You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

A. Definisi
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat
menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang dilapisi oleh
serosa dan disebut kantung hernia. (Robbin & Cotran : 2010)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Sjamsuhidayat & De Jong
dalam Nurarif, (2015).
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk
ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
suatu jaringan lemak/omentum Erikson dalam Muttaqin, (2013).
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan mukulo-aponevrotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia dapatan atau akuisita.
B. Klasifikasi
1. Hernia menurut Letaknya:
a. Hernia hiatal
Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorok turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada/ thoraks).
b. Hernia Epigastrik
Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian tulang rusuk di
garisan tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan
lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut
yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak
dapat di dorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar)
yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari

satu centimeter) hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap


sebelum usia 2 tahun.
d. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya
menyebutnya turun bero atau hernia. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah
melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan.
e. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia
ini muncul sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot
sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
g. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram
tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus invertebralis
yang menyerang goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan
mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi
diskus invertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). HNP
umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.
2. Hernia Berdasarkan Terjadinya:
a. Hernia bawaan atau kongenital
Petogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan vaginalisperitonei. Pada
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi
sehingga isis rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)
akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-

abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul


hernia inguinalis lateralis akuisita.
b. Hernia dapatan atau akuisita, adalah hernia yang timbul karena berbagai
faktor pemicu
3. Hernia Menurut Sifatnya:
a. Hernia reponibel / reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk.
Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan
kedalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung
pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta
(accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia
inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih di maksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasidisebut sebagai hernia strangulata. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawat darurat karena perlunya mendapat pertolongan
segera.

C. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih
besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .
3. Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi
buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
4. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih
pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus
melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia,
besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.

D. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak napas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.
Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi
atau mengalami kelemahan.

F. Pathway

Faktor pencetus: aktivitas berat, bayi prematur,


kelemahan dinding abdomen, intraabdiminal
tinggi, adanya tekanan

Hernia

Hernia umbilikalis
kongenital

Hernia para umbilikalis

Henia Inguinalis

Masuknya omentum organ


intestinal ke kantong
umbilikalis

Kantung hernia melewati


dinding abdomen

Kantung hernia memasuki


celah inguinal

Prostusi hilang timbul

Dinding posterior canalis


inguinal yang lemah

Ketidaknyamanan
abdominal

Benjolan pada region


inguinal

Intervensi bedah
Intoleransi Aktivitas
relatif/konsevatif

Diatas ligamentum inguinal


mengecil bila berbaring

Gangguan suplai darah ke


intestinal

Nekrosis intestinal

Pembedahan
Gangguan
pola tidur
Gangguan rasa nyaman
Nekrosis intestinal
nyeri
Hernia insisional
Resti perdarahan, Resti
infeksi
Heatus hernia

Kelemahan otot
Kantung hernia memasuki
celah bekas insisi
Kantung hernia memasuki
rongga thorak

Terputusnya
jaringanPenunjang
saraf
G. Pemeriksaan

Mual

Nafsu makan menurun

Intake makanan inadekuat

1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam


usus/obstruksi
usus (ileus)
Nyeri

Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan
tubuh
6

2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan


hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis
4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.
5. USG untuk menilai massa hernia inguinal
H. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga
dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di
daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar dari
cavum peritonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik yang dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulata
d. Hernia incarserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:
a. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia serta engembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint

lenton

(penebalan

antara

tepi

bebas

m.obliquus

intraabdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio di


tuberculum pubicum).

c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang / tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam
manurut kebutuhannya (ferguson, bassini, halstedt, hernioplasty, pada
hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
MC. Vay).
Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Anak berumur kurang dari 1 tahun: menggunakan teknik Michele
Benc.
b. Anak berumur lebih dari 1 tahun: menggunakan teknik POTT.

ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA
A. Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
3. Makanan / cairan
Gejala
:
insufisiensi

pancreas/DM,

(predisposisi

untuk

hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane


mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;


Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic
(efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfusi darah / reaksi transfusi.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan
kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan
juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
a. tanda-tanda vital normal
b. pasien tampak tenang dan rileks
intervensi
1) pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri
3) Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.

4) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam


Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih
nyaman
5) Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.
2.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.


Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
a. luka bersih tidak lembab dan kotor.
b. Tanda-tanda vital normal
Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan
adanya

gejala

infeksi

karena

tubuh

berusaha

intuk

melawan

mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.


2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,
drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti
Hb dan leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal
membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
a. pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
b. kualitas dan kuantitas tidur normal
intervensi
1) Mandiri

10

a) Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan latihan


pada siang hari, turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan
kelelahan yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang
terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
b) Hindari penggunaan Pengikatan secara terus menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan
menghambat waktu istirahat.
c) Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku
yang tidak kooperatif (sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur
yang mencapai tidur pulas.
d) Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien
bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan
kestabilan lingkungan. Catatan : Penundaan waktu tidur mungkin
diindikasikan untuk memungkin pasien membuang kelebihan energi
dan memfasilitas tidur.
e) Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase
punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk
f) Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum
tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar
mandi/berkemih selama malam hari.
g) Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih
Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suarasuara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur
nyeyak.
2) Kolaborasi
a) Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil);
deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).
Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau
depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik
dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif dalam efek samping
11

tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang


maksimal.
b) Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin
efektif dalam mengatasi insomia atau sindrom sundowner.
c) Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional

Bila

digunakan

untuk

tidur, obat

ini

sekarang

dikontraindikasikan karena obat ini mempengaruhi produksi asetilkon


yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.
4.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan diri.
a. pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas
tanpa dibantu.
b. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
intervensi
1) Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi
terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
2) Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas
secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih
kembali.
4) Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.

12

DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta,
1998.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994.
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, EGC,Jakarta, 1995.
Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002.

13

You might also like