Professional Documents
Culture Documents
KANKER SERVIKS
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi I
Dosen Tutor
Tutor
: 3 (Tiga)
Chair
: Nurviana Novianti
Scribber 1
: Entri Aprilia
Scribber 2
: Lathifani Azka
Anggota Kelompok
220110120003
Entri Aprilia
220110120096
Nurviana Novianti
220110120018
Tiara Nurrarchmi P
220110120101
220110120026
Era Sucia
220110120146
Tanty Yulianti
220110120028
Widya Dahlia J
220110120154
Rika Riyanti T
220110120064
Farisa Herswandani
220110120152
Rouly Rosdiani
220110120085
Lathifani Azka220110120161
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1
Definisi
Kanker Serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempe
pada puncak vagina (Diananda, 2007).
Kanker Serviks adalah gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk
mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks (Sarjadi,
2001).
Kanker serviks adalah salah satu kanker pada wanita yang paling
umum terjadi di seluruh dunia. Namun, biasanya kanker ini lambat
pertumbuhannya dan bila dideteksi cukup dini, dapat diterapi secara efektif.
Di negara maju, kanker serviks stadium lanjut semakin menurun sebagai
akibat dari dilakukannya skrining serviks secara luas, akan tetapi di banyak
negara berkembang, skrining tidak banyak tersedia dan kanker serviks tetap
merupakan penyebab kematian akibat kanker yang paling banyak
(Abrahams, 2014).
1.2
Etiologi
Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat
teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan
seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker,
sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi
maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada
sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu
kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69,
dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian
mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh
tipe 16 dan 18. Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV
risiko rendah adalah satu asam amino saja. Asam amino tersebut adalah
aspartat pada HPV risiko tinggi dan glisin pada HPV risiko rendah dan
sedang (Gastout et al, 1996).
Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50%
kanker leher rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki
resiko kemungkinan terkena kanker leher rahim sebesar 5%. Dinyatakan
pula bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas terjadinya kanker serviks
pada infeksi HPV-16 dan infeksi HPV-18 baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan (Bosch et al, 2002).
Akan tetapi sifat onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada HPV-16
yang dibuktikan pada sel kultur dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali
lebih besar dibandingkan dengan HPV-16. Selain itu, didapatkan pula bahwa
respon imun pada HPV-18 dapat meningkatkan virulensi virus dimana
mekanismenya belum jelas. HPV-16 berhubungan dengan skuamous cell
carcinoma serviks sedangkan HPV-18 berhubungan dengan adenocarcinoma
serviks. Prognosis dari adenocarcinoma kanker serviks lebih buruk
dibandingkan squamous cell carcinoma. Peran infeksi HPV sebagai faktor
risiko mayor
mengecilkan arti faktor risiko minor seperti umur, paritas, aktivitas seksual
dini/prilaku seksual, dan merokok, pil kontrasepsi, genetik, infeksi virus lain
dan beberapa infeksi kronis lain pada serviks seperti klamidia trakomatis
dan HSV-2 (Hacker, 2000).
1.3
Faktor Risiko
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu:
a) Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko
terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim
pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan
bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin
melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
b) Usia pertama kali menikah.
Manifestasi Klinis
Kebanyakan sering asimptomatik. Terdapat rabas atau perdarahan yang tak
teratur:
1.
Rabas meningkat jumlahya dan menjadi cair. Rabas ini berwarna gelap
dan berbau busuk karena nekrosis dan infeksi dari massa tumor.
2.
Perdarahan terjadi pada interval yang tak teratur antara periode atau
setelah menopause; cukup besar dibandingkan hanyak bercak yang
4.
5.
Tahap akhir: kurus yang ekstrem dan anemia, sering dengan demam
akibat infeksi sekunder dan abses pada massa yang mengalami ulserasi,
dan pembentukan fistula.
1.5
Klasifikasi
Histopatologi kanker serviks dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu:
1.
Displasia
Displasia adalah pertumbuhan aktif disertai gangguan proses
pematangan epitel skuamosa yang dimulai pada bagian basal sampai ke
lapisan superfisial. Berdasarkan derajat perubahan sel epitel yang jelas
mengalami
perubahan.
Displasia
terbagi
dalam
tiga
derajat
pertumbuhan, yaitu:
-
Sangat Ringan
85 bulan
Ringan
58 bulan
Sedang
38 bulan
Berat
12 bulan
Komplikasi
yaitu:
1. Operasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan operasi adalah
fistula uretra, disfungsi kandung kemih, menopause dini, emboli
pulmonal, limfosit, infeksi pelvis, obstruksi usus besar dan fistula
rektovaginal.
2. Terapi radiasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan radiasi adalah reaksi
kulit, menopause dini, sistisis radiasi dan enteritis.
3. Kemoterapi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat kemoterapi adalah supresi
sumsum tulang, mual dan muntah.
b.
yang
memperlambat
aliran
darah
dan
akhirnya
1.7
Patofisiologi
1.8
Deteksi Dini
1. Tes HPV
Menggunakan teknik pemeriksaan molekular, DNA yang terkait
dengan HPV diuji dari sebuah contoh sel yang diambil dari leher rahim.
2. Tes Pap / Pap Smear
Pemeriksaan sitologis dari apusan sel-se yang diambil dari leher
rahim. Slide diperiksa oleh teknisi sitologi atau dokter ahli patologi
untuk melihat perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya
inflamasi, displasia atau kanker.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.10 Pencegahan
1.
2.
Selain itu juga menghindari faktor resiko lain yang dapat memicu
terjadinya kanker seperti paparan asap rokok , menindak lanjuti hasil
pemeriksaan pap smear dan IVA dengan hasil positif , dan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan gizi
seimbang dan banyak mengandung vitamin C, A dan asam folat.
3.
4.
1.11 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan histerektomi ekstrafasial bila kanker mikroinvasif < 5
mm dan tidak terdapat sel tumor pada jaringan pembuluh
darah/limfe.
Pembedahan radikal + limfadektomi pelvis dilakukan pada stadium
I-IIA, bila tidak ada kontraindikasi.
b. Radiasi
Merupakan cara pengobatan kanker dengan menggunakan bahan
radioaktif. Radioterapi adalah terapi local dimana berpengaruh pada
lapangan terbatas saja. Oleh karena itu, dalam terapi kanker serviks
digunakan radiasi eksterna dan brakiterapi. Radiasi terdiri dari 2
macam yakni:
Radiasi intrakaviter
Radiasi ini ditujukan pada tumor primer serviks. Ada 2 metode
yang digunakan yaitu metode konvensional (digunakan radiaktif
radium atau cesium yang dipasang pada pasien secara langsung) dan
metode after loading (aplikator kosong dipasang terlebih dahulu pada
pasien kemudian diperiksa posisinya dengan sinar tembus, bahan
radioaktif dimasukkaan dengan alat pengendali jarak jauh.
Radiasi eksternal/brachytherapy
Berupa pemberian penyinaran pada daerah kelenjar getah bening
pelvis dan parametrium yang terkena penjalaran tumor. Radiasi
diberikan bertahap 200 rad setiap hari, 5x seminggu sebanyak 25 kali
untuk stadium IIB ke atas.
Radiasi biasanya dilakukan bersamaan dengan kemoterapi.
Terdapat 5 siklus kemoradiasi dengan 1 siklusnya berupa 1x
kemoterapi dan 5x radiasi.
Pembagian golongan tumor berdasarkan sensitivitasnya terhadap
radiasi:
1. Tumor ganas yang radiosensitif (mudah dihancurkan dengan
dosis penyinaran kira-kira 3000-4000) contohnya adalah
disgerminoma.
2. Tumor ganas yang radioresponsif (dapat dihancurkan dengan
dosis lebih tinggi sekitar 4000-5000 rad dalam 4-5 minggu)
contohnya adalah karsinoma sel squamosa.
1.
2.
3.
4.
5.
Trombosit
Dosis
> 5.000
> 150.000
100%
4.000-5.000
100.000-150.000
75%
3.000-4.000
75.000-100.000
50%
2.000-3.000
50.000-75.000
< 2.000
berikut
menjadi
sumbu
kerucut.
Biopsi
kerucut
dilakukan
dengan
1.12 Prognosis
Prognosis kanker serviks ditentukan ketika dimulainya penyakit
tersebut dan sangat tergantung dari tingkat stadium. Semakin dini terdeteksi,
semakin baik ketahanan hidupnya. Prognosis untuk kanker serviks stadium
awal sangat baik dengan 5 tahun kelangsungan hidup antara 80 hingga 95%.
Namun untuk kanker serviks stadium lanjut, kelangsungan hidup 5 tahun
menurun hingga kurang dari 40%. (Otto, 2005).
Tingkat kesembuhan berdasarkan Stadium Kanker Serviks
Stadium
Stadium IA
Kesembuhan
100%
Stadium IB
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium III
Stadium IV
87% - 90%
68% - 83%
62% - 68%
33% - 48%
14%
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS
KASUS
Ny. T 38 tahun dirawat di ruang Kemuning Lantai 3. Pasien dating ke RS dengan
keluhan keluar darah disertai nyeri saat setelah melakukan hubungan suami istri,
sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya keluar keputihan yang encer, keputihan seperti
cream, tidak gatal, kemudian menjadi pink kecoklatan dan sangat berbau busuk
dan sampai tercium seisi rumah.
Hasil pengkajian, ibu lemah dan pucat, tidak mau makan, murung, sedih dan
bingung dengan penyakitnya. Dokter hanya menjelaskan jika ibu harus
kemoterapi. Ibu didampingi oleh anaknya, karena suami harus bekerja sebagai
pelaut yang pulang hanya satu tahun sekali. Ibu takut ditinggalkan suami karena
peyakitnya.
Rencananya akan dilakukan kemoterapi 3 siklus, radioterapi eksternal dan
brahiterapi.
Pemeriksaan diagnostik, Hb 8, TD 90/60, Akral dingin, CRT 4 detik. Hasil USG
sudah mengilfiltrasi parametrium.
PENGKAJIAN
A. Indentitas Ibu
1.
Inisial
: Ny. T
2.
Umur
: 38 tahun
3.
Suku
:-
4.
Agama
:-
5.
Pendidikan
:-
6.
Pekerjaan
:-
7.
Lamanya menikah : -
8.
Alamat
:-
Sifat keluhan
Lokasi keluhan
Faktor pencetus
2.
3.
4.
Uterus
: tidak pernah
b.
Abdominal
: tidak pernah
5.
6.
7.
8.
D. Riwayat Keluarga
1.
2.
3.
E. Riwayat Reproduksi
Riwayat Haid
F.
a.
Menarche
b.
Siklus haid
c.
Durasi Haid
d.
Perlangsungan Haid
Dismenore
: tidak ada
Polimenore
: tidak ada
Oligomenore
: tidak ada
Menometroragia
: tidak ada
Amenore
: tidak ada
Kebutuhan Nutrisi :
2.
3.
Kebutuhan Istirahat/tidur:
4.
G. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
3.
Tinggi/berat badan :
4.
Tanda vital :
-
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Hb
:8
CRT
: 4 detik
akral
: dingin
Keadaan rambut
Kebersihan rambut :
6. Wajah/muka :
Edema wajah/muka :
Ekspresi wajah
: murung
7. Mata :
-
Kebersihan
Sekret hidung
Sclera
8. Hidung :
-
Kesimetrisan
Sekret hidung
9. Mulut :
-
Mukosa bibir
Lidah
Karies
12. Dada/perut:
a.
Payudara
Kesimetrisan putting
Retraksi putting
Nyeri tekan
b. Jantung :
-
Letus cordis
Bunyi tambahan
c. Paru:
-
Bunyi pernapasan
Bunyi tambahan
:
:
d. Abdomen:
-
Pembesaran
Bentuk
Massa
Nyeri tekan :
Konsistensi :
Batas pinggir
Striae/scar
Dilatasi vena
13. Panggul/vagina/serviks:
Dengan inspekulo
-
Prolapsus uterus
Keadaan serviks
Kebersihan
Fluor Albus
Varises
Kondilomata
Kesimetrisan
Edema pretibial
Varises
H. Data Psikologi/Sosiologis
Reaksi emosional setelah diagnose penyakit diketahui:
1. Respon ibu: ibu lemah dan pucat, murung, sedih dan bingung tentang
penyakitnya, ibu takut ditinggal suami karena penyakitnya
I.
2.
Respon suami:
3.
Respon anak:
4.
5.
Pengambilan keputusan:
6.
Konsultasi kesehatan:
7.
Data Spiritual
1.
2.
3.
Analisis Data
NO
DATA
DS :
Keluar darah serta
nyeri
setelah
berhubungan
suami istri sejak
3 bulan lalu
Keputihan berbau
DO:
Lemah dan pucat
Tidak nafsu makan
Hb 8
TD 90/60
Akral dingin
CRT 4 detik
ETIOLOGI
perubahan fisiologis
metaplasia
zona transformasi
proliferasi sel epitel
displasia
infiltrasi stroma serviks
iritasi mukosa vagina
dan vulva
nyeri
MASALAH
gangguan
perfusi
jaringan
nyeri progresif
perdarahan
gangguan perfusi jaringan
DS :
Nyeri
perubahan fisiologis
setelah
berhubungan
suami istri sejak
3 bulan lalu
nyeri
metaplasia
zona transformasi
proliferasi sel epitel
DO:
-
displasia
infiltrasi stroma serviks
iritasi mukosa vagina
dan vulva
nyeri
DS :
Keluar darah serta
nyeri
setelah
berhubungan
suami istri sejak
3 bulan lalu
Keputihan berbau
perubahan fisiologis
DO:
Lemah dan pucat
Tidak nafsu makan
Sedi dan bingung
dengan
penyakitnya
Ibu takut ditinggal
suami
karena
penyakitnya
displasia
metaplasia
zona transformasi
proliferasi sel epitel
resiko kecemasan
Ektremitas hangat
Hb 11-15 gr %
2.
1.
2.
3.
Cek Hb
4.
5.
6.
7.
Therapi IV
Menggunakan analgetik
Mengontrol nyeri
Keterangan:
1 = tidak pernah dilakukan
2 = jarang dilakukan
3 =kadang-kadang dilakukan
4 =sering dilakukan
5 = selalu dilakukan pasien
2.
Melaporkan nyeri
kegelisahan
Perspirasi
3 : Sedang
4 : Sedikit
5 : Tidak ada Manajemen Nyeri
Intervensi:
1.
Kaji
secara
komphrehensif
tentang
nyeri,
meliputi:
lokasi,
3.
4.
5.
6.
7.
kronis
8.
9.
10.
11.
penyinaran, dll)
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika
telah diresepkan
27.
28.
29.
30.
31.
efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)
3.
Ansietas berkurang
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Abrahams, Peter. 2014. Panduan Kesehatan Wanita. Jakarta: Binarupa Aksara.
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku saku untuk
Brunner dan Suddarth. Terjemahan Yasmin Asih dalam Handbook for
Brunner and Suddarths textbook of medical-surgical nursing. Jakarta: EGC
Bosch, F.X., Lorincz A., Munoz, N., et al. 2002. The Causal Relation between
Human Papillomavirus and Cervical Cancer. J. Clin. Pathol, 55: 244-265.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP& PL .
2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara.
DEPKES RI
Diananda, Rama. 2007. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahati.
Fatimah, An Nur. 2009. Studi Kualitatif. FKM Universitas Indonesia
Gastout, B.S., Podratz, K.C., Mc Govern, R.M., et al. 1996. HLA Association with
cervical cancer. J. Gynecol. Oncol, 62: 415-416.
GlaxoSmithKline. 2007. Cervical Cancer. Royal College of Nursing
Hacker, F.N. 2000. Cervical Cancer. In: Berek, S. J., Hacker, F. N., editors.
Practical Gynecologic Oncology, 3rd Ed. Lippincott Williams & Wilkins. pp
345-356.
Ibrahim. 2005. Psikologi Wanita. Bandung: Pustaka Hidayah
Johnson, Joyce Y. 2000. Handbook for Brunner and Suddarths Textbook Of
Medical-Surgical Nursing. Lippincott Williams & Wilkins.
Prodia, (2006), dalam Cegah Kanker Leher Rahim, Lakukan Skrining Rutin,
Sebelum Kanker Leher Rahim Menghampiri
Santoso, dkk. 2013. Sinopsis Organ System Reproduksi. Tangerang: Karisma
Publishing Group.
Sarjadi. 2001. Patologi Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
Tim Kanker-Serviks.net. 2010. Paduan Lengkap Menghadapi Bahaya Kanker
Serviks.
Available
at
http://www.kanker-serviks.net/wp-
content/downloads/547375398HGIHGJHGLH848740tiaojaJTAEF9FAJjoefjj
99/eb_pand_ks.php
Wijayanegara, dkk. 1998. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi
RSUP Dr. Hasan Sadikin. FK UNPAD.