You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan
suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar
namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit
akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di
Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari
300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550
milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor
formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari
seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian
dunia usaha.(DK3N,2007). Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang
membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita
semua untuk bersama-sama mengatasi dan mencegah agar hal tersebut tidak terjadi atau dapat
dicegah.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja.Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan
penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari
aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja yang bekerja di sebuah perusahaan.
Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk
itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan ditingkat
internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3
secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang
dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan
menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja
dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas
kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat
mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya
dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3
membudaya.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan
tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga
akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3
sangat

besar

peranannya

dalam

upaya

meningkatkan

produktivitas

perusahaan,

terutamadapatmencegahkorban.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 diperusahaan perlu dilaksanakan dengan
perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada
peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud
dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh perusahaan, mulai diterapkan
manajemen risiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. Penerapan ini sudah mulai
menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan kerja yang akan terjadi.
Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko
membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, karena pihak
manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut
semakin menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen
yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang
lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3 menerapkan
suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Melihat pentingnya K3, kita sebagai perawat juga harus memiliki kemampuan atau keahlian
dalam memberikan asuhan kepertawatan terkait dengan masalah-masalah K3.
B. Tujuan

Setelah mempelajari tentang masalah-masalah K3 dan melakukan pengkajian dan observasi


langsung ke perusahaan, diharapkan mahasiswa mampu mengetahui macam dari penyakit
akibat kerja, masalah-masalah yang langsung atau ada dilingkungan perusahaan.
C. Ruang Lingkup
Makalah ini disusun mencakup :
1. Masalah-masalah akibat kerja
2. Masalah resiko yang muncul akibat kerja
3. Manajemen Perusahaan terkait dengan K3
D. Metode Penulisan
Metode Penulisan yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini menggunakan studi
kasus. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam rangka pengambilan data melalui proses pengkajian.
2. Observasi langsung
Dengan cara melihat secara keseluruhan tentang apa yang ada di perusahaan.
3. Study Literatur
Dengan melihat berbagai referensi yang menunjang pada masalah.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
BAB I Pendahuluan
1. latar belakang
2. tujuan penulisan
3. ruang lingkup
4. metode penulisan
5. sistematika penulisan
BAB II Tinjauan teoritis
BAB III Asuhan Keperawatan K3
BAB IV Penutup
1. kesimpulan
2. saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Menurut Sumakmur

(1988)

kesehatan

kerja

adalah

spesialisasi

dalam

ilmu

kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja


beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental,
maupun

sosial,

dengan

usaha-usaha

preventif

dan

kuratif,

terhadap

penyakit-

penyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan


lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah manusia
b. Bersifat medis.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja
b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam ; ada
yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya
disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
pabrik atau tempat kerja tersebut.

Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
B. Tujuan
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa
c. semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
D. Kebijakan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
1. Dalam bidang pengorganisasian
Di Indonesia K3 ditangani oleh 2 departemen ; departemen Kesehatan dan departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Pada Depnakertrans ditangani oleh Dirjen (direktorat jendral) Pembinaan dan Pengawasan
Ketenagakerjaan, dimana ada 4 Direktur :
a. Direktur Pengawasan Ketenagakerjaan
b. Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak
c. Direktur Pengawasan Keselamatan Kerja, yang terdiri dari Kasubdit ;
1) Kasubdit mekanik, pesawat uap dan bejana tekan.
2) Kasubdit konstruksi bangunan, instalasi listrik dan penangkal petir
3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian keselamatan ketenagakerjaan
d. Direktur Pengawasan Kesehatan Kerja, yang terdiri dari kasubdit ;
1) Kasubdit Kesehatan tenaga kerja
2) Kasubdit Pengendalian Lingkungan Kerja
3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian kesehatan kerja.

Pada Departemen Kesehatan sendiri ditangani oleh Pusat Kesehatan Kerja Depkes. Dalam
upaya pokok Puskesmas terdapat Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yang kiprahnya lebih pada
sasaran sektor Informal (Petani, Nelayan, Pengrajin, dll)
2. Dalam bidang regulasi
Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah banyak, diantaranya :
a. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
c. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.
d. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
e. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
f. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan
K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.
g. Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat
Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
3. Dalam bidang pendidikan
Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga
Ahli K3 pada berbagai jenjang Pendidikan, misalnya :
a) Diploma 3 Hiperkes di Universitas Sebelas Maret
b) Strata 1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan K3 di Unair, Undip, dll
dan jurusan K3 FKM UI.
c) Starta 2 pada Program Pasca Sarjana khusus Program Studi K3, misalnya di UGM,
UNDIP, UI, Unair.
Pada beberapa Diploma kesehatan semacam Kesehatan Lingkungan dan Keperawatan juga
ada beberapa SKS dan Sub pokok bahasan dalam sebuah mata kuliah yang khusus
mempelajari K3.
E. Penyebab kecelakaan kerja
Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab langsung
(immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes).
a. Penyebab Dasar
1) Faktor manusia/pribadi, antara lain karena :
a) kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis
b) kurangny/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.
c) stress
d) motivasi yang tidak cukup/salah
2) Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena :
a) tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan
b) tidak cukup rekayasa (engineering)
c) tidak cukup pembelian/pengadaan barang

d) tidak cukup perawatan (maintenance)


e) tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-bahan.
f) tidak cukup standard-standard kerja
g) penyalahgunaan
b. Penyebab Langsung
1) Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak standard) yaitu tindakan
yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :
a) Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat.
b) Bahan, alat-alat/peralatan rusak
c) Terlalu sesak/sempit
d) Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
e) Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
f) Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
g) Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
h) Bising
i) Paparan radiasi
j) Ventilasi dan penerangan yang kurang
2) Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah tingkah laku,
tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan,

misalnya (Budiono,

Sugeng, 2003) :
a) Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.
b) Gagal untuk memberi peringatan.
c) Gagal untuk mengamankan.
d) Bekerja dengan kecepatan yang salah.
e) Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
f) Memindahkan alat-alat keselamatan.
g) Menggunakan alat yang rusak.
h) Menggunakan alat dengan cara yang salah.
i) Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar.
F. Pengontrolan di Tempat Kerja
1. Engineering kontrol.
a) Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
b) Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya.
c)

Work proses ditempatkan terpisah.

d)

Menempatan ventilasi local/umum.

2. Administrasi kontrol.
a)

Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan

bahaya.
3. Praktek kerja.
a)

Mengikuti prosedur yang sesuai untuk meminimalisasi pemaparan ketika


pengoperasian.

b)

Inspeksi secara reguler dan perawatan peralatan.

sumber

4. APD
a)

Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.

G. Jenis APD perusahaan


Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi
seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses
konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu
lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam
suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya
peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya, semua
perusahaan konstraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/ perlengkapan
perlindungan diri atau personal protective Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang
bekerja, yaitu :
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruhpengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi proyek
konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian
kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang
bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan
sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi
perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa
terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian
muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi
yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang
terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan.
Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.
4. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan
sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dab tajam selama
menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah
mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti medorong gerobag

cor secara terus-meerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan
besi pada gerobag.
5. Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah merupakan
keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar sesuai
peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas,
misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas.
Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah
yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau
pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi
utama talai penganman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat
bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin
yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka
panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi
lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil
yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong,
mengampelas, mengerut kayu.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN K3
(KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
1. Sejarah Perkembangan Perusahaan / Home Industry
Perusahaan ini berdiri dimulai dari usaha yang dikembangkan di sebuah garasi kecil pada
tahun 1994. Kemudian usaha tersebut mengalami perkembangan sampai pada akhirnya
berkembang menjadi sebuah perusahaan besar, memiliki cabang, sampai menjadi sebuah
Group karena tidak hanya terdiri dari satu perusahaan akan tetapi terdiri dari perusahaanperusahaan. Group Perusahaan nya itu sendiri terdiri dari Business Unit 1 (Telecomunication)
yang terdiri dari PT. Adyawinsa Dinamika (PT. ADW), PT. Adyawinsa Eletrical & Power
(PT. AEP), PT. Adyawinsa Telecomunication & Electrical (PT. ATE) ; Business Unit 2
(automotive) terdiri dari PT. Adyawinsa Dinamika Karawang (PT. ADK), PT. Adyawinsa

stamping industries (PT.ASI), PT. Adyawinsa Plastics Industries Karawang (PT.APIK) ;


Thailand yaitu Adyawinsa New World Autoliner Co. Ltd. (ANA Co. Ltd) yang baru berdiri
pada tahun 2011.
Untuk PT. Adyawinsa Stamping Industries sendiri berdiri sejak oktober 2005. Diawali
dengan departemen welding, tool making, dan stamping, baru pada awal tahun 2012 dibentuk
departemen baru yaitu painting dan packing.
2. Komponen Pabrik
a. Pengorganisasian
PT. AdyawinsaStampin Industries merupakan PT. Yang berdiri diatas naungan Perusahaan
Adyawinsa Group. Perusahaan ini sendiri berada di Unit II yang khusus bergerak dalam
bidang automotif.
Di PT. Adyawinsa Stamping Industries sendiri untuk keorganisasian nya diawali atau
dipimpin oleh seorang presiden, excecutive vice presiden, managing director; dimana struktur
tersebut sama untuk setiap PT. Yang berada dibawah naungan unit II. Yang membedakan
untuk departemen yang berada di PT. Adyawinsa Stamping Industries yaitu welding, tool
making, stamping dan painting.
Untuk organisasi P2K3 di perusahaan ini diawali oleh seorang steering commitee, organizing
commitee, koordinator commitee, komite K3 yang membawahi sekretaris daily control dan
K3 kesehatan.
b. Keamanan Pabrik
Keamanan yang dimiliki oleh perusahaan ini merupakan sistem keamanan yang dipusatkan di
ADW pusat. Akan tetapi di PT. ADW ini ada security yang selalu menjaga keamanan
perusahaan dan bersiaga untuk memantau siapa saja yang memasuki area perusahaan demi
terciptanya keamanan perusahaan.
c. Lama Kerja dalam Seminggu & Waktu Kerja
Waktu kerja pada perusahaan ini setiap harinya terdiri dari 3 shift. Untuk shift pagi, siang dan
malam bekerja selama 8 jam.
d. Izin Sakit
Perusahaan ini memberikan izin sakit kepada karyawannya apabila karyawan tersebut
memang benar sakit dan disertakan dengan surat keterangan sakit dari dokter. Untuk batasan
nya tidak dibatasi selama memang izin sakit tersebut benar dan berpengaruh terhadap
kesembuhan karyawan tersebut.
e. Pemberian Jasa Keamanan dan Kebakaran
Untuk pemberian jasa keamanan dan kebakaran, pihak perusahaan memberikan santunan
apabila terjadi kebakaran atau sesuatu yang tidak diharapkan.

f. Program Asuransi & Pensiun


Program asuransi yang digunakan oleh perusahaan yaitu melalui JAMSOSTEK atau pihak
intern perusahaan menyebutnya dengan JPK. Asuransi ini dapat digunakan untuk biaya
pengobatan baik itu rawat jalan maupun rawat inap. Untuk periode penggunaan asuransi ini
adalah selama karyawan tersebut berstatus sebagai karyawan perusahaan. Selama 1 tahun
seorang karyawan memiliki jatah untuk pengobatan baik itu untuk rawat inap maupun rawat
jalan. Jatah tersebut dibedakan antara operator biasa, leader, supervisor, sampai kepada
manager. Apabila seorang karyawan menggunakan jasa pengobatan melampaui batas yang
dijamin oleh perusahaan, biasa pihak perusahaan menawarkan kepada karyawan yang
bersangkutan untuk memilih cara pelunasannya baik itu langsung untuk dilunasi oleh yang
bersangkutan ataupun dipotong dari gaji karyawan tersebut setiap bulannya.
Masa pensiun yang berlaku di perusahaan ini yaitu pada saat karyawan berusia 55tahun akan
tetapi apabila setelah usia atau masa pensiun namun SDM tersebut masih kompeten maka
perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan tersebut untuk tetap bekerja atau
dipekerjakan , namun biasanya hanya sebagai pengawas ataupun sebagai penasehat.
g. Pendukung Pendidikan
Pihak perusahaan memberikan reward bagi karyawan yang mempunyai keluarga yang
memiliki indeks prestasi yang memuaskan. Pihak perusahaan juga memberikan kesempatan
kepada pihak karyawan untuk melanjutkan jenjang pendidikannnya. Setelah itu perusahaan
mempertimbangkan untuk memberikan kesempatan kepada karyawan tersebut untuk
mengemban tugas yang baru dalam perusahaan.
h. Komite Rekreasi
Rekreasi diadakan setiap tahun biasanya pada bulan maret. Untuk waktu pelaksanaan
disesuaikan dengan tingkat kelonggaran pekerjaan untuk setiap departemen.
i. Hubungan Antar Pegawai
Hubungan antar pegawai baik terbukti dengan semua pegawai berinteraksi baik dengan
sesama atau antar pegawai.
3. Komponen Bangunan Perusahaan
a. Lingkungan Fisik Umum
Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan baik, berdiri kokoh di tengah-tengah pemukiman penduduk, dengan luas
bangunan 44.443 m2.
Luas bangunan
Luas bangunan PT. Adyawinsa Stamping Industries ini adalah 61.535 m2.

Konstruksi Bangunan
Konstruksi bangunan terdiri dari bangunan dari tembok, atap dari asbes, dikelilingi oleh
pagar.
Ventilasi Bangunan
Ventilasi bangunan kurang baik karena untuk dibagian produksi khususnya stamping, seluruh
bangunan nya tidak memiliki ventilasi udara, hanya terdapat pintu keluar yang
menyambungkan ruangan dengan udara luar.
b. Lingkungan di Dalam Area Kerja
Sinyal dan Tanda Keselamatan
Untuk sinyal atau tanda keselamatan, pada perusahaan ini sudah cukup baik, poster atau
pemberitahuan yang dipasang pada papan pengumuman. Selain itu juga terdapat lampu sirene
dan APAR disetiap departemen.
Fasilitas Penunjang untuk Istirahat
Perusahaan ini memiliki fasilitas sarana ibadah yang cukup baik, kantin yang cukup nyaman,
loby yang cukup nyaman, ruangan pertemuan yang nyaman, hanya saja untuk kamar mandi
yang berada di dekat atau di area mesjid kurang nyaman dan sehat, pencahayaan gelap,lantai
licin dan berbau.
Perlengkapan Keselamatan
Alat Pelindung diri yang diwajibkan oleh perusahaan ini khususnya pada departemen
stamping sudah memenuhi standar seperti helmet, ear flug, masker, kacamata, apron lengan,
sarung tangan, dan sepatu safety, akan tetapi pada saat observasi langsung ke karyawan
disana ditemukan masih banyak karyawan yang mengabaikan APD yang distandarkan atau
diwajibkan oleh perusahaan.
c. Lingkungan di Luar Area Kerja
Loker
Setiap karyawan disediakan loker.
Fasilitas Cuci Tangan
Fasilitas cuci tangan tidak disemua area dapat ditemukan, hanya di area tertentu.
Toilet
Fasilitas toilet ada.
d. Air Minum
Untuk air minum PT. Adyawinsa Stamping Industries menggunakan air mineral yang
disimpan dalam galon yang berada disetiap departemen, dalam satu hari nya disediakan galon
sebanyak kurang lebih 10 galon untuk setiap departemen.
e. Fasilitas Rekreasi dan Peristirahatan
Rekreasi diadakan setiap tahun biasanya pada bulan maret. Untuk waktu pelaksanaan
disesuaikan dengan tingkat kelonggaran pekerjaan untuk setiap departemen.
Tempat untuk beristirahat bisa di kantin, atau area sekitar kantin.
4. Komponen Populasi Karyawan

a. Populasi Kerja (meliputi karyawan dan manajemen)


Latar Belakang Pendidikan
Di perusahaan ini untuk latar belakang pendidikannya bervariasi. Untuk operator rata-rata
setingkat SMA, sedangkan untuk leader ataupun bagian lain yang di office setingkat
akademik ataupun sarjana.
Status Karyawan
Untuk status karyawan yang bekerja di perusahaan ini adalah karyawan kontrak dan
karyawan tetap.
Rentang Usia Karyawan
Rentang usia karyawan yang bekerja bervariasi.
Status Pernikahan Karyawan
Untuk status pernikahan pun bervariasi, ada yang sudah menikah ataupun belum menikah.
Merokok
Bagi karyawan yang ingin merokok, perusahaan memberikan atau memfasilitasi tempat
khusus bagi mereka yang ingin merokok yaitu di area dekat kantin dengan waktu yang
diperbolehkkan yaitu pada saat waktu istirahat.
Kebutuhan Tidur
Untuk kebutuhan tidur karyawan, tergantung dari kapan karyawan tersebut bekerja.
b. Jenis Pekerjaan
Kategori pekerjaan yang dijalankan oleh operator di perusahaan ini digolongkan ke dalam
jenis pekerjaan berat terlihat dari mesin yang dioperasikan, maupun tempat kerja yang penuh
dengan kebisingan serta ventilasi (panas) yang kurang.
c. Kehadiran
Untuk kehadiran disesuaikan dengan kapan karyawan tersebut. Apabila beberapa kali (yang
distandarkan oleh perusahaan) karena sakit atau lain hal, maka untuk selanjutnya ada dokter
yang stand by apabila ada penjelasan
d. Cacat Fisik
Bagi karyawan yang mengalami cacat fisik, pihak perusahaan masih mempekerjakan nya
disesuaikan dengan tingkat kecacatannya.
5. Komponen Proses Industri
a. Prosedur Produksi (Bagaimana dan apa yang Perusahaan Hasilkan)
PT. Adyawinsa Stamping Industries adalah perusahaan yang bergerak dibidang otomotif.
Perusahaan ini memproduksi spare part kendaraan roda empat seperti salah satunya adalah
pintu mobil. Perusahaan ini terdiri dari 4 departemen yaitu welding, tool makiing, stamping
dan panting serta packing. Proses produksi nya diawali dari penegelasan (welding) bahan
yang akan dijadikan spare part. Setelah itu bahan yang tadi sudah dilas, di press atau dicetak
(stamping) sesuai dengan kebutuhan. Sebelum akhirnya dipress atau dicetak, dilakukan dulu
pembuatan cetakan nya. Pada tahap stamping ini yang melakukan press atau pencetakannya
adalah mesin, manusianya hanya mengoperasikan. Setelah dari tahap stamping, kemundian

bagian yang sudah jadi dilakukan pengecatan dasar yang selanjutnya dilakukan packing
dengan menggunakan dus untuk nantinya dikirim ke suplier.
6. Layanan Perusahaan Terhadap Pegawai
a. Kebutuhan Layanan Kesehatan
Seluruh karyawan membutuhkan layanan kesehatan. Akan tetapi untuk saat ini fasilitas
tersebut baru bisa didapatkan melalui RS rujukan dengan membawa pengantar rujukan dari
pihak HRD perusahaan.
b. Skrining
Untuk skrining kesehatan, saat ini belum ada.
c. Rujukan Kesehatan
PT. Adyawinsa Stamping Industries memiliki RS rujukan apabila karyawannya mengalami
masalah kesehatan atau pun mengalami kecelakaan kerja. RS rujukan tersebut meliputi
seluruh RS yang berada di daerah Karawang. Sedangkan untuk klinik perusahaan, saat ini
belum ada dan masih dalam proses perizinan.
d. Konseling
PT. Adyawinsa Stamping Industries ini mengadakan konseling harian dimana untuk setiap
kepala departemen atau jajaran yang terkait megadakan konsolidasi mengenai permasalahan
baik itu yang menyangkut produksi maupun masalah kesehatan, konsolidasi itu dilakukan 3
kali dalam 1 hari yaitu pagi, siang setelah istirahat dan sore hari.
Untuk konseling yang dilakukan kepada karyawan terkait dengan masalah-masalah kesehatan
kerja nya tidak dilakukan rutin.
e. Pendidikan Kesehatan
Untuk pendidikan kesehatan di PT. Adyawinsa Stamping Industries ini diberikan atau
dilakukan pada saat karyawan baru memulai masa orientasi nya. Karyawan baru diberikan
pendkes mengenai APD, penyakit akibat kerja, bahaya nya apabila tidak menggunakan APD
serta mengenai penyakit hubungan kerja.
f. Kecelakaan Kerja
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara, untuk angka kecelakaan kerja yang
terjadi di PT. Adyawinsa Stamping Industries ini selama kurun tahun 2012, yaitu 3 kali
kejadian fatal (seperti amputasi), 5 kali kejadian sedang, dan 30 kali kejadian kecil. Apabila
dilihat tingkat kejadian terbesar terjadi pada bulan Maret. Hal ini dikeranakan pada bulan
tersebut tingkat pesanan dari costumer sedang mengalami peningkatan yang hebat. Sehingga
karyawan mungkin merasa beban kerja yang tinggi atau ketidakhati-hatian karyawan itu
sendiri yang mengakibatkan terjadi nya kecelakaan kerja.

BAB IV

PENUTUP
1. Kesimpulan
keselamatan kerja merupakan suatu keadaan aman dalam suatu kondisi aman secara fisik,
sosial,

spritual,

finalsial,

politis

dan

emosional.

jenis keselamatan perluh dilakukan pembedaan antara produk yang memenuhi standar, yang
aman, dan yang dirasakan. Resiko dan respon adanya resiko kematian, cedera, atau kerusakan
pada suatu benda.
Di PT. Adyawinsa Stamping Industries, tingkat kecelakaan kerja selama tahun 2012 terdapat
3 kejadian fatal, 5 kejadian sedang dan 30 kejadian besar. Untuk karyawan yang beklerja di
departemen stamping, masih banyak yang belum memakai APD yang diwajibkan oleh pihak
perusahaan.
Hal
ini

akan

sangat

beresiko

terjadinya

kecelakaan

akibat

kerja.

2. Saran
Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman, patuhilah peraturan yang diberlakukan
oleh perusahaan tempat anda bekerja. Pakailah APD yang aman, yang dapat melindungi anda
dari terjadi nya kecelakaan akibat kerja, sehingga angka kejadian bisa diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta : EGC, 1998.
Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
Pusat Kesehatan kerja dalam www.depkes.go.id
Rachman, Abdul, et al, 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi,
Jakarta : Depkes RI, Pusdiknakes.
Setyaningsih, Yuliani, 2002. Pengantar ergonomi dalam Kumpulan Materi Kuliah Program
Matrikulasi. Semarang : FKM UNDIP
Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang, 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.
Sumakmur, 1988, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Haji Masagung.
Sumakmur, 1993. Keselamatan dan pencegahan kecelakaan. Jakarta : Haji Masagung.

You might also like