Tujuan dasar dari survei seismic 3D adalah meningkatkan resolusi bawah
permukaan. Resolusi terdiri dari aspek vertical dan horizontal yang secara signifikan dipengaruhi oleh metode akuisisi data dan prosesing (gambar xx). Resolusi dari data seismic ini ditentukan oleh panjang gelombang, yang didefinisikan sebagai jarak dari puncak refleksi ke puncak refleksi selanjutnya dengan polaritas yang sama. Panjang gelombang dihitung sebagai hasil dari kecepatan formasi dan frekuensi dominan (gambar xx). Kecepatan seismic meningkat seiring dengan meningkatkanya kedalaman karena batuan lebih tua dan lebih terkompaksi. Frekuensi dominan menurun seiring dengan meningkatnya kedalaman karena frekuensi tinggi pada sinyal seismic secara cepat teratenuasi. Hasilnya adalah panjang gelombang akan meningkat seiring dengan meningkatnya kedalaman, sehingga membuat resolusi menjadi lebih buruk. Resolusi vertical memiliki dua batasan, keduanya dihasilkan dari interaksi dari refleksi wavelet dari top dan base pada lapisan penelitian. Batas pemisahan adalah seperempat panjang gelombang dari wavelet (atau setengah periode) dan disimpulkan sebagai ketebalan yang berhubungan dengan pemisahan terdekat dari dua wavelet (gambar xx). Untuk ketebalan lapisan yang lebih tipis dari pada ketebalan tersebut, top dan base refleksi tetap terlihat namun amplitudonya secara perlahan-lahan teratenuasi hingga batas visibilitas tercapai dicapai, ketika sinyal refleksi menjadi tersamarkan oleh background noise. Gambar xx menunjukkan secara jelas konsep dari dua batas. Batas visibility merupakan bagian variable dari panjang gelombang dan bergantuk pada kontrak akustik dari lapisan interest. Tabel xx menunjukkan 5 kondisi geologi dari perbedaan umur batuan dan target kedalaman. Untuk menghitung batas resolusi.