Professional Documents
Culture Documents
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
B.
C.
D.
B.
C.
D.
D.
E.
Tanah .................................................................................................... 9
2.
3.
B.
2.
Parameter Uji....................................................................................... 14
3.
iii
C.
1.
2.
B.
Pembahasan ........................................................................................... 42
1.
2.
Uji pH .................................................................................................. 43
3.
4.
5.
6.
Simpulan ................................................................................................. 46
B.
Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 47
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
1981.
Pada
tahun
1990
mandat
penelitian
meluas
kebidang
(Puslittanak).
Pada
tahun
2001
mendapat
mandat
untuk
kinerja
sehingga
menjadi
Balai
Besar
Penelitian
dan
tanah
untuk
mendukung
pembangunan
pertanian
dan
menjaga
kelestariannya.
Balittanah menyelenggarakan fungsi :
Laboratorium Kimia terdiri atas ruang utama yang cukup luas, dilengkapi
dengan meja laboratorium dan ruang khusus, seperti: ruang timbang, ruang
asam, ruang pengukuran (instrument), dan ruang administrasi. Selain itu terdapat
pula ruang persiapan contoh.
Peralatan laboratorium terdiri atas :
1. Alat gelas, seperti: piala gelas, labu ukur, gelas ukur, labu Kjeldahl,
erlenmeyer, tabung reaksi, dan sebagainya dalam jumlah yang banyak
tergantung dari jenis analisis dan kepastian kerja laboratorium.
2. Alat penunjang, seperti: neraca, mesin kocok, oven, alat destruksi, pemanas
lisrik, penggiling, alat pemusing, dan sebagainya.
3. Alat
pengukur,
seperti:
pH-meter,
konduktometer,
flametometer,
semua
yang
berhubungan
dengan
keadaan
sebelum
Balittanah
adalah
menjadi
balai
penelitian
yang
mampu
jumpai bahan organik dalam jumlah yang relatif kecil, biasanya berkisar
10
merupakan salah satu jenis batuan yang banyak mengandung unsur hara
tanaman, sedangkan batuan endapan dan metamorfosa mengandung unsur
hara yang rendah.
Mineral tanah dibedakan menjadi primer dan sekunder. Mineral primer
berasal langsung dari batuan yang lapuk, umumnya terdapat dalam bentuk pasir
dan debu. Mineral sekunder merupakan mineral bentukan baur yang terbentuk
saat pembentukan tanah berlangsung, yang terdapat dalam fraksi liat
(Hardjowigeno, 1987).
b. Bahan organik.
Bahan organik terakumulasi di permukaan tanah yang berasal dari
hancuran bahan organik kasar dari senyawa baru yang terbentuk dari hancuran
bahan organik tersebut yang dilakukan oleh mikroorganisme dalam tanah.
Kandungan bahan organik dalam tanah sangat sedikit ( 5%) tetapi
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sifat tanah dan kehidupan
tanaman. Bahan organik berperan sebagai pembentuk butir (granulator) dari
bahan mineral sehingga membuat tanah tersebut akan semakin gembur. Sumber
unsur hara fosfor (P), belerang (S), dan nitrogen (N) berguna meningkatkan daya
tahan untuk menahan tanah dan unsur hara, serta sumber energi utama bagi
mikroorganisme (buckman dan brady, 1987).
c. Air.
Air terdapat dalam tanah disebabkan karena adanya gaya adhesi, kohesi
dan gravitasi bumi. Berdasarkan gaya tersebut, maka air tanah dapat dibedakan
menjadi :
1) Air hidroskopis, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan oleh tanaman.
2) Air kapiler, yaitu air dalam tanah yang dipengaruhi oleh gaya kohesi (tarik
menarik antara butir air) dan adhesi yang kuat daripada gaya gravitasi bumi
(Hardjowigeno, 1987).
d. Udara.
Susunan udara dalam atmosfir berbeda dengan susunan udara didalam
tanah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Kandungan uap air dalam tanah lebih tinggi daripada di atmosfir.
2) Kandungan gas CO2 dalam tanah lebih besar daripada di atmosfir.
11
lapisan
yang
berbeda,
yang
dapat
dikelompokan
berdasarkan
penampakan fisik, warna dan tekstur tanah. Melalui tekstur tanah dapat dilihat
ukuran partikel tanah. Secara umum lapisan tanah terbagi menjadi 4 tingkatan
meliputi :
1. Lapisan Tanah Atas
Lapisan tanah atas merupakan lapisan yang terletak hingga kedalaman
30 cm, sering disebut dengan istilah top soil. Lapisan ini kaya dengan bahan
organik, humus, dan menjadikannya sebagai lapisan paling subur sehingga
sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman berakar pendek. Cara paling mudah
untuk mengenali top soil adalah warnanya yang cenderung paling gelap
dibandingkan
lapisan
dibawahnya,
terlihat
lebih
gembur
dan
semua
12
lapisan bawah dengan sisa material top soil yang terbawa air, mengendap
sehingga bersifat lebih padat dan sering disebut dengan tanah liat.
3. Lapisan Tanah Bawah
Lapisan tanah bawah merupakan lapisan yang mengandung batuan yang
mulai melapuk dan sudah tercampur dengan tanah endapan pada lapisan yang
berada diatasnya. Pada bagian ini masih terdapat batuan yang belum melapuk
dan sebagian sudah dalam proses pelapukan dari jenis batuan itu sendiri dan
berwarna sama dengan batuan penyusunnya atau asalnya.
4. Lapisan Batuan Induk
Merupakan lapisan terdalam yang terdiri atas batuan padat. Jenis batuan
pada lapisan ini berbeda antara satu daerah dengan tempat lainnya sehingga
menyebabkan produk tanah yang dihasilkan juga berbeda. Batuan pada lapisan
ini mudah pecah namun sangat sulit ditembus oleh akar tanaman dan air,
berwarna terang putih kelabu hingga kemerahan. Lapisan batuan induk ini dapat
dengan mudah terlihat pada dinding tebing terjal daerah pengunungan.
13
2. Parameter Uji
14
kandungan sulfat
Al (OH)3 + 3 H+
dipertukarkan dengan metode titrasi dengan
15
hidup, dalam tanah berkisar antara 0,02-0,5 persen fosfor atau 0,12 persen P205.
Fosfor terdapat sebagai :
1. senyawa anorganik hasil kombinasi unsurunsur kalsium, magnesium, besi,
alumunium dan mineral liat,
2. senyawa organik dalam bentuk sisasisa tanaman atau binatang atau hasil
hasil kegiatan mikroba.
Konsentrasi fosfor tersedia dalam larutan tanah umumnya rendah bila
dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya. Fosfor dalam tanah merupakan
bentuk organik dan anorganik.
P- tersedia sangat sedikit terdapat dalam tanah karena cendrung bereaksi
dengan komponen tanah menjadi senyawa tidak larut/tidak tersedia. Fosfor
diserap tanaman dalam bentuk H2PO4- (ortoposfat primer), HPO42- (ortoposfat
sekunder) dan sedikit sekali P-organik yang larut dalam air (Soepartini, M. 1987).
Ada dua macam penetapan untuk menilai kadar P2O5. Kadar cadangan
ditetapkan dengan ekstrak HCl 25 %, serta kadar tersedia ditetapkan dengan
cara Olsen pada pH netral-basa atau cara Bray pada pH tanah masam (Suharjo,
1990).
Pada dasarnya sebagian besar dari penetapan fosfor terdiri dari dua
tahap, tahap pertama yaitu pengekstraksian fosfat dengan beberapa macam
pereaksi dan yang kedua penetapan fosfor secara kuantitatif dari ekstrak-ekstrak
tersebut. Begitu juga untuk pengukuran kalium yang pengukurannya dilakukan
dengan fotometer nyala.
Pemilihan metode ekstrak penetapan fosfor dalam tanah tergantung pada
konsentrasi fosfor dalam larutan dan konsentrasi senyawa yang dapat
mengganggu penetapan itu sendiri. Olsen, Cole, Watanabe dan Dean pada
tahun 1954 menganjurkan untuk memakai larutan NaHCO3 0,5 M pH 8,5 untuk
tanah bereaksi basa, NaHCO3 akan mengurangi aktivitas Ca2+ yang berarti
memperbesar kelarutan fosfat. Untuk tanah masam dan netral diperbesar daya
larut fosfor yang berada dalam bentuk Ca-P, fosfat kompleks adsorpsi digantikan
oleh HCO3-, CO32-,dan OH-. Cara penetapan fosfor dengan biru molibden sangat
peka, oleh karena itu cara ini sangat banyak digunakan, baik untuk ekstrak yang
kandungan fosfornya rendah maupun sebagai fosfor potensial. Ion-ion ortofosfat
dalam lingkungan asam fosfomolibdat, dan reduksi yang selektif akan
16
membentuk warna biru, intensitas warna yang dibentuk akan sebanding dengan
fosfat yang terdapat dalam asam heteropoli tersebut, dan warna biru yang
terbentuk akan bertahan lebih kurang 24 jam (Black et. al., 1965).
Dalam analisis fosfat tersebut dipergunakan metode Bray I dan II dan
metode Olsen untuk fosfor tersedia, sedangkan untuk fosfor dan kalium sebagai
unsur cadangan menggunakan pengekstrak HCl 25 %.
Penyerapan kalium oleh tanaman dapat mendekati jumlah nitrogen
bahkan melebihi jumlah nitrogen tersebut, walaupun jumlah kalium dalam tanah
terbatas. Ketersediaan kalium diartikan sebagai kalium yang dapat dipertukarkan
dan dapat diserap oleh tanaman. Sehubungan dengan itu, maka ketersediaan
sangat tergantung penambahan dari luar dan adanya kehilangan dalam tanah.
Bentuk-bentuk kalium dalam tanah dapat dibedakan dalam tiga kelompok :
K-tidak tersedia : K yang terikat pada bagian struktur mineral primer dan
sekunder.
K-lambat tersedia : lambat laun dapat menjadi K-tersedia , 1-10 % dari K-total
K-langsung tersedia : bagian yang larut dan teradsorbsi pada permukaan koloid
tanah jumlahnya 1-2 % dari K-total.
Dalam tanah terjadi keseimbangan antara tiga bentuk tersebut. Bila
tanaman menyerap K-langsung tersedia dan K-tidak tersedia akan membentuk
atau mengisi kembali kekurangan K-tersedia.
[K-tidak tersedia] [K-lambat tersedia] [K-langsung tersedia]
Ada dua macam penetapan untuk penilaian kadar K2O. kadar K potensial
ditetapkan dengan ekstrak HCl 25 % serta penetapan K tersedia dengan ekstrak
NH4Asetat pH 7,0. Dalam penetapan potensi lahan, biasanya digunakan
penetapan K-tersedia (Suharjo, 1990). Pengekstrakskan dengan HCl 25% akan
mengubah bentuk kalium yang larut dalam larutan tanah karena adanya
pertukaran oleh ion H+.Terdapat dua macam penetapan untuk penilaian kadar
K2O. Kadar cadangan ditetapkan dengan ekstrak HCl 25 %, serta penetapan
ekstrak ammonium asetat pH 7. Untuk menetapkan potensi lahan, biasanya
digunakan penetapan K-cadangan (Suharjo, 1990).
17
NTK
meliputi
penetapan
kation-kation
yang
dapat
dipertukarkan dan KTK. Menurut Soepartini (1978) bahwa nilai tukar kation atau
kapasitas adsorbsi adalah kemampuan tanah untuk mengadsorbsi sejumlah
kation dalam
me
/100gram. NTK dari tanah tergantung pada jumlah, jenis liat dan
humus.Satu ekivalen adalah suatu jumlah yang secara kimia setara dengan 1
gram Hidrogen. Jumlah atom setiap satu ekivalen adalah 6,02 x 1023. dengan
demikian 1 miliekivalen setara dengan 1 mg Hidrogen dan terdiri dari 6,02 x 1020
atom Hidrogen. Bila tanah memiliki Kapasitas Tukar Kation 1me/100gram berarti
setiap 100g tanah mengandung 6,02 x 1020 muatan negatif. Dalam Taksonomi
Tanah, semenjak tahun 1987, satuan me/100g diganti menjadi cmol (+)/ kg,
dimana 1me/100g tanah = 1cmol (+) / kg tanah.
Kapasitas adsorpsi dinyatakan sebagai jumlah maksimum miligram setara
(mgst) kation yang dapat diadsorpsi tiap 100 gram tanah kering mutlak (M.
Sudjadi, IM. Widjik, 1971).
Reaksi tukar kation dalam tanah terjadi terutama di dekat permukaan liat
yang berukuran seperti koloid dan partikel-partikel humus yang disebut misel.
Setiap misel memiliki beribu-ribu muatan negatif yang kemudian dinetralisir oleh
kation yang diadsorbsi.
Metode yang paling banyak dipakai dalam penetapan NTK ialah
penjenuhan dengan CH3COONH4 yang dapat dilakukan secara perkolasi
(Sudjadi, 1971).
Pertukaran kation dalam tanah terjadi karena adanya muatan negatif dari
koloid tanah menyerap katio-kation dalam bentuk dapat dipertukarkan. Kation
tersebut terdiri dari kation pembentuk kebasaan (K+, Na+, Ca2+, Mg2+) serta kation
pembentuk kemasaman (Al3+, H+) (Soepartini, M. 1987).
Hampir semua kation yang dapat diserap oleh liat dan humus dapat
mempengaruhi sifat kimia dan fisika tanah. Kation-kation itu adalah Ca2+, Mg2+,
K+, Na+,Al3+,dan H+, karena kation-kation itu mudah dipertukarkan maka
dinamakan juga kation-kation yang dapat dipertukarkan. Kejadian ini disebut
pertukaran kation dan merupakan kejadian terpenting dalam tanah.
18
Besarnya Kapasitas Tukar Kation dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu
sendiri, yaitu:
a. pH tanah.
Pada pH rendah, hanya sedikit kation-kation yang dapat dipertukarkan
sebagai akibat dari kuatnya serapan H oleh kompleks adsorbsi. Dengan
meningkatnya pH maka H dan Al dapat digantikan membentuk Al(OH)3
Dengan demikian pertukaran itu meningkatkan Nilai Kapasitas Tukar
Kation.
b.
Tekstur tanah
Harga KTK berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Semakin banyak
jumlah liat makin tinggi harga KTK. Makin halus tekstur tanah makin
besar pula jumlah koloid organiknya, KTK juga semakin besar.
c.
Jenis mineral
Jenis- jenis koloid memiliki muatan yang beragam oleh karena itu
memiliki KTK yang beragam pula.
d.
Bahan Organik
Bahan Organik memiliki daya serap kation yang lebih besar daripada
koloid liat, sehingga semakin tinggi pula KTKnya.
e.
jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam
kompleks jerapan tanah, dapat dihitung dengan rumus (Hardjowigeno, 1987):
Kejenuhan basa =
Bila suatu tanah memiliki Kejenuhan Basa 40 % berarti 40 % dari KTK
ditempati oleh basa- basa tukar dan 60 % ditempati oleh H+ dan Al3+, sehingga
pH menjadi rendah. Kejenuhan Basa merupakan potensi ketersediaan hara
dalam tanah. Nilainya berkaitan dengan curah hujan, lokasi pada lahan, dan jenis
19
mineral liat. Daerah kering atau daerah lembab mempunyai Kejenuhan Basa
lebih baik karena terjadi akumulasi CaCO3 (Suharjo, 1990).
e) Karbon Organik
Penetapan bahan organik berdasarkan oksidasi karbon, dua cara
oksidasi yang sering digunakan untuk penetapan ini adalah oksidasi basah dan
oksidasi kering. Laboratorium tanah Balittanah menggunakan metode oksidasi
basah dengan menggunakan kalium dikhromat dan asam sulfat pekat,
pengukuran kepekatan bahan organik dilakukan secara kolorimetri, oksidasi
tersebut dikenal dengan nama metode Kurmies.
Sedangkan metode oksidasi kering menurut Dentendt hanya digunakan
untuk kalibrasi cara-cara basah (Walkley dan Black,1934 ; Allison LE 1935 dalam
M.Sudjadi, 1971).
Metode penetapan bahan organik tanah dapat dikelompokan sebagai
berikut:
a. Metode berdasarkan kehilangan bobot karena pemanasan.
Bahan organik yang terkandung dalam sejumlah tanah dihilangkan
seluruhnya dengan pemanasan pada suhu tertentu. Dalam pelaksanaanya
tidaklah demikian sederhana, karena cara ini tidak mampu memisahkan antara
kehilangan bobot organik dan kehilangan CO2 dari senyawa karbon dan air, serta
unsur-unsur hidroksil dari liat.
b. Metode bedasarkan unsur C
Unsur karbon dapat ditetapkan secara jumlah melalui pereaksi tertentu,
kadar C-organik ini dapat dinyatakan sebagai kadar baham organik yang
dikalikan dengan faktor Van Bemmelen, yaitu 1,724 atau 100/58. Penggunaan
faktor ini didasarkan pada anggapan bahwa bahan organik yang terkandung
58%. Studi terbaru Broadbent menunjukan bahwa faktor konversi C-organik
menjadi bahan organik pada permukaan tanah 1,9 dan untuk subsoil 2,5.
c. Metode berdasarkan oksidasi basah.
Cara ini dikembangkan oleh Walkley dan Black (1934). Bahan organik dioksidasi
oleh Cr2O72- dalam suasana asam. Jumlah Cr2O72- yang tereduksi setara dengan
jumlah C-organik dalam tanah (Animous, Faperta IPB, 1980).
20
Dalam tanah terdapat hubungan antara kadar bahan organik dan nitrogen
tanah, yang dinyatakan dengan nilai (C/N) karena:
1. Terdapat kemungkinan nitrogen antara jasad renik dan tanaman.
2. Diperlukan dalam pengaturan bahan organik tanah, nitrogen tersedia dan
kecepatan pembusukan (Soepartini, M. 1987).
e) Nitrogen Total
Secara umum nitrogen terdapat dalam dua bentuk yaitu anorganik seperti
NO3, NO2, NO, dan gas N2 Sedangkan N-organik dalam tanah pada umumnya
terdapat dalam asam amino, dan protein.
Tumbuhnya tanaman dengan baik terbatas pada banyaknya jumlah
nitrogen tersedia, dan ketersediaan nitrogen tergantung pada banyaknya jumlah
hara yang lain (Soepartini, 1978). Bentuk nitrogen yang berarti bagi tanaman
ialah bentuk NH4+, NO3-. Pengaruh nitrogen paada tanaman sangat jelas dan
cepat. Tumbuhan yang diberi nitrogen menghasilkan daun-daun yang lebar
dengan warna hijau tua. Hal ini mengakibatkan orang cendrung menggunakan
pupuk nitrogen secara berlebihan dengan tidak menyadari kerugiannya. Sebagai
contoh tanaman padi, maka jika terlalu banyak
f) Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif dari berbagai kelompok
besar butir primer, kelompok ukuran butir tersebut adalah pasir 2mm50 ,
debu 50 2 , liat kurang dari 2 (Hardjowigeno, 2002)
21
g) Kadar Air
Kadar air dapat ditetapkan dengan cara yang paling umum digunakan
yaitu pengeringan pada suhu 105C, karena ini lebih murah dan mudah
dilaksanakan dengan tingkat ketelitian yang dapat dipetrtanggungjawabkan
(Adhi, 1978)
Terdapat beberapa cara penetapan kadar air diantaranya yaitu cara
penguapan dengan infra merah, Aufhauser, Karl Fischer, Xylol (dengan pelarut
yang tidak campur), pengeringan vakum, dan pemanasan langsung. Di
Laboratorium Kimia Tanah (Balittanah) dilakukan metode pemanasan langsung.
Kadar air perlu ditetapkan
kelembaban tanah. Tanah- tanah yang lembab tentunya banyak mengandung air
sehingga jumlah tanah yang dianalisis relatif lebih sedikit jika dibandingkan
dengan tanah yang kurang lembab, sehingga mempengaruhi kandungan unsurunsur hara yang sebenarnya (Adhi, 1978).
Tanah kering oven digunakan sebagai dasar untuk menunjukan
kandungan air dalam tanah. Tanah yang lembab banyak mengandung air,
22
sehingga tanah yang dianalisis relatif sedikit dibandingkan dengan tanah yang
kering, sehingga mempengaruhi kandungan unsur hara yang sebenarnya.
Penetapan ini digunakan untuk faktor koreksi bahan kering.
3. Alat Instrumen
a) pH meter
b) Spektrofotometri
Hukum dasar yang dipakai dalam analisis spektrofotometri adalah hukum
Lambert-Beer, bahwa jika suatu cahaya monokromator melalui suatu media yang
transparan maka bertambah kurangnya intensitas cahaya yang dipancarkan
23
24
Monokromator
Larutan
contoh
Detektor
Penguat
Tegangan
25
Output
dan lensa. Grating adalah gelas yang permukaannya dibuat celah-celah paralel
dengan
ketelitian
tinggi
dan
dilapisi
oleh
alumunium.
Detektor
harus
26
e) Auto Analyzer
Auto
Analyzer
adalah
Spektrofotometer
yang
ditambah
fasilitas
pembentukan
warna
dengan
senyawa
27
yang
kurang
stabil.
f) Flamefotometer.
Bila suatu atom terkena energi panas, elektron kulit luar akan mengalami
ketidakstabilan sehingga tereksitasi ke tingkat energi yang paling tinggi, karena
keadaan tersebut tidak mantap, elektron tersebut akan kembali kelintas semula
dengan membebaskan energi berbentuk cahaya yang masing-masing memiliki
panjang gelombang spesifik yang berbeda-beda. Intensitas cahaya tersebut
dapat diukur oleh flamefotometer.
28
b) Pengeringan
Contoh disebarkan di atas wadah yang dialasi kertas sampul. Label
karton yang berisi nomor laboratorium contoh diselipkan di bawah kertas. Akar
akar atau sisa tanaman segar, kerikil dan kotoran lain dibuang. Bongkahan besar
diperkecil dengan tangan. Simpan pada rak di ruangan khusus bebas
kontaminan yang terlindung dari sinar matahari atau dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 40 oC selama sehari.
c) Penumbukan / pengayakan
Contoh kering udara dibawa ke ruang tumbuk dan disusun di atas meja
sesuai dengan nomor seri, nomor urut dan nomor laboratorium ditulis pada
kantong plastik, sedangkan pada botol contoh hanya ditulis nomor seri dan
nomor urut contoh. Contoh contoh yang sudah disiapkan dimasukkan ke dalam
plastik. Tanah di dalam kantong plastik dimasukkan ke dalam botol contoh
dengan nomor yang sama. Hati hati agar nomor contoh tidak tertukar.
Contoh contoh tanah dengan ukuran partikel < 2 mm dan < 0,5 mm
disiapkan sebagai berikut :
1). Contoh ditumbuk pada lumpang porselen atau mesin giling untuk
tanah keras atau diayak menggunakan ayakan dengan ukuran
lubang 2 mm.
d) Penyimpanan
Contoh yang akan dianalisis di simpan di ruang contoh yang dekat
dengan ruang timbang. Setelah selesai dianalisis disimpan dalam gudang
penyimpanan contoh untuk jangka waktu tertentu agar memudahkan bila
diperlukan pengulangan analisis.
29
2. Metode Analisis
Kadar Air %
Kehilangan bobot
100 %
Bobot contoh
Faktor koreksiFk
100
100 % air
larutan yang diukur oleh alat dan konversi dalam skala pH. Elektroda gelas
merupakan elektroda selektif khusus H+ hingga memungkinkan untuk hanya
mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+. Potensial
30
pembanding
dan
elektroda
gelas
(elektroda
kombinasi).
Bahan :
1. Larutan dapar pH 7,0 dan pH 4,0.
2. Larutan KCl 1 M.
Dilarutkan 74,5 gram KCl murni dengan air demin hingga 1 liter.
3. Air bebas ion.
Reaksi
H
+
H2O
H+
Al
KCl
H+
Al3+
H2O H+
Al(OH)3
Al
H
+
Al
Al3+ +
Cara Kerja
1. Ditimbang 2 kali 10,000 gram contoh tanah.
2. Masing-masing dimasukkan ke dalam botol kocok 50 ml.
31
Cl-
3. Ditambahkan 50 ml air bebas ion ke botol yang satu untuk pH H2O dan 50
ml KCl 1M ke dalam botol lainnya untuk pH KCl.
4. Dikocok selama 30 menit dengan mesin pengocok.
5. Suspensi
tanah
diukur
dengan
pH-meter
yang
telah
dikalibrasi
baku.
Alat :
32
Reaksi
Al
K+ + H+ +
+ KCl
Cl- + Al3+
3H+ + Al(OH)3
3Na+ + 3H2O
Al-Tukar (T2)
Al(OH)3 + 6 NaF
NaOH + HCl
Na3AlF6 + 3 NaOH
NaCl + H2O
Cara Kerja
33
Perhitungan:
Al-dd dan H-dd ( cmol(+)/kg ) = ( T1-Tb1 ) x N NaOH x 50/10 x 100/5 x fk
( T1-Tb1 ) x N NaOH x 100 x fk
Al-dd ( cmol(+)/kg ) = ( T2-Tb2 ) x N HCl x 50/10 x 100/5x fk
( T2-Tb2 ) x N HCl x 100 x fk
H-dd ( cmol(+)/kg ) = kemasaman dd Al-dd
Keterangan : Tb1 = blanko pada T1.
Tb2 = blanko pda T2.
fk=faktor koreksi kadar air=100 / (100 - % kadar air )
50/10=faktor pengenceran
100/5=konversi dari 5g ke kg/contoh
Alat
Bahan :
1. HCl 5 N.
Sebanyak 416 ml HCl p.a. pekat (37 %) dimasukan ke dalam labu ukur
1000 ml yang telah berisi sekitar 400 ml air bebas ion, kocok dan biarkan
menjadi dingin. Tambahkan air bebas ion lagi hingga 100 ml.
34
2. Pereaksi P pekat.
Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24. 4 H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam
labu ukur 1 liter. Tambahkan 0.277 g K(SbO)C4H4O6 0,5H2O dan secara
perlahan 140 ml H2SO4 pekat. Jadikan 1 liter dengan air bebas ion.
3. Pereaksi pewarna P.
Campurkan 1,06 g asam askorbat dengan 100 ml pereaksi P pekat
kemudian dijadikan 1 liter dengan air bebas ion.
4. Standar PO4 100 ppm.
Pipet 10 ml larutan standar induk 1000 ppm PO4 ke dalam labu 100 ml.
impitkan dengan pengekstrak bray sampai dengan tanda garis labu ukur.
5. Pengekstrak Bray dan Kurts I.
Timbang 1,11 g hablur NH4F, dilarutkan dengan lebih kurang 600 ml air
bebas ion, ditambahkan 5 ml HCl 5 N, kemudian diencerkan sampai 1 liter.
6. Deret standar PO4 ( 0-20 ppm ).
Pipet berturut-turut 0; 2; 4; 8; 12; 16dan 20 ml larutan standar 100 ppm PO4
ke dalam ukur 100 ml, diencerkan dengan pengekstrak bray 1 hingga 100
ml.
Reaksi
Fe-P
+ NH4F
Al-P
PO43- + 12 MoO42- + 27 H+
H7(P(Mo2O7)6) + 10 H20
biru molidbat
Cara Kerja
1. Ditimbang 2 gram contoh tanah.
2.
5 menit.
35
7. Diukur
absorbansinya
gelombang
dengan
spektrofotometer
pada
panjang
pembanding.
Perhitungan
= Faktor pengenceran
= Faktor koreksi
Alat :
1. Neraca analitik ketelitian tiga desimal.
2. Dispenset 20 ml
3. Tabung reaksi
4. Pipet 1 ml
5. Kertas saring berabu
6. Botol kocok 100 ml
7. Mesin kocok
8. Spektrofotometer
36
Bahan :
1. Pengekstrak Olsen.
Larutkan 42,0 g NaHCO3 dengan air bebas ion menjadi 1 liter, pH larutan
ditetapkan menjadi 8,5 dengan penambahan NaOH,1 M
2. Pereaksi P pekat.
Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24. 4 H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam
labu ukur 1 liter. Tambahkan 0.277 g K(SbO)C4H4O6 0,5H2O dan secara
perlahan 140 ml H2SO4 pekat. Jadikan 1 liter dengan air bebas ion.
3. Pereaksi pewarna P.
Campurkan 1,06 g asam askorbat dengan 100 ml pereaksi P pekat
Tambahkan 25 ml H2SO4 4 N, dijadikan 1 liter dengan air bebas ion.
4. Standar 100 ppm PO4.
Pipet 10 ml larutan standar induk 1000 ppm PO4 ke dalam labu 100 ml.
impitkan dengan pengekstrak olsen sampai dengan tanda garis labu
ukur.
5. Deret standar PO4 (0-20 ppm).
Pipet berturut-turut 0; 2; 4; 8; 12; 16 dan 20 ml larutan standar 100 ppm
PO4 ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan pengekstrak olsen
hingga 100 ml
Reaksi:
Ca-P
+ NaHCO3
Mg-P
PO43- + 12 MoO42- + 27 H+
H7(P(Mo2O7)6) + 10 H20
biru molibdat
Cara Kerja
1. Ditimbang 1 gram contoh tanah.
2. Ditambahkan pengekstrak Olsen sebanyak 20 ml di dalam botol kocok.
3. Dikocok selama 30 menit, kemudian disaring.
4. Deret standar dan ekstrak contoh dipipet 1 ml ke tabung reaksi.
37
= Faktor pengenceran
Fk
= Faktor koreksi
2.
Pipet Volume 5 ml
3.
4.
5.
Spektrofotometer
Bahan :
1. Asam sulfat pekat.
2. Kalium dikromat 1 N.
Dilarutkan 98,1 gram K2Cr2O7 sedikit demi sedikit dengan 600 ml air bebas
ion, ditambahkan 100 ml H2SO4, dipanaskan hingga larut setelah dingin
diencerkan sampai 1 liter, lalu dikocok.
38
3. Glukosa p.a.
4. Larutan standar 5000 ppm C.
Dilarutkan 12, 510 gram glukosa dalam air bebas ion dalam labu ukur 1 l
dan diimpitkan, dikocok.
Reaksi
3C-oganik + 2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4
Cara kerja.
1. Ditimbang 0,5000 gram contoh tanah,dimasukkan ke dalam labu ukur 100
ml yang telah dikeringkan terlebih dahulu.
2. Didestruksi dengan 5 ml K2Cr2O7, kemudian dikocok.
3. Ditambahkan 10 ml asam sulfat pekat, dikocok, kemudian didiamkan
selama 30 menit.
4. Diencerkan dengan air bebas ion, didinginkan, dan dihimpitkan.
Keesokkan harinya diukur extenctionnya dengan kolorimeter 561 nm.
Perhitungan
C-organik(%)
Keterangan : fk
= Faktor koreksi
Alat :
1.
2.
Tabung kimia.
3.
Labu semprot.
39
4.
5.
6.
Pengocok tabung.
7.
Bahan :
1.
Standar 0
0,5 gram campuran selen + 2,5 ml H2SO4 pekat diekstrak (perlakuan
sama seperti contoh), diencerkan blanko dengan air bebas ion menjadi
50 ml dalam tabung digestion.
2.
3.
Larutan fenolat.
Ditimbang 56,3 gram serbuk NaOH p.a dan dilarutkan dengan kira-kira
500 ml air bebas ion secara perlahan sambil diaduk. Setelah dingin
ditambahkan 137 gram serbuk Fenol, kemudian diencerkan dengan air
bebas ion dan diipitkan sampai tanda garis 1 liter.
4.
5.
6.
7.
8.
40
Reaksi
N + H2SO4
(NH4)2SO4
Kadar N (%) =
Keterangan :
fp = Faktor pengenceran.
fk = Faktor koreksi
10000 = faktor konversi ppm ke %
41
42
A. Hasil Analisis
Dari analisis sampel dengan nomor 16.09.680 atas permintaan dari Machiko
Nacih Istana didapatkan hasil sebagai berikut.
tabel 1. Hasil analisis
Hasil
No.
Parameter uji
Satuan
1
pH
1
H2O
6,3
7,3
KCl
5,1
5,9
Al
cmol(+)/kg
0,00
0,00
cmol(+)/kg
0,17
0,08
P tersedia
5
Olsen PO
ppm
18
Bray PO
ppm
Bahan Organik
7
C-organik
0,19
0,88
Nitrogen total
0,02
0,07
C/N
10
13
B. Pembahasan
1. Kadar air
Penentuan kadar air perlu dilakukan karena dikhawatirkan sampel tanah
yang sudah dipreparasi masih mengandung air yang dapat menambah bobot
sampel sehingga menyebabkan ketidak akuratan hasil perhitungan.Penentuan
kadar air dilakukan untuk menghitung faktor koreksi dari hasil analisis.
Penentuan kadar air dilakukan pada suhu 105 Cselama 3,5 jam. Suhu
pengeringan harus sesuai karena jika terlalu rendah dikhawatirkan belum semua
air teruapkan, dan jika terlalu tinggi maka dapat merusak sifat fisika dan sifat
kimia tanah sehingga hasil analisis tidak akurat.
2. Uji pH
Pada uji pH selalu didapatkan nilai pH KCl yang lebih kecil daripada pH
air. Hal ini disebabkan karena Hal ini disebabkan oleh adanya ion Al3+ yang
terikat pada koloid tanah bereaksi dengan KCl dan melepaskan ion Al3+
dandengan adanya air akan terhidrolisis membentuk Al(OH)3 sambil melepas
ion H+, sehingga ion H+ yang ada bertambah jumlahnya. Penentuan jumlah pH
ini berpengaruh pada penetapan lainnya. Jika pH KCl rendah maka kadar Aldd tinggi. Penentuan pH ini juga berpengaruh pada pemilihan metode pada
analisis kadar Fosfor tersedia. Semakin tinggi pH pada ekstrak air maka kadar
bahan organik semakin rendah.
Nilai pH ekstrak H2O pada sampel 1 sebesar 6,3 dan termasuk
kategori agak asam, sedangkan pada sampel 2 sebesar 7,3 dan termasuk
kategori netral. Nilai pH ekstrak KCl sebesar 5,1 (sampel 1) dan 5,9 (sampel
2). Di alam aktivitas H+ dalam tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
di antaranya :
a. Dekomposisi bahan organik
b. Bahan induk tanah
c. Pengendapan
d. Vegetasi alami
e. Pertumbuhan tanaman
f. Kedalaman tanah
g. Pupuk nitrogen
h. Penggenangan
Untuk meningkatkan pH tanah yang terlalu masam dapat dilakukan dengan
penambahan kapur agar nilai pH tanah sesuai. Apabila kondisi tanah terlalu
basa, maka dapat diatasi dengan penambahan belerang untuk menurunkan nilai
pH tanah. Tujuan penambahan itu agar kondisi pH tanah sesuai dengan pH
tanah yang diharapkan atau dibutuhkan oleh tanaman.
43
44
45
46
A. Simpulan
Hasil analisis sampel dengan nomor 16.09.680 atas permintaan dari
Machiko Nacih Istana berdasarkan tabel Penilaian Angka-angka Hasil
Analisis Tanah dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Didapatkan faktor koreksi sebesar 1,044 (sampel 1) dan 1,033 (sampel
2).
2. Nilai pH ekstrak H2O pada sampel 1 sebesar 6,3 dan termasuk kategori
agak asam, sedangkan pada sampel 2 sebesar 7,3 dan termasuk
kategori netral. Nilai pH ekstrak KCl sebesar 5,1 (sampel 1) dan 5,9
(sampel 2).
3. Kadar Al-dd sebesar 0,00 untuk kedua sampel, sedangkan kadar H-dd
sebesar 0,17 cmol(+)/kg (sampel 1) dan 0,08 cmol(+)/kg (sampel 2).
4. Fosfor yang ditetapkan dengan pengekstrak Olsen (P-tersedia) pada
sampel 1 bernilai 18 ppm dan termasuk kategori tinggi, sedangkan pada
sampel 2 bernilai 6 ppm dan termasuk kategori rendah.
5. Kandungan karbon organik pada sampel 1, dan 2 dengan nilai 0,19 %;
dan 0,88 % keduanya termasuk dalam kategori sangat rendah kemudian
untuk nitrogen total dengan nilai 0,02 %; dan 0,07 keduanya dalam
ketegori rendah.
6. Rasio C/N pada contoh 1, dan 2 dengan nilai 10; dan 13 termasuk dalam
kategori sedang, rendah, dan sedang.
B. Saran
1. Diharapkan disediakan Instruksi Kerja Alat Instrumen agar menghindari
dari salah pengoperasian yang menyebabkan kerusakan.
2. Perlu ditingkatkan keefektifan penggunaan peralatan APD (Alat Pelindung
Diri) pada saat praktikum agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, I. P. G. Widjaya. 1978. Dasar Masalah dan Penilaian Uji Tanah. Bogor :
Lembaga Penelitian Tanah.
Brady, C. Ngle Buckman. O. Harry. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Bhratara
Karya Aksara.
Day, Jr, R. A. dan Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif, edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.
Hardjowigeno, Sarwono. 1992. Ilmu Tanah Edisi Revisi. Jakarta: PT. Mediatama
Sarana Perkasa.
Ismail,
Krisnandi
dan
Zaenal
Arifin.
2009.
Spektrofotometri
UV
VIS.
Jakson, M.L. 1958. Soil Chemical Analysis. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Rowell, D. L. 1996. Soil Science Methods & Applications. Essex: Longman.
Sudjadi, M. 1971. Penuntun Analisis Tanah. Bogor : Lembaga Penelitian Tanah.
Nilai
Sangat
Rendah
Sedang
Rendah
Parameter
C%
N%
C/N
P2O5 HCl 25 % (mg/100 g)
P2O5 Bray (ppm)
P2O5 Olsen (ppm)
K2O HCl 25 % (mg/100 g)
KTK (mg/100 g)
< 1,00
< 0,10
< 5,00
< 15,0
< 4,00
< 5,00
< 10,0
< 5,00
Agak
Tinggi
Tinggi
1,00
0,10
2,00
5,00
0,20
15,0
10,00
5,00
20,0
5,00
7,00
10,0
10,00
5,00
20,0
Sangat
Tinggi
3,01 5,00
0,51 0,75
16,0 25,0
41,0 60,0
11,0 15,0
16,0 20,0
41,0 60,0
25,0 40,0
> 5,00
> 0,75
> 25,0
> 60,0
> 16,00
> 20,0
> 60,0
> 40,0
16,00
2,01
0,21
3,00
11,0
0,50
21,0
15,0
2,01
40,0
11,0
1111111
21,0
15,0
1111110
17,0
40,0
10,00
24,0
Susunan Kation
Ca (mg/100 g)
Mg (mg/100 g)
K (mg/100 g)
Na (mg/100 g)
< 2,00
< 0,30
< 0,10
< 0,10
2,00
0,40
5,00
0,10
1,00
0,10
0,30
6,00
1,10
10,00
0,40
2,00
0,40
0,50
11,0 20,0
2,10 8,00
0,60 1,00
0,80 1,00
> 20,0
> 8,00
> 1,00
> 1,00
Kejenuhan Basa ( % )
Kejenuhan Aluminium ( % )
Cadangan Mineral ( % )
Salinitas dhl. Eca x 1000
Persentase
(mmhos/ca) Natrium Dapat
< 20,0
< 5,00
< 5,00
1,00
2,00
0,30
20,0
5,00
40,0
5,00
10,00
1,00
10,0
2,00
2,00
0,70
41,0
11,0
60,0
11,0
20,0
2,00
20,0
5,00
3,00
61,0 80,0
20,0 40,0
20,0 40,0
3,00 4,00
10,0 15,0
> 80,0
> 40,0
> 40,0
> 4,00
> 15,0
3,00
10,0
Asam
Agak
Netral
Agak Alkalis
Alkalis
6,6 7,5
7,6 8,5
8,5
Tukar ( ESP )
Sangat
Asam
pH H2O
4,5
Asam
4,5
5,6 6,5
5,5
Penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum tanah secara empiris dan
belum dihubungkan kebutuhan tanaman (Adhi, 1978).
48
Kadar Air
KADAR AIR
(Satuan berat dalam gram)
Bobot Contoh
Bobot Contoh
Bobot Kosong
Bobot Kering
5,035
18,7421
23,5673
4,8252
1,044
5,044
19,0542
23,9382
4,8840
1,033
Faktor Koreksi
Sampel 1
Sampel 2
Fk
Kering
1,044
1,033
Uji pH
No.
Pengekstrak
Sampel 1
Sampel 2
H2O
6,3
7,3
KCl
5,1
5,9
N HCl: 0,0200
0,10
0,00
0,06
0,00
Kemasaman Total
Sampel 1
49
Sampel 2
Al Tukar
Sampel 1 dan 2
H-Tukar
Sampel 1
= 0,17 - 0
Sampel 2
= 0,08 - 0
= 0,08 Cmol(+)/Kg
fp
50,0
1,00
16,0
1,00
Olsen
y = 42,383x + 2,8925
R = 0,9993
PO4
Std.
Pembacaan
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
-100 0
ppm
0
-1,0
91,0
173,0
338,0
12
525,0
16
668,0
20
854,0
Slope
Int
10
42,3831
2,8925
Bobot Contoh
= 2,0000 g
142/190
50
20
30
ppm contoh
sampel 1
sampel 2
= 1,11
ppm blanko
sampel 1 dan 2
=
= 0,31
= - 0,07
= ppm contoh ppm blanko
ppm kurva
= 1,11 (-0,07)
sampel 1
sampel 2
= 1,17
= 0,38
Kadar P2O5
sampel 1
= 1,17 x 20 x
x fp x fk
sampel 2
x 1,044
= 0,39 x 20 x
= 18 ppm
= 6 ppm
Kadar C-Organik
C-Organik
Bobot Contoh
= 0,31 (-0,07)
Pembacaan
fp
(abs x1000)
0,500
17
1,00
0,500
80
1,00
51
x 1,033
C
Std.
y = 1,8758x - 0,2457
R = 0,9995
Abs.
500
ppm
0
400
25
48
300
50
94
100
187
150
274
200
381
250
468
-100
Slope
200
100
100
200
1,8758
Int
-0,2457
V ekstrak
= 100 mL
ppm contoh
sampel 1
sampel 2
= 9,194
% C-organik
=
=42,78
sampel 1
sampel 2
= 0,19%
= 0,88%
52
300
Kadar Nitrogen
NITROGEN
V ekstrak
= 50 ml
Fp
1,00
10,899
1,00
ppm kurva
=5,586 4,142
sampel 1
sampel 2
= 1,444
Kadar N (%)
=10,899 4,142
= 6,757
Sampel 1
Sampel 2
= 0,02 %
= 0,07 %
53
23
24