Professional Documents
Culture Documents
PANGAN
Review Jurnal
Jurnal 1
Persamaan Prediksi Umur Simpan Filet Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Yang Dikemas Vakum Dalam HDPE.
Jurnal
JPB Perikanan
Volume &
Vol. 7 No. 2 Hal 105116
Halaman
Tahun
2012
Penulis
Rudi Riyanto1*, Supriyadi2, Suparmo2, dan Endang Sri
Heruwati1
Jurnal 2
Penentuan Umur Simpan (Shelf Life) Pundang Seluang (Rasbora sp)
Yang Dikemas Menggunakan Kemasan Vakum Dan Tanpa Vakum
Jurnal
Saintek Perikanan
Volume &
Vol. 9, No. 2 Hal : 53-62
Halaman
Tahun
2014
Penulis
Helmi Harris dan M. Fadli
Jurnal 3
Pendugaan Umur Simpan Produk Nugget Ikan Dengan Merk Dagang
Fish Nugget So Lite
Jurnal
Saintek Perikanan
Volume &
Vol. 8. No. 1 Hal 27-31
Halaman
Tahun
2012
Penulis
Ulfah Amalia
Jurnal 4
Pendugaan Umur Simpan Ikan Bandeng Asin Berdasarkan Pengamatan
Mikrobiologis dan Kadar Air
Jurnal
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
Volume &
Volume 2, Nomor 3 Hal 126-129
Halaman
Tahun
September 2014
Penulis
Rifkawaty Kiayi, Asri Silvana Naiu, Rita Marsuci Harmain
Jurnal 5
Penentuan Umur Simpan Fish Snack (Produk Ekstrusi) Menggunakan
Jurnal 6
Kajian Perubahan Mutu Selama Penyimpanan Dan Pendugaan Umur
Simpan Keripik Ikan Beledang Dalam Kemasan Polypropylene Rigid
Jurnal
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia
Volume &
Vol 7 No. 1 Hal 1-6
Halaman
Tahun
2015
Penulis
Yessy Rosalina* dan Evanila Silvia
Jurnal 7
Aplikasi Model Arrhenius Untuk Pendugaan Masa Simpan Sosis Ayam
Pada Penyimpanan Dengan Suhu Yang Berbeda Berdasarkan Nilai TVB
Dan pH
Jurnal
Program Studi Magister Teknologi Industri Pangan
Fakultas Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung - Thesis
Volume &
Halaman
Tahun
2014
Penulis
Muhamad Ruliawan Salim
Pendahuluan
Keterangan umur simpan (masa kadaluarsa) produk pangan merupakan
salah satu informasi yang wajib dicantumkan oleh produsen pada label
kemasan produk pangan. Pencantuman informasi umur simpan menjadi
sangat penting karena terkait dengan keamanan produk pangan dan untuk
memberikan jaminan mutu pada saat produk sampai ke tangan konsumen.
Kewajiban pencantuman masa kadaluarsa pada label pangan diatur dalam
Undang-undang Pangan no. 7/1996 serta Peraturan Pemerintah No. 69/1999
tentang Label dan Iklan Pangan, dimana setiap industri pangan wajib
mencantumkan tanggal kadaluarsa (expired date) pada setiap kemasan
produk pangan.
Informasi umur simpan produk sangat penting bagi banyak pihak, baik
produsen, konsumen, penjual, dan distributor. Konsumen tidak hanya dapat
mengetahui tingkat keamanan dan kelayakan produk untuk dikonsumsi,
tetapi juga dapat memberikan petunjuk terjadinya perubahan citarasa,
penampakan dan kandungan gizi produk tersebut. Bagi produsen, informasi
umur simpan merupakan bagian dari konsep pemasaran produk yang
penting secara ekonomi dalam hal pendistribusian produk serta berkaitan
dengan usaha pengembangan jenis bahan pengemas yang digunakan. Bagi
penjual dan distributor informasi umur simpan sangat penting dalam hal
penanganan stok barang dagangannya.
Penentuan umur simpan produk pangan dapat dilakukan dengan
menyimpan produk pada kondisi penyimpanan yang sebenarnya. Cara ini
menghasilkan hasil yang paling tepat, namun memerlukan waktu yang lama
dan biaya yang besar. Kendala yang sering dihadapi oleh industri dalam
penentuan umur simpan suatu produk adalah masalah waktu, karena bagi
produsen hal ini akan mempengaruhi jadwal launching suatu produk
pangan. Oleh karena itu diperlukan metode pendugaan umur simpan cepat,
mudah, murah dan mendekati umur simpan yang sebenarnya.
Tujuan
Tujuan penulisan review jurnal adalah untuk melihat bagaimana penerapan
berbagai metode penentuan umur simpan produk pada berbagai jenis
produk pangan, serta kelebihan dan kekurangan dari metode tersebut.
parameter mutu lainnya. Kinetika reaksi kemunduran mutu filet ikan nila
(dengan TVB-N sebagai parameter dominan untuk dasar perhitungan) dan
persamaan umur simpan produk filet ikan nila ditentukan dengan
menggunakan persamaan Arrhenius (Labuza, 2000; Petrou et al., 2002)
sebagai berikut :
Jurnal 2 dan 4, memiliki karakter fisik produk yang mirip, yakni Ikan
Seluang (Rasbora sp) Kering (J2) dan Ikan Bandeng Asin (J4).
Pada J2, perhitungan umur simpan berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan bahwa nilai kritis kadar air mulai terjadinya kerusakan
Pundang seluang adalah sebesar 5.12%, sedangkan laju penurunan
mutunya adalah sebesar 0.4533% per hari = 0.045 maka umur simpan
pundang seluang berdasarkan mutu dominan kadar air adalah :
Umur simpan =
5,12
0,045 x 1 hari
Pada Jurnal 5 dan 6 memiliki karakteristik produk yang mirip yakni produk
olahan kering dan memiliki bahan pengemas yang sama yakni plastik PP
namun menggunakan model persamaan yang berbeda . Pada J5 dengan
produk olahan berupa fish snack menggunakan model persamaan Caurie,
diperoleh perubahan kadar air yang menyebabkan kerusakan snack berupa hilangnya kerenyahan
produk. Hal ini didukung pula oleh hasil survei konsumen yaitu sebesar 56,67 % memilih parameter
tekstur sebagai parameter kritis yang paling mempengaruhi kerusakan produk snack. Berdasarkan
hasil survei tersebut maka dalam penentuan umur simpan fish snack digunakan metode pendekatan
kadar air kritis., tekstur kritis, dan kadar air kesetimbangan ditentukan untuk memperoleh kurva
sorpsi isotermis dari model persamaan terpilih yaitu model persamaan Caurie. Kadar air kritis kedua
jenis produk secara hedonik yaitu fish snack tanpa flavor sebesar 0,125 g H2O/g solid dan fish snack
dengan flavor sebesar 0,077 g H 2O/g solid. Berdasarkan uji rating kadar air kritis kedua jenis produk
yaitu fish snack tanpa flavor sebesar 0,124 g H2O/g solid dan fish snack dengan flavor sebesar 0,076
g H2O/g solid.
Nilai kerenyahan yang diperoleh pada uji hedonik adalah 1164,74 gf untuk snack TF dan 874,54 gf
untuk snack DF. Berdasarkan uji rating diperoleh nilai kerenyahan 1164,04 gf untuk snack TF dan
861,38 gf untuk snack DF. Titik-titik kritis ini merupakan titik dimana kerenyahan fish snack tidak
dapat diterima lagi secara organoleptik. Nilai a w untuk snack TF adalah 0,146 dan 0,163 untuk snack
DF. Model persamaan Caurie dipilih dan lebih tepat untuk penentuan umur simpan fish snack dengan
pendekatan kurva sorpsi isotermiskarena memiliki nilai MRD terendah yaitu 2,45 untuk snack TF
dan 5,20 untuk snack DF.
Dalam penelitian ini hanya digunakan dua daerah penentuan slope untuk diketahui pengaruhnya
terhadap umur simpan. Nilai slope 1 untuk snack TF dan snack DF secara rating berturut-turut adalah
0,161 dan 0,145 sedangkan nilai slope 2 pada kurva sorpsi isotermis yaitu 0,239 untuk snack TF dan
0,317 untuk snack DF berdasarkan model persamaan Caurie. Penelitian ini juga dilakukan penentuan
umur simpan fish snack dengan metode konvensional. Kedua jenis sampel dianalisis tiap minggu
terhadap perubahan yang terjadi terhadap kadar proksimat, nilai organoleptik (hedonik), nilai
kerenyahan, TPC (Total Plate Count), kadar TBA, dan derajat pengembangan.
Berdasarkan hasil penelitian, umur simpan fish snack dengan metode kadar air kritis melalui
pendekatan kurva sorpsi isotermis berkisar 2,9 4,3 bulan untuk snack TF dan 0,4 0,9 bulan untuk
snack DF secara uji rating pada penyimpanan RH 85 % yang merupakan kondisi ruangan yang
dipakai selama penelitian. Semakin rendah kelembaban relatif tempat penyimpanan maka semakin
panjang umur simpan produk yang disimpan. Fish snack dengan penambahan flavor memiliki umur
simpan jauh lebih rendah dibandingkan umur simpan fish snack tanpa penambahan flavor. Fish
snack menjadi lebih cepat mengalami kerusakan terutama yang diakibatkan oleh tingginya kadar
lemak.
Fish snack mulai menunjukkan kemunduran mutu selama penyimpanan hingga minggu ke-4 pada
penentuan umur simpan dengan metode konvensional. Secara umum produk fish snack masih layak
untuk dikonsumsi dan diterima konsumen walaupun mulai terjadi penurunan mutu pada beberapa
parameter seperti uji organoleptik, analisis proksimat, uji TBA, dan kerenyahan untuk kedua jenis
snack baik tanpa penambahan flavor maupun dengan penambahan flavor. Namun pada uji TPC,
sudah melewati batas kritis penerimaan konsumen.
Pada J6, Kadar air keripik ikan beledang dalam kemasan polypropylene rigid selama penyimpanan
cenderung meningkat pada ketiga suhu yaitu 25 oC, 30oC dan 35oC. Semakin rendah suhu
penyimpanan, maka tingkat kenaikan kadar air semakin tinggi. Kecenderungan kenaikan nilai kadar
air dipengaruhi oleh sifat permeabilitas (Tabel 2) kemasan polypropylene yang cukup tinggi
dibanding kemasan HDPE (High Density Polyethylene) dan OPP (OrientedPolypropylene) (Yam,
1995; Sampurno, 2006 dan Wijaya, 2007) sehingga uap air dan oksigen dari lingkungan mampu
masuk melewati bahan kemasan. Walaupun menurut Julianti dan Mimi (2006); dan Buckle dkk
(2009), sebenarnya kemasan polypropylene cukup baik untuk digunakan pada makanan kering
karena sifatnya yang tahan terhadap lemak, kedap uap air dan stabil pada suhu tinggi dibanding
kemasan LDPE(Low Density Polyethylene), PC (Polycarbonate) dan PS (Polystyrene). Selain itu,
tampilan polypropylene
yang mengkilap dapat menambah daya Tarik produk yang dikemas.
Hasil regresi linier pada produk keripik ikan beledang yang disimpan pada
suhu 25oC, 30oC dan 35oC pada persamaan sebagai berikut :
Suhu 25oC Y = 0,094030x + 2,727533 R2 =0,834
Suhu 30oC Y= 0,118786x + 1,599151 R2 =0,830
Suhu 35oC Y= 0,119536x + 0,600651 R2 =0,964
Plot data antara 1/T (suhu penyimpanan) dan Ln k akan mendapatkan
persamaan regresi linier penurunan mutu keripik ikan beledang, dengan
persamaan :
Y = 2214 x + 5,102