You are on page 1of 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah, maka penyusun membuat makalah ini dengan
tema kebijakan deviden. Alasan mengapa penyusun memilih kebijakan deviden dalam tema
makalah ini, karena penyusun ingin mengetahui lebih dalam tentang kebijakan deviden. Dalam
makalah ini, penyusun membahas mengenai pengertian kebijakan deviden, factor yang
mempengaruhi kebijakan deviden, pendapat tentang kebijakan deviden, macam-macam
kebijakan deviden, kebijakan stock deviden, kebijakan stock splits, kebijakan reverse dplits, dan
rumus-rumus yang digunakan.
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau
akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep dari kebijakan Dividen?
2. Apa saja teori-teori dalam kebijakan Dividen?
3. Bagaimana bentuk-bentuk kebijakan Dividen?

1.3 Tujuan perumusan masalah


1. Mengetahui apa saja konsep dari kebijakan Dividen.
2. Mengetahui macam macam teori dari kebijakan Dividen.
3. Mengetahui bentuk-bentuk kebijakan Dividen.

BAB II
1

KONSEP KEBIJAKAN DEVIDEN


2.1 Pengertian Kebijakan Deviden
Pengertian kebijakan dividen menurut Agus Sartono menyatakan bahwa : Kebijakan
dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi di masa datang.
Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti
menyatakan bahwa : Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang masalah
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba tersebut bisa
dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana
yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan
aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investors.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan
mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana interen
atauinternal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh,
maka kemampuan pembentukan dana interen akan semakin besar.

2.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi untuk
membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk
membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari jatuhnya dengan mengganti
utang tersebut dengan utang baru. Atau alternatif lain ialah perusahaan harus menyediakan dana
sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut.
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba
ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan
2

tersebut, ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atauearning yang
dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout
ratio yang rendah.

2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen.
Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan
memerlukan dana yang cukup besar untuk membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin
akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan
aktiva lancar yang permanen. Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi
perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan
tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan akan
menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu
mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk
menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan
mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat
tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan
untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam
perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend payout rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga
perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang
berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka keadaannya adalah berbeda.
Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.
4. Keadaan Pemegang Saham
3

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui
dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir
semua pemegang saham berada dalam golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital
gains,

maka

perusahaan

dapat

mempertahankan dividend

payout

ratioyang

rendah.

Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan
menahan laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah
pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham
dalam konteks pasar.
5. Pembatasan Hukum, Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa
dibayarkan perusahaan.
Menurut Arthur J Keown, at al menyatakan bahwa batasan hukum yaitu Pembatasan
menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi perusahaan dalam membayar dividen.

6. Pengawasan Terhadap Perusahaan


Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana
yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan
bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan
melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau
membiayai ekspansi dengan uang akan memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan pada
pembelanjaan interen dalam usaha mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti
mengurangi dividen payout ratio nya.
\\

BAB III
TEORI-TEORI KEBIJAKAN DIVIDEN
Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat 3 konsep tentang kebijakan dividen,
yaitu:irrelevance theory, bird in the hand theory, dan tax preference theory.
3.1 Irrelevance theory
Irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak
mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Menurut
teori ini, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham ataupun cost of capitalperusahaan.
Oleh karena itu, kebijakan dividen menjadi tidak relevan (irrelevant). Teori ini dikembangkan
oleh Miller dan Modigliani (1961), yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan
oleh expected earnings dan risiko perusahaan. Nilai perusahaan hanya tergantung pada laba yang
diekspektasikan dari aktiva, bukan dari pemisahan laba menjadi dividen dan laba ditahan. Teori
ini menganggap bahwa kebijakan dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai
perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi
nilai perusahaan.
3.2 Bird in the hand theory
Teori dari Lintner (1962), Gordon (1963), dan Bhattacharya (1979) menjelaskan bahwa investor
menyukai pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan dividen yang diterima seperti
burung di tangan (bird in the hand) yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dan risiko yang kecil
daripada pendapatan modal (bird in the bush) karena dividen lebih pasti dari pendapatan modal.
Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai
daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat
ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Peningkatan dividen akan meningkatkan harga
saham yang akan berdampak pula pada nilai perusahaan.

3.3 Teori Dividen Residual (Residual Theory of Dividends)


Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua
investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan
merupakan sisa (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai.
5

BAB IV
BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN DIVIDEN
Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut
Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang
dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :

4.1 Kebijakan dividen yang stabil


Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen
per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun
pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.

4.2 Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya.
Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas
jumlah minimal tersebut.
4.3 Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan
Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout ratioyang konstan.
Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan
misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap
tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap
tahunnya.
4.4 Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang
besarnya

setiap

tahun disesuaikan

dengan posisi financial dan

perusahaan yang bersangkutan.

kebijakan financial dari

BAB V
PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP ASSET
PEMEGANG SAHAM
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai deviden atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan). Dividen yang
dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing
perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan.
Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan kebijakan dividen
yang optimal, yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa mendatang. Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat memaksimalkan
nilai perusahaan. Berdasarkan pada pemikiran di atas, penulis mencoba untuk melakukan
penelitian dalam skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor Kebijakan Dividen dan
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
kebijakan dividen yang meliputi posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan (ROA),
dan ukuran perusahaan baik secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan yang
tercermin pada harga pasar saham perusahaan pada sektor industri perbankan tahun 2003. Dalam
penelitian ini unit observasi yang digunakan adalah 19 perusahaan pada sektor industri
perbankan yang sudah go public atau sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan pengujian secara simultan, faktor-faktor
kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan
dengan nilai koefisien determinasi sebesar 44.02%. Berdasarkan pengujian secara parsial, hanya
terdapat faktor kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham
perusahaan, yaitu tingkat keutungan (ROA). Sedangkan tiga faktor kebijakan dividen lainnya,
yaitu posisi solvabilitas, posisi likuiditas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga pasar saham perusahaan.

BAB VI
BEBERAPA ASPEK DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN
DEVIDEN SAHAM (STOCK DIVIDEND)
Dengan dilakukannya stock dividend, maka tidak terjadi cash outflows, tetapi hanya transaksi
pembukuan guna memindahkan sejumlah uang dari perkiraan laba yang ditahan kepada
perkiraan modal saham biasa yang disetor. Stock dividend adalah pembayaran tambahan saham
kepada para pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal perusahaan,
sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham, tetap tidak berubah.
Contoh:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 000 000 lembar) Rp 3 000 000 000 Capital surplus 1 500 000
000 Laba ditahan 7 500 000 000 Modal sendiri 12 000 000 000 Perusahaan menentukan stock
dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp 4.000,- Bagaimanakah komposisi modal sendiri
setelah stock dividend?
Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000
lembar.
Stock deviden = 300 000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba ditahan ke
saham biasa dan capital surplus.
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300000 lbr x Rp 1000 = Rp 300.000.000, ditransfer ke
modal saham biasa, sisanya Rp 1 200 000 000,- Rp 300 000 000,- = Rp 900 000 000,dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah. Setelah stock
dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300 000 lembar) Rp 3 300 000 000
Capital surplus 2 400 000 000
Laba ditahan 6 300 000 000
Modal sendiri 12 000 000 000
Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham (EPS) akan
menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang
8

bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya tetap
tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga saham sehingga tidak
memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak
berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba
resiko

perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut

dan
tidak

bisadimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang
saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend.
Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka
memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.

PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)


Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil.
Pemecahan saham lama ini menjadi beberapa saham baru, akan menyebabkan jumlah saham
yang beredar bertambah. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam
trading range tertentu.
Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi modal sendiri
perusahaan adalah sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta
Capital surplus Rp 1.500 juta
Laba ditahan Rp 7.500 juta

Modal sendiri Rp12.000 juta

Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:


Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta
Capital surplus Rp 1.500 juta
Laba ditahan Rp 7.500 juta

Modal sendiri Rp12.000 juta

Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi X Rp 5 000 = Rp 2500 per lembar. Investor
yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya
menjadi 2 X 100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan.
Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya
dari stock split.
9

Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:
1. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.
2. Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.
3. Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya
komposisinya saja yang berubah.

PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (REPURCHASE OF STOCK)


Sebagai akternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan dapat mendistribusikan
pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan
(repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury
Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan
berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative
terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang akan, meningkatkan harga
pasar saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan memberikan capital gains sebagai ganti
deviden kepada para pemegang sahamnya.
Contoh: PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur
yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun
2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada
para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah saham yang beredar saat
ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham.
Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa
yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per
lembar saham. Berdasarkan data tersebut,
carilah:
a. laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham
b. laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham
c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E
Ratio konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta

Payout Ratio 50%

Outstanding share = 1,1 juta


10

P saham = Rp 2500 / lembar


P treasury stock = Rp 2750 / lembar
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar
Price <- PER = 2500 / 500 = 5
EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:
EAT untuk treasury stock = x Rp.550,- juta = Rp.275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 ribu lembar
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
c. P saham = PER X EPS =
= 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-

11

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan
datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan,
kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap
perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar
modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden
(irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam
kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan
jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan
deviden payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.

12

PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN HUTANG, DAN DIVIDEN TERHADAP NILAI


PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 20092011
Nani Martikarini
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi-Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100, Depok-16424
ABSTRAK
Setiap perusahaan membutuhkan modal guna menjalankan aktivitas dan kegiatan operasionalnya. Dalam
berinvestasi para investor maupun calon investor perlu mengumpulkan informasi sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Pada pasar modal yang efisien, harga saham
mencerminkan semua informasi baru. Sumber informasi tersebut dapat diperoleh dengan menganalisis laporan
keuangan. Indikator yang biasanya digunakan para investor adalah dengan memperhatikan profitabilitasnya,
kebijakan hutang, dan kebijakan dividen terhadap nilai peusahaan.
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.
Sampel yang di ambil sesuai kriteria yaitu 13 perusahaan. Data yang digunakan diperoleh dari Indonesian Capital
Market Directory (ICMD). Teknik pemilihan sampel adalah purposive sampling dan penelitian ini menggunakan
regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROE dan kebijakan dividen yang diukur
dengan DPR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Sedangkan
kebijakan hutang yang diukur dengan DER tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan yang
diukur dengan PBV. Kemudian secara simultan ROE, DER dan DPR berpengaruh terhadap PBV.
Kata kunci : nilai perusahaan, profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan dividen.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam berinvestasi para investor maupun calon investor perlu mengumpulkan informasi sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Pada pasar modal yang efisien, harga saham
mencerminkan semua informasi baru. Sumber informasi tersebut dapat diperoleh dengan menganalisis laporan
keuangan. Maka dari itu setiap tahun perusahaan publik yang terdaftar di BEI berkewajiban untuk menyimpan dan
menyampaikan laporan keuangan kepada Bursa Efek, para investor dan publik.
Indikator yang biasanya digunakan para investor adalah dengan memperhatikan profitabilitasnya karena semakin
tinggi laba, semakin tinggi pula return yang akan

13

diperoleh investor. Pengambilan variabel ROE sebagai sampel dari indikator profitabilitas dikarenakan atas dasar
ROE mempunyai keterkaitan yang paling kuat untuk dihubungkan dengan variabel PBV yang merupakan sebagai
sampel dari indikator nilai perusahaan. Dimana ROE menunjukan berapa besarnya pengembalian atas modal atau
equity yang akan dtanamkan oleh investor.
Indikator lain yang harus diperhatikan oleh investor selain dari tingkat return adalah kebijakan hutang yang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut Weston dan Copeland dalam Titin
Herawati (2013) pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana dan pemenuhan dana tersebut dapat berasal
dari sumber intern ataupun sumber ekstern. Kebijakan hutang perlu dikelola karena penggunaan hutang yang tinggi
akan meningkatkan nilai perusahaan karena penggunaan hutang dapat menghemat pajak. Penggunaan hutang yang
tinggi juga dapat menurunkan nilai perusahaan karena adanya kemungkinan timbulnya biaya kepailitan dan biaya
keagenan. Kebijakan Hutang itu sendiri diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER).
Selain kebijakan hutang, kebijakan dividen juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.
Kebijakan dividen ini terkait dengan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang
(Agus Sartono, 2010:281). Pembagian dividen akan membuat pemegang saham mempunyai tambahan return selain
dari capital gain. Kebijakan dividen di ukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR).
Penilaian para investor atas saham di sebuah perusahaan, salah satunya dipengaruhi oleh return yang diberikan oleh
perusahaan tersebut. Kenaikan harga saham dipicu oleh semakin tingginya penilaian investor atas saham tersebut.
Disisi lain, kenaikan harga saham secara otomatis akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham tersebut.
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pasar saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat. Nilai
perusahaan itu sendiri, menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012:6) merupakan nilai harga yang bersedia
dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan terutama perusahaan publik akan
tercemin pada harga sahamnya (Agus Sartono, 2010:9).
Dalam penelitian ini, nilai perusahan diukur dengan Price to Book Value (PBV), yang merupakan perbandingan
harga pasar dari suatu saham dengan nilai bukunya. Adapun yang dimaksud dengan nilai buku adalah perbandingan
antara modal dengan jumlah saham yang beredar. Berdasarkan nilai bukunya, PBV menunjukan seberapa besar
suatu perusahaan mampu menciptakan nilai yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Berdasarkan
rasio PBV, dapat dilihat bahwa nilai perusahaan yang baik ketika nilai PBV diatas satu yaitu nilai pasar lebih besar
daripada nilai buku perusahaan. Semakin tinggi nilai PBV menunjukan nilai perusahaan semakin baik. Sebaliknya,
apabila PBV dibawah nilai satu mencerminkan nilai perusahaan tidak baik. Sehingga persepsi investor terhadap
perusahaan juga tidak baik, karena dengan nilai PBV dibawah satu menggambarkan harga jual perusahaan lebih
rendah dibandingkan nilai buku perusahaan.
Terdapat research gap untuk beberapa variabel pada penelitian terdahulu yang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, yaitu :

14

1. Kebijakan dividen dalam penelitian Dwi Sukrini (2012), Ika Fanindya Jusriani dan Shiddiq Nur Rahardjo (2013),
Arie Afzal dan Abdul Rohman (2012), Dwi Ayuningtyas dan Kurnia (2013) dan Umi Mardiyati (2012) mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ada perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Sri Sofyaningsih
dan Pancawati Hardiningsih (2011) yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Kebijakan hutang dalam penelitian Dwi Sukrini (2012), Arie Afzal dan Abdul Rohman (2012) dan Umi Mardiyati
(2012) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Ika Fanindya Jusriani dan Shiddiq Nur Rahardjo
(2013) dan Sri Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih (2011) yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
3. Profitabilitas dalam penelitian Ika Fanindya Jusriani dan Shiddiq Nur Rahardjo (2013) dan Umi Mardiyati (2012)
mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara parsial dan simultan pengaruh dari profitabilitas,
kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan emiten sektor manufaktur beserta implikasinya.
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil objek penelitian yaitu perusahaan manufaktur. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 146
perusahaan manufaktur sesuai publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009-2011.
Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.
Teknik dalam pemilihan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik pemilihan sampel non acak (Purposive
Sampling). Pada penelitian ini sampel yang diambil dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1. Penentuan Sampel
No
Kriteria Pengambilan Sampel
Jumlah Perusahaan
1
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut periode 2009-2011
146
2

15

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut periode 2009-2011 yang secara
tidak lengkap melaporkan salah satu data dari ROE, DER, DPR dan PBV
133
3
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut periode 2009-2011 yang secara
lengkap melaporkan data dari ROE, DER, DPR dan PBV
13
Jenis Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data dokumenter yaitu berupa jurnal penelitian terdahulu, literatur, dan laporan
keuangan perusahaan. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data
yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan.
Pengumpulan data yang diperlukan berupa data total hutang dan total modal sendiri, data laba bersih sesudah pajak
dan modal sendiri, data Dividen Per Share dan Earning Per Share, dan data harga saham dan nilai buku perlembar
saham. Seluruh data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Variabel Penelitian dan Operasional Variabel
Variabel Independen (X): Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
a. Return on Equity (ROE)
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan ROE merupakan hasil pengembalian atas ekuitas atau kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri atau ekuitas.
Return on Equity = laba setelah pajak
Modal sendiri
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Kebijakan hutang diukur dengan DER yang merupakan seberapa banyak penggunaan hutang oleh perusahaan
sebagai pendanaannya. Jadi besarnya hutang yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada nilai DER perusahaan.
Nilai DER dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio = Total hutang
Total ekuitas
c. Dividen Payout Ratio (DPR)

16

Kebijakan dividen diukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio (DPR) dipakai sebagai alat
ukur kebijakan dividen, karena kualitas saham suatu perusahaan tidak bisa dijamin dari tiap lembar saham yang
dibagikan kalau menggunakan Dividend Per Shared (DPS), serta agar pengukuran bisa dibandingkan antar
perusahaan dalam tiap tahunnya. Kebijakan Dividen drumuskan seperti dibawah ini:
Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share
Earning Per Share
Variabel dependen (Y) : variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan Price to Book Value (PBV) karena berkaitan
dengan
pertumbuhan modal sendiri yang membandingkan nilai pasar dengan nilai bukunya. PBV adalah suatu rasio yang
sering digunakan untuk menentukan nilai perusahaan dan mengambil keputusan investasi dengan cara
membandingkan harga pasar saham akhir tahun dengan nilai buku perusahaan. Dalam penelitian ini PBV rasio
dihitung dengan:
Price to Book Value = Harga saham
Nilai buku per lembar saham
Tahapan Penelitian
1. Uji asumsi klasik : Uji Autokorelasi, Uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.
2. Uji Uji Regresi dan Determinasi
a. Uji Regresi Berganda
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel ROE, DER, dan DPR sebagai variabel bebas (independen variabel)
terhadap nilai perusahaan sebagai variabel dependen maka digunakan model analisis regresi berganda adalah:
PBV= a + b1Roe+ b2DER+b3DPR+e
Keterangan :
PBV = Nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value Ratio (Y)
a = Konstanta.
b1 = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan Y apabila PBV berubah sebesar 1 satuan.
ROE = Profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity (X1).
b2 = Koefesien regresi, yaitu besarnya perubahan Y apabila ROE berubah sebesar 1 satuan.
DER = Kebijakan Hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (X2).

17

b3 = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan Y apabila DPR berubah sebesar 1 satuan.
DPR = Kebijakan Dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (X3).
e = Standar error.
b. Uji Determinasi
Tingkat ketepatan suatu garis dapat diketahui dari besar kecilnya koefisien determinasi atau koefisien R2 (R square).
Nilai koefisien R square dalam analisis regresi dapat digunakan sebagai ukuran menyatakan kesesuaian garis regresi
yang diperoleh. R2 = 1, berarti variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
jika R2 = 0, berarti, variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji statistik t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial. Kesimpulan yang diambil adalah dengan melihat signifikansi () atau
perbandingan antara F hitung dan F tabel dengan ketentuan:
Apabila t hitung < t tabel dan > 5% : tidak mampu menolak H0
Apabila t hitung > t tabel dan < 5% : menolak H0
b. Uji signifikansi Simultan (uii-F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi
secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Dalam uji F kesimpulan yang diambil adalah
dengan melihat signifikansi () dan perbandingan antara F hitung dan F tabel dengan ketentuan.
Apabila F hitung < F tabel dan () > 5%: tidak mampu menolak H0
Apabila F hitung > F tabel dan () < 5%: menolak H0
PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhinya uji asumsi klasik.
Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan
melalui uji F dan uji t tidak boleh bias
a. Uji Normalitas
Gambar 1.

18

Dari uji grafik diatas terlihat bahwa setelah dilakukan transformasi data ke logaritma natural (Ln) grafik P-P Plot
memperlihatkan titik-titik menyebar mengikuti arah garis diagonal yang menunjukan pola distribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Tabel 2. Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 LnROE ,875 1,143 LnDER ,928 1,077 LnDPR ,
936 1,068
a. Dependent Variable: LnPBV
Dari hasil analisis tabel diatas, didapat VIF untuk LnROE adalah (1,143 < 10) dan nilai Tolerance (0,875 > 0,1)
untuk nilai VIF variabel LnDER adalah (1,077 < 10) dan nilai tolerance (0,928 > 0,1) untuk nilai VIF variabel
LnDPR adalah (1,068 < 10) dan nilai tolerance (0,936 > 0,1). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel
bebas yang dipakai dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Tabel 3. Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,616a ,
380 ,327 ,36693 2,048 a. Predictors: (Constant), LnROE,LnDER,LnDPR b. Dependent Variable: LnPBV
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai Durbin-Watson sebesar 2,048 berarti tidak terjadi autokorelasi baik autokorelasi
positif maupun autokorelasi negatif, karena berada diantara angka -2 sampai angka 2.
d. Heteroskedatisitas
Gambar 2.
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik itu menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model
regresi.
Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik alat bantu software SPSS versi 21. Begitu juga
dengan modelnya yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Linier Regresion). Analisis
regresi linier berganda adalah suatu metode statistik umum yang digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah
variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Berikut adalah tabel output hasil pengujian regresi dari
penelitian ini.
Tabel 4.
Regresi Liner Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std.
Error Beta 1 (Constant) -,805 ,318 -2,531 ,016 LnROE ,773 ,208 ,529 3,717 ,001 LnDER ,096 ,139 ,095 ,689 ,495
LnDPR ,202 ,067 ,411 2,990 ,005 a. Dependent Variable: LnPBV

19

Berdasarkan nilai koefisien regresi pada tabel di atas, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
LnPBV = -0,805 + 0,773LnROE + 0,096 LnDER + 0,202 LnDPR + ei
Dari persamaan di atas dapat dijelaskam konstanta sebesar -0,805 menyatakan bahwa jika LnROE, LnDER dan
LnDPR nilainya adalah 0, maka LnPBV nilainya -0,805.
Koefisien regresi variabel LnROE sebesar 0,773 artinya jika variabel independennya lain nilainya tetap dan LnROE
mengalami kenaikan 1%, maka LnPBV akan mengalami peningkatan sebesar 0,773 koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara LnROE dengan LnPBV, semakin naik LnROE maka semakin meningkat LnPBV.
Koefisien regresi variabel LnDER sebesar 0,096 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan LnDER
mengalami kenaikan 1%, maka LnPBV akan mengalami penurunan sebesar 0,096. koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara LnDER dengan LnPBV, semakin naik LnDER maka semakin meningkat LnPBV.
Koefisien regresi variabel LnDPR sebesar 0,202 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan LnDPR
mengalami kenaikan 1%, maka LnPBV akan mengalami peningkatan sebesar 0,202. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi hubungan positif antara LnDPR dengan LnPBV, semakin naik LnDPR maka semakin meningkat
LnPBV.
Uji Simultan
Uji F (ANOVA) atau analisi varian merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama untuk menguji signifikan
pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria keputusan didasarkan pada hasil
perbandingan Fhitung dengan Ftabel. Apabila hasil perhitungan F hitung < F tabel maka Ho diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel dari model regresi tidak mampu menjelaskan variabel terikat atau tidak memiliki pengaruh
signifikan. Sebaliknya jika F hitung > Ftabel maka Ho ditolak, dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel
bebas dari model regresi linier berganda mampu menjelaskan variabel terikat atau berpengaruh secara signifikan. F
tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat 0,05 dengan df 1 (jumlah variabel-1)= 3, dan df 2 (n-k-1) atau 393-1= 35. Hasil yang diperoleh untuk Ftabel sebesar 2,87. Berikut ini adalah output SPSS untuk Uji F :
Tabel 5.
Uji ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2,888 3 ,963 7,151 ,001b Residual 4,712
35 ,135 Total 7,601 38 a. Dependent Variable: LnPBV b. Predictors: (Constant), LnDPR, LnDER, LnROE
Dari hasil perhitungan analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel indpenden berpengaruh
terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai signifikan sebesar 0,001 yang berarti nilai
signifikannya lebih kecil dari taraf yang ditentukan, yaitu sebesar 0,050. Begitu juga nilai F hitung diperoleh sebesar
7,151. Pada tingkat keyakinan 95%, = 5%, df1 (jumlah variabel-1) = 3, dan df2 (n-k-1) atau 39-3-1 = 35 diperoleh
F tabel sebesar 2,87. Karena nilai F hitung > Ftabel (7,151 > 2,87) maka tolak Ho terima Ha. Dengan demikian
terbukti profitabilitas (LnROE), kebijakan hutang (LnDER), kebijakan dividen (LnDPR) secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (LnPBV). Hasil penelitian ini Dwi Sukirni (2012)

20

yang membuktikan bahwa masing-masing variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
(LnPBV).
Uji Parsial
Uji t yaitu untuk mempengaruhi variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Apabila t hitung > t
tabel, maka Ho ditolak, dengan demikian variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat yang ada dalam model.
Sebaliknya apabila t hitung < t tabel, maka Ho diterima, dengan demikian variabel bebas tidak dapat menjelaskan
variabel terikat atau dengan kata lain tidak ada pengaruh antara dua variabel yang diuji. Berikut ini adalah output
SPSS untuk uji t:
Tabel 6.
Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1
(Constant) -,805 ,318 -2,531 ,016 LnROE ,773 ,208 ,529 3,717 ,001 LnDER ,096 ,139 ,095 ,689 ,495 LnDPR ,202 ,
067 ,411 2,990 ,005 a. Dependent Variable: LnPBV
Untuk membuktikan pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial atau individu terhadap variabel
terikat digunakan analisis uji t. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial yaitu : LnROE, LnDER, LnDPR, dan
terhadap LnPBV.
Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
1. Return on Equity (LnROE) terhadap Price to Book Value (LnPBV)
Ho :Tidak ada pengaruh sinifikan antara LnROE dengan LnPBV
Ha : Ada pengaruh signifikan antara LnROE dengan LnPBV
Menggunakan taraf signifikan sbesar 0,05/2 =0,025 (uji dua sisi) Dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 39-31=35, sehingga t tabel diketahui sebesar 2,030. Berdasarkan output pada tabel 4.13 menunjukan nilai t hitung
sebesar 3,717. Kriteria pengambilan keputusan yaitu:
t hitung < t tabel maka Ho diterima
t hitung > t tabel maka Ho ditolak
Karena nilai t hitung> t tabel (3,717 > 2,030 ) maka dapat disimpulkan bahwa Return On Equity berpengaruh secara
signifikan terhadap Price Book Value.
2. Debt to Equity Ratio (LnDER) terhadap Price Book Value (LnPBV)
Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara LnDER dengan LnPBV
Ha : Ada pengaruh signifikan antara LnDER dengan LnPBV
Menggunakan taraf signifikan sebesar 0,05/2 =0,025 (uji dua sisi)

21

Dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 39-3-1 = 35, sehingga t tabel diketahui sebesar 2,030. Berdasarkan output
pada tabel 4.13 menunjukan nilai t hiung sebesar 0,089. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:
t hitung < t tabel maka Ho diterima
t hitung > t tabel maka Ho ditolak
karena nilai t hitung < t tabel (0,089 < 2,030) maka dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh secara tidak signifikan terhadap Price to Book Value.
3. Dividen Payout Ratio (LnDPR) terhadap Price to Book Value (LnPBV)
Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara LnDPR dengan LnPBV
Ha : Ada pengaruh signifikan antara LnDPR dengan LnPBV
Menggunakan taraf signifikan sebesar 0,05/2 =0,025 (uji dua sisi)
Dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 39-3-1 = 35, sehingga t tabel diketahui sebesar 2,030. Berdasarkan output
pada tabel 4.13 menunjukan nilai t hitung sebesar 2,990. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:
t hitung < t tabel maka Ho diterima
t hitung > t tabel maka Ho ditolak
karena nilai t hitung > t tabel (2,990 > 2,030) maka dapat disimpulkan bahwa Dividend Payout Ratio berpengaruh
secara signifikan terhadap Price to Book Value.
Efisiensi Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi, yaitu digunakan untuk melihat seberapa besar proposi (presentase) dari keragaman Y yang
diterangkan oleh model regresi ayau untuk mengukur besar sumbangan dari variabel bebas terhadap keragaman
variabel terikat (Y). Koefisien determinasi menunjukan presentase variasi nilai variabel bebas yang dapat di jelaskan
oleh persamaan regresi yang dihasilkan. Nilai ini juga dapat digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh model
yang terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Koefisien determinasi (R2) diartikan juga sebagai
ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang diperoleh dari hasil pendugaan terhadap data hasil penelitian.
Tabel 7.
Determinasi (R2)
Dari tabel diketahui besarnya nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,327, artinya presentase sumbangan
pengaruh LnROE, LnDER, LnDPR terhadap LnPBV sebesar 32,7%, sedangkan sisanya sebesar 67,3 % dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian. Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 ,616a ,380 ,327 ,36693 a. Predictors: (Constant), LnDPR, LnDER, LnROE b. Dependent
Variable: LnPBV

22

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Profitabilitas yang diukur dengan ROE berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur
dengan PBV. Hal ini disebabkan keuntungan yang tinggi juga akan memberikan suatu prospek perusahaan yang baik
sehingga dapat merespon investor untuk meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan
menyebabkan nilai perusahaan meningkat.
2. Kebijakan hutang yang diukur dengan DER tidak berpengaruh secara tidak signifikan terhadap nilai perusahaan
yang diukur dengan PBV. Hal ini menjelaskan bahwa dimana tinggi rendahnya hutang tidak mempengaruhi
keputusan pemegang saham dalam meningkatkan nilai perusahaan. Maka sebaiknya perusahaan tidak sepenuhnya
dibiayai dengan hutang, agar perusahaan tidak menimbulkan risiko kebangkrutan semakin tinggi.
3. Kebijakan dividen yang diukur dengan DPR berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur
dengan PBV. Hal ini menjelaskan kebijakan dividen merupakan sinyal yang baik untuk perusahaan dimasa
mendatang. Karena menarik investor untuk membeli saham perusahaan.
4. ROE, DER, dan DPR bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PBV. Hal ini terlihat dari nilai kontribusi
yang mencapai 76,1% memiliki pengaruh terhadap PBV.
Saran
Dengan segala keterbatasan yang telah di ungkapkan sebelumnya, maka peneliti memberikan saran untuk penelitian
selanjutnya sebagai berikut :
1. Peneliti bisa lebih lanjut mengembangkan tentang tema sejenis dengan menambah jumlah sampel selain
perusahaan manufaktur sehingga hasil penelitian bisa lebih baik lagi.
2. Periode pengamatan bisa menambah lebih lama dari penelitian sebelumnya agar diharapkan hasil penelitian
semakin lebih baik lagi.
3. Menambahkan variabel lain yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) seperti size, growth, leverage,
kebijakan manajerial, kepemilikan institusional dan lainnya.

23

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.gunadarma.ac.id/7/1/JURNAL%20OKE.PDF
http://widmkl.blogspot.co.id/2014/06/kebijakan-dividend-dividend-policy.html?m=1

24

You might also like