Professional Documents
Culture Documents
I. Konsep dasar
A. Pengertian
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998). Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara
progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada
semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi
pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam
perkembangannya dan telah memulai proses degenerasl.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
3. Katarak komplikata.
4. Katarak traumatik.
B. Penyebab
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
2. Primer, berdasarkan gangguan perkernbangan dan metabalisme dasar lensa
3. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa,
4. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.
C. Patogenesa
Pasien dengan katarak dini akan menimbulkan keluhan penglihatan seperti meiihat di
belakang tabir kabut atau asap, akibat terganggu oleh lensa yang keruh. Keluhan penderita akan
bertambah bila pasien melihat benda dengan melawan arah sumber cahaya atau menghadap ke
arah pintu yang terang. Hal ini diakibatkan pupil menjadi kecil yang akan menambah gangguan
penglihatan. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa silau, hal ini diakibatkan karena terjadinya
pembiasan tidak teratur oleh lensa yang keruh. Pasien katarak akan merasa kurang silau bila
memakai kacamata berwarna sedikit gelap.
Penglihatan penderita akan berkurang perlahan-lahan. Mata tidak merah atau tenang
tanpa tanda-tanda radang. Reaksi pupil normal karena fungsi retina masih baik. Pada pupil
terdapat bercak putih atau apa yang disebut sebagai leukokoria. Bila proses berjalan progresif,
maka makin nyata terlihat kekeruhan pupil ini. Untuk melihat kelainan lensa yang keruh
sebaiknya pupill dilebarkan sehingga dapat didiferensiasi lokalisasi lensa yang terkena karena
bentuknya dapat berupa : katarak kortikal anterior, katarak kortikal posterior, katarak nuklear,
katarak subkapsular, dan katarak total.
Akibat kekeruhan lensa ini, maka fundus sukar terlihat. Bila pada katarak kongenital
fundus sukar dilihat, maka perkembangan penglihatan akan terganggu atau akan terjadi
ambliopia.
a. Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai
seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme
serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera
setelah bayi IahIr sampai berusia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme
serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan
metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan
metabolisme oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang
disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya
dipikirkan diagnosis bandingnya seperti retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental,
hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa
masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis
atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah
ambliopia eks-anopsia. Pasca bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya
yang telah menjadi afakia.
b. Katarak juvenil
Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena lanjutan katarak
kongenital yang makin nyata, penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi
akibat penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina,
miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes,
hipoparatiroid, dan miotowa distrofi,'yang mengenai kedua mata dan akibat trauma tumpul.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor.
c.
Katarak senil
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan
penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat
dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda. Proses degenerasi pada lensa dapat
terlihat pada beberapa stadium katarak senil.
Tabel Perbedaan stadium katarak senil
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Besar Iensa
Normal
Lebih besar
Normal
Kecil
1.
2.
3.
4.
d.
Cairan lensa
Normal
8ertambah
(air masuk)
Normal
Iris
Bilik mata depan depan
Sudut bilik mata
Penyulit
Normal
Normal
Normal
--
Terdarong
Dangkal
Sempit
Glaukoma
Normal
Normal
Normal
-
Berkurang
(air + masa
Lensa ke
luar)
Trcmulans
Dalam
Terbuka
' Uveitis
' Glaukoma
Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan
akan menurun secara berangsur-angsur. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat
terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan.
Katarak senil dapat dibagi dalarn 4 stadium, yaitu :
Stadium insipien, di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa
berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan
penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini., proses degenerasi
belum menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga akan terlihat biiik mata depan dengan
kedalaman yang normal, iris dalarn posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.
Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
Stadium imatur, di mana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke
dalarn lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini, terjadi pembengkakan lensa
yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa
mata menjadi cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca
dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, biiik mata dangkal dan sudut bilik
mata akan sempit atau tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji
bayangan iris positif.
Stadium matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi kekeruhan
seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan
dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris
dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji
bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar
positif.
Stadium hipermatur, di mana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).
Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang
cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium matur akan terlihat lensa yang
lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan
terbuka. Pada uji bayangan iris tertihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga
stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka
akan tirnbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar
cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakolitik.
Katarak traumatik
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus
kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan setelah mata tenang akibat
trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan
aspirasi secepatnya.
e. Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor
fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi
akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata
dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang
akan mengenai satu mata.
f.
Katarak sekunder
Pada tindakan bedah lensa dimana terjadi reaksi radang yang berakhir dengan
terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan ini disebut sebagai
katarak sekunder. Tindakan bedah yang dapat menimbulkan katarak sekunder adalah sisa disisio
lentis, ekstraksi linear dan ekstraksi lensa ekstrakpsular. Pada katarak sekunder yang
menghambat masuknya sinar ke dalam bola mata atau mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan maka dilakukan disisio lentis sekunder atau kapsulotomi pada katarak sekunder
tersebut.
D. Manajemen medis
1. Pembedahan
Metoda yang paling populer dalam mengeluarkan katarak adalah ECCC (extracapsular cataract
extraction) atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
2. Koreksi lensa
Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu menggantikannya, yaitu dengan
lensa intraokular. Ini yang paling sering. Sedangkan metode lain adalah lensa eksternal, kaca
katarakt atau lensa kontak (contact lens).
II. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Neuro sensori
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau
merasa di ruang gelap. Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Pupil nampak kecoklatan atau putih susu dan peningkatan air mata.
3. Pengetahuan
Pemahaman tentang katarak, kecemasan.
4. Pemeriksaan diagnostik
Optotip Snellen, Oftalmoskopi, Slitlamp biomikroskopi.
B. Diagnosa keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang pandangan
2. Resiko tinggi injury berhubungan dengan meningkatnya tekanan intraokuler, kehilangan vitreous
humor
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pembedahan, perawatan pre dan post operasi, perawatan
diri di rumah brhubungan dengan kurang terpapar akan informasi
4. Gangguan sensori : visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau transmisi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan prosedur invasif (ekstraksi katarak).
C. Rencana intervensi
N
o
1.
Diagnosa Keperawatan
Kurang pengetahuan tentang kondisi,
pembedahan, perawatan pre dan post
operasi, perawatan diri di rumah
berhubungan dengan kurang terpapar akan
informasi
2.
3.
4.
8.
3.
5.
Perencanaan
Intervensi
Jelaskan tentang mata dan peran le
bagi penglihatan.
Ajarkan tentang rutin preoperasi
4.
Daftar Pustaka
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition,
Mosby Year Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,
EGC, Jakarta
Ilyas, Sidarta, (1998), Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Ilyas, Sidarta, (2000), Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Thorpe dan Vera Darling, (1996), Perawatan Mata, alih bahasa : Hartono,Yayasan Essentia Media dan
Andi, Yogyakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter Soetomo, Surabaya
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN TN. WIJI DENGAN KATARAK SENILIS MATUR SINISTRA DI
RUANG IRNA MATA RSDS SURABAYA
TANGGAL 29 OKTOBER 2 NOPEMBER 2001
Tgl. MRS : 30 10 2001
No. Register : 10099475
Pasien tidak pernah menderita penyakit apapun. Pasien tidak ada alergi makanan dan obat
obatan. Opname saat ini merupakan pengalaman yang pertama bagi pasien.
B. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan bahwa sejak 6 bulan yang lalu penglihatan mulai menurun atau kabut pada
mata kirinya. Karena penglihatan mata kiri makin menurun oleh keluarga di bawa ke Ruang
Mata RSDS Surabaya.
C. Riwayat kesehatan keluarga :
Kakek, nenek, saudara kandung pasien tidak ada yang sakit. Pasien pernah sakit malaria di masa
mudanya tetapi tidak opname.
IV. Informasi khusus
A. Masa balita
1. Keadaan bayi lahir
Pasien waktu lahir normal dan sehat. Tidak tahu APGAR score, BB dan PB lahir, dan lingkar
kepala dan dada.
2. Riwayat sehari hari
Pasien tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya teman teman yang lain selama dalam
proses tumbuh kembang.
B. Klien wanita
Tidak dikaji
V. Aktivitas hidup sehari hari
Aktivitas sehari
hari
A. Makan dan minum
1. Nutrisi
2. Minum
B. Eliminasi
1. BAB
2. BAK
3.
C.
1.
2.
Keringat
Istirahat dan tidur
Istirahat
Tidur
D. Aktivitas
Pre masuk RS
Di rumah sakit
E. Kebersihan diri
F. Rekreasi
VI. Psikososial
A. Psikologsi
1. Persepsi klien terhadap penyakit :
Pasien mengatakan belum mengerti penyebab penyakit yang diderita dan apa yang harus
dilakukan terhadap operasi yang akan dijalaninya karena baru pertama kali mengalami hal ini.
2. Konsep diri :
Pasien mengatakan bahwa perannya sebagai orang tua terganggu apalagi sebagai kepala rumah
tangga. Pasien ingat akan rumahnya karena hanya isterinya yang ada di rumah.
3. Keadaan emosi :
Pasien pasrah saja terhadap apa yang dialaminya.
4. Kemampuan adaptasi :
Pasien mampu beradaptasi terhadap apa yang dialaminya sekarang.
5. Mekanisme pertahanan diri :
Pasien menyerahkan sepenuhnya sakit yang dialaminya kepada Tuhan Yang Mahaesa.
B. Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan keluarga lain harmonis, dimana anak anaknya secara
bergantian menunggu dan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Saat berinteraksi
dengan perawat, pasien kontak mata terus dan sangat memperhatikan apa yang dijelaskan
walaupun harus diterjemahkan dahulu oleh keluarga.
C. Spiritual
Pelaksanaan ibadah : pasien beribadah 5 waktu. Keyakinan tentang kesehatannya menurut pasien
karena sudah tua.
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum :
Nampak tenang, kesadaran baik, tampak sakit ringan. Tingkat kesadaran compos mentis, GCS : 4
5 6. Ciri tubuh kulit keriput dan sawo matang, rambut air. Tanda vital : nadi 130 X/menit, RR
22 X/menit, tekanan darah 160/100 mmHg.
B. Head to toe
1. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala dan kulit kepala tidak ada kotoran atau
bersih, kulit keriput karena faktor usia yang sudah tua.
2. Rambut
Rambut lurus, warna putih. Nampak bersih, tidak ada ketombe.
3. Mata (penglihatan).
VOS : 1/300, penglihatan menurun, kekeruhan pada lensa kiri secara menyeluruh, warna putih
keabuabuan, TIOS : 16 mmHg, refleks cahaya positif, posisi bola mata tengah, dan tidak
menggunakan alat bantu, stadium katarak senil matur.
4. Hidung (penciuman).
Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum, mempunyai dua lubang, peradangan
mukosa dan polip tidak ada, sedangkan fungsi penciuman normal.
5. Telinga (pendengaran).
Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal : simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik,
tidak ada serumen dan cairan, serta alat bantu tidak ada.
6. Mulut dan gigi.
Bentuk bibir normal. Tidak ada perdarahan dan peradangan pada mulut. Jumlah gigi utuh, ada
karang/caries, tepi lidah tidak hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi palsu. Sedangkan fungsi
pengecapan baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada peradangan pada faring.
7. Leher
Kelenjar getah bening, dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan (tidak mengalami
pembesaran), tidak ada kaku kuduk.
8. Thoraks (fungsi pernapasan)
Inspeksi : simetris, pengembangan dada optimal, frekuensi pernapasan 22x/menit. Palpasi :
hangat, ada vokal fremitus, ekspansi paru pada inspirasi dan ekspirasi maksimal. Perkusi : tidak
ada penumpukan sekret, tidak ada hiperresonan dan bunyi konsolidasi. Auskultasi : tidak ada
ronchii, ataupun wheezing.
9. Abdomen
Inspeksi : tidak ada massa, abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi vena ataupun
kemerahan. Palpasi : tidak ada spasme abdomen, tidak ada nyeri tekanan lepas. Perkusi : tidak
ada distensi kandung kemih, ataupun lambung/saluran cerna. Auskultasi : bising usus normal (15
X/menit).
10. Reproduksi (alat kelamin)
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana mampu membolak
balikan tangan dan menggerakan kakinya.
12. Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit. Teraba hangat di dahi dan daerah
thoraks. Kulit keriput.
VIII. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium : tidak ada
B. Radiologi : tidak ada
C. EKG/USG/IVP : tidak ada
D. Endoskopi : tidak ada
Analisa data
Pre Operasi
Data
Subyektif :
Pasien dan keluarga menanyakan tindakan
yang dilakukan di kamar operasi, pasien
mengatakan baru pertama kali opname,
Obyektif :
Tidak bisa menjawab pertanyaan tentang
katarak, persiapan pre dan post operasi,
banyak bertanya, tidak sekolah
Subyektif :
mengatakan takut dengan situasi yang
asing baginya, menanyakan kemungkinan
yang akan terjadi dan menjalani
pembedahan, mengatakan aktivitas harian
terganggu, pasien mengatakan ingat akan
rumahnya.
Obyektif :
VOS : 1/300, TIOS : 16 mmHg, lensa
keruh dengan putih keabu abuan, stadium
matur dari katarak senil, nadi 110 x/menit,
RR : 22 X/menit, tekanan darah 130/70
mmHg, gugup, rencana operasi besok
tangga 31 10 2001.
Etiologi
Masalah
Kurang terpapar
terhadap informasi
Kurang
pengetahuan
Prosedur
pembedahan dan
kemungkinan
hilang pandangan
Ansietas
Rencana perawatan
Diagnosa keperawatan
Cemas berhubungan
dengan prosedur
pembedahan dan
kemungkinan hilang
pandangan
Kurang pengetahuan
tentang kondisi,
pembedahan, perawatan
pre dan post operasi,
perawatan diri di rumah
berhubungan dengan
kurang terpapar akan
informasi
Perencanaan
Intervensi
Berikan pasien suatu kemungkinan untuk
mengeksplorasikan perhatian tentang kemungkinan hilang
penglihatan
Eksplorasikan pemahaman tentang katarak, kejadian pre
dan post operasi, koreksi beberapa misunderstanding dan
jawab pertanyaan dengan sabar.
Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
Ajarkan tentang rutin preoperasi : cukur bulu mata, baju
operasi, anasthesi
Jelaskan kepada pasien aktivitas yang diijinkan pada
postoperasi
Demonstrasikan teknik bersihkan mata yaitu dari kantus
dalam ke luar menggunakan kapas bersih.
Libatkan pasien dan keluarga dalam penyuluhan
Anjurkan pasien untuk segera lapor dokter bila ada
keluhan - keluhan
2.
Hari/tgl
Implementasi
Selasa, 30
10 2001
12.00 1. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengeksplorasikan perhatian tentang
Jam 15.00
kemungkinan hilang penglihatan.
S : pasien menga
2. Menanyakan kepada pasien dan keluarga tentang katarak, kejadian pre dan post
memperburuk
operasi, serta mengoreksi beberapa pemahaman yang salah dan jawab pertanyaan rumah, karean
dengan sabar.
O : wajah tegang,
3. Mengukur tanda vital
A : masalah belum
4. Menjelaskan tentang pengertian katarak dan jenis yang dialami pasien sekarang P : rencana interve
yaitu katarak senil
5. Menjelaskan tentang pengangkatan lensa dan pemasangan lensa yang akan
direncanakan.
12.00
Jam 15.00
S : pasien dan kel
keseluruhan te
O : mampu sebagi
A : masalah belum
P : rencana interve
Rabu, 31
10 2001
06.00 1. Menanyakan kembali pasien dan keluarga tentang katarak, kejadian pre dan postS :
operasi, serta mengoreksi beberapa pemahaman yang salah dan jawab pertanyaan
dengan sabar.
Jam 08.30
pasien mengat
sepenuhnya ke
pembedahan.
06.30
O : wajah rileks, ti
A : masalah terata
P : rencana int
4. Mengantar pasien ke ruang OK mata dan mengikuti pembedahan ECCE dan IOL
Jam 08.30
S : pasien dan kel
tentang peran
operasi seperti
consent dan ak
O : mampu menjaw
A : masalah belum
P : rencana interve
setelah post op
Masalah
Infeksi
Rencana perawatan
Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi infeksi
berhubungan prosedur
invasif (ekstraksi katarak).
Perencanaan
Intervensi
Observasi tanda dan gejala infeksi
Gunakan teknik steril saat merawat mata dan mengganti
balutan
Atur antibiotik atau steroid tetes sesuai order
Hindari untuk tidak menyentuh atau atau menekan mata
yang dioperasi
S
M
M
M
o
3.
2.
3.
Hari/tgl
Implementasi
Rabu, 3110
2001
Jam 13.30
12.00 1. Menjelaskan kepada pasien aktivitas yang tidak diijinkan pada postoperasi
S : pasien men
dihindari se
2. Menganjurkan pasien untuk segera lapor dokter bila ada keluhan keluhan seperti
O : wajah tenan
mata berdarah, nyeri yang tidak tertahankan pada post operasi nanti.
oleh kelom
3. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengikuti penyuluhan yang akan
A
:
masalah
bel
diselenggarakan oleh kelompok
P : rencana inte
dihentikan
12.00 1. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi
2. Mengatur antibiotik atau steroid tetes sesuai order
3. Menganjurkan pasien untuk tidak menyentuh atau menekan mata yang dioperasi
Jam 13.30
S : pasien dan
gejal infeks
menekan m
O : tanda vital d
bengkak pa
A : masalah tida
P : rencana inte
Kamis, 01
11 2001
Jam 13.30
08.00 1. Menganjurkan pasien untuk segera lapor dokter bila ada keluhan keluhan seperti S : pasien men
dihindari se
mata berdarah, nyeri yang tidak tertahankan pada post operasi nanti.
O : wajah tenan
2. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengikuti penyuluhan yang akan
oleh kelom
diselenggarakan oleh kelompok
A : masalah bel
P : rencana
08.00
1.
2.
3.
4.
Jam 13.30
S : pasien dan
Mengobservasi tanda dan gejala infeksi
gejala infek
Mengatur pemberian obat :
menekan m
Asam mefenamat dan Prednison
Menganjurkan pasien untuk tidak menyentuh atau menekan mata yang dioperasi O : tanda vital d
bengkak pa
Menggunakan teknik steril saat merawat mata dan mengganti balutan (mata ditetesi depan
A : masalah tida
09.00
2.
Jumat, 02
11 2001
09.00
10.00
3.
08.00
09.00
P : rencana inte
Jam 13.30
S : pasien men
dihindari se
1. Menganjurkan pasien untuk segera lapor dokter bila ada keluhan keluhan seperti
O
:
wajah
tenan
mata berdarah, nyeri yang tidak tertahankan pada post operasi nanti.
kelompok
2. Melakukan penyuluhan tentang kesehatan mata dan membagi brosur.
A : masalah tera
P : rencana
1. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi
2. Mengatur pemberian obat :
Asam mefenamat dan Prednison
3. Menganjurkan pasien untuk tidak menyentuh atau menekan mata yang dioperasi
Jam 13.30
S : pasien dan
gejala infek
menekan m
O : tanda vital d
bengkak pa
4. Menggunakan teknik steril saat merawat mata dan mengganti balutan (mata ditetesi
depan
dengan cendo xatrol)
A : masalah tida
P : rencana inte