Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga tugas
Ilmu Kedokteran Komunitas yang berjudul Kejadian Luar Biasa Penyakit Tetanus
Neonatorum dapat kami selesaikan.
Tugas ini kami buat untuk memenuhi persyaratan dalam menjalankan Kepaniteraan
Klinik di SMF Ilmu Kedokteran Komunitas yang kami jalani di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Prof.
Dr. Hj. Rika Subarniati, dr., SKM, selaku pembimbing dalam penyusunan tugas IKKom ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran untuk kesempurnaanya.
Penyusun
SKENARIO
Nama Penyakit
DBD
Thyphoid fever
Diare
Tetanus neonatorum
ISPA
Januari 2014
Februari 2014
Maret 2014
12
5
10
2
8
15
8
11
4
10
10
8
8
9
10
Dari data yang ada Kepala puskesmas melihat adanya peningkatan insidens salah satu
penyakit selama 3 bulan berturut-turut sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan
terhadap kejadian tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab utama kematian neonatus adalah infeksi, asfiksia neonatorum, dan berat
badan lahir rendah. Infeksi yang sering terjadi adalah sepsis dan tetanus neonatorum.
Angka kematian tetanus neonatorum masih sangat tinggi yaitu > 50% (IDAI, 2010).
Tetanus neonatorum adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Clostridium tetani yang dapat menyebabkan kematian pada neonatus. Saat ini kematian
akibat tetanus pada neonatus dapat dengan mudah dicegah dengan persalinan dan
penanganan tali pusat yang higienis dan dengan imunisasi ibu dengan vaksin tetanus.
Menurut WHO tahun 2010 angka kematian neonatus akibat tetanus mencapai
59.000 neonatus, sedangkan menurut BAPPENAS tahun 2010 tetanus neonatorum
menyebabkan 50% kematian perinatal dan 20% neonatus.
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurut SDKI tahun 2007 adalah 34
kematian per 1000 kelahiran hidup, dan kematian yang tertinggi terjadi pada periode
neonatal. Angka kematian neonatal di Indonesia adalah 19 per 1000 kelahiran hidup, dan
tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab utamanya, sehingga tetanus
merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Faktor risikonya meliputi tingkat pengetahuan masyarakat tentang perawatan tali
pusat yang higienis, sterilisasi pemotongan tali pusat dan imunisasi ibu hamil. Selain itu
tenaga kesehatan dan fasilitas juga memiliki peranan penting. Hal tersebut dapat dicegah
untuk mengurangi jumlah kasus tetanus neonatorum sehingga tidak terjadi Kejadian Luar
Biasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi tetanus neonatorum?
2. Apa saja tanda dan gejala penyakit tetanus neonatorum?
3. Mengapa tetanus neonatorum dikategorikan kejadian luar biasa pada Puskesmas X?
4. Apa saja cara untuk menanggulangi Kejadian Luar Biasa tetanus neonatorum di
Puskesmas X?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi tetanus neonatorum.
2. Mengetahui tanda, gejala dan penanganan awal penyakit tetanus neonatorum.
3
BAB II
2.1 Analisis
2.1.1 Analisis secara epidemiologi
Tetanus ibu dan bayi baru lahir didunia merupakan penyebab penting dari
kematian ibu dan bayi, sekitar 180.000 kehidupan di seluruh dunia setiap tahun, hampir
secara eksklusif di negara-negara berkembang. Meskipun sudah dicegah dengan
maternal immunization, dengan vaksin dan aseptis obstetric, tetanus ibu dan bayi tetap
sebagai masalah kesehatan masyarakat di 48 negara, terutama di Asia dan Africa.
Salah satu upaya dari negara-negara dunia untuk menurunkan angka kematian
anak dan meningkatkan kesehatan ibu adalah dengan mentargetkan eliminasi tetanus
neonatorum. Sebanyak 104 dari 161 negara berkembang telah mencapai keberhasilan
itu. Tetapi, karena tetanus neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57
negara berkembang lain, UNICEF, WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju
mengulur eliminasi hingga 2005. Target eliminasi tetanus neonatorum adalah satu kasus
per seribu kelahiran di masing-masing wilayah dari setiap negara. WHO
mengestimasikan 59.000 neonatus seluruh dunia mati akibat tetanus neonatorum.
(WHO, 2010).
Kasus tetanus Neonatorum di Indonesia masih tinggi, data tahun 2007 sebesar
12,5 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN)
yang ingin dicapai adalah 1 per 1000 kelahiran hidup. (Survey Penduduk Antar-Sensus,
2008).
Beberapa upaya telah dilakukan antara lain dengan imunisasi TT diberikan sejak
bayi, DPT 3x murid Sekolah Dasar, meningkatkan cakupan imunisasi TT pada Calon
Penganten (Caten), Ibu Hamil (Bumil) dan Wanita Usia Subur (WUS), surveilans
Tetanus Neonatorum dan persalinan bersih. Tetanus neonatorum menyebabkan 50%
kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100
kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan
angka kejadian tetanus pada anak di rumah sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada
kelompok 5-9tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok > 10 tahun, dan sisanya
pada bayi <12 bulan. Angka kematian keseluruhan antara 6,7-30%. (BAPPENAS,
2010).
Analisa epidemiologi Deskriptif
What
Who
Where
o Puskesmas X
Why
1. Masukan
1. Pengetahuan masyarakat kurang
sehingga
mengalami
komplikasi
dan
memerlukan
penanganan
yang
professional tetapi tidak ditangani secara memadai dan tepat waktu sehingga
mengakibatkan kematian.
5. Fasilitas puskesmas kurang memadai
Karena keterbatasan fasilitas di puskesmas serta pelayanan antenatal care yang
kurang memadai sehingga membuat masyarakat menjadi enggan untuk
melakukan persalinan di puskesmas padahal jika masyarakat lebih mengerti
tentang pentingnya melakukan kontrol rutin ke puskesmas secara tidak
langsung akan menurunkan resiko komplikasi saat melakukan persalinan.
6. Tenaga kesehatan kurang
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih rendah
sehingga banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bayi yang
2. Proses
1. Alat pemotong tali pusat kurang steril
Masyarakat yang sering berobat ke dukun kadang tidak memperhatikan
kebersihan dan prosedur pelaksanaan, dapat meyebabkan meningkatnya
kejadian tetanus neonatorum karena alat yang digunakan tidak di sterilkan
terlebih dahulu.
2. Akses layanan kesehatan sulit
Hambatan dalam penyediaan vaksin terbatas. Mengingat jarak yang jauh serta
fasilitas didaerah tersebut kadang-kadang tidak ada listrik, sehingga distribusi
vaksin agak terganggu, karena vaksin harus disimpan ditempat dengan suhu
tertentu.
7
2.2 Pembahasan
2.2.1 Definisi
Tetanus
adalah
penyakit
akut
paralitik
spastik
yang
disebabkan
oleh
tersentuh
Tali pusat biasanyakotor dan berbau
Perut teraba keras seperti papan
Meningitis,
Alternatitif solusi
1.
2.
3.
4.
Promosi kesehatan
Pemberian imunisasi TT perlindungan setelah KLB.
Penambahan jumlah tenaga kesehatan dan sarana prasarana.
Pelatihan setiap kader dari masingmasing desa pada suatu kecamatan.
antenatal
secara
berkala
sebagai
koreksi
terhadap
BAB III
RENCANA PROGRAM
3.1 Edukasi Bagi Masyarakat
Masyarakat perlu mendapatkan pengetahuan mengenai perilaku yang tepat
untuk mencegah tetanus neonatorum. Program edukasi bagi masyarakat akan
diarahkan untuk menyampaikan berbagai hal berikut:
1. Pengetahuan masyarakat mengenai tetanus neonatorum
2. Imunisasi TT pada wanita usia subur
3. Melakukan pemeriksaan berkala pada masa kehamilan
4. Imunisasi TT pada wanita hamil
5. Perawatan tali pusat
6. Imunisasi DPT pada bayi
Program ini akan dijalankan secara bertahap, yaitu
dimulai
dari
penanggulangan kerja sama dengan pihak pemerintahan dan diharapkan akan memicu
untuk mengaktivasi posyandu. Edukasi pada masyarakat dilakukan sebagai suatu
edukasi berkelanjutan dengan penggunaan posyandu serta puskesmas untuk
menyampaikan informasi.
3.2 Pelatihan Kepada Tenaga Kesehatan Dan Dukun Beranak
Tenaga kesehatan dapat membantu mengatasi masalah yang timbul dari
kejadian tetanus neonatorm, termasuk membantu dalam pencegahan kematian dan
kecacatan akibat tetanus neonatorum dalam edukasi masyarakat. Maka, tenaga
12
kesehatan dan dukun beranak perlu dibekali dengan pengetahuan yang memadai
untuk mengenali serta mengatasi tetanus neonatorum.
Memberikan pengetahuan dan pelatihan kepada tenaga kesehatan mengenai:
1. Sterilisasi peralatan dalam membantu persalinan
2. Penggunaan antiseptik pada tali pusat
3. Perawatan tali pusat
4. Pentingnya imnunisasi bagi wanita usia subur, wanita hamil dan balita
Selain itu harus juga diberikan pengetahuan dan pelatihan kepada dukun
beranak mengenai:
1. Penggunaan alat bantu persalinan
2. Sterilisasi peralatan persalinan
3. Pemotongan tali pusat
4. Penggunaan antiseptik pada tali pusat
5. Perawatan tali pusat
Pelatihan dilakukan secara berulang setiap 3 bulan untuk memastikan bahwa
para tenaga kesehatan tetap memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengatasi
tetanus neonaorum.
3.3 Penyediaan Imunisasi Vaksin Tetanus Pada Wanita Usia Subur, Ibu Hamil Dan
Balita
Tetanus neonatorum bisa dicegah sampai ditekan seminimal mungkin dengan
melakukan persalinan yang bersih dan aman, juga dengan melakukan imunisasi bagi
wanita usia subur. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu program imunisasi vaksin
tetanus untuk menekan angka kejadian tetanus neonatorum.
3.3.1 Sasaran imunisasi
1. Sasaran imunisasi:
Ibu hamil
2. Sasaran wilayah atau lokasi
Seluruh desa asatu kelurahan di wilayah Indonesia
2.3.2 Tempat pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid
1) Puskesmas
2) Puskesmas pembantu
3) Rumah sakit
4) Rumah bersalin
5) Polindes
6) Posyandu
7) Rumah sakit swasta
8) Dokter praktik
9) Bidan praktik
2.3.3
13
Imunisasi
TT I
TT II
TT III
TT IV
TT V
Interval
Selama kunjungan
antenatal pertama
Empat minggu
setelah TT I
Empat minggu
setelah TT II
Empat minggu
Durasi perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
setelah TT III
Empat minggu
setelah TT IV
hidup
BAB IV
14
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Behrman, Richard., Kliegman, Robert M., Arvin, Ann M. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Vol.2. Jakarta: EGC.
2. Depkes. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Biasa (KLB). Jakarta.
3. Pedoman pelayanan medis kesehatan anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.
4. Soepardi, Jane. 2012. Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal. Jakarta: Buletin Jendela
Data dan Informasi Volume 1 September 2012.
5. Survei Data Kesehatan Indonesia tahun 2007, BPS.
6. Tanjung, Wibowo., Alifah, Anggraeni. Tetanus Neonatorum. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan. Vol 1. September 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Hal: 29-32.
16