You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan dapat
hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, Karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus,
maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus dapat berlangsung spontan secara alamiah atau
buatan. Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan obatobatan atau dengan tindakan medik.
Sekitar 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan
separuhnya mengalami abortus. Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa
diantaranya diakhiri dengan abortus. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sedangkan menurut
WHO batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu.
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap
sebagai terlambat haid. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi
ini dapat

mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini,

terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah
hamil. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun. Dengan demikian setiap
tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan
setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian : 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan
Singapura; antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia; antara 155.000 sampai 750.000 di
Filipina; antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand. Data dari beberapa studi menunjukkan
bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15% untuk mengalami

keguguran lagi, sedangkan apabila pernah dua kali, risikonya akan meningkat 25%.
Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah tiga abortus berurutan adalah 3045%. Abortus yang terjadi berulang kali sebanyak tiga kali berturut-turut disebut abortus
habitualis.

BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. DD

Nama suami : Tn. A

Umur

: 32 tahun

Umur

Pendidikan

: SMA

: 37 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku

: Minang

Suku

: Minang

Alamat

: RT.17 Penyengat rendah, Telanai Pura

Masuk RS

: 28 Januari 2013, pukul 09.05 WIB

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)


Keluhan Utama : Hamil muda dengan perdarahan dari kemaluan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os mengaku sedang hamil muda, 8hari MRS Os mengeluh keluar darah dari
kemaluan, warna merah, banyaknya 2 kali ganti pembalut/hari, dirawat di bangsal
kebidanan dengan Abortus Imminens pada tanggal 20 - 1 - 2013 dan keluar pada tanggal
23 1 2013. 1 hari SMRS os mengeluh darah yang keluar semakin banyak dan keluar
gumpalan darah dan jaringan dari kemaluan, perut terasa nyeri hingga menjalar ke
pinggang. Os mengaku sudah tidak menstruasi sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat
trauma/terjatuh disangkal, riwayat minum obat/jamu-jamuan disangkal. Riwayat perut
diurut-urut disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat keluhan serupa kehamilan sebelumnya disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat asma dan penyakit paru lain disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat DM disangkal
3

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

Riwayat keluarga hipertensi disangkal

Riwayat keluarga asma dan penyakit paru lain disangkal

Riwayat keluarga penyakit jantung disangkal

Riwayat keluarga DM disangkal

Riwayat menstruasi

Menarche

: usia 12 tahun

Teratur,satu siklus 28 hari, selama 7 hari, warna merah

tua, encer, ganti

pembalut 2-3x/hari, dismenorhoe kadang-kadang.

HPHT

: 29 10 2012

Usia kehamilan

: 12-13 minggu

TP

: 6 8 2013

Riwayat Perkawinan :
Perkawinan ke-1, telah berlangsung selama 8 tahun
Riwayat Kehamilan/Persalinan/Nifas :
Tabel 1.1. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
No.
1.

Tahun

Tempat

Partus
2005

Partus
Bidan

UK

Jenis

Penolong

Penyulit

Aterm

Persalinan
Normal

Keadaan
Nifas
Anak

Bidan

Baik

Ket.

Baik, LK, Sehat


3300

2.

2010

RS

Aterm

SC

Dokter

Letsu

Baik

gram
Baik, LK, Sehat
2500
gram

Ini

Riwayat Kontrasepsi :
4

KB Pil
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KeadaanUmum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
:
TD
: 100/60 mmHg
HR
: 80 x/menit
T
: 360C
RR
: 22x/menit, teratur
Status Gizi
:
BB
: 46 kg
TB
: 152 cm
IMT
: 19,90 kg/m2 (baik)
Kepala dan Leher :
Wajah
: Ekspresi tampak kesakitan, kloasma gravidarum (-)
Mata
: Conjungtiva anemis(-/-) , sclera ikterik (-), pupil isokor ka=ki

Telinga
Hidung

Mulut

3mm
: sekret (-), pendengaran baik
: bentuk simetris, deformitas (-), secret (-), deviasi
septum (-)
: bibir sianosis (-), hiperpigmentasi (-),
Lidah : hiperemis (-)

Thorax :
Mammae : Tidak ada benjolan, puting susu menonjol,
hiperpigmentasi areola (+), colostrum (-), pembesaran
mammae simetris
Jantung : BJ I-II reguler, Murmur (-), gallop (-)
Paru
: vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: Lihat status ginekologis
Genitalia
: Lihat status ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-)
Status Ginekologis

Pemeriksaan luar:
Abdomen:

Abdomen datar, lemas, simetris, tinggi fundus uteri 1 jari atas simpisis, massa (-),
nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-).
Genitalia:
Rambut kemaluan terdistribusi merata, labia mayora simetris, labia minora simetris,
pembengkakan kelenjar bartolini (-), pengeluaran cairan vagina (+) berupa
perdarahan tidak aktif.

Pemeriksaan dalam vagina :


Pemeriksaan bimanual :
- Vulva/vagina

: Mukosa licin,

- Serviks

: Portio lunak, OUE terbuka 2cm, teraba jaringan di

muara

OUE

- Corpus uteri

: 12 minggu

- Adneksa Parametrium

: kanan-kiri lemas

- Cavum Douglasi

: tak menonjol

Inspekulo:
Portio livide, OUE terbuka 2 cm, tampak jaringan di muara OUE, fluor (-), fluxus
(+) darah tak aktif, erosi/ laserasi/ polip (-)

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Darah rutin (28 1 - 2013 jam 10.24 WIB):
WBC
: 8,9 x 103/mm3
(3,5 10)
6
3
RBC
: 4,11 x 10 /mm
(3,8 5,8)
HGB
: 12,7 gr/dl
(11,0 16,5)
HCT
: 36,0 L %
(35 50)
3
PLT
: 266.000/mm
(150 390)
Gravindex test (-)

V.

DIAGNOSIS KERJA :
Abortus Incomplete

VI.

PENATALAKSANAAN
Perbaiki keadaan umum
IVFD RL 20gtt/i
Observasi tanda vital ibu dan perdarahan pervaginam
Pengeluaran hasil konsepsi secara digital dan Pro kuretase
Cefotaxime 3x1gr

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

VII. FOLLOW UP

28 Januari 2013 pukul 10.50 WIB di VK Kebidanan.


S
: Perut terasa mules, nyeri (+), keluar darah bergumpal (+)
O

: KU

: Sedang

Kesadaran

: CM

TD

: 120/90 mmHg

: 84x/menit

: 37o C

RR

: 22x/menit

: G3P2A1 gravida 12-13 minggu + Abortus Incomplete

:
-

Perbaiki KU ibu, pasang IVFD RL 20gtt/i

Dilakukan pengeluaran jaringan secara digital hanya sebagian jaringan


yang dapat diambil
Lapor DPJP :

Pro kuretase besok

Bed rest

Cefotaxime 3x1gr

Os pindah zaal pukul 13.15 WIB

29 Januari 2013

: Nyeri perut, Cemas

: KU

: Sedang

Kesadaran

: CM

TD

: 110/80 mmHg

: 80x/menit

: 36o C

RR

: 20x/menit

: G3P2A1 gravida 12-13 minggu + Abortus Incomplete

: Persiapan kuretase.
Os pindah ke VK pukul 10.00 WIB

29 Januari 2013, pukul 11.00 WIB dilakukan kuretase a/i abortus incomplete
S

: Cemas

: KU

: Sedang

Kesadaran

: CM

TD

: 100/60 mmHg

: 84x/menit

: 36o C

RR

: 20x/menit

: Pre kuretase Abortus Incomplete

Laporan kuretase Ny. DD


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pasien dibaringkan di atas meja ginekologi


Atur posisi dalam letak litotomi
Lakukan premedikasi dan anestesi
Lakukan septic dan antiseptic
Pasang sims atas dan bawah
Jepit porsio dengan tenakulum arah jam 11
Masukkan sonde, ukuran : 10 cm
Kuretase dimulai searah jarum jam, didapati darah 50cc
Kuretase selesai.

30 Januari 2013
S : Nyeri perut (+)
O : KU

: Sedang

Kesadaran

: CM

TD

: 110/70 mmHg

: 80x/menit

: 36o C

RR

: 20x/menit

Perdarahan pervaginam (-)


A : Post kuretase hari I a/i Abortus Incomplete
P : Cifotaxime tab 500mg

3x1

Ketoprofen tab 100mg

3x1

Metergin tab 3x1


Pasien diperbolehkan pulang

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
Abortus ialah ancaman berakhirnya atau dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.1
2.

Epidemiologi
Insidensi abortus sulit ditentukan karena kadang kadang seorang wanita dapat
mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil dan tidak mempunyai gejala hebat
sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat ( siklus memanjang ).
Terlebih lagi insidensi abortus kriminalis, sangat sulit ditentukan karena biasanya tidak
dilaporkan.
9

Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio dari jumlah
abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di Indonesia kejadian berdasarkan laporan
rumah sakit, seperti RS Hasan Sadikin Bandung berkisar antara 18 19%. RS. Pirngadi
Medan juga mendapati angka 10% dari seluruh kehamilan. Menurut EASTMAN, 80%
dari abortus terjadi pada bulan ke 2 3 kehamilan, sementara SIMENS mendapatkan
angka 76%.2
3.

Etiologi
Penyebab abortus (Early Pregnancy Loss) bervariasi dan sering diperdebatkan.
Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai
berikut 1:

Faktor genetik : translokasi parental keseimbangan genetik


-

Mendelian

Multifactor

Robertsonian

Resiprokal
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling

sedikit 50% kejadian abortus pada trisemester pertama merupakan kelainan sitogenik.
Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan
gen tunggal (misalnya mendelian) atau mutasi beberapa lokus (misalnya gangguan
poligenik atau multifactor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotipe. Kejadian
tertinggi kelainan sitogenik konsepsi terjadi pada awal kehamilan.1

Kelainan kongenital uterus


-

Anomaly duktus mulleri

Septum uterus

Uterus bikornis

Inkompetensi serviks uterus

Mioma uteri

Sindroma asherman
Defek anatomi uterus diketahui sebagai penyebab komplikasiobstetrik, seperti

abortusb berulang, prematuritas, serta malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk

10

uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada perempuan dengan riwayat abortus,
ditemukan anomaly uterus pada 27% pasien.
Studi oleh Acien (1996) terhadap 170 pasien hamil dengan malformasi uterus,
mendapatkan hasil hanya 18,8% yang bisa bertahan sampai melahirkan cukup bulan.
Sedangkan 36,5% mengalami persalinan abnormal (premature,sungsang). Penyebab
terbanyak abortus karena kelainan anatomic uterus adalah septum uterus (40-80%),
kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10-30%). Mioma uteri bisa
menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang. Risiko kejadiannya antara 1030% pada perempuan usia reproduksi. Sebagian besar mioma tidak memberikan gejala,
hanya yang berukuran besar atau yang memasuki kavum uteri (submukosum) yang akan
menimbulkan gangguan.
Sindroma asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan
darah pada permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25-80%, bergantung pada
berat ringannya gangguan. Untuk mendiagnosa kelainan ini bisa digunakan
histerosalpingografi (HSG) dan ultrasonografi (USG).

Autoimun
-

Aloimun

Mediasi imunitas humoral

Mediasi imunitas seluler


Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun.

Misalnya pada SLE dan Antiphospolipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibody
spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan pada
pasien SLE sekitar 10% disbanding populasi umum. Sebagian besar kematian janin
dihubungkan dengan aPA yang merupakan antibody yang akan berikatan dengan sisi
negative dari fosfolipid. aPA ditemukan kurang dari 2% pada perempuan hamil yang
sehat, kurang dari 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari 33%
pada perempuan dengan SLE. Pemberian antikoagulan menunjukkan hasil yang efektif.
Tetapi perlu diperhatikan pada penggunaan heparin jangka panjang, perlu pengawasan
terhadap risiko kehilangan massa tulang, perdarahan,serta trombositopenia.

11

APS (Antiphospolipid Syndrom) sering juga ditemukan pada beberapa keadaan


obstetric, misalnya preeklamsia, IUGR dan prematuritas. Beberapa keadaan lain yang
berhubungan

dengan

APS

yaitu

thrombosis

arteri-vena,

trombositopenia

autoimun,anemia hemolitik, korea dan hipertensi pulmonum.

Defek fase luteal


-

Factor endokrin eksternal

Antibody antitiroid hormone

Sintesis LH yang tinggi


Infeksi

Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917,
ketika DeForest dankawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang
pada perempuan yang ternyata terpapar brucellosis. Beberapa jenis organism tertentu
diduga berdampak pada kejadian abortus, antara lain:
-

Bakteria

: Listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma


urealitikum, mikoplasma hominis, bacterial vaginosis.

Virus

: sitomegalovirus, rubella, herpes simplek virus (HSV),


HIV, parvovirus

Parasit

: toksoplasmosis gondii,plasmodium falsifarum

Spirokaeta

: treponema palidum

Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko
abortus, diantaranya sebagai berikut:
- Adanya metabolic toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang
berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta
- Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga
janin sulit bertahanhidup.
- Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut

Hematologik

Lingkungan

12

Selain dari hal tersebut, ada pula yang membagi etiologi abortus dari 3 hal yaitu
faktor janin, ibu dan faktor eksternal, ataupun gabungan diantaranya. Umumnya abortus
didahului oleh kematian janin.2
1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah :

Kelainan Ovum
Menurut Hertig dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus
spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9%
disebabkan karena ovum yang patologis, 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio
dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus
spontan yang disebabkan oleh karena kelainan ovum berkurang kemungkinannya
kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan kelainan ovum ( 50 80% ).

Abnormalitas pembentukan plasenta ( hipoplasi trofoblas ).

Gangguan sirkulasi plasenta


Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,
anamoli plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

Kelainan telur, telur kosong ( blighted ovum ), kerusakan embrio atau kelainan
kromosom.
Embrio dengan kelainan local.
2.

Faktor Maternal

Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama
pada akhir semester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab
kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.
Penyakit penyakit yang dapat menyebabkan abortus :
o

Virus : Rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicella


zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomielitis.

13

Bakteri : Salmonella typhii.

Parasit : Toxosplasma gondii, plasmodium.

Penyakit vascular : hipertensi vascular.

Kelainan endokrin : abortus spontan dapat terjadi bila


produksi progesterone tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi
insulin.

Faktor imunologis : Ketidakcocokan ( inkompatibilitas )


system HLA ( Human Leukocyte Antigen ).

Trauma : jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera


setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan :
o

Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum graviditatum


sebelum minggu ke 8.

Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus saat hamil.

Kelainan uterus : hipoplasia uterus, mioma ( terutama mioma


submukosa ), serviks inkompeten atau retrofleksio uteri gravidi incarcerate.

Faktor

Psikosomatik

pengaruh

dari

factor

ini

masih

dipertanyakan.
3. Faktor Eksternal
a.

Radiasi
Dosis 1 10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin
dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.

b.

Obat obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain - lain. Sebaiknya tidak menggunakan
obat obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat itu
tidak berbahaya bagi janin.

c. Bahan bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzene.
4.

Patogenesis
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian

14

atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu
vili koriales menembus desidua lebih dalam,sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14
minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul
beberapa kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.1
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(blighted ovum) atau mungkin pula janin telah mati lama(missed abortion). Apabila
mudigah yang matri tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, makaia dapat diliputi oleh
lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakanmola kruenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal
ini amnion tampak berbvenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.1 Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi
paling lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk
mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena
abortus tidak dapat dihindari.
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan atas 4 cara3 :
1.

Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa
desidua.

2.

Kantong amnion dan isinya ( fetus ) didorong keluar, meninggalkan korion dan
desidua.

3.

Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke
luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion ( hanya janin yang keluar ).

15

4.

Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Sebagian
besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu kuretase diperlukan
untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lanjut.

5.

Klasifikasi Abortus2
Abortus dapat dibagi atas 2 golongan:

Abortus spontan : terjadi dengan sendiri, tidak didahului faktor-faktor


mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan faktor alamiah.

Abortus profokatus : disengaja, baik dengan memakai obat-obatan


maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
-

Abortus

profokatus

terapetikus

dengan

alasan

kehamilan

membahayakan ibunya atau janin cacat.


-

Abortus profokatus kriminalis : tanpa alasan medis yang sah

Abortus spontan, menurut klinis dibagi menjadi:

Abortus iminens
Ialah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri
masih tertutup dan hasil konsepsi masih dalam kandungan.

Abortus insipiens
Ialah abortus yang sedang berlangsung dimana serviks telah mendatar dan ostium
uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.

Abortus inkomplit
Ialah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, masih ada yang
tertinggal.

Abortus komplet.
Ialah keadaan dimana seluruh konsepsi telah keluar dari kavum uteri.
Missed abortion
Ialah abortus dimana embrio atau janin telah meninggal dalam kandungan selama 8
minggu atau lebih.
Abortus habitualis

16

Adalah keadaan terjadinya abortus spontan tiga kali berturut-turut atau lebih.
Abortus infeksiosa
Abortus yang disertai dengan infeksi organ genitalia.
Abortus septik
Abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksin ke peritoneum dan
peredaran darah.2
6.

Diagnosis1,2
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering terdapat pula rasa
mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada
pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik. Harus
diperhatikan macamdan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks dan adanya jaringan
dalam kavum uteri atau vagina.1
Kriteria Diagnosis:
-

Ada riwayat terlambat haid atau amenore yang kurang dari 20 minggu

Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.

Rasa sakit atau kram perut didaerah supra simfisis.

a. Abortus iminens
Ditegakan atas dasar adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai
dengan perasaan mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sesuai
dengan usia kehamilan, serviks belum membuka. Dan tes kehamilan positif.

b. Abortus insipiens
Didapatkan perdarahan melalui ostium uteri eksternum agak banyak, rasa mules
biasanya lebih sering dan kuat, didapatkan dilatasi dari serviks uteri dan hasil
konsepsi masih dalam uterus.
c.

Abortus inkomplit

17

Sebagian hasil konsepsi telah keluar, kanalis servikalis terbuka dan jaringan sudah
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali sampai
dapat menimbulkan syok dan perdarahan ini tidak akan berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan. Abortus Inkomplet didiagnosis apabila sebagian dari hasil
konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal ( biasanya
jaringan

plasenta).

Perdarahan

biasanya

terus

berlangsung,

banyak

dan

membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap sebagai benda asing. Oleh karena itu, uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri,
namun tidak sehebat pada abortus insipiens.
Dasar Diagnosis :
1. Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir ( biasanya banyak ), nyeri / kontraksi
rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.
2. Pemeriksaan dalam : Ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.
d.

Abortus komplit
Semua hasil konsepsi telah keluar dan diagnosis dipermudah apabila hasil konsepsi
dapat diperiksa dan dapat dinyatakan semuanya sudah keluar dengan lengkap.

e.

Missed abortion
Biasanya tidak dapat ditentukan dengan satu kali pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu untuk pengamatan dan penilaian tanda-tanda tidak tumbuhnya
atau bahkan mengecilnya uterus. Missed abortion biasanya didahului oleh tandatanda abortus iminens yang kemudian menghjlang secara spontan atau setelah
pengobatan, Hasil konsepsi tertinggal dalam rahim lebih dari 8 minggu atau biasanya
tes kehamilan negatif.

f.

Abortus infeksiosa
Abortus yang disertai dengan infeksi pada organ-organ genitalia. Didapatkan febris,
nyeri adneksa dan fluor yang berbau.

g.

Abortus septik

18

Abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksin ke peritoneum dan
peredaran darah. Didapatkan tanda-tanda sepsis pada umumnya dan tidak jarang
disertai dengan syok.
Jenis dan derajat abortus
Diagnosis
Abortus

Perdarahan
Sedikit hingga

imminens

sedang

Abotus

Sedang hingga

insipiens
Abortus

banyak
Sedikit hingga

inkomplit

banyak

D E R AJ AT
Serviks
Besar uterus
Tertutup
Sesuai umur

Gejala lain
Plano tes(+)

kehamilan

Kram

Terbuka

Sesuai atau lb

Uterus lunak
Kram uterus

Terbuka

kecil
Lebih kecil dari

lunak
Kram

umur kehamilan

Keluar
jaringan

Abortus komplit Sedikitatau tidak


ada

Missed abortion

Lunak

Lebih kecil dari

Uterus lunak
Sedikit/kram

(terbuka

umur kehamilan

(-)

atau

Uterus kenyal

Sedikit dan

tertutup)
Agak kenyal Lebih kecil dari

Gejala

warna kehitaman

dan tertutup

kehamilan

umur kehamilan

menghilang
Uterus tak
membesar

7.

Penatalaksanaan

Abortus iminens
a. Tirah baring
Merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis.
b. Sedativa ringan : Fenobarbital 3 X 30 mg sehari, dapat diberikan untuk

19

menenangkan penderita.
c. Tokolitik seperti isoksuprine 3 X 10 mg.

Abortus insipiens
a.

Perbaiki keadaan umum

b.

Kuretase, atau tetes pitogin bila usia kehamilan lebih dari 12 minggu
dan kemudian dilanjutkan dengan kuretase.

c.

Uterotonika

d.

Antibiotika

Abortus inkomplit
Sama dengan terapi abortus insipiens

Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya saja apabila penderita anemis perlu
diberikan sulphas ferosus atau roborantia.

Missed abortion
a.

Periksa fetal hemostasis (sekurangnya CT dan BT)

b.

Kehamilan dibawah 12 minggu : kuretase (sebelumnya pasang


laminaria 12 jam)

c.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan terlebih dahulu


oestradiol benzoas 2 X 20 mg i.m selama 3 hari berturut-turut dan dipasang
laminaria 12 jam sebelum dilakukan tetes pitogin.

Abortus infeksiosa
a. Perbaiki keadaan umum
b. Antibiotika dosis tinggi : Ampicillin 3 X 1 g , gentamisin 2 X 80 mg
c. Antipiretik
d. Kuretase setelah 12 24 jam kemudian, kecuali bila perdarahan banyak kuretase
segera dilakukan.
e. Anti tetanus toksoid 1500 u

Abortus septik
a.

Rawat ICU

20

b.

Terapi sama dengan abortus infeksiosa, hanya antibiotika spectrum luas


dan dosis lebih tinggi. Ditambahkan metronidazole 500 mg melalui infus.
Antibiotika nantinya disesuaikan dengan tes kepekaaan.

c.

Deksametason 40 60 mg i.m diulang setiap 8 jam dengan dosis yang


sama minimal 2 hari.

d.

Bila setelah pemberian antibiotika (24 jam) dan kuretase keadaan umum
tidak ada perbaikan, dipertimbangkan untuk melakukan histerektomi.

e.

Histerektomi juga dipertimbangkan bila :


1)

Besar uterus lebih dari 16 minggu

2)

Ada infeksi dengan kuman C. welchii

3)

Dipakai zat korosif untuk abortus

4)

Ada perforasi uterus

Terapi Operatif Abortus4


Yang termasuk dalam tindakan operatif penangan abortus adalah:
1. Pengeluaran secara digital
Tindakan ini dilakukan untuk menolong penderita ditempat-tempat yang tidak ada
fasilitas kuretase, sekurang-kurangnya untuk menghentikan perdarahan. Hal ini sering
kita lakukan pada keguguran yang sedang berlangsung (abortus insipiens) dan keguguran
bersisa (abortus incomplete).
Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembukaan serviks uteri
yang dapat dilalui oleh satu jari longgar dan kavum uteri cukup luas. Karena manipulasi
ini akan menimbulkan rasa nyeri, maka sebaiknya dilakukan dalam narkosa umum
intravena (ketalar) atau anestesi blok para servikal.
Caranya adalah dengan dua tangan (bimanual) : jari telunjuk tangan kanan dimasukkan
ke dalam jalan lahir untuk pengeluaran hasil konsepsi, sedangkan tangan kiri memegang
korpus uteri untuk memfiksasi melalui dinding perut. Dengan menggunakan jari,
kikislah hasil konsepsi sebanyak mungkin atau sebersih mungkin.
2. Kuretase (kerokan)
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretse (sendok
kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam

21

untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk
mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Persiapan kuretase:
Persiapan penderita:
- Lakukan pemeriksaan umum : TTV
- Pasang infuse
Persiapan alat-alat kuretase:
-

Speculum 2 buah

Sonde uterus

Cunam muzeux atau cunam porsio

Busi hegar

Sendok kuret berbagai ukuiran

Cunam abortus

Pinset dan klem

Kain steril dan handscoen

3. Vakum kuretase
Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum. Alat ini terdiri dari kanul
kuret berbagai ukuran yang dihubungkan dengan pompa vakum atau sumber vakum
lainnya. Untuk vakum kuretase ini diperlukan tekanan negative sekitar 700mmHg
Teknik kuretase vakum:
1. Kanul ukuran yang sesuai dengan pembukaan dimasukkan ke dalam kavum uteri
2. Kanul dihubungkan dengan sumber vakum, baik yang elektrik ataupun semprit besar.
3. Kanul digerakkan pelan-pelan dari atas ke bawah kemudian diputar sampai 180
derajat sehingga rahim seluruhnya keluar dalam suatu penampungan atau dalam
semprit.

22

Kelebihan cara kuretase vakum:


1. Kurang menimbulkan trauma, rasa nyeri dan perdarahan
2. Jarang terjadi perforasi karena yang dipakai adalah kanul plastic dibandingkan
sendok kuret dari logam
3. Waktu yang dipergunakan begitu pula dilatasi serviks lebih singkat dan dapat dipakai
pada pembukaan kecil.
8.

Komplikasi2

Perdarahan yang hebat.

Perforasi (sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga
yanhg tidak ahli

Infeksi dan tetanus

Syok akibat banyak kehilangan darah (syok hemoragik) atau akibat infeksi berat
(syok sepsis)

23

BAB IV
ANALISA KASUS
Kasus ini didiagnosis sebagai abortus inkomplit berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis tanggal 28 Januari 2013, didapatkan seorang wanita Ny. DD berusia
32 tahun datang ke RSU Rd. Mattaher dengan keluhan hamil muda , 8hari yll MRS os
mengeluh keluar darah dari kemaluan, warna merah, banyaknya 2 kali ganti pembalut/hari,
dirawat di bangsal kebidanan dengan Abortus Imminens pada tanggal 20 - 1 - 2013 dan
keluar pada tanggal 23 1 2013. 1 hari SMRS os mengeluh darah yang keluar semakin
banyak dan keluar gumpalan darah dan jaringan dari kemaluan, perut terasa nyeri hingga
menjalar ke pinggang. Os mengaku sudah tidak menstruasi sejak 3 bulan yang lalu.
Dari hasil anamnesis, kasus ini dapat kita diagnosis sebagai abortus. Dimana ada
riwayat terlambat haid sejak 3 bulan yang lalu dan Os mengaku saat ini sedang hamil muda,
Os mengeluh adanya perdarahan pervaginam yang disertai keluarnya jaringan, dan nyeri
pada perut. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis abortus.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, pada pasien ini tidak terdapat tanda-tanda
syok akibat perdarahan yang terjadi. Dari pemeriksaan ginekologis, pada pemeriksaan luar
untuk abdomen didapatkan abdomen datar, lemas dan simetris. Tinggi fundus uteri tidak
teraba masa, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada cairan bebas di rongga abdomen. Pada
pemeriksaan luar genitalia, dari liang vagina tampak perdarahan (+) tidak aktif yang sudah
mengering. Dari hasil pemeriksaan luar, besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Tinggi fundus uteri pada pasien ini hanya 1 jari di atas simpisis, tidak sesuai dengan usia
kehamilan Os yaitu 12-13 minggu yang seharusnya tinggi fundus uteri berada pada
pertengahan simpisis dan umbilicus. Hal ini sesuai untuk diagnosa abortus inkomplit. Pada
pemeriksaan dalam secara bimanual didapatkan porsio lunak, OUE terbuka 2cm, dan teraba
jaringan di muara OUE. Hasil inspekulo didapatkan porsio livide, OUE terbuka 2cm, fluor
(-), fluksus (+) : perdarahan tidak aktif. Dari pemeriksaan dalam baik secara bimanual
ataupun inspekulo pada kasus ini dapat kita diagnosa sebagai abortus incomplit.

24

Pada pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin, tidak didapatkan anemia ataupun
infeksi, sehingga pada pasien ini tidak diperlukan transfuse darah dan pemberian antibiotik.
Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat, yaitu pertama dilakukan perbaikan
keadaan umum ibu dengan pemasangan infus RL 20 gtt/I untuk maintance hemodinamik
akibat perdarahan yang terjadi, kemudian dilakukan pengeluaran hasil konsepsi secara
digital, namun sebagian jaringan masih tertinggal di dalam uterus. Selanjutnya pada pasien
ini dilakukan kuretase untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan hasil konsepsi, dan diberikan
uterotonika berupa metergin 1 ampul dalam infuse RL 500ml. Setelah kuretase, pasien
diberikan terapi berupa antibiotik dan analgetik.
Prognosa pada ibu yaitu Quo ad vitam dubia ad bonam dan Quo ad functionam dubia
ad bonam

25

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Keguguran atau abortus yaitu merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan dengan batasan

pengakhiran kehamilan sebelum janin

mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus dapat diklasifikasikan
menjadi abortus spontan dan provokatus. Abortus spontan dibagi lagi menjadi abortus
komplit, inkomplit, insipiens, iminens, missed abortion,, abortion habitualis dan abortus
infeksious. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, perforasi, infeksi, tetanus, dan syok.
Abortus inkomplit hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal
adalah desidua atau plasenta, ditandai dengan adanya perdarahan pervaginam dengan
periode amenore sebelumnya, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan, OUE
terbuka dan adanya jaringan pada muara OUE. Penanganannya berupa pengeluaran secara
digital dan kuretase, dan diterapi dengan obat-obatan uterotonika dan antibiotik.

26

DAFTAR PUSTAKA
1. Winkjosastro H,prof. dr, SpOG, Ilmu kebidanan,Edisi Ke 3, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,1999,hal : 125, 307 12.
2. Muchtar, R, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
1998, hal :: 209 - 15.
3. Masnjoer A. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Edisi Ketiga, Jilid 1, Media Aesculapius, Jakarta,

2001, hal : 260 5.

4. Muchtar, R, Sinopsis Obstetri, Jilid 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,


1998, hal :41`

27

You might also like