You are on page 1of 4

DEMAM TYPHOID

SOP
PEMERINTAH
KAB. TEGAL
PUSKESMAS
BALAPULANG
4.

Pengertian

No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Tanda Tangan
dr. JAKA SUYATNA

NIP.196111031987111001

...........................................
Merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii
ditandai dengan deam insidious yang berlangsung lama, sakit kepala yang
berat, badan lemah, anoreksia, bradikaria relative, splenomegaly, pada
penderita kulit putih 25 % diantaranya menunjukkan adanya rose spot ada
tubuhnya, batuk tidak produktif pada awal penyakit, pada penderita dewasa
lebih banyak terjadi konstipasi dibandingkan dengan diare. Gejala lebih
sering berupa gejala yang ringan dan tidak khas.
Hasil Anamnesis (Subjective)
1. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola
intermiten dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi
terus menerus (demam kontinu) hingga minggu kedua.
2. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal.
3. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau
diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah
4. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk,
anoreksia, insomnia
5. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau
kejang.
Faktor Risiko
1. Higiene personal yang kurang baik, terutama jarang mencuci tangan.
2. Higiene makanan dan minuman yang kurang baik, misalnya makanan
yang dicuci dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang dipupuk
dengan tinja manusia, makanan yang tercemar debu atau sampah
atau dihinggapi lalat.
3. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
4. Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari.
5. Adanya carrier tifoid di sekitar pasien.
6. Kondisi imunodefisiensi.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.
2. Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai
dari yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat misalnya
delirium atau koma)
3. Demam, suhu > 37,5oC.

4. Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi


sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1oC.
5. Ikterus
6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
7. Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio
epigastrik),hepatosplenomegali
8. Delirium pada kasus yang berat
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leucosis.
Dapat menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit
normal, limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya
ringan),anemia.
2. Tes Widal tidak direkomendasi
a. Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari.
b. Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal 1/320 atau
terdapat kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang
dengan interval 5 7 hari.
c. Hasil pemeriksaan Widal positif palsu sering terjadi oleh karena
reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella,
enterobacteriaceae, daerah endemis infeksi dengue dan malaria,
riwayat imunisasi tifoid dan preparat antigen komersial yang
bervariasi dan standaridisasi kurang baik. Oleh karena itu,
pemeriksaan Widal tidak direkomendasi jika hanya dari 1 kali
pemeriksaan serum akut karena terjadinya positif palsu tinggi
yang dapat mengakibatkan over-diagnosis dan over-treatment.
Suspek demam tifoid (Suspect case)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam,
gangguan saluran cerna dan petanda gangguan kesadaran. Diagnosis suspek
tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesehatan primer.
Demam tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium yang
menunjukkan tifoid.
Diagnosis Banding
Demam berdarah dengue, Malaria, Leptospirosis, infeksi saluran
kemih, Hepatitis A, sepsis, Tuberkulosis milier, endokarditis infektif, demam
rematik akut, abses dalam, demam yang berhubungan dengan infeksi HIV.
Komplikasi
Tifoid toksik, syok septic, perdarahan dan perforasi intestinal, hepatitis
tifosa, pankreatitis tifosa, pneumonia.
Penatalaksanaan
1. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
a. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
b. Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan
secara oral maupun parenteral.
c. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan
protein rendah serat.
d. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas

e. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,


kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik
pasien
2. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
mengurangi keluhan gastrointestinal.
3. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk
demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin atau Amoksisilin (aman
untuk penderita yang sedang hamil), atau Trimetroprim-sulfametoxazole
(Kotrimoksazol).
4. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif,
dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu
Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun
karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).
5. tujuan

Mengobati pasien, mengembalikan kondisi pasien sebelum sakit, mencegah


perburukan penyakit demam typhoid.

6.

Kebijakan

Keputusan Kepala Puskesmas No. ....

7.

Referensi

8.

Prosedur
/Langkah-langkah

1. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Primer. 2014. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009. WHO
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
hk.02.02/menkes/514/2015 tentang panduan praktik klinis bagi dokter
di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
1. Petugas melakukan anamnesis yang tearah sesuai keluhan pasien
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik terarah.
3. Petugas menilai kegawat daruratan yang ada
- Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat, menyebabkan
kelainan respirasi, menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik,
menyebabkan penurunan kesadaran.
- Demam tifoid dengan komplikasi dan penyerta berat, seperti
perdarahan / perforasi intestinal, hepatitis, pankreatitis, pneumonia
berat.
4. Petugas merujuk pasien apabila terdapat kegawatdaruratan.
5. Petugas menilai indikasi rawat inap :
- Gejala klinis sedang berat, terdapat tanda komplikasi / komorbid
- Kesadaran kurang baik
- Tidak bisa makan dan minum dengan baik
- Keluarga kurang mengerti cara merawat dan tanda bahaya yang
akan timbul dari tifoid
- Rumah tangga pasien tidak memiliki dan tidak melaksanaan
pembuangan eksreta (feses, urin, cairan muntah) yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
- Keluarga pasien tidak mampu mengikuti rencana tatalaksana
dengan baik.
4. Petugas mengarahkan pasien ke poly rawat jalan apabila tidak

ditemukan indikasi rawat inap.


5. Petugas memberikan terapi infus (memasang infus) pada pasien dengan
indikasi rawat inap..
6. Petugas memberikan terapi awal apabila diperlukan (antibiotic,
antiinflamasi, antipiretik, dan obat obatan supportif lain).
7. Petugas melakukan tindakan awal bila diperlukan (tes laboratorium)
dan sesuai indikasi.
8. Petugas membawa pasien ke ruangan
9. Petugas memberikan terapi seusai jadwal terapi (midkamentosa, non
medikamentosa, nutrisi) yang telah dibuat.
10. Petugas memulangkan pasien apabila kondisi klinis pasien telah
membaik dan memenuhi minimal pengobatan.
1

Bagan Alir
(Jika dibutuhkan)

Hal-hal yang perlu


diperhatikan

Petugas selalu mengevaluasi pasien sebagai bahan pertimbangan untuk


memulangkan pasien, melanjutkan perawatan, atau merujuk pasien ke
rumah sakit.

Unit Terkait

Rawat inap, IGD, dokter, petugas terdelegasi

Dokumen terkait

Rekam historis
perubahan

No

Yang Diubah

Isi Perubahan

Tanggal Mulai
diberlakukan

You might also like