darah/pus.
- Lhochea rubra, TFU 2 jari
c, nadi :88
RR
di bawah pusat.
Suhu : 37 o c, nadi :88
24 -
x/menit, RR : 24 x/menit,
mmHg
TD : 120/80 mmHg.
Memonitor
hasil -
laboratorium.
:
Tidak
ada
hasil
laboratorium terbaru.
-
terdapat
x/menit, TD : 120/80
R
tidak
Memonitor
putih.
-
TFU,
lhochea.
A:
Menganjurkan
- Lanjutkan intervensi.
tidak
diminum,
Observasi
terhadap
luka
tanda-tanda
infeksi.
-
Monitor
tanda-tanda
Monitor
hasil
vital.
-
laboratorium.
3.
12.00
Lakukan
perawatan
Monitor
TFU,
lhochea.
-
Kolaborasi pemberian
Mengkaji kemampuan
klien dalam beraktivitas.
Klien
belum
antibiotik.
-
dapat
makan
beraktivitas (tiduran).
-
Mengajarkan
S:
-
memperhatikan.
Klien
dalam
memenuhi ADL.
untuk bergerak.
O:
Memonitor
x/menit,
tanda- -
tanda vital.
R : suhu : 37
mrngatakan
yang
klien
R : Klien tidak
libatkan
makanan
bergizi (TKTP).
x/menit, RR : 24 x/menit,
o
c, nadi :88
RR
TD : 120/80 mmHg.
24 -
Klien
terpasang
x/menit, TD : 120/80
mmHg.
cc.
A:
-
Masalah
teratasi.
belum
Klien
belum
mentoleransi aktivitas.
P:
- Lajutkan intervensi.
-
Kaji
kemampuan
Rencanakan kegiatan
yang akan dilakukan untuk
memulai latihan mobilisasi.
Bantu
libatkan
klien
keluarga
dan
dalam
memenuhi ADL.
-
Monitor
vital.
tanda-tanda