You are on page 1of 6

Cara Menarik Kesimpulan

Ada tiga macam cara untuk menarik kesimpulan dalam paragraf induktif,
yaitu generalisasi, analogi, dan sebab akibat.
1. Generalisasi
Generalisasi merupakan pola pengembangan sebuah paragraf yang
dibentuk melalui penarikan sebuah gagasan atau simpulan umum berdasarkan
perihal atau kejadian.
Simpulan generalisasi tersebut ditandai dengan memberikan pernyataan
yang bersifat khusus untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dapat
diketahui bahwa pikiran utama atau kesimpulan paragraf tersebut ditandai dengan
kata dengan demikian. Secara lengkap adalah Dengan demikian, Anwar adalah
orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hilangnya tiga anak itu.
2. Analogi
Analogi merupakan perbandingan dua hal yang berbeda, tetapi masih
memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal yang dibandingkan. Dua
hal yang dibandingkan tersebut berbeda, tetapi memiliki banyak persamaan.
Berdasarkan banyak kesamaan tersebut, ditariklah suatu kesimpulan.
3. Sebab-akibat
Pengembangan sebuah paragraf dapat pula menggunakan sebab
akibat. Sebab dapat bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibatsebagai
perincian pengembangannya. Akan tetapi, sebab akibat ini dapat juga
terbalik, akibat yang menjadi gagasan utamanya dan untuk memahami sepenuhnya
akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Ada beberapa macam pola pengembangan sebab akibat,
yaitusebab akibat, sebab akibat 1 akibat 2, atau sebaliknya akibat sebab, akibat 1
akibat 2 sebab.

Penelitian kuantitatif adalah penelitin yang tidak mementingkan kedalaman data,


penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang
penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas.
Walaupun populasi yang besar, tetapi dengan mudah dapat dianalisis, baik melalui
rumus-rumus statistik maupun komputer. Jadi pemecahan masalahnya didominasi
oleh peran statistik. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori)
ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagianbagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif
adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teoriteori dan/atau hipotesis yang
berkaitan
dengan
fenomena
alam.
Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena
hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan
ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Penelitian
kuantitatif
banyak
dipergunakan
baik
dalam ilmu-ilmu
alam maupun ilmu-ilmu
sosial,
dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga
digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah
penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk
membedakannya dengan penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik
objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk
yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk
menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240
orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada
diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini.
Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan
dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih.
pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian
kuantitatif.
Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan
untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu
populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada
umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan
dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei
diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang sama)
dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei sampel
dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari kesalahan.

Pengertian Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk


mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Istilah Kualitatif menunjukkan penekanan terhadap proses-proses dan maknamakna yang tidak diuji atau diukur dari segi kuantitas, intensitas atau frekuensi.
Dunia sekeliling kita merupakan hasil tafsir dari masing-masing orang. Tidak heran
tafsir terhadap dunia selalu majemuk. Contohnya : Kehadiran pengemis bisa
ditafsirkan sebagai kehadiran orang yang malas atau sebaliknya pihak lain
menafsirkan adanya eksploitasi dari kaum kaya.
Penelitian kualitatif bersifat induktif, yang berarti bahwa peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk
interprestasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang saksama, mencakup
deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara
yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak dari
pandangan positivisme. Menurut McMillan dan Schumacker, penelitian
kualitataif berangkat dari filsafat konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu
berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interprestasi berdasarkan pengalaman
sosial.
Penelitian kualitatif memandang kenyataan sebagai konstruksi sosial, individu
atau kelompok menarik atau memberi makna kepada suatu kenyataan dengan
mengkonstruksinya. Orang membentuk konstruksi untuk mengerti kenyataankenyataan dan dia memahami konstruksi sebagai suatu sistem pandangan, persepsi
atau kepercayaan. Persepsi seseorang adalah apa yang ia yakini sebagai nyata
baginya, dan terhadap hak itulah tindakan, pemikiran dan perasaannya diarahkan.
Desain Penelitian
1.

Cross Sectional
Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan hubungan atau
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan
dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama, artinya setiap subyek
penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur
menurut keadaan atau status pada saat observasi.

Angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi suatu penyakit


di dalam populasi yang berkaitan dengan faktor risiko yang dipelajari atau yang
timbul akibat faktor-faktor risiko tertentu.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kelebihan studi cross-sectional:


Kelebihan rancangan studi potong lintang adalah kemudahannya untuk untuk
dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian
sekedar mendeskripsikan distribusi penyakit dhubungkan dengan paparan faktorfaktor penelitian, maka studi potong lintang merupakan rancangan studi yang
cocok, efisien dan cukup kuat disegi metodologik. Selain itu seperti penelitian
observasional lainnya, studi potong lintang tidak memaksa subjek untuk
mengalami factor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (factor resiko).
Demikian pula, tidak ada subjek yang kehilangan kesempatan memperoleh terapi
yang diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang kebetulan menjadi control.
Kekurangan penelitian cross sectional :
Dibutuhkan subyek penelitian yang relatif besar atau banyak, dengan asumsi
variable bebas yang berpengaruh cukup banyak.
Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara tepat.
Faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat dan akan mempengaruhi
hasil penelitian.
Nilai prognosanya atau prekdisinya (daya ramal) lemah atau kurang tepat.
Korelasi faktor risiko dengan dampaknya adalah paling lemah bila dibandingkan
dengan rancangan penelitian analitik yang lainnya.
Kesimpulan hasil penelitian berkaitan dengan kekuatan rancangan yang disusun
sangat berpengaruh, umumnya kekuatan rancangan yang baik adalah sekitar 40%,
artinya hanya sebesar 40% variable bebas atau faktor risiko mampu menjelaskan
variable terikat atau dampak, sisanya yaitu 60% tidak mampu dijelaskan dengan
model yang dibuat.
Contoh: penelitian tentang fluorosis yang dilakukan pada anak usia 10-12 tahun di
Brazil yang tinggal di daerah yang belum memperoleh fluoridasi air minum.

2.

Case Control
Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif,
meskipun istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha melihat ke belakang,
yaitu data digali dari dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudian dari
dampak tersebut ditelusuri variable-variabel penyebabnya atau variable yang
mempengaruhi.

Penelitian epidemiologi kasus-kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan


mendalam bila dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintang, sebab
menggunakan subyek kontrol atau subyek dengan dampak positif dicarikan
kontrolnya dan subyek dengan dampak negatif juga dicari kontrolnya. Kemudian
variable penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri lebih dulu, baru kemudian
faktor risiko atau variable yang berpengaruh diamati secara retrospektif.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.

d.

Kelebihan penelitian case control :


Tidak menghadapi kendala etik, seperti halnya penelitian kohort dan
eksperimental.
Pengambilan kasus dan kontrol pada kurun waktu yang bersamaan.
Adanya pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam.
Tidak perlu intervensi waktu, lebih ekonomis sebab subyek bias dibatasi.
Kekurangan penelitian case control :
Tidak diketahuinya efek variable luar oleh karena keterbatasan teknis yaitu
variable yang tidak ikut dikenakan waktu matching.
Bias penelitian akibat tidak dilakukan pengukuran oleh peneliti dengan tanpa
mengetahui yang harus diukur (blind measurement).
Kelemahan pengukuran variable secara retrospektif adalah obyektivitas dan
reliabilitasnya sehingga untuk faktor-faktor risiko yang tidak jelas informasinya
dari anamnesis maupun data rancangan sekunder sangat berisiko bila
menggunakan rancangan mengatasinya, anamnesis sebaiknya dilengkapi data
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, misalnya pemeriksaan
laboratorium klinis, roentgenologi, mikrobiologis, dan imunologis. Apabila data
tersebut adalah data sekunder, perlu dilengkapi dengan uraian mengenai cara
memperopleh data secara lengkap.
Kadang-kadang untuk memilih kontrol dengan matching kita mengalami
kesulitan oleh karena banyaknya faktor risiko dan/atau sedikitnya subyek
penelitian.
Contoh: riset tentang hubungan antara angioskorma hati dan vinil klorida (Brady
et al, 1977), penelitian tentang kematian ibu postpartum dan persalinan sesar.

3.

Kohort
Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu
penelitian survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan
antara factor resiko dengan efek (penyakit). Faktor resiko yang akan dipelajari
diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek

yaitu penyakit atau salah satu indicator status kesehatan. Contoh klasik studi
kohort adalah Framingham Heart Study.
Rancangan penelitian kohort disebut juga sebagai survey prospektif
meskipun sesungguhnya kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan
rancangan penelitian epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji
hubungan antara faktor risiko dengan dampak atau efek suatu penyakit.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan,
dengan mengkaji dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek suatu
penyakit. Pendekatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko,
kemudian dinamikanya diikuti atau diamati sehingga timbul suatu efek atau
penyakit.
Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang
mempunyai efek positif (sakit) antara kelompok subyek dengan faktor risiko
positif dan faktor risiko negative (kelompok kontrol).
Kelebihan penelitian Kohort :
a. Dapat membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor
risiko positif dan subyek dari kelompok control sejak awal penelitian.
b. Secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu.
c. Keseragaman observasi terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.
Kekurangan penelitian Kohort :
a. Memerlukan waktu penelitian yang relative cukup lama.
b. Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit.
c. Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out sehingga mengurangi
ketepatan dan kecukupan data untuk dianalisis.
d. Menyangkut etika sebab faktor risiko dari subyek yang diamati sampai terjadinya
efek, menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek.

You might also like