Professional Documents
Culture Documents
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
antara permukaan viseral dan parietal. Merupakan proses penyakit primer
yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Brunner and Suddath, 2001). Secara normal, ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan 5 sampai 15 ml yang berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi.
Pada gangguan tertentu, cairan dapat berkumpul dalam ruang pleural pada
titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti secara klinis, dan hampir
selalu merupakan signifikan patologi. Efusi dapt terdiri atas cairan yang
relatif jernih, yang mungkin merupakan transudat atau eksudat, atau dapat
mengandung darah atau purulen. Transudat (filtrat plasma yang mengalir
menembus dinding kapiler utuh) terjadi
sebagai
pleura
diklasifikasikan
berdasarkan
mekanisme
pembentukan cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau
eksudat. Transudat hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik
dengan tekanan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan
pleura atau drainase limfatik yang menurun. Dalam beberapa kasus mungkin
terjadi kombinasi antara karakteristk cairan transudat dan eksudat.
Klasifikasi berasarkan mekanisme pembentukan cairan:
1. Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat. Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara
tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotic, sehingga terbentuknya
cairan pada satu sisi pleura melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya.
Biasanya hal ini terjadi pada:
a. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
b. Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner
c. Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura
d. Menurunnya tekanan intra pleura
Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:
2. Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler
yang permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi
dibandingkan protein transudat. Bila terjadi proses peradangan maka
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel
mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran
cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang
paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal
sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. Protein yang terdapat dalam
cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan
aliran protein getah bening ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosis)
akan menyebabkan peningkatan konsentasi protein cairan pleura,
sehingga menimbulkan eksudat.
Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:
a. Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)
b. Tumor pada pleura
c. Iinfark paru,
d. Karsinoma bronkogenik
e. Radiasi,
f. Penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE (Sistemic Lupus
2.4
Eritematosis).
Etiologi
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari
4 mekanisme dasar :
a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik.
b. Penurunan tekanan osmotik koloid darah.
2.7 Komplikasi
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks
meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringanjaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi)
perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan
peradangan.
Pada
efusi
pleura,
atalektasis
yang
tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak
memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab
dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Komplikasi biopsi antara
lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada
dinding dada.
6. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serousxantho-ctrorne. Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada
trauma, infark paru, keganasan. adanya kebocoran aneurisma aorta.
Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya
Perbedaan
Kadar protein dalam efusi (g/dl)
Transudat
< 3.
Eksudat
> 3.
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1,016
> 1,016
Rivalta
negatif
positif
kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakitpenyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis
atau dominasi sel-sel tertentu.
-
banyak sel
eritrosit.
-
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung
mikroorganisme,
apalagi bila
Protein total
Laktat dahidrogenase
Glukosa
Amylase
pH
Hematokrit
membedakan
hemotoraks
dari
torasentesis traumatik
Komplemen
Preparat sel LE
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasuskasus neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain
8. Scanning Isotop
Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli
paru.
9. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)
Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau
tuberculosis pleura. Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding
dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan
dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat
kedua pleura. Dengan
beberapa biopsy.
2.9 Penatalaksanaan
Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan
pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa
macam pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura
masif adalah sebagai berikut :
1. Obati penyakit yang mendasarinya
a. Hemotoraks
untuk
kilotoraks
dilakukan
untuk
memperbaiki
ulang
dapat
dilakukan
pada
hari
berikutnya.
mencegah
penumpukan
cairan
pluera
kembali.
Hal
ini
tidak ada lagi cairan yang keluar masukkanlah tetrasiklin sebanyak 500
mg yang sudah dilarutkan dalam 20-30 ml larutan garam fisiologis ke
dalam rongga pleura, selanjutnya diikuti segera dengan 10 ml larutan
garam fisiologis untuk pencucian selang dada dan 10 ml lidokain 2%
untuk mengurangi rasa sakit atau dengan memberikan golongan narkotik
1,5-1 jam sebelum dilakukan pleurodesis. Kemudian kateter diklem
selama 6 jam, ada juga yang melakukan selama 30 menit dan selama itu
posisi penderita diubah-ubah agar tetrasiklin terdistribusi di seluruh
rongga pleura. Bila dalam 24-48 jam cairan tidak keluar lagi selang dada
dicabut.
5. Pengobatan pembedahan mungkin diperukan untuk :
a. Hematoraks terutama setelah trauma
b. Empiema
c. Pleurektomi yaitu mengangkat pleura parietalis; tindakan ini jarang
dilakukan kecuali pada efusi pleura yang telah mengalami kegagalan
setelah mendapat tindakan WSD, pleurodesis kimiawi, radiasi dan
kemoterapi sistemik, penderita dengan prognosis yang buruk atau
pada empiema atau hemotoraks yang tak diobati
d. Ligasi duktus torasikus, atau pleuropritoneal shunting yaitu
menghubungkan rongga pleura dengan rongga peritoneum sehingga
cairan pleura mengalir ke rongga peritoneum. Hal ini dilakukan
terutama bila tindakan torakosentesis maupun pleurodesis tidak
memberikan hasil yang memuaskan; misalnya tumor atau trauma
pada kelenjar getah bening.
2.10 Prognosis
Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang
mendasari kondisi itu. Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan
pengobantan lebih dini akan lebih jauh terhindar dari komplikasi daripada
pasien yang tidak memedapatkan pengobatan dini.
Efusi ganas menyampaikan prognosis yang sangat buruk, dengan
kelangsungan hidup rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup kurang
dari 1 tahun. Efusi dari kanker yang lebih responsif terhadap kemoterapi,
seperti limfoma atau kanker payudara, lebih mungkin untuk dihubungkan
dengan berkepanjangan kelangsungan hidup, dibandingkan dengan mereka
dari kanker paru-paru atau mesothelioma.
3.1 Kasus
Tn. N usia 50 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan sesak sejak 3 hari
yang lalu, Tn. N juga menyatakan nyeri pada dada. Tn N juga tampak batuk.
Keluhan sesak dan nyeri dada terasa sudah seminggu terakhir dan memberat
sejak 3 hari terakhir hingga MRS. Tn. N mengatakan ketika keluhan datang
hanya ditangani dengan rileks dan posisi duduk tanpa ada pengobatan
khusus. Tn. N juga mengalami penurunan BB sebanyak 5 kg dari 65 kg
menjadi 60 kg. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapat data TD:
100/60 mmHg, RR : 29x/menit, N: 110x/menit, S : 36,8C.
3.2 Pengkajian
1. Identitas :
a. Nama : Tn .N
b. Umur :50 th
c. Jenis Kelamin : L
d. Status : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku/bangsa : Jawa
g. Bahasa : Indonesia
h. Pendidikan : SMA
i. Pekerjaan : Petani
j. Alamat : Jalan Kartini 123
k. No Hp/Telp : 082330456789
l. Penanggung Jawab : Ny. S
m. Tanggal MRS : 16 Oktober 2016
n. Diagnosa Medis : Efusi Pleura
2. Keluhan Utama
Sesak nafas dan nyeri dada
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. N usia 50 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan sesak sejak 3
hari yang lalu, Tn. N juga menyatakan nyeri pada dada. Tn N juga
tampak batuk. Keluhan sesak dan nyeri dada terasa sudah seminggu
terakhir dan memberat sejak 3 hari terakhir hingga MRS. Tn. N
mengatakan ketika keluhan datang hanya ditangani dengan rileks dan
posisi duduk tanpa ada pengobatan khusus. Tn. N juga mengalami
penurunan BB sebanyak 5 kg dari 65 kg menjadi 60 kg
4. Riwayat Penyakit Dulu
Pneumonia, Typus
Paru :
I : ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas, tampak
penggunaan otot bantu nafas
P : Vokal premitus menurun
P : Pekak (skonidulnes), redup
A: bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian
yang terkena
k. Abdomen :
I : bentuk simetris, massa (-), spider naevi (-)
A : bising usus 25x/menit
P : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, limfa tidak teraba
P : asites (-), nyeri ketok (-)
l. Urogenital
I : kateter (-), warna kemih kuning, bau khas amoniak
P : nyeri tekan (-)
m. Ektremitas :
Kekuatan otot : 3,3,3,3
n. Kulit dan kuku :
I : warna kulit merata, eodem (-), lesi (-)
P : CRT > 3 dtk, turgor < 2 dtk, Akral hangat basah
7. Pemeriksaan Penunjang
Torakosintesis :
Hasil torakosintesis pada tanggal 20-10-2010 sebesar 500cc
Hasil torakosintesis 22-10-2010 pukul11.30 sebesar 500cc
Foto Thorak
Foto Thorak : 20-10-2010: efusi pleura dekstra
8. Terapi
a. Baring duduk (semi fowler)
b. Diet TKTP
c. O2 BC 3 liter/menit
d. Ceptriaxone 1 x 2 gr/IV
e. Infuse Dex 5 %
3.3 Analisa Data
Masalah
Etiologi
DS :
Klien mrenyatakan sesak
Efusi Pleura
nafas
DO :
- RR : 29x/menit
- N : 110x/menit
- Pasien
bernafas
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif
b.d pengembangan paru
tersengal-sengal cepat
-
dan pendek
Vocal fremitus teraba
menurun
Perkusi redup
rongga pleura
RR meningkat (Dypnea)
DS :
Pasien mengatakan batuk
DO :
RR : 29x/menit
Pasien sesekali batuk dan
tidak efektif
Terdapat ronchi
pada
Sekret
(+)
putih
kekuningan dan kental
RR meningkat (Dypnea)
Batuk
Sputum
Mengalir ke tenggorokan
efektif
sekret
b.d akumulasi
Akumulasi sputum
nyeri
meringis
RR meningkat (Dypnea)
Batuk
Nyeri dada
3.4 Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria
Hasil
Intervensi
Rasional
pengembangan
KH
paru
dipnea
Tidak
Bunyi
nafas
pernafasan
ada
dapat menurun
khususnya bunyi Meningkatkan
inspirasi
nafas dan perkusi
Pertahankan
posisi
nyaman
maksimum
Aktivitas yang
yang
meningkat akan
dengan
kepala
meningkatkan
kebutuhan O2
ditinggikan
Anjurkan
klien Alat membantu
meningkatkan
untuk
tidak
banyak aktivitas
Kolaborasikan
2
pemberian O2
jalan Tujuan : jalan nafas Observasi
Bersihan
akumulasi KH
sekret
tidak
karakteristik
ada
batuk
batuk
pengumpulan sekret Ajarkan
efektif
dan
tidak
ada
berikan pasien
penggunaan
alat
posisi
semi
bantu nafas
fowler
kolaborasi
pemberian
oksigen
O2
Untuk
mengetahui
batuk
apakah
menetap
atau
tidak efektif
Membantu
pengeluaran
sekret
Membantu
memaksimalka
n ekspansi paru
Dapat
meningkatkan
Gangguan
perkembangan
intake oksigen
Untuk
mengeahui
nyeri
terjadinya
Ajarkan
klien
berkurang dan skala
komplikasi
Untuk
teknik relaksasi
nyeri menurun
Beri posisi yang
meringankan
nyaman
Kolaborasi
pemberian
analgetik
nyeri
Untuk
memberikan
kenyamanan
klien
Untuk
mengurangi rasa
sakit
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam
ruang antara pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan
tersebut, efusi dapat berupa transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan
ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma) ; 2 jenis ini penyebab dan
strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura yang disebabkan oleh infeksi
paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab efusi pleura yang
sering terjadi di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia bakterialis,
dan emboli paru. Di Negara berkembang, penyebab paling sering adalah
tuberculosis.
Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri
dada, atau nyeri bahu. Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien
dengan efusi kecil. Efusi yang lebih besar dapat menyebabkan penurunan
bunyi nafas, pekak pada perfusi, atau friction rub pleura.
4.2 Saran
Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada
penderita penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit
primer paru agar efusi yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.
1.1
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2005. 2005. Patofisiologi. Jakarta. EGC
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC
Ardiansyah , Wendy . 2013. https://www.scribd.com/doc/144662491/Efusi-PleuraReferat . Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016 pukul 15.00 WIB
Hendrico, Edo. 2012.https://www.scribd.com/document/98781205/Referat-EfusiPleura-Denny. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016 pukul 15.00 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45835/5/Chapter%20I.pdf
Kurnia
Safi.
2013.
Tinjauan
Pusaka
Efusi
Pleura.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-kurniasafi-5149-1bab1.pdf . Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016 pukul 15.00 WIB