You are on page 1of 28

ANALISIS ALIH FUNGSI HUTAN KOTA KAMPUS APP MALANG ATAS

DASAR UU NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG TATA RUANG


PERKOTAAN DAN PP RI NO 63/2002 TENTANG HUTAN KOTA

A. KONDISI ATAU GAMBARAN UMUM PERMASALAHAN RUANG


TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG
Dalam kondisi urbanisasi yang terus berlangsung cepat, pembangunan Kota Malang
pada berbagai sektor adalah suatu hal yang tidak terelakkan. Pertumbuhan populasi
9,3% per tahun dan sekitar 1.175.282 jiwa yang hidup di kota Malang pada saat ini,
dengan kepadatan 10.000 17.000 penduduk/km2. Dari jumlah penduduk perkotaan
yang terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut, akan memberikan dampak pada
tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, karena tumbuh kembangnya
jumlah penduduk tersebut juga di ikuti dengan pertumbuhan kawasan hunian, fasilitas
umum dan sosial. Untuk pemenuhan pembangunan kawasan-kawasan tersebut, alih
fungsi lahan besar-besaran pada ruang terbuka hijau kota Malang tidak dapat
dihindari, seperti pada alih fungsi tanah seluas 28 hektar berupa Hutan Kota kampus
APP yang merupakan bekas kampus Akademi Penyuluh Pertanian (APP) menjadi
kawasan perumahan mewah, pembangunan Malang Town Square di kawasan resapan
air pada bekas SNAKMA APP di Jalan Veteran jalan Bandung, pembangunan Mall
dan Hotel Malang Olimpic Garden yang memakan 8 hektar open space warga kota
Malang di kawasan stadion Gajayana, pengalih fungsian Taman Kunir di kawasan
Oro-oro Dowo menjadi kantor kelurahan Oro-oro Dowo Kecamatan Klojen di Jalan
Taman Kunir yang sudah di resmikan pembangunannya pada hari Rabu 30/4/2008.
Pada tahun 1994 jumlah ruang terbuka hijau masih sekitar 7.160 ha dari luasan
Kota Malang 11.005,7 ha. Dua tahun berikutnya jumlah ruang terbuka hijau terus
berkurang menjadi 6.957 ha dan menjadi 6.615 ha pada 1998. Tahun 2000, jumlahnya
6.415 ha dan 2002 tinggal 6.367 ha7. RTH di Kota Malang dari tahun ke tahun
1

tercatat terus menipis. Sedangkan menurut data WALHI, RTH saat ini hanya tersisa
2,8 persen dari luas kota Malang sebesar 110,6 kilometer persegi. Berdasarkan data
dari Dinas Pertamanan Kota Malang, dibanding total wilayah Kota Malang yang
mencapai 11.005,66 hektare, luas hutan kota hingga kini hanya 71,623 hektare. Itu
berarti cuma 0,65 persen dari total luas Kota Malang. Sementara luasan terbangun
sudah hampir mencapai 60 persen dari total luasan. Artinya semakin banyak
pepohonan yang menghilang dari Kota Malang, di mana pada zaman dahulu Kota
Malang ini pada awalnya oleh arsitek Belanda Thomas Karsten diberi label atau
julukan Kota Taman.
B. ISU DAN PEMETAAN MASALAH SEKTOR
Warga Kota Malang mengenal tanah Tanjung yaitu lahan bekas Kampus
Akademi Penyuluh Pertanian (APP) seluas 28,5 hektar, yang juga merupakan hutan
kota. Hutan Tanjung saat itu menjadi satu-satunya paru-paru kota yang tersisa,
sekaligus menjadi buffer zone Kota Malang. Di dalamnya terdapat hutan heterogen,
kebun kopi, kakao, sawit, ladang jagung, hamparan sawah, pun lapangan rumput
terbuka. Hidup pula sedikitnya 128 spesies tanaman, yang beberapa di antaranya
belum teridentifikasi dan menjadi tempat bernaung tak kurang dari 36 spesies burung
langka.
Rencana pengalihan fungsi hutan kota APP menjadi perumahan mewah
ditentang banyak kalangan, terutama warga setempat, akademisi dan aktivis
lingkungan. Lahan bekas APP itu bukan hanya menyangkut soal lingkungan, tapi juga
berkaitan dengan dinamika sosial-budaya dan sejarah Kota Malang. Lahan APP yang
juga dikenal dengan sebutan Lambau, merupakan sebuah hutan kota yang berada di
jalan Ikhwan Ridwan Rais atau lebih dikenal dengan daerah Tanjung. Nama Lambau
sendiri berasal dari bahasa Belanda: Landbouw yang artinya pertanian.
Selain sebagai hutan kota, dahulu di kawasan Tanjung ini juga terdapat
lapangan tembak, perkebunan, persawahan, lapangan sepakbola dan berfungsi
sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Beberapa bangunan utama

kampus APP berupa bangunan zaman Belanda yang termasuk dalam kategori
bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Di hutan kota Kampus APP atau
Lambau, warga kota Malang bisa menikmati suasana alami area perkebunan coklat
dan pemandangan hutan yang asri dan hijau. Di hutan ini sering ditemukan beberapa
species semacam ular sanca, burung rangkok, kepodang dan sebagainya oleh warga
sekitar. Lokasi ini merupakan sedikit dari habitat yang tersisa di tengah Kota Malang
bagi kawanan kunang-kunang.
Kawasan APP ditukar guling, antara Departemen Pertanian dan kelompok bisnis
perumahan PT Bakrieland Development Tbk.bekerja sama dengan PT Duta Perkasa
Unggul Lestari (DPUL), dan dibangun menjadi salah satu pemukiman termewah di
kota Malang bernama Ijen Nirwana Residence. Dalam perjalanannya, Ijen Nirwana
Residence direncanakan memasarkan 214 rumah dan cottage seharga Rp 900 jutaan
sampai Rp 5 miliar, dengan fasilitas sport club, hotel, ruko, convention hall, bioskop,
food court, distro, dan hypermarket.
Mengapa Kampus APP harus dipertahankan ?
1. Karena Kampus APP mempunyai nilai sejarah yang cukup tinggi sebagai
monumen sejarah perang gerilya di kota Malang, serta menyimpan bukti-bukti
sejarah pertanian yang paling otentik diseluruh Indonesia.
2. Karena dikampus APP telah ditemukan tidak kurang dari 25 jenis burung, dimana
3 jenis merupakan endemik asli Indonesia, 2 jenis termasuk jenis burung yang
dilindungi, dan 1 jenis lagi hampir punah.
3. Karena kawasan ini adalah kawasan terbuka hijau, paru-paru kota dan daerah
resapan air, sumber air dan tandon air , serta memiliki hutan homogen maupun
heterogen yang menjadi pencegah erosi.
4. Karena di lokasi tersebut juga terdapat tanaman-tanaman langka, serta
3

keanekaragaman hayati yang berpotensi sebagai sumber plasma nutfah yang tidak
dapat dinilai dengan uang.
5. Karena menjadi tempat observasi atau penelitian dimana para peneliti dapat
mencari alternatif pangan, industri, dan obat-obatan untuk masa kini dan masa yang
akan datang.
6. Karna kampus APP telah bertahun-tahun telah dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar sebagai berbagai kegiatan, misalnya : tempat sholat Idul Fitri atau Idul Adha
dan perayaan natal bersama, tempat olah raga, tempat rekreasi gratis dan
menyehatkan di tengah kota, dan sebagainya.
7. Karna kampus APP juga berfungsi sebagai tempat penelitian dari berbagai
perguruan tinggi di Malang, dengan kata lain, kampus APP telah mengemban fungsi
sosial yang sangat tinggi.

Jika pembangunan perumahan tersebut tetap dilangsungkan, apa


akibatnya bagi masyarakat kota Malang ?
1. Fungsi paru-paru kota, kawasan terbuka hijau, dan resapan air dikota Malang akan
hilang, sehingga ancaman banjir, kekeringan, dan udara panas akan terjadi.
2. Rakyat kota Malang yang selama ini memanfaatkan kampus APP sebagai tempat
berbagai kegiatan akan merasa kehilangan.
3. Kota Malang akan kehilangan Monumen sejarah alam masa perang gerilya serta
sejarah pertanian yang tinggi nilainya.

4. Pendirian perumahan mewah didaerah tersebut, hanya akan memunculkan


kesenjangan sosial yang semakin tinggi.

C. KEBIJAKAN SEBAGAI OUTPUT POLICY


Isi dari UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang Perkotaan dan PP RI No
63/2002 tentang Hutan Kota yang menyangkut Tentang Permasalahan Hutan
Kota Kampus APP
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 26 TAHUN 2007
TENTANG
PENATAAN RUANG
Paragraf 5
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota
Pasal 28
Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis mutandis untuk perencanaantata
ruang wilayah kota, dengan ketentuan selain rincian dalam Pasal 26 ayat (1)
ditambahkan:
a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan
c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki,
angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial
ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
Pasal 29

(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari
ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh)
persen dari luas wilayah kota.
(3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua
puluh) persen dari luas wilayah kota.
Pasal 30
Distribusi ruang terbuka hijau publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1)
dan ayat (3) disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan
memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 63 TAHUN 2002
TENTANG
HUTAN KOTA
Bagian Kedua
Tujuan dan Fungsi
Pasal 2
Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan
keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan
budaya.
Pasal 3
Fungsi hutan kota adalah untuk:
a. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;
b. meresapkan air;
c. menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan
d. mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Pasal 14
6

(1) Penentuan tipe hutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sesuai dengan
fungsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan atau Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
(2) Tipe hutan kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari :
a. tipe kawasan permukiman;
b. tipe kawasan industri;
c. tipe rekreasi;
d. tipe pelestarian plasma nutfah;
e. tipe perlindungan; dan
f. tipe pengamanan.
Pasal 19
(1) Tanah hak yang karena keberadaannya, dapat dimintakan penetapannya sebagai
hutan kota oleh pemegang hak tanpa pelepasan hak atas tanah.
(2) Pemegang hak memperoleh insentif atas tanah hak yang ditetap-kan sebagai hutan
kota.
(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan
Daerah.
(4) Tanah hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai hutan kota
untuk jangka waktu paling sedikit 15 (lima belas) tahun.
(5) Penetapan tanah hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan tanpa
melalui proses penunjukan dan pembangunan.
(6) Tanah hak yang dimintakan penetapannya sebagai hutan kota sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. terletak di wilayah perkotaan dari suatu Kabupaten/Kota atau provinsi untuk
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. merupakan ruang terbuka hijau yang didominasi pepohonan;
c. mempunyai luas yang paling sedikit 0,25 (dua puluh lima per seratus) hektar dan
mampu membentuk atau memperbaiki iklim mikro, estetika, dan berfungsi sebagai
resapan air.
7

(7) Penetapan dan perubahan peruntukan tanah hak sebagai hutan kota dilakukan
dengan Keputusan Bupati/Walikota.
(8) Untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, penetapan dan perubahan peruntukan
tanah hak sebagai hutan kota dilakukan dengan keputusan Gubernur Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
(9) Penetapan dan perubahan peruntukan tanah hak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (7) dilakukan berdasarkan permohonan dari pemegang hak
Pasal 22
(1) Pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah negara dapat dilakukan oleh :
a. Pemerintah Daerah; dan atau
b. masyarakat.
(2) Pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah hak dilakukan oleh pemegang
hak.
(3) Pengelolaan hutan kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan
oleh
masyarakat bukan pemegang hak atau Pemerintah Daerah melalui perjanjian dengan
pemegang hak.
Paragraf 5
Pemanfaatan
Pasal 27
(1) Hutan kota dapat dimanfaatkan untuk keperluan :
a. pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga;
b. penelitian dan pengembangan;
c. pendidikan;
d. pelestarian plasma nutfah; dan atau
e. budidaya hasil hutan bukan kayu.
(2) Pemanfaatan hutan kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
sepanjang
tidak mengganggu fungsi hutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

D. ALTERNATIF KEBIJAKAN DI SEKTOR SEBAGAI EVALUASI OUTPUT


POLICY SEKTOR

Analisis Permasalahan Alih Fungsi Hutan Kota Kampus APP dengan UU


Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang Perkotaan dan PP RI No 63/2002
tentang Hutan Kota
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Malang belum memenuhi ketentuan

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang Perkotaan pada pasal 29
ayat 2. Ruang Terbuka Hijau di Kota Malang saat ini hanya 17 persen dari total luas
wilayah yang mencapai 110 kilometer persegi berdasarkan dari data dinas pertamanan
. Dalam undang-undang tersebut dicantumkan luasan RTH di wilayah perkotaan
minimal 30 persen dari total luas wilayah. Jumlah itu dibagi 20 persen untuk RTH
publik dan 10 persen untuk alokasi RTH privat Data Dinas Pertamanan menyebutkan,
luas taman di Kota Malang yang dikelola pemerintah mencapai 109.487 meter
persegi, hutan kota di 11 titik seluas 71.793 meter persegi, dan kebun bibit seluas
5.800 meter persegi. Hal ini juga sangat bertentangan dengan pasal 30, karena
pendirian perumahan mewah ini sangat tidak memeperhatikan rencana struktur dan
pola ruang.
Sesuai dengan PP RI no 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota pasal 3 dan 27,
Selain tidak sesuai secara fungsi lingkungan hidup, pembangunan perumahan mewah
ini tentunya sangat tidak peka sosial, di mana di sekitar lokasi tersebut merupakan
kawasan pemukiman padat penduduk dengan tingkat sosial ekonomi menengah ke
bawah. Memang seperti inilah wajah pembangunan kota Malang dengan
kebijakannya yang sewenang-wenang, tanpa adanya kepekaan sosial, dan
bertentangan dengan hukum.
Selain sebagai hutan kota, dahulu di kawasan Tanjung ini juga terdapat
lapangan tembak, perkebunan, persawahan, lapangan sepakbola dan berfungsi
sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Beberapa bangunan utama
kampus APP berupa bangunan jaman Belanda yang termasuk dalam kategori
9

bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Di hutan kota Kampus APP atau
Lambau ini, warga kota Malang bisa menikmati suasana alami area perkebunan
coklat dan pemandangan hutan yang asri dan hijau. Di hutan tersebut seringkali
ditemukan beberapa species semacam ular sanca, burung rangkok, kepodang dan
sebagainya oleh warga sekitar. Lokasi ini merupakan sedikit dari habitat yang tersisa
di tengah Kota Malang bagi kawanan kunang-kunang. Dan ini termasuk di dalam
pasal 27 PP RI no.63 tahun 2002 tentang manfaat hutan kota.
Lahan bekas APP itu bukan hanya menyangkut soal lingkungan, tapi juga
berkaitan dengan dinamika sosial-budaya dan sejarah Kota Malang. Lahan APP yang
juga dikenal dengan sebutan Lambau, merupakan sebuah hutan kota yang berada di
jalan Ikhwan Ridwan Rais atau lebih dikenal dengan daerah Tanjung. Nama Lambau
sendiri berasal dari bahasa Belanda: Landbouw yang artinya pertanian. Sesuai dengan
PP RI no. 63 tahun 2002 Pasal 2: Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk
kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur
lingkungan, sosial dan budaya.Tapi kini Hutan Kota Kampus APP yang menjadi
dinamika sosial-budaya dan sejarah Kota Malang itu telah hilang dan berubah
menjadi perumahan mewah yang bernama Ijen Nirwana. Selaku Pemegang
kekuasaan di Kota Malang, yaitu Walikota memang berhak atas penetapan dan
perubahan peruntukan tanah,sehingga perubahan alih fungsi Hutan Kampus APP
Malang ini menjadi perumahan mewah, juga tidak luput dari persetujuan Walikota.

Evaluasi Kebijakan dan Rumusan Kebijakan Rekomendasi


Pembangunan kota yang berkelanjutan sudah seharusnya tidak sekedar

berorientasi pada keuntungan ekonomis jangka pendek dan mengorbankan kebutuhan


warga akan ruang terbuka hijau. Sehingga fenomena-fenomena seperti krisis
lingkungan udara-air-tanah, bencana banjir, tanah longsor, amblasan tanah,
penebangan pohon secara serampangan, dan penggusuran ruang terbuka hijau dapat
diminimalkan. Pembangunan perumahan di Kota Malang yang berdampak pada
Ruang terbuka hijau harus mengacu pada perundang-undangan dan peraturan
mengenai lingkungan hidup. Sehingga Pembangunan perumahan tersebut
10

berwawasan lingkungan terpadu serta terencana. yang berguna untuk masyarakat


Kota Malang
Pemerintah Kota Malang harus mewujudkan pengembangan program kota
hijau yang digagas oleh pemerintah pusat. Pemerintah Kota Malang yang mendapat
dana Rp 1,5 miliar dari Dirjend Tata Ruang Kota harus mampu memberikan RTH
yang berguna untuk masyarakat Kota Malang.
Pemerintah Kota Malang juga harus memetakan wilayah lain yang masih
kosong dari hutan kota. Karena kita tahu bahwa , hutan kota yang ada di Kota Malang
yakni ,hanya Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Jalan Jakarta dan Hutan kota
Velodrom. Sehingga, upaya penghijauan dengan menambah pembuatan hutan kota
harus terus ditingkatkan seiring dengan panasnya iklim di Kota Malang tidak bisa
dipungkiri sebagai dampak pemanasan global.
E. REFLEKSI PERSONAL TENTANG PENGALAMAN
Pengalaman saya dalam menerima matakuliah PESPS di setiap pertemuan,
saya mendapatkan ilmu tambahan tentang menganalisis kebijakan pemerintah yang
saat ini berjalan ada yang tidak sesuai rencana. Sehingga mahasiswa menjadi lebih
kritis pemikiran maupun opininya dalam menanggapi kebijakan pemerintah.
Untuk pengembangan pembelajaran PESPS ke depan, perkuliahan di
harapkan lebih menyenangkan, serius tapi santai agar mahasiswa mampu dengan
mudah menangkap pelajaran. Selain itu diskusi yang aktif dan penilaian mahasiswa
lebih menekankan pada keaktifan mahasiswa , sehingga setiap mahasiswa
mempunyai kesempatan yang sama dalam mengemukakan pemikirannya.

DAFTAR RUJUKAN
Dahlan, E.N. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup.Jakarta:APHI
11

Hasni. 2008. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah.Jakarta:


Rajagrafindo Persada
http://mediacenter.malangkota.go.id/2012/04/ruang-terbuka-hijau-kota-malang
ditambah-2-hektar/#ixzz2rD1mCBXo (Online) diakses 20 november
Respati Wikantiyoso, 2009, Pembangunan versus Pelestarian suatu Dilema
Pembangunan Kota Malang? (online), http://respati.ucoz.com , diakses 2 Maret

LAMPIRAN

12

Foto Peta Wilayah


Gambar Denah kawasan Kampus APP di daerah Tanjung

Pola dan Kerangka Pemetaan Masalah

13

Kronologi Kejadian Alih Fungsi Hutan Kampus Kota APP atau Lambau
Berdasarkan Fakta

TAHUN

KRONOLOGI KEJADIAN

1986

Kampus diklat APP Malang telah diminati oleh para pengusaha


untuk dibeli, tetapi ditolak oleh direktur APP Malang.

Juli 1990

Direktur APP Malang diganti.

10 Nopember 1990

Keluar surat Kakansospol Kodya Malang nomor


900/346/428.56, tentang Keterangan ketidak amanan situasi
kampus dan saran agar kampus APP/SPP Malang dipindah
kelokasi yang memungkinkan.

Desember 1990

Proposal tukar bangun (ruislag) kampus APP Malang diajukan


kepada Kepala Badan Diklat dan oleh Kepala Badan Diklat
dilanjutkan kepada Mentri Pertanian.

31 Desember 1990

Jawaban Walikota madya Malang (HM Soesamto) kepada CV


ELTRI yang menyatakan bahwa lokasi Diklat APP
diperuntukkan sebagai kawasan pendidikan dan ruang terbuka
hijau

25 Juli 1991

Keluar Surat Keterangan Walikotamadya daerah Tk. II Malang


(HM Soesamto) nomor 1965 tahun 1991 yangmenyatakan
bahwa berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTRK), lahan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA)
penggunaan lahannya termasuk kawasan pemukiman

16 Maret 1992

Surat dari Mentri Pertanian (Ir. Wardoyo) nomor PL.


810/115/Mentan/III/92 kepada Menteri Keuangan meminta
persetujuan tukar bangun kampus APP.

29 Juli 1992

Menteri Keuangan melalui Dirjen Anggaran dengan surat


nomor S-3130/A/45/0792 menyetujui permintaan tersebut.

20 Agustus 1992

Dibentuk tim penilai developer yang ditetapkan oleh Kepala


Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian (Ir. Syamsuddin
Abbas) dengan surat nomor 166/SK/PL.420/8/1992

14

06 November 1992

Tim Penilai Developer membuka kesempatan penawaran


kepada para investor. jumlah investor yang mengambil
dokumen seleksi sebanyak 6 perusahaan.

07 November 1992

Pedoman penilaian penawaran disetujui oleh Sekjen


Departemen pertanian.

19 Februari 1993

PT Bangun Karsa Bentala, yang beralamat di Jl. Pasar Besar


29 A Malang, dinyatakan sebagai pemenang tender melalui
surat Menteri Pertanian nomor PL.420/40/Mentan/II/93/Rhs
yang dikuatkan dengan akte notaris pada kantor notaris
Suhardiman SH nomor 62 yang dikeluarkan pada tanggal 23
April 1993 tentang perjanjian tukar menukar tanah dan
bangunan
Investor mulai membebaskan lahan calon pengganti kampus
APP di Randu Agung Singosari Malang. Pada saat yang
bersamaan terjadi penebangan pohon karet dan jati dikampus
APP.

31 Oktober 1994

Keluar surat ijin prinsip dari Walikotamadya Kepala Daerah


Tk. II Malang nomor 050/2669/428.41/1994 kepada PT Duta
Perkasa Unggul Lestari, yang beralamat di Jl. Ijen no. 1
Malang.

November 1994

Karyawan APP terkejut mengetahui ruislag dari iklan rumah


mewah yang berlokasi di lahan kampus APP. Para karyawan
menghadap DPRD, menulis surat ke Kotak Pos 5000, Mbak
Tutut dan sebagainya. Anggota DPR RI Tadjudin Noer ikut
mempersoalkan ruislag kampus APP
Mulai terungkap kejanggalan-kejanggalan dalam ruislag
kampus APP :
a. Adanya Surat Keterangan Walikota tentang peruntukan
kawasan APP yang bertentangan dengan RUTRK Kodya
Malang 1989-2000
b. Lahan kampus APP dinilai sangat rendah dibandingkan
harga obyektif, apalagi dibandingkan penawaran developer
kepada calon user.
c. Calon penganti kampus APP sangat tidak layak sebagai
sekolah pertanian, dan sampai 1995 belum sepenuhnya
15

menjadi milik investor sehingga bertentangan dengan


persyaratan penilaian developer
21 Januari 1995

Keluar Keputusan Kepala BPN Kotamadya Malang nomor 02


tahun 1995 tentang pemberian izin lokasi untuk keperluan
pembangunan perumahan kepada PT Duta Perkasa Unggul
Lestari.

27 Februari 1995

Diadakan pertemuan antara Kepala Kantor Wilayah


Departemen Pertanian Propinsi Jawa Timur dan Sekretaris
Badan DIKLAT Pertanian Jakarta dengan dosen-dosen APP
Malang di Kanwil DEPTAN Prop. Jatim.

Maret 1995

Perhatian karyawan APP dialihkan ke masalah kesejahteraan


sehingga karyawan APP mulai terpecah motivasinya untuk
menyelamatkan kampus APP

Mei 1995

Tim Penyelamat Kampus APP (Kelompok Tujuh) yang


dibentuk oleh beberapa karyawan APP dan warga masyarakat
menyampaikan surat-surat keberatan dan permohonan
pembatalan ruislag kepada Menteri Keuangan, Mentri
Pertanian dan sebagainya.

Juni 1995

Beberapa karyawan APP mengadukan masalah ruislag ke DPR


RI

03 Agustus 1995

Pusat Kajian Kependudukan dan Lingkungan Hidup


(PKPKLH) IKIP Malang mengirimkan pokok-pokok pikiran
pemerhati lingkungan kota Malang yang berusaha
mempertahankan tanah Tanjung kepada Menteri Negara
Lingkungan Hidup.

27 Agustus 1995

Tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari ulama, pendeta,


pakar lingkungan, mahasiswa dan sebagainya
membentuk Kelompok Kerja Pemerhati Lingkungan yang
dikoordinir oleh KH. M. Baidlowi Muslich, Ketua I MUI dan
pengasuh Pesantren Gading Malang, dan menyetakan
keberatan atas alih fungsi kampus APP karna APP merupakan
paru-paru kota yang terakhir

31 Agustus 1995

Mentri Lingkungan Hidup (Ir. Sarwono Kusumaatmadja)

16

datang ke kampus APP dan menyatakan keprihatinannya


terhadap kasus ini
9 September 1995

Empat orang anggota Kelompok Kerja Pemerhati Lingkungan


menemui Ir. Sarwono Kusumaatmadja di Surabaya dan
dilanjutkan di PPLH Trawas

14 September 1995

Senat Mahasiswa Univ. Brawijaya (SMUB) menghadap DPRD


Tk. II Kodya Malang dan dihadiriolehWalikotamadya Malang,
dan memberikan pernyatakan penolakan tentang alih
fungsi kampus APP

16 September 1995

Diskusi tentang RUTRK diadakan oleh FORDI MAPELAR

21 September 1995

Kepala Badan Diklat Pertanian mengirim surat kepada investor


(PT Bangun Karsa Bentala) yang isinya tentang hasilpenelitian
dan pemetaan Puslit Tanah dan Agroklimat Bogor dibulan
Agustus 1995 terhadap lahan calon pengganti kampus APP
di Randuagung Singosari yang disampaikan dalam acara
expose tanggal 22 Agustus 1995, terdapat banyak kejanggalan
dan ketidaklayakan lahan pengganti calon kampus APP

22 September 1995

Surat Ketua Tim Pemantau Pelaksanaan Fisik Pembangunan


Kampus APP di Randuagung-Singosari kepada investor (PT
Bangun karsa Bentala) tentang apendum perpanjangan waktu
kontrak sehubungan dengan perkiraan jadwal waktu serah
terima yang tertuang dalam kontrak (23 Oktober 1995) tidak
akan terlaksana dan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan investor dimohon mengusulkan perpanjangan
waktu dalam kontrak dengan alasan yang bersifat keadaan
yang bersifat memaksa. Dan pada saat yang bersamaan (22
September 1995), Kelompok tujuh mengirimkan surat ke
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Menteri
Keuangan.

23 September 1995

Mahasiwa IKIP Malang memanfaatkan lahan APP untuk


pengenalan keanekaragaman hayati

23 September 1995

mahasiswa Unmuh Malang melakukan aksi "DIAM, JALAN,


TANAM POHON, DAN BERDO'A". Aksi tidak terlaksana

17

karena dicekal dekan.


23-24 september
1995

Mahasiswa dan pelajar SMTA pecinta alam melakukan aksi


keprihatinan terhadap nasib bumi tanjung.

08 Oktober 1995

30 orang tokoh masyarakat sekitar bumi tanjung mengadakan


pertemuan dan menyatakan keberatan atas penghapusan paruparu kota Malang

10 Oktober 1995

Mahasiswa yang tergabung dalam Apel PAM (Aksi Peduli


Lingkungan Pecinta Alam Malang) datang ke kampus APP
untuk berdialog dengan direktur APP, tapi diektur sedang
tidak ditempat, akhirnya mahasiswa menggelar aksi mimbar
bebas dihalaman kampus

11 Oktober 1995

Kurang lebih 100 orang warga masyarakat mengadakan


pertemuan dan menyatakan penolakan terhadap penghapusan
paru-paru kota Malang, yang akhirnya terbentuk Forum
Masyarakat Sekitar Bumi Tanjung

15 Oktober 1995

Terbentuk Forum Pemerhati Lingungan dan Monumen Sejarah


(FPLMS), yang beranggotakan Senat Mahasiswa Unibraw,
Apel PAM, Fordi Mapelar, Forum Masyarakat Sekitar Bumi
Tanjung (FMSBT), Forum Cipayung, dan sebagainya yang
menyatakan keberatan atas ruislag APP

23 Oktober 1995

Mahasiswa yang tergabung dalam Apel PAM berdialog dengan


Ketua DPRD Tk. II Malang dan menggelar mimbar bebas di
DPRD Malang serta aksi turun jalan dari kampus APP ke
gedung DPRD

25 Oktober 1995

Kelompok Kerja Pemerhati Lingkungan mengirim surat


kepada DPR RI dan BPK yang isinya laporan temuan adanya
rekayasa dan kejanggalan dalam proses ruislag APP

08 Nopember 1995

5 orang dosen atau pegawai APP diperintahkan untuk


menghadap Tim Inspektorat Jendral Pertanian.

11 Nopember 1995

Semua unsur yang tergabung dalam FPLMS berdialog dengan


Mentri Pertanian dan DPR RI.

18

21 Nopember 1995

Kakansospol dan Kasipam Kansospol setelah didesak oleh


FPLMS (Forum Pemerhati Lingkungan dan Monumen
Sejarah) menegaskan bahwa Kansospol tidak pernah
mengeluarkan surat nomor 900/346/428.56/1990

19 Desember 1995

Seniman kota Malang membentuk Kelompok LESTARI 19


dan mengadakan gelar seni pada tanggal 30 Desember 1995
yang dihadiri oleh seluruh kelompok seni kota Malang

28 Desember 1995

Warga desa Randu Agung menjebol dam di kampus baru APP

31 Desember 1995

Warga atau petani Randu Agung Singosari Malang mengadu


ke DPRD dan meminta agar cek dam yang membendung air
yang akan dibangun dilokasi kampus baru APP untuk tidak
dibangun lagi.

11 Januari 1996

Kelompok LESTARI 19 mengadakan aksi instalasi di alunalun kota Malang

17 Januari 1996

Ditemukan 25 jenis burung dihutan kampus APP, dan 7


diantaranya jenis burung tersebut merupakan jenis langka dan
perlu dilindungi

20 Januari 1996

Apel PAM mengadakan gebyar musik lingkungan dihalaman


kampus APP yang dihadiri oleh seluruh organisasi pecinta
alam dan didukung Franky Sahilatua. Franky Sahilatua sangat
menyayangkan alih fungsi APP Malang dan menciptakan lagu
khusus untuk kampus APP dan kota Malang berjudul BUMI
TANJUNG

04 Mei 1996

Irjen Deptan Setijono mengatakan siap membatalkan ruislag


kampus APP jika kampus penggantinya tidak selesai tanggal
31 Mei 1996

19 Mei 1996

A. Soebijakto SE dan Ir. Hindarsih Carnadi, mengirim surat ke


Mentri Pertanian dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
untuk meninjau kembali masalah rencana ruislag APP Malang.

03 Juli 1996

Keluar Surat Keputusan Sekjen Deptan nomor


KP.50/864/B/VI/1996 tentang pembentukan Tim Penilik Hasil
Tukar Menukar Tanah dan Bangunan Milik Departemen

19

Pertanian cq Diklat APP Malang.


16 Agustus 1996

Serah terima pendahuluan atas tanah dan bangunan kampus


APP

20 Agustus 1996

Surat Kepala Badan Diklat Pertanian Departemen Pertanian


nomor PL.600/528/VIII/96k tentang pemindahan kampus APP
Malang, yang berisi agar mahasiswa baru angkatan 1996/1997
langsung menempati kampus baru dan proses belajar mengajar
dapat dimulai efektif mulai tanggal 1 September 1996.

31 Agustus 1996

Surat direktur APP Malang nomor PL.600/318a./VIII/96k


tentang pemindahan kampus APP Malang

06 September 1996

Karyawan, Dosen, Mahasiswa, Alumni dan Pensiunan APP


Malang menyampaikan surat ke Menteri Pertanian RI dan
menyatakan tidak bisa menerima instruksi direktur APP
nomor PL.600/318a./VIII/96k diatas.

12 September 1996

Surat Direktur APP nomor PL.200861/IX/96k tentang


penunjukan penempatan rumah dinas APP Malang di Randu
Agung Singosari Malang

25 September 1996

Surat direktur APP Malang kepada Ir. Hindarsih tentang


instruksi segera menempati rumah dinas baru di Randu Agung
Singosari

04 Oktober 1996

KSBK memberikan kuasa hukum kepada LBH Surabaya, LBH


Merdeka dan LBH Surabaya Pos Malang untuk mengajukan
gugatan kepada Menteri Pertanian Kepala badan Diklat
Direktur APP, dan PT Bangun Karsa Bentala

14 Oktober 1996

Direktur APP memerintahkan seluruh pegawai APP Malang


yang masih tinggal di eks kampus APP Malang di Tanjung
dan penanggungan untuk segera pindah ke kampus baru.

16 Oktober 1996

Paguyuban Pemerhati Lingkungan dan dosen APP Malang


mengeluarkan surat terbuka yang menilai bahwa ruislag
kampus APP Malang sangat merugikan negara, masyarakat,
lingkungan dan dunia pendidikan pertanian, oleh karna itu,
maka proses ruislag tersebut harus dibatalkan.

20

24 Oktober 1996

Andy SM dari APP Malang datang ke KOMNAS HAM


dan diterima oleh anggota KOMNAS Clementino Dos Reis
Amaral untuk mengadukan pembongkaran paksa kampus dan
perumahan APP Malang, berikut intimidasi-intimidasi yang
diterima karyawan APP yang menolak pindah.

20 November 1996

A. Subiakto SE dan Ir. Hindarsih mengirimkan surat ke


Presiden RI SekretarisPengendalian OperasionalPembangunan.

25 November 1996

Forum Pemerhati Lingkungan dan Monumen Sejarah(FPLMS)


mengeluarkan Peringatan (Somasi) I kepada Menteri Pertanian
Kepala badan DIKLAT Direktur APP dan Ketua Panitia
Ruislag Kampus APP Malang

07 Desember 1996

PT Bangun Karsa Bentala meminta penundaan serah terima


kepada Menteri Kehakiman

09 Februari 1998

Serah terima lanjutan atas tanah dan bangunan APP Malang

01 Juni 1998

Kelompok Kerja Pemerhati Lingkungan mengirim surat ke


Presiden RI tentang Laporan atau pengaduan adanya
manipulasi dan kolusi yang mengakibatkan kerugian negara
dan hilangnya aset lingkungan kota Malang dalam kasus
ruislag kampus APP Malang

10 Juni 1998

Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Univ. Widya


Gama mengirimkan surat ke Presiden RI dan meminta
pembatalan kasus tukar bangun kampus APP Malang dan
pengusutan terhadap pejabat atau mantan pejabat yang terlibat
dalam kasus ruislag APP

10 Juni 1998

Keluar Surat Pernyataan Walikotamadya Kepala daerah Tk. II


Malang (H.M Soesamto) nomor 593/979/428.136/1998 yang
menyatakan bahwa surat keterangan Walikotamadya nomor
1965 tentang penetapan penggunaan lahan Sekolah Pertanian
Menengah Atas (SPMA) diragukan keabsahannya dan surat
tersebut dinyatakan tidak pernah ada

11 Juni 1998

400 orang melakukan aksi demonstrasi di DPRD Kotamadya


Malang dan menuntut ruislag kampus APP dibatalkan.

12 Juni 1998

Surat walikota (HM Soesamto) nomor 5931/985/428.401/1998


21

kepada DPRD Kotamadya Daerah Tk. II Malang tentang


usulan perubahan RTRW tentang peruntukan kawasan APP
agar dikembalikan sesuai fungsi semula sebagai kawasan hijau
Perda nomor 8 tahun 1998 tentang revisi RTRW Kodya
Malang yang merubah kembali wilayah APP dari pemukiman
dan perdagangan menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
pendidikan dengan prosentase RTH yang lebih luas
17 Juni 1998

Surat Keterangan dari BPN Kotamadya Malang bahwa Tanah


yang dipergunakan APP di kelurahan Bareng Kec. Klojen
Kodya Malang seluas 224.60 M2 tersebut dalam sertifikat Hak
Pakai nomor 16 dan 17 Kelurahan bareng, sampai tanggal
tersebut masih tercatat atas nama Departemen Pertanian dan
belum dialihkan pada pihak manapun

11 Agustus 1998

PT Duta Perkasa Unggul Lestari melaporkan Ir. Hindarsih (bu


Hin) ke Polsekta Klojen dengan tuduhan telah melakukan
kegiatan penjarahan lahan/tanah

18 Agustus 1998

Terjadi pertemuan antara Tim Reformasi dan Pemerhati


Ruislag APP Malang dengan PT Duta Perkasa Unggul Lestari
dengan kesimpulan sebagai berikut :
a. Pihak PT Duta Perkasa Unggul Lestari telah mengambil
tindakan intimidasi berupa pengusiran para penghuni kampus
APP Malang di tanjung dan intimidasi kepada penggarap tanah
di kampus APP tanpa terlebih dahul mengkoordinasikan atau
dialog secara terbuka
b. Pihak PT Duta Perkasa Unggul Lestari berjanji untuk tidak
mengulangi intimidasi seperti tersebut diatas.
c. Staf PT Duta Perkasa Unggul Lestari berjanji akan
mempertemukan Tim reformasi dan Pemerhari Ruislag APP
Malang dengan pihak pimpinan
d. pihak keamanan dan pihak kelurahan Bereng akan
menjamin keamanan penghuni dan penggarap tanah dikampus
APP Malang.Kesimpulan tersebut ditadatangi oleh perwakilan
PT Duta Perkasa Unggul Lestari dan Tim Reformasi dan
Pemerhari Ruislag APP Malang yang disaksikan oleh Lurah
Bareng dan anggota Polsek Klojen.

22

18 Agustus 1998

PT Bangun Karsa Bentala mengirimkan laporan kepada


Polsekta Klojen tentang adanya kegiatan pengolahan lahan
atau tanah tanpa ijin dan unjuk rasa yang dilakukan Tim
Reformasi APP

08 September 1998

LBH Surabaya Pos Malang mengirimkan surat kepada Kepala


Kantor Pertanahan Kotamadya Malang yang menuntut :
a. Menangguhkan pengajuan permohonan hak atas tanah hak
pakai no 11, 12 di Kelurahan Penanggungan dan hak pakai no.
16,17 di kelurahan Bareng oleh developer manapun
b. Mencabut ijin lokasi no. 02 tahun 1995 yang diberikan
kepada PT Duta Perkasa Unggul Lestari dan mengeluarkan
atau memperpanjang ijin lokasi baru

10 September 1998

BPN Kotamadya Malang mengeluarkan Surat pernyataan yang


menyatakan bahwa :
a. Tidak memperpanjang Ijin lokasi nomor 02 tahun 1995
kepada pihak manapun selain bagi kepentingan pendidikan dan
ruang terbuka hijau
b. Tidak akan menerima permohonan hak atas tanah Hak Pakai
nomor 11, 12 dikelurahan penaggungan dan hak pakai nomor
16, 17 dikelurahan Bareng oleh pihak manapun dan
ditandatangai oleh Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya
Malang, Drs. Ignatius Soekarno

28 September 1998

LBH Surabaya Pos Malang mengajukan permohonan


pemblokiran dan menangguhkan pengajuan permohonan
sertifikat hak atas tanah didesa Randuagung Singosari Malang
kepada Kepala kantor Pertanahan Kab. Malang

12 januari 1999

Walikota Malang Suyitno setuju lahan APP tetap menjadi


lahan terbuka hijau open space

15 Juni 1999

Terjadi pengrusakan terhadap kampus APP Malang oleh orang


tidak dikenal berupa pembongkaran terhadap bagian kampus
APP

05 Februari 1999

Departemen Pertanian dan Pemda Kota Malang sepakat untuk


mengembalikan peruntukan lahan APP menjadi lahan
terbukan hijau (open space) dan kawasan pendidikan dan
membatalkan rencana pembangunan kawasan perumahan
23

mewah Ijen Park View oleh developer PT Bangun Karsa


Bentala
16 Juni 1999

Bangunan APP mulai dibongkar dan diprotes oleh Ir. Rahmat


Marlikan (Pak Rahmat) dan Ir. Hindarsih (bu Hin), tetapi tetap
tidak dihiraukan

01 Juli 1999

WS Rendra menyatakan menentang keras penggusuran


kampus APP Malang, bahkan Rendra menganggap aksi itu
merupakan aski brutal karena transaksinya tidak jelas. Selain
itu, Rendra juga menyayangkan sikap aparat kepolisian yang
malah membiarkan pembongkaran kampus APP tersebut

24 Agustus 1999

FPDIP DPRD Kota Malang menyatakan akan membongkar


aset-aset pemda yang telah diselewengkan, termasuk APP

21 Februari 2001

Walikota Malang Suyitno menyatakan siap memperjuangkan


lahan APP menjadi aset Pemkot dan menjadikannya sebagai
lahan terbuka hijau

April 2001

Hasil rapat Pansus RTRW DPRD Kota Malang yang salah satu
klaulusnya menyatakan bahwa lahan APP Malang merupakan
lahan RTH dan pendidikan serta diarahkan menjadi kawasan
wisata

September 2001

Perda nomor 7/2001 tentang RTRW yang salah satu isisnya


menyatakan bahwa lokasi kampus APP merupakan Ruang
Terbuka Hijau yang berorientasi pada wisata dan pendidikan,
disahkan.

01 April 2002

Muncul berita di Koran (KOMPAS) bahwa seorang pengusaha


(Edy Rumpoko) telah memiliki sertifikat aset tanah bekas APP
dan akan digunakan untuk perumahan Ijen Indah.

21 April 2002

Kelompok pecinta alam yang tergabung dalam Forum Lemah


Tanjung (FORLET) mengadakan aksi tanam pohon di bekas
kampus APP, namun gagal karna dihadang oleh orang-orang
tidak dikenal.

22 April 2002

Rumah bapak Rahmad diteror oleh sekitar 8 orang dan minum


minuman keras didepan rumah bapak Rahmad. Sorenya, ibu
Hindarsih dan bapak Rahmad melaporkan hal tersebut ke
24

Polresta Malang.
27 Mei 2002

Dilakukan cek data ke BPN Kota Malang, dan diketahui


bahwa lahan eks APP masih atas nama departemen pertanian
RI

31 Mei 2002

Aksi massa oleh KSBK, Planologi ITN, PMKRI, dan eleman


yang lain ke Balaikota dan Gedung dewan. aksi ini berakhir
dengan tindakan represi aparat kepolisian dan Satpol PP, dan
satu orang peserta aksi ditangkap oleh Polresta Malang,
akhirnya setelah melalui negosiasi, peserta aksi tersebut
dikeluarkan

05 Juni 2002

Aksi massa oleh Planologi ITN, Pandermania, PMKRI ke


gedung dewan dan Pemot Malang. Dewan menyatakan bahwa
berdasarkan RTRW, lahan eks kampus APP merupakan RTH
dan kawasan pendidikan lingkungan. sedangkan Kabag
Hukum Pemkot Malang menyatakan bahwa tidak pernah
mengeluarkan ijin apapun kepada pengembang (developer)
yang menguasai lahan eks kampus APP.

12 Agustus 2002

Lahan sudah rata, tanaman dibuldozer. Forum Masyarakat


Tanjung (FORMAT) melakukan demonstrasi ke DPRD Kota
Malang, hasilnya semua elemen (DPRD Kota Malang, Pemkot
dan Kapolresta Malang) bersama masyarakat meninjau ke
lapangan. Kapolresta mengatakan bahwa keamanan di daerah
tersebut diambil alih dan sekarang menjadi tanggungjawabnya.

16 Agustus 2002

Aliansi masyarakat melaporkan terjadinya tindak pidana


perusakan lingkungan ke Polresta Malang.
Developer mendirikan seng penutup proses pembangunan.
Bakesbang memberi surat instruksi ke camat dan lurah untuk
mengijinkan pembangunan plengsengan, yang diteruskan oleh
lurah untuk menyurati masyarakatnya.

05 September 2002

Masyarakat hearing di DPRD Kota Malang dengan


tuntutan Pemkot Menyegel lokasi dan membatalkan surat
Bakesbang, Pemkot bersedia.
Lokasi tidak disegel, melainkan dihentikan sementara

25

menunggu ada ijin. Dalam waktu yang bersamaan Walikota


mengajukan permohonan perubahan Perda No. 7 Tahun 2001.
Issue tentang rencana perubahan Perda RTRW ini semakin
mengerucut, berdasarkan pengakuan salah satu anggota DPRD
Kota Malang, developer semakin gencar menyuap anggota
DPRD untuk merubah Perda RTRW. Fakta di lapangan
buldozer jalan lagi.
31 Oktober 2002

Renungan di Lokasi lahan Eks APP, oleh Rorum Masyarakat


Tanjung dan mahasiswa ITN, terjadi penyerangan dan
pemukulan terhadap Pak Tomo (ITN Malang) dan Awan (LBH
Surabaya Pos Malang). Korban langsung melapor ke Polresta
Malang.

Ilustrasi Sektor Publik

26

Gambar Hutan Kampus APP dahulu

foto demo

penolakan

pengalih

fungsian

Hutan

Kampus

APP

(Lambau)

oleh
masyarakat

tanjung

Gambar Kampus APP sekarang yang


berubah menjadi perumahan mewah

27

Foto
demo masyarakat tanjung .

28

You might also like