You are on page 1of 27

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI


Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
KONSEP DASAR MEDIK ISPA
(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)
A. PENGERTIAN.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus,
ruang telinga tengah dan selaput paru . (Rasmaliah, 2004)
ISPA adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan bagian atas
sampai bawah beserta adneksanya ( mulai dari hidung, trakea, sampai dengan
paru-paru). Infeksi saluran pernafasan akut paling banyak menyerang bayi
dan anak-anak.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim
paru. ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke
dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari
B. ETIOLOGI & KLASIFIKASI
1. Etiologi / Penyebab
Terjadinya infeksi saluran pernafasan akut dapat disebabkan oleh
beberapa hal, secara umum penyebab infeksi saluran pernafasan akut
yaitu :
a. Aspirasi lendir.
b. Lingkungan yang tidak sehat.
c. Organisme yang lain, misalnya :
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus :Streptococcus,
Stafilococcu,

Pnemococcus,

Hemofilus,

Bordetella

dan

Corinebakterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus,

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
1. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru.
Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah
rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks
atau

yang

lebih

dikenal

sebagai

selesma/common

cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering


terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus

Myxovirus,

Coxsackie, dan Echo.


2. Manusia
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Status Gizi
4. Berat Badan Lahir
5. Status ASI Eksklusif
6. Status Imunisasi
3. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan : Hasil penelitian Chahaya, dkk di
Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional
didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap
terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh
bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097,
yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar
28 kali.
2. Suhu Ruangan : Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah
memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu
ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah
tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA
2

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi : Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut
tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4. Kepadatan Hunian Rumah : Menurut Gani dalam penelitiannya
di

Sumatera

Selatan

(2004)

menemukan

proses

kejadian

pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di
rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di
rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya
tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko
terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
5. Penggunaan Anti Nyamuk : Penggunaan Anti nyamuk sebagai
alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau
tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan
merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernafasan.
6. Bahan Bakar Untuk Memasak : Bahan bakar yang digunakan
untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara
menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China
tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini
menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit
paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
7. Keberadaan Perokok : Rokok bukan hanya masalah perokok aktif
tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan
kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon
Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan
lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti
(2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua
umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002
3

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
penduduk.
8. Status Ekonomi dan Pendidikan : Berdasarkan hasil penelitian
Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka
jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit
lebih banyak.
2. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA
sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi
penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2
bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
A. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat
dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
B. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis
4

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk
usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4
tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah,
2004).
3. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala secara umum infeksi saluran pernafasan akut yaitu :
- Demam
- Hidung tersumbat
- Batuk dan beringus
- Sakit menelan
- Lesu dan rasa nyeri pada otot
- Nafsu makan menurun ( anokreskia )
- Nyeri tenggorokan
- Ada wheezing
- Stridor
- Sianosis
- Kadang-kadang kesadaran menurun
- Tarikan dinding dada yang dalam.
- Tidak bisa minum
- Disertai nafas cepat : Lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2 bulan 1
tahun dan Lebih dari 40 kali untuk usia lebih dari 1 tahun
- Nafas cuping hidung, hidung kembang-kempis waktu bernafas

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga

WEB OF CAUTION ISPA

ETIOLOGI

4. JENIS JENIS ISPA


Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang mengenai
bagian manapun saluran pernapasan atas, mulai dari hidung, faring
(tenggorokan), hingga kotak suara (laring).
6

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
Jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan bagian
atas (ISPA), antara lain :
1. Sinusitis
a) Pengertian
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai
anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis
maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis,
sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut
parasinusitis.
b) Etiologi
Penyebab

sinusitis

ialah

streptococcus

pneumoniae,

haemophilus influenzae dan stafilococcus aureus.


c) Gejala
Nyeri diatas area sinus, sekresi nasal yang purulen.
d) Terapi medis : Pemberian antibiotik dan dekongestan oral
seperti drxoral dan dimetap atau topical.
2. Faringitis (Radang Tenggorokan)
a) Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).
b) Penyebab
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab
common cold, flu, adenovirus, mononukleosis . Bakteri yang
menyebabkan faringitis adalah streptokokus , korinebakterium,
arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia
c) Gejala
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama
yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang
melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan
tertutup

oleh

selaput
7

yang

berwarna

keputihan

atau

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
mengeluarkan nanah.
Gejala lainnya adalah Demam, Pembesaran kelenjar getah
bening di leher dan Peningkatan jumlah sel darah putih. Gejala
tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun
bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi
karena bakteri.
d) Pengobatan
Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda
nyeri (analgetik), obat hisap atau berkumur dengan larutan
garam hangat. Jika diduga penyebabnya adalah bakteri,
diberikan antibiotik. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah
komplikasi (misalnya demam rematik), jika penyebabnya
streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika penderita
memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan
erythromycin atau antibiotik lainnya.
3. Common Cold
a) Pengertian
Common Cold adalah istilah

yang di gunakan untuk

menunjukan gejala-gejala infeksi saluran napas atas.


b) Etiologi
Penyebab penyakit ini virus. Masa menular penyakit ini
beberapa jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah
hilangnya gejala. Komplikasi timbul akibat invasi bakteri
pathogen biasanya Pneumococcus, Streptococcus dan H.
influenza dan Staphylococcus.
c) Manifestasi Klinik
Berupa gejala nasofaringitis dengan pilek, batuk dan kadangkadang bersin. Dari hidung keluar sekret cair dan jernih yang
dapat kental dan purulen bila terjadi infeksi sekunder oleh
kokus. Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan

bernafas

melalui mulut. Sumbatan hidung (kongesti) disertai selaput


8

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
lendir tenggorokan yang kering menambah rasa nyeri.
d) Terapi Medik
1) Pemberian cairan yang adekuat
2) Istirahat
3) Dekongestan nasal aqueous
4) Vitamin C
5) Ekspectoran sesuai kebutuhan
3) Kumur air garam hangat untuk mengurangi nyeri
tenggorok
2) Aspirin/asetaminofen.
4. Flu atau influenza
1. Pengertian
Flu atau influenza adalah infeksi virus dengan gejala atau
keluhan sebagai berikut : demam, nyeri kepala, nyeri di otot,
pilek, hidung tersumbat atau berair, batuk, rasa kering di
tenggorokan.
2. Penanggulangan
1. Terapi non-obat : Flu umumnya dapat sembuh sendiri
oleh daya tahan tubuh. Beberapa tindakan yang dianjurkan
untuk meringankan gejala flu adalah seperti untuk keadaan
batuk dan pilek dengan ditambah : Beristirahat 2 3 hari,
mengurangi kegiatan fisik berlebihan. Meningkatkan gizi
makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi
akan menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan
segar yang banyak mengandung vitamin.
2. Terapi

obat

Obat

flu

sebagai

berikut,

antipiretik/analgetik, antihistamin, ekspektoran, antitusif,


dekongestan. Fenilpropanolamin, fenilefrin, efedrin dan
pseudoefedrin merupakan nasal dekongestan yang harus
digunakan secara hati-hati pada penderita atau yang
mempunyai potensi tekanan darah tinggi maupun usia
9

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
lanjut. Dextrometorfan HBr merupakan antitusif yang
harus digunakan secara hati-hati pada penderita asma.
Klorfeniramin

maleat,

deksklorfeniramin

maleat

merupakan antihistamin yang pada umumnya dapat


menyebabkan rasa kantuk, sehingga tidak diperbolehkan
untuk

mengemudikan

kendaraan

bermotor

atau

menjalankan mesin.
5. Laringitis
1. Pengertian
Laryngitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara
(larynx) karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara
adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan
membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang
tenggorok anda (trachea). Di dalam kotak suara anda terdapat
pita suara Dhua buah membran mukosa yang terlipat Dhua
membungkus otot dan tulang rawan.
3. Penyebab
Biasanya infeksi virus menyebabkan laringitis akut. Infeksi
bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal
ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat
menderita suatu penyakit atau setelah sembuh dari suatu
penyakit, seperti flu atau radang paru-paru (pneumonia).
4. Tanda-tanda dan gejala
Tanda dan gejala laringitis adalah sebagai berikut:
1. Suara serak
2. Suara pelan
3. Rasa gatal dan kasar di tenggorokan
4. Sakit tenggorokan
5. Tenggorokan kering
6. Batuk kering
10

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
5. PENCEGAHAN
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
ISPA pada anak antara lain:
1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
3)

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.


Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu

cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung
dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit
ISPA
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan
yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara
langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan
pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
7. PENATALAKSANAAN
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA.
a. Prinsip perawatan ISPA antara lain :
- Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
- Meningkatkan makanan bergizi
11

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
-

Bila demam beri kompres dan banyak minum


Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung

dengan sapu tangan yang bersih


Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis

tidak terlalu ketat.


Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak

tersebut masih menetek


b. Pengobatan antara lain :
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,
Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat :
-

Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.


Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. EGC.


Jakarta

12

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
Doenges M E. 2002. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan
dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
(Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC). Penerbit
Buku kedokteran EGC Jakarta
Price, SA, Wilson,LM. (2006). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Jakarta.
EGC
Mansjoer , Arief , 2001 , Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta : EGC
Sylvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi
6 .EGC .Jakarta

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah


defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir
dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan
suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

13

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya
proses inflamasi pada lambung atau usus.
B. PENYEBAB
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari
sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan
yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan
bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup),
gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi
dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral

14

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo
coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit :
cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida
albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti
otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis

C. PATOFISIOLOGI
Faktor infeksi

Faktor malabsorbsi

Endotoksin

Tekanan osmotik

Gangguan peristaltik
Hiperperistaltik

Hipoperistaltik

merusak mukosa
usus

Pergeseran cairan

Makanan tidak Pertumbuhan bakteri

dan elektrolit ke

sempat diserap

lumen usus

Endotoksin berlebih
Hipersekresi cairan
dan elektrolit

Isi lumen usus

15

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
Rangsangan pengeluaran
Hiperperistaltik
Diare
Gangguan keseimbangan cairan

Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi)

Hiponatremia
Hipokalemia

Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia,

Penurunan klorida serum

mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit


kurang, mukosa mulut kering, mata dan

Hipotensi postural, kulit dingin,

ubun-ubun cekung, peningkatan suhu

tremor

tubuh, penurunan berat badan

kejang, peka rangsang, denyut


jantung cepat dan lemah

D. MANIFESTASI KLINIS DIARE


1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

16

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
G. PENTALAKSANAAN
1. Medis

17

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula
lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat.

b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
-

Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan


lemak tak jenuh

Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan


misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.

c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

18

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah

mengalami

diare

sebelumnya,

pemakian

antibiotik

atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit


menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.

19

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1. Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2. Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
3. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan
gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 16 buah
4. Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
1. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
2. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan
tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)

20

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
3. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

21

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB
menurun terus menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

22

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR
: < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3
lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
a. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
b. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
23

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama


dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria

:Nafsu makan meningkat

Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4. Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan

: Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam

tidak terjadi peningkatan suhu tubuh


24

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor,
fungtio leasa)

Intervensi :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
2. Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

25

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru.
2011
A.H. Markum. 1991. Buku Ajar Kesehatan Anak. Jilid I. Penerbit FKUI
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta
Boyle, Timothy. Diare Kronik. In: Nelson textbook of Pediatric. Nelson,
Waldo dkk, editor. 15th edition. Jakarta: EGC.2000
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatik, Jakarta, EGC
Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :
Manulang R.F. Jakarta, EGC
26

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Ilmu Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga

Qauliyah, Asta. Artikel Kedokteran: Patofisiologi, Gejala Klinik dan


Penatalaksanaan Diare. 2010

27

You might also like