Professional Documents
Culture Documents
BAB I
Status Pasien
I.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. H
Umur
: 32 tahun
MRS
: 13/12/2012
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama
b. RPS
: Benjolan di leher
: 5 tahun yang lalu timbul benjolan di leher, awalnya kecil
Lama-lama membesar. Benjolan tidak nyeri, tidak
mengganggu waktu bernafas ataupun menelan. Suara
penderita tidak terganggu dan tidak terjadi perubahan suara
selama terdapat benjolan. Penderita tidak mempunyai
riwayat jantung berdebar, tangan gemetaran, mata melotot,
susah tidur, sensitif terhadap suhu dingin, berkeringat
banyak, nafsu makan menurun, mudah lelah, sering diare,
penurunan berat badan, kepanasan ataupun kedinginan.
Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal.
III.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
:
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 76x/menit Suhu: 36,30C RR: 21x/menit
Kepala :
o Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada eksoftalmus
o Telinga : lubang telinga normal, pendengaran normal
o Hidung : tidak ada bau, secret maupun perdarahan
o Mulut : mukosa bibir tidak pucat, tidak hiperemis, tidak ada sianosis.
o Leher : simetris, tidak ada kaku kuduk. Tampak benjolan pada leher bagian
depan yang ikut bergerak saat menelan.
o Thorax:
Palpasi: Konsistensi kenyal, mobile, tidak melekat pada dasar atau kulit,
tidak nyeri,tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
regional.
Hematologi
WBC
15,3
2,0-10,0 103/mm3
RBC
4,52
3,80-5,80 106/mm3
HGB
12,9
11,0-16,5% g/dl
HCT
39,9
35,0-50,0 %
PLT
22,0
150-390 103/mm3
PCT
149
0,100-0,500 %
MCV
92
80-97 um3
MCH
29,7
26,5-33,5 pg
MCHC
32,2
31,5-35,0 g/dl
RDW
12,5
10,0-15,0 %
Kimia
14
SGPT (ALT)
23
SGOT (AST)
19
Ureum
1,0
Kreatinin
T3
<35 U/l
20 - 50 mg/dl
0,5 - 1,5 mg/d
1,08
9
1,93
T4
TSH
IV.
<40 U/l
Pemeriksaan Radiologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti tiritosikosis
atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid
noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid umumnya disebut struma. 1
2.2 Embriologi
Kelenjar tyroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus depan.
Kelenjar tyroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada
akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tyroid berasal dari lekukan faring antara
branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum,
yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami desensus dan
akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus
tyroglossus yang berawal dari foramen sekum di basis lidah. Duktus ini akan
menghilang setelah dewasa, tetapi pada keadaan tertentu masih menetap. Dan
akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tyroid yang letaknya abnormal, seperti
persisten duktud tyroglossus, tyroid servikal, tyroid lingual, sedangkan desensus
yang terlalu jauh akan membentuk tyroid substernal. Branchial pouch keempat
ikut membentuk kelenjar tyroid, merupakan asal sel-sel parafolikular atau sel C,
yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar tyroid janin secara fungsional mulai
mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intrauterin. 1,2
2.3 Anatomi
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan
fascia prevertebralis. Didalamruang yang sama terletak trakhea, esofagus,
pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil
melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar
paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang.
meningkat
Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback). Kedua hormon (T3 dan T4) ini
menpunyai umpan balik di tingkat hipofisis. Khususnya hormon bebas. T3
disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4
4.
1. Kalorigenik
2. Termoregulasi
3. Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik, tetapi
dalam dosis besar bersifat katabolik
4. Metabolisme karbohidrat. Bersifat diabetogenik, karena resorbsi intestinal
meningkat, cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis
5.
tiroid autoimun
c) Goitrogen :
Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide,
expectorants yang mengandung yodium
Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol
berasal dari tambang batu dan batubara.
Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak cina,
brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam
rumput liar.
Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar
tiroid.
10
Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanakkanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna.
2. Struma Non Toxic Diffusa
Etiologi :
a) Defisiensi Iodium.
b) Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis.
c) Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan
penurunan pelepasan hormon tiroid.
d) Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi hipofisis
terhadap
hormo
tiroid,
gonadotropin,
dan/atau
tiroid-stimulating
e)
immunoglobulin
Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
11
b.
c. .Grade IB : teraba struma, tapi baru dapat dilihat apabila posisi kepala
menengadah
d.
e. Grade III : struma dapat dilihat dalam posisi biasa dalam jarak 6 meter
f.
2.6 Patofisiologi3,4
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan
perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH
reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti
chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok
kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar
tiroid, akan menyebabkan struma nodusa.
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah
dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika
proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon
tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan
goitrogen.
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH.
Yang termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar
hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di
kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin.
2.7 Diagnosis
Dalam membuat diagnosis kerja pada penderita struma, maka hendaknya
bisa menyampaikan kondisi struma tersebut dari aspek morfologi, aspek fungsi,
dan kalau memang memungkinkan aspek histopatologinya. Dalam melakukan
diagnosis untuk penderita struma, usahakan untuk bisa mencantumkan diagnosis
mencakup ketiga aspek tersebut.
12
beberapa
morfologi
(konsistensi)
berdasarkan
gambaran
Mengenai 1 lobus
Bulat, batas tegas, permukaan licin, sebesar kepalan
Kadang Multilobaris
Fluktuasi (+)
2. Bentuk Noduler : Struma nodusa
Batas Jelas
Konsistensi kenyal sampai keras
Bila keras curiga neoplasma, umumnya berupa adenocarcinoma tiroidea
13
14
e) Pemeriksaan dengan sidik tiroid sama dengan uji tangkap tiroid, yaitu dengan
prinsip daerah dengan fungsi yang lebih aktif akan menangkap radioaktivitas yang
lebih tinggi. Metabolisme hormon tiroid sangat erat hubungannya dengan yodium,
sehingga dengan yodium yang dimuati bahan radioaktif kita bisa mengamati
aktivitas kelenjar tiroid maupun bentuk lesinya.
f) Pemeriksaan histopatologis dengan biopsi jarum halus (fine needle aspiration
biopsy FNAB) akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat agar jangan sampai
menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.
g) Pemeriksaan potong beku (VC = Vries coupe) pada operasi tiroidektomi
diperlukan untuk meyakinkan bahwa nodul yang dioperasi tersebut suatu
keganasan atau bukan. Lesi tiroid atau sisa tiroid yang dilakukan VC dilakukan
pemeriksaan patologi anatomis untuk memastikan proses ganas atau jinak serta
mengetahui jenis kelainan histopatologis dari nodul tiroid dengan parafin block.
2.9 Penatalaksanaan
Pilihan terapi nodul tiroid:
a. Terapi supresi dengan hormon levotirosin
b. Pembedahan
c. Iodium radioaktif
A. Terapi Supresi dengan Hormon Levothyroxine
Terapi dengan Levothyroxine (LT4) kombinasi dengan serum TSH (<0.1
IU/mL) masih dalam kontroversi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan nodul
tiroid dan mencegah kembali munculnya nodul baru atau pertumbuhan kecil
massa yang serupa dengan nodul awal.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa pengecilan nodul tiroid lebih sering
terjadi pada penderita dengan kombinasi terapi long-term-TSH di banding dengan
penderita yang tanpa kombinasi TSH. Lebih dari 50% kasus nodul dapat
15
mengecil, tetapi jika hanya dengan terapi Levothyroxine (LT4) saja maka
persentase keberhasilannya hanya 20%.
Pemberian Levothyroxine (LT4) hendaknya setengah sampai satu jam
sebelum makan (kondisi lambung kosong) agar absorbsinya maksimal.
Disarankan agar minum tablet Levothyroxine (LT4) dengan menggunan segelas air
agar tablet lebih mudah larut dan mudah terserap. Jangan mengkonsumsi tablet
calcium, iron supplements, dan antasida karena akan menghambat absorbsi obat
Levothyroxine (LT4). Dosis maksimum yang diberikan adalah 400 microgram per
hari.
Saat ini, pengobatan Levothyroxine (LT4) secara rutin pada penderita
dengan nodule tiroid tidak direkomendasikan. Pengunaan Levothyroxine (LT4)
harus dihindari pada penderita: (1) dengan nodule yang besar (large nodule), (2)
pada kasus long-standing goiter, (3) jika level TSH <1 IU/mL, (4) wanita postmenopause, (5) penderita usia lebih dari 60 tahun, (6) penderita dengan
osteoporosis, (7) penderita dengan penyakit kardiovaskuler, dan (8) penderita
dengan systemic illness.
Berikut ini adalah hal-hal penting lain yang perlu diperhatikan terhadap
penggunaan Levothyroxine (LT4), antara lain: Pengobatan dengan Levothyroxine
(LT4) hanya menunjukkan hasil klinis yang signifikan pada minoritas jumlah
penderita dan variasi respons-nya belum diketahui dengan baik. Pengobatan
dengan Levothyroxine (LT4) hendaknya tidak boleh terlalu suppressive karena
akan menimbulkan adverse effect. Jika nodul tiroid tidak mengecil dengan
pemberian Levothyroxine (LT4.
B. Pembedahan
Operasi tiroid (tiroidektomi) merupaka operasi bersih dan tergolong
operasi besar. Berapa luas kelenjar tiroid yang akan diambil tergantung patologiya
serta ada tidaknya penyebaran dari karsinomanya. Ada 6 macam operasi, yaitu:
a. Lobektomi subtotal;
mengandung
pengangkatan
jaringan patologis
sebagian
lobus
tiroid
yang
16
d.
e.
f.
d. kosmetik.
17
d. struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya karena
metastase luas ke mediastinum, sukar eksisinya biarpun telah dilakukan
sternotomi, dan bila dipaksakan akan memberikan mortalitas yang tinggi
dan sering hasilnya tidak radikal
C. Terapi dengan Iodium Radioaktif (Radioiodine 131)
Pengobatan dengan radioiodine 131 diindikasikan untuk: (1) small goiter
(volume <100 mL), (2) tanpa ada kecurigaan malignancy, (3) penderita dengan
riwayat operasi sebelumnya, (4) penderita dengan resiko tindakan bedah
Jika penderita mempunyai lesi nodul yang besar maka ia akan
membutuhkan radioiodine dalam jumlah banyak dan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya efek resiten terhadap terapi. Satu satunya kontra indikasi prosedur ini
adalah kehamilan dan laktasi, yang bisa dideteksi segera dengan tes kehamilan
pada penderita.
Terapi dengan radioiodine berhasil pada 85% - 100% penderita tiroid
nodul. Masa nodul dapat mengecil sebesar 35% setelah tiga bulan, bahkan
mengecil sampai 45% setelah 24 bulan terapi). Pengobatan ini efektif dan aman,
meskipun penelitian lain melaporkan bahwa pengunaan dosis tinggi dapat
menyebabkan thyroid cancer, leukemia; namun demikian, studi epidemiologi
tidak menunjukkan efek klinis yang signifikan terhadap timbulnya carcinoma dan
leukemia.
Penggunaan high-iodine-content-drugs (misalnya: amiodarone) hendaknya
dihindari sebelum melakukan prosedur terapi dengan radioiodine, agar tidak
mempengaruhi thyroid radioiodine uptake. Jika mungkin, obat anti-tiroid
hendaknya distop tiga mingu sebelim prosedur pengobatan, dan tidak boleh
diberikan selama 3-5 hari pasca prosedur terapi dengan radioiodine, untuk
mencegah menurunnya efektifitas terapi. (AME Guideline, 2006)
2.10 Komplikasi
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
yang disebabkan oleh proses patologis sebagai cairan pengganti dengan tujuan
mengganti konsentrasi natrium
Kebutuhan cairan pada pasien ini adalah
sampai sedang maka dapat diberikan analgetik golongan AINS (anti inflamasi non
steroid) misalnya ketorolak 10-30 mg iv atau im dapat diulang 4-6 jam. Serta
dapat ditambahkan tramadol, tramadol adalah analgetik sentral dengan afinitas
rendah pada reseptor mu. Dapat diberikan secara im atau iv dengan dosis 50-100
mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam.