You are on page 1of 7

PENDAHULUAN

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut yang menular. Nama lain dari morbili yang
kita kenal sehari-hari antara lain campak, measles dan rubeola. Untuk mencegah dan
memberantas penyakit morbili satu-satunya cara yang paling efektif adalah dengan jalan
vaksinasi. Dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian maka
pemerintah telah melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi sebagaimana yang
dikampanyekan oleh WHO. Penyebab kematian pada morbili terutama akibat komplikasi
yang dialami penderita.
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang terrgolong dalam famili
Paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan
kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Penyakit ini terutama menyerang
golongan umur 5 9 tahun, tetapi dinegara yang belum berkembang insiden tertinggi pada
umur di bawah 2 tahun.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4 6 bulan dan setelah umur
tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu
belum pernah menderita morbili maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai
kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila
ibunya menderita morbili pada usia kehamilan 1 2 bulan, 50 % kemungkinan akan
mengalami abortus,bila si ibu menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga,
maka dia mungkin akan melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan, berat badan
lahir rendah, lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Berikut ini akan dibahas sebuah refleksi kasus morbili/campak pada seorang anak
yang dirawat di bangsal anak RSUD Undata Palu.

REFLEKSI KASUS

IDENTITAS
Seorang anak laki-laki, umur 9 tahun, berat badan 20 kg, tinggi badan cm, masuk
rumah sakit tanggal 02 Desember 2012 jam 09.30 WITA dengan keluhan panas, batuk,
muntah dan timbul bintik-bintik merah di seluruh badan.
1

ANAMNESIS
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien masuk rumah sakit dengan keluhan panas naik
turun selama 5 hari, batuk kering sekali-sekali 1 minggu, tidak beringus, tidak sakit
menelan dan timbul bintik-bintik merah diseluruh badan sejak 2 hari lalu. Pasien tidak
mimisan. BAB dan BAK lancar. Keluarga atau tetangga tidak ada riwayat batuk lama.
Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap.

PEMERIKSAAN FISIK
02 Desember 2012
Keadaan umum
: sakit sedang
Tingkat kesadaran : composmentis
BB : 20 kg
TB : 112 cm
TTV
N : 160 x/menit
R : 28 x/menit

Status Gizi : Baik

T : 39 C
TD : 110/60 mmHg

Kepala Leher.
Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), tonsil T1 / T1, faring hiperemis
(+), perbesaran kelenjar getah bening (-), konjungtivitis (-).

Toraks.
Tampak bintik-bintik merah dipermukaan dada, pergerakan simetris, retraksi (-), bunyi
napas bronkovesikuler, ronki (-), wheezing (-), bunyi jantung I & II reguler, murmur (-).
Abdomen.
Tampak bintik-bintik merah dipermukaan abdomen, bentuk datar, lemas, organomegali
(-), peristaltik (+), nyeri tekan (-).
Ekstremitas.
Akral hangat dan tampak bintik-bintik merah di tangan dan kaki.
Pemeriksaan penunjang.
Darah Rutin
RBC : 4,63 x 1012/L (N : 3,5 6 x 1012/L)
WBC : 7,6 x 109/L (N : 4 11 x 109/L)
PLT : 233 x 109/L (N : 150 450 x 109/L)
Hb : 12,4 g/dL (N : 14 16 g/dL)
Hct : 35,7 % (N : 35 50 %)
2

Diagnosis :
TDBD + ISPA (faringitis).
Diferensial Diagnosis :
Morbili / campak.
Terapi :
IVFD RL 24 tetes/menit.
Cefadroxil 2 x 1 tablet.
Paracetamol 4 x tablet.
Anjuran pemeriksaan :
Darah rutin.
FOLLOW UP
03 Desember 2012
TTV
N : 110 x/menit
T : 37 C
R : 20 x/menit
TD : 100/70 mmHg
Keluhan.
Panas (-), bintik-bintik merah diseluruh tubuh, batuk (+) sekali-sekali.
Pemeriksaan Penunjang.
Darah Rutin
RBC : 4,23 x 1012/L (N : 4 5,2 x 1012/L)
WBC : 3,7 x 109/L (N : 5 12 x 109/L)
PLT : 213 x 109/L (N : 150 400 x 109/L)
Hb : 10,7 g/dL (N : 12 15,5 g/dL)
Hct : 34 % (N : 35 49 %)
Diagnosis :
Morbili / campak.
Terapi :
IVFD RL 24 tetes/menit.
Cefadroxil 2 x 1 tablet.
Imbost forte 2 x 1 tablet.

DISKUSI
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi. Penyebab penyakit ini
adalah sejenis virus yang terrgolong dalam famili Paramyxovirus yaitu genus virus morbili.
Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease dengan ditandai oleh 3
stadium, yaitu :
1. Stadium inkubasi.
Masa tunas 10 12 hari dan tanpa gejala.
2. Stadium prodromal.
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4 5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan coryza. Menjelang akhir stadium kataral/prodromal dan 24
jam sebelum timbul enentema, timbul bercak Koplik yang patognomonik bagi morbili,
tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung
jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah.
3. Stadium erupsi.
Ditandai dengan adanya rash makulopapous pada seluruh tubuh dan panas tinggi.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan.
Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi
menghitam dan mengelupas. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
Terdapat perbesaran kelenjar getah bening disudut submandibula dan di daerah leher
belakang. Tidak jarang disertai diare dan muntah.

Gejala klinis morbili yang ditemukan pada pasien antara lain yaitu panas, batuk dan
timbul bintik-bintik merah diseluruh tubuh. Hal ini menandakan bahwa kondisi pasien
sekarang berada pada stadium erupsi. Panas dapat meningkat hingga pada hari kelima atau
keenam yaitu pada saat puncak timbulnya erupsi. Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi
mukosa saluran pernapasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat
erupsi. Namun demikian batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap
dalam waktu 5 10 hari. Rash timbul setelah 3 4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema
makulo-papuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian
4

menyebar ke daerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam
sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh, mencapai kaki
pada hari ketiga. Selanjutnya ruam menjadi hitam dan mengelupas.
Diagnosisi morbili ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas dan
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukopenia.
Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant
cells yang khas. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemaglutination inhibition test
dan complement fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik dalam 1 3
hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2 4 minggu kemudian. Test ini
cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili.
Pada kasus ini awalnya pasien masuk dengan diagnosis sebagai tersangka DBD dan
ISPA. Namun setelah memperhatikan pola panas, gejala klinis tidak terdapat manifestasi
perdarahan dan pemeriksaan laboratorium trombosit dan hematokrit berada dalam batas
normal maka diagnosis pasien ini berubah menajadi morbili stadium erupsi. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukopenia. Dalam kasus ini tidak dilakukan
hemaglutination inhibition test dan complement fixation test.
Pengobatan yang diberikan pada penderita morbili hanya berupa terapi simptomatik
sebab penyakit ini disebabkan oleh virus dan bersifat self limiting disease. Pemberian
antipiretik bila suhu tinggi, obat batuk jika terdapat batuk dan memperbaiki keadaan
umum. Antibiotik diberikan bila ternyata terdapat infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis
tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis. Tindakan
lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.
Dalam kasus ini, pasien diberikan terapi berupa paracetamol sebagai antipiretik,
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, imbost forte untuk meningkatkan
daya tahan tubuh. Pasien tidak diberikan obat batuk untuk mengatasi batuknya. Sebaiknya
pasien ini diberikan obat batuk antitusif seperti dekstrometorfan untuk mengatasi batuknya.
Morbili merupakan penyakit self limiting disease dan berlangsung antar 7 10 hari,
sehingga bila tanpa disertai komplikasi maka prognosisnya baik. Komplikasi dari morbili
dapat berupa pneumonia, gastroentertis, ensefalitis, otitis media akut dan gangguan gizi.

Morbili mempunyai prognosis baik jika tidak terjadi komplikasi. Prognosis buruk
bahkan akan mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi.
Komplikasi campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila bersamaan
dengan munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis. Komplikasi hebat biasanya terjadi
pada orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA
1. IDAI, 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatrik Tropik. Edisi Pertama. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid II. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
3. Rampengan, TH, 1993. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : EGC.
4. Mansjoer, A, dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI.

You might also like