You are on page 1of 15

TAFSIR AL-QURAN

SURAH AL-MA<IDAH AYAT 13-19

MAKALAH
Tafsi>r Tahlili

DOSEN PEMBIMBING;
DR. FAIZAH ALI SYIBROMAILISI, MA

DISUSUN OLEH;
HASRUL
(NIM: 21150340000010)

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/1437 H

PENDAHULUAN
Beberapa ayat sebelumnya dalam surah al-Ma>idah ini, Allah mengingatkan kaum
Muslimin dengan perjanjian mereka yang telah diikat dengan-Nya. Allah juga mengingatkan
mereka akan nikmat-nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada mereka di dalam perjanjian ini.
Hal itu diingatkan agar mereka menunaikannya dan berhati-hati tidak melanggar perjanjian
tersebut. Perjanjian-perjanjian ini menjadi pedoman kaum muslimin dalam melaksanakan
kewajiban beragama. Allah memberikan penegasan hukum di dalamnya agar dapat menjadi
tuntunan hidup bagi setiap Muslim serta dapat ditunaikan sebagaimana mestinya.
Adapun dalam ayat selanjutnya, yang dimulai dari ayat 12 surah al-Maidah sampai
beberapa ayat setelahnya memaparkan secara keseluruhan sikap-sikap ahlull Kitab terhadap
perjanjian-perjanjian mereka. Disamping memaparkan hukuman apa yang mereka peroleh
akibat pelanggaran terhadap berbagai perjanjian tersebut, di satu sisi ini tentu menjadi
peringatan bagi kaum Muslimin. Disamping itu, agar Allah mengungkapkan hakikat ahlull
Kitab dan hakikat sikap mereka. Hakikat ini diungkapkan untuk menggagalkan tipu daya,
manuver, dan konspirasi mereka di dalam barisan Muslim, yang mereka bungkus dengan baju
komitmen terhadap agama mereka padahal sebenarnya mereka telah mencampakkan agama
ini sebelumnya dan melanggar perjanjian mereka dengan Allah.1 Secara umum ulasan tersebut
dalam makalah ini nampak dalam Q.S. al-Maidah ayat 13 dan ayat 14.
Di sela-sela pemaparan tentang berbagai perjanjian dan sikap-sikap ahlul Kitab ini
diungkapkan apa yang terjadi pada kenyakinan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
diisyaratkan dalam Q.S. al-Maidah ayat 17 dan ayat 18, berupa penyimpangan akibat
pelanggaran meraka terhadap perjanjian tersebut. Allah telah mengikat perjanjian dengan
merela untuk mengesakannya dan tunduk patuh kepada-Nya sebagai rasa syukur terhadap
berbagai nikmat yang telah diberikannya kepada mereka dan juga menjadi jaminan kekuasaan
bagi mereka. Tetapi mereka menolak hal itu untuk diri mereka sehingga mendapatkan laknat,
perpecahan dan pengusiran.2
Demikian pula memuat ajakan kepada mereka sekali lagi untuk menerima petunjuk,
yaitu petunjuk yang dibawah kepada mereka oleh risalah terakhir dan Rasul terakhir. Dalam
hal ini dapat dilihat secara jelas dalam pesan Q.S. al-Maidah ayat 15, ayat 16, dan ayat 19. Ini
juga menjadi bantahan terhadap hujjah yang bisa saja mereka dakwakan bahwa karena rentang
waktu yg terlalu lama sejak Nabi mereka yang terakhir maka mereka lupa dan perkara itu
menjadi kurang jelas bagi mereka. Namun, telah datang kepada mereka pembawa berita
gembira dan peringatan, yaitu nabi Muhammad Saw.
Dengan demikian, tema pembahasan surah al-Maidah ayat 13-19 dalam makalah ini
seperti ayat-ayat sebelumnya, yaitu mengingatkan berbagai perjanjian yang telah dibuat. Allah
telah mengingatkan kaum Muslimin terhadap perjanjian tersebut untuk tunduk dan patuh
kepada nabi Muhammad Saw, serta memerintahkan untuk mematuhi perjanjian berupa
menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Juga mengingatkan kaum Muslimin
atas nikmat-nikmat-Nya yang telah dianugerahkan-Nya.3
Sayyid Quthb, Fi Zhila>lil Quran (Kairo: Darr al-Syuruk, tt), Jilid II, h. 856.
Sayyid Quthb, Fi Zhila>lil Quran, Jilid II, h. 856.
3
Wahbah al-Zuhaili, Al-Tafsi>r Al-Muni>r (Damaskus: Da>r al-Fikr al-Maa>shir, 1418 H), Cet. II, h. 123.
1
2

A. Surah al-Maidah Ayat 13

Artinya: Maka disebabkan karena pelanggaran perjanjian mereka, Kami kutuk

mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan
(Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang
mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat
pekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka
maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. (Q.S. Al-Maidah [5]: 13)
1. Qiraat
a. Kata ()
Pada kata () , Hamzah dan al-Kisai membaca (), yaitu tanpa alif
dan mentasydidkan ya-nya. Ini adalah qiraat Ibnu Masud, Al-Nakhai, dan
Yahya bin Watstsab. Qiraat ini mayoritas digunakah di Kufah. Selain itu, AlAmasy membaca kata tersebut dengan () , yaitu tanpa alif dan tanpa tasydid
pada huruf ya. Bacaan ini sesuai dengan wazan ( )seperti ( )dan () ,
yang diambil dari kata (-), bukan (
-
). Adapun imam qiraat yang lain
( ), yaitu Nafi, Ibnu Katsir, Abu Amar, Ibnu Amir, Asim, membacanya
4 Qiraat ini popular di Madinah, disamping juga digunakan di
dengan () .
Mekkah, Basrah dan Kufah.5
b. Kata ()
dengan ( ), yakni dengan
Al-Sulami> dan Al-Nakhai membaca ()
tambahan huruf alif. 6 Abu Raja membaca dengan () , yaitu dengan
mengkasrahkan kaf dan mensukunkan lam. Adapun mayoritas qiraat membaca
( ) dengan menfathahkan kafnya.7
2. Mufradat Lughawiyah
a. Kata ()
Kata ( ) artinya sangat keras dan kaku, tidak mau menerima kebenaran,
kebaikan dan keimanan.8 Seperti perkataan (
), yaitu orang

yang hatinya keras membatu. Al-Rajiz mengatakan () , aku telah

membatu dan ia telah membatu karenaku.9


Al-Syauka>ni, Fath al-Qadi>r (Damskus: Dar Ibnu Katsir, 1414 H), Jilid II, h. 282-283, Lihat Juga: Abu
Hayya>n, Bahr al-Muhi>t, Jilid IV, h. 204-205; Al-Thabary Al-Ja>mi li Ahka>m al-Qura>n, Jilid 10, h. 127-129.
5
Al-Thabary, Tafsir Jami al-Baya>n fi> Tawi>l al-Qura>n (Maroko: Muassasatu al-Risa>lah, 2000 M), Cet. I,
Juz 10, h. 126.
6
Al-Qurthubi, Al-Ja>mi li Ahka>m al-Qura>n (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishriyyah, 1964 M), Cet. II, Jilid 6,
h. 116.
7
Abu Hayya>n, Bahr al-Muhi>t (Beirut: Dar al-Fikr, 1420 H), Jilid IV, h. 205.
8
Wahbah al-Zuhaili, Al-Tafsi>r Al-Muni>r (Damaskus: Da>r al-Fikr al-Maa>shir, 1418 H), Cet. II, h. 123.
9
Al-Thabary, Tafsir Jami al-Baya>n fi> Tawi>l al-Qura>n, h. 126.
4

b. Kata ( )
Al-Tahri>f asalnya berarti memiringkan, memalingkan, dan mengubah.
Sehingga ( )berarti suatu perbuatan yang menyimpangkan sesuatu dari tempat
dan posisinya ke arah atau sisi yang lain.10
c. Kata ()
Kata ( )khianat, maknanya mencakup seluruh bentuk pengkhianatan
dan pelakunya baik laki-laki atau perempuan, perorangan ataupun kelompok. 11
Quraish Shihab juga menyebutkan bahwa termasuk di dalamnya khianat dalam
bentuk niat, ucapan, perbuatan, atau sikap. Betapapun tidak disebutnya apa yang
disifati oleh kata kalimat, menunjukkan bahwa khianat itu beraneka ragam.12 Kata
( )dalam hal ini adalah (), yaitu isim yang menempati isim mashdar, seperti
menyebut ( )untuk (), dan ( )untuk () .13
3. Uraian Tafsir
Firman Allah (( ) tetapi) karena mereka melanggar janjinya,
huruf di sini adalah sababiyah (menunjukkan sebab), dan ( ) adalah zaaidah yang
berfungsi untuk menekankan pembicaraan. 14 Dan sebagian yang lain mengatakan
merupakan ( ) penghubung (shilah).
Ketika Allah mengatakan ( )janji setia, maka Dia menuntut adanya
pelaksanaan. Ternyata mereka tidak memenuhi janji tersebut, bahkan mereka telah
banyak melanggar janji, karena itulah Allah melaknat mereka. Al-Naqd ( )
memiliki arti pelanggaran yang merupakan lawan dari ( )ibram yang berarti
menetapkan hukum dengan suatu dalil. Akidah atau keimanan adalah suatu
ikatan/perjanjian dengan Tuhan dengan segala konsekuensinya. 15 Maka ketika mereka
melanggarnya, merekapun layak mendapatkan sanksi berupa laknat Tuhan atas
mereka, yaitu bani Israil dari ahlul taurat (Yahudi).
Firman-Nya ()
dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.
Ketika mereka melanggar perjanjian, Allah pun menutup hati mereka. Pada awalnya,
hati mereka tidak tertutup, tetapi karena mereka berbuat kekufuran, maka Allah
membiarkan mereka dalam kesesatan hingga hati mereka tertutup. Bila hati telah
tertutup, segela kesesatan yang bersarang di dalam hati tidak dapat lagi keluar dan
hidayah yang ada di luar tidak dapat masuk ke dalam.16
Orang-orang Yahudi yang telah melanggar perjanjian, mereka kafir, maka
disebabkan karena pelanggaran perjanjian mereka dengan mengingkari bahkan
membunuh rasul-rasul, Kami jahkan mereka dari rahmat Kami. Kebejatan mereka pun
bahkan sampai mengubah perkataan-perkataan Allah dari tempat-tempatnya (
Wahbah al-Zuhaili, Al-Tafsi>r Al-Muni>r (Damaskus: Da>r al-Fikr al-Maa>shir, 1418 H), Cet. II, h. 123.
Mutawalli> Al-Syara>wi>, Tafsir Al-Syara>wi> (T.t: T.tp, 1997), Jilid 5, h. 3010.
12
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 47.
13
Al-Thabary, Tafsir Jami al-Baya>n fi> Tawi>l al-Qura>n (Maroko: Muassasatu al-Risa>lah, 2000 M), Cet.
I, Juz 10, h. 131.
14
Al-Qurthubi, Al-Ja>mi li Ahka>m al-Qura>n (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishriyyah, 1964 M), Cet. II, Jilid
6, h. 114-115.
15
Mutawalli> Al-Syara>wi>, Tafsir Al-Syara>wi>, h. 3008.
16
Mutawalli> Al-Syara>wi>, Tafsir Al-Syara>wi>, h. 3008.
10
11

dan mereka sengaja melupakan, yakni meninggalkan sebagaimana


)
orang yang lupa karena tidak mengacuhkan sebagian besar dan yang penting dari apa
yang mereka telah diperingatkan dengannya, yaitu kitab Taurat. Hal ini sebagaimana

firman Allah (
)
dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa

yang mereka telah diperingatkan dengannya.17

Mutawally Syarawi menyebutkan bahwa ada empat jenis perubahan atau


pendistorsian (al-Tahri>f) yang kaum Yahudi lakukan, yaitu melupakan,
menyembunyikan, menyelewengkan, dan melakukan tipu muslihat dengan mengatakan
hal-hal yang berasal dari Allah padahal sebenarnya bukan.18
Allah juga mengingatkan bahwa kebejatan yang dilakukan oleh kaum Yahudi
telah mendarah daging pada diri mereka sebagaimana penegasan Allah (
) . Sehingga engkau wahai Muhammad, senantiasa akan

mengetahui, baik dengan melihat maupun mendengar secara langsung atau tidak,
khianat besar mereka terhadap dirimu dan ajaran yang engkau sampaikan. Potongan
ayat ini juga menginformasikan bahwa pengkhianatan mereka terhadap Rasul,
pengikut, dan ajarannya akan terus berkesinambungan di muka bumi.19
Di sisi lain, al-Quran tidak menafikan segala kemungkinan yang dapat dilihat
ungkapan ( ) kecuali sedikit di antara mereka, maka hendaknya kamu (



) maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Maksudnya perintah
Allah kepada Rasul dan pengikutnya untuk memaafkan di antara mereka yang tidak
berkhianat atau beriman. Maafkanlah kesalahan mereka yang berkaitan dengan
pribadimu dan biarkanlah mereka yakni jangan hiraukan mereka. Dengan demikian
engkau melakukan ihsa>n yakni membalas keburukan dengan kebaikan, dan prilaku
semacam itu sangat disukai Allah, sebagaimana ditegaskan dalam akhir ayat ini (
) sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.20

B. Surah al-Maidah Ayat 14

Artinya: Dan diantara orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya kami ini


orang-orang Nasrani, ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka
(sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya;
maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat.
Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan. (Q.S. AlMaidah [5]: 14)
1. Munasabah Ayat
Ayat di atas (Q.S. al-Ma>idah ayat 13) menguraikan sikap dan prilaku kelompok
pertama dari ahlul Kitab, yaitu Yahudi. Ayat ini, merupakan uraian tentang sikap dan
prilaku kelompok kedua dari ahlul Kitab, yakni orang-orang Nasrani.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 46.
Mutawalli> Al-Syara>wi>, Tafsir Al-Syara>wi> (T.t: T.tp, 1997), Jilid 5, h. 3009.
19
Mutawalli> Al-Syara>wi>, Tafsir Al-Syara>wi>, h. 3010.
20
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 46.
17
18

2. Mufradat Lughawiyyah
a. Kata ()
Kata ( )dipahami sebagai bentuk jamak dari kata Nashrani, atau Na>shiri
yang berrti pembela tangguh Isa a.s. dan ajaran-ajaran beliau.21 Dapat juga dipahami
bahwa kata ini berasal dari kata Nazareth, yaitu satu kota di Palestina, tempat
kediaman Maryam a.s. dan tempat Isa a.s. pertama kali menyebarkan ajarannya.22
b. Kata ()
Kata ( )berasal dari kata ( - )yang berarti lem atau perekat.
Makna ini mencakup sesuatu yang bisa menempalkan sesuatu pada sesuatu yang
lain, seperti getah dan yang serupanya.23 Ada juga yang mengatakan, kata ini berarti
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan jalan menampakkan
keindahan dan sisi postif sesuatu itu, sehingga yang didorong giat melakukannya.24
3. Uraian Tafsir
Firman-Nya (

) Dan diantara orang-orang yang mengatakan:
Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani, dipahami oleh banyak ulama sebagai
isyarat bahwa apa yang mereka ucapkan itu tidak sesuai dengan kenyatan keseharian
mereka. Karena itu mereka tidak mengatakan ( )dari orang-orang Nasrani.
Kata () , ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, yakni dalam hal tauhid
dan keimanan kepada Muhammad sebab hal itu tertera dalam kitab Injil.25

Tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi

peringatan dengannya (
) , maksudnya adalah lupa akan sebagian
besar perjanjian yang telah diambil atas mereka. Abu Jafar berkata: Allah telah
mengambil perjanjian dari orang-orang Nasrani untuk taat, melaksanakan kewajibankewajibanya, mengikuti Rasul-rasul Allah dan membenarkan mereka. Tetapi mereka
meperlakukan perjanjian itu seperti orang-orang yang tersesat dari kalangan Yahudi.
Mereka juga mengganti agama mereka, melanggar perjanjian mereka, bahkan
meninggalkan perjanjian yang mereka telah buat.26

) maka Kami timbulkan di
Oleh karena itu, (

antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Maksudnya adalah
Allah memerintahkan untuk menimbulkan permusuhan dan kebncian di kalangan
mereka, sehingga masing-masing golongan saling memusuhi dan membenci dengan
golongan lainnya. Ada yang memaknai ( ) adalah antara kaum Yahudi dan Nasrani
karena mereka telah disebutkan sebelumnya. Ada juga yang mengatakan bahwa itu
adalah di kalangan kaum Nasrani sendiri, karena mereka lebih dekat penyebutannya,
sebab mereka terpecah-pecah menjadi gholongan Yaqubiyah, Nasthuriyah, dan
malkaniyah, yang sebagian mengkafirkan sebagian lainnya.27
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 48.
Sufaat Mansur, Agama-agama Besar Masa Kini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 169.
23
Al-Qurthubi, Al-Ja>mi li Ahka>m al-Qura>n (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishriyyah, 1964 M), h. 117-118.
24
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 48.
25
Al-Syauka>ni, Fath al-Qadi>r (Damskus: Dar Ibnu Katsir, 1414 H), Jilid II, h. 283.
26
Al-Thabary, Tafsir Jami al-Baya>n fi> Tawi>l al-Qura>n (Maroko: Muassasatu al-Risa>lah, 2000 M), Cet.
I, Juz 10, h. 135.
27
Al-Syauka>ni, Fath al-Qadi>r, h. 283.
21
22

Termasuk kenyataan menunjukka bahwa kelompok-kelompok Nasrani lainnya,


seperti Katholik dan Protestan, maupun antar sekte-sekte yang beraneka ragam itu,
sejak dahulu hingga kini masih terus menerus bertikai, bahkan di antara mereka ada
yang saling berperang. Lebih-lebih lagi antara Yahudi dan Nasrani, yang walaupun kini
tidak terlihat adanya perang terbuka, tatapi pada hakikatnya sedang terjadi pertarungan
sengit antar mereka.28

Firman Allah: (


) Dan kelak Allah akan
memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan, adalah ancaman bagi
mereka, bahwa akan mendapat balasan atas pelanggaran sumpah mereka. 29 Kata
(
) di sini memberi kesan bahwa perbuatan mereka yang melanggar tersebut
sudah sedemikian membudaya.
C. Surah al-Maidah Ayat 15 dan 16



- :

Artinya: Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,

menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak
(pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan
Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Q.S. Al-Maidah [5]:
15-16)
1. Munasabah Ayat
Konteks dua ayat sebelumnya (Q.S. al-Ma>idah ayat 13 dan 14) ialah mengenai
pemaparan sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap perjanjian mereka dengan
Allah. Adapun dalam ayat ini, konteks pembicaraan diarahkan kepada ahlul Kitab
secara keseluruhan, baik Yahudi maupun Nasrani. Keduanya diingatkan kembali untuk
mengikuti risalah penutup para nabi yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw. Mereka
diseru untuk mengimani, mendukung dan membela rasul yang terakhhir ini.
2. Asbab al-Nuzul
Ibnu Jarir al-Thabari meriwayatkan dari ikrimah, ia berkata: Suatu ketika,

orang-orang Yahudi dating menemui Rasulullah Saw untuk menanyakan kepada


kepada beliau tentang hukum rajam. Lalu beliau berkata, siapakah di antara kalian
yang paling alim? Lalu mereka pun menunjuk kepada Ibnu Shuriya. Lalu Rasulullah
pun meminta dirinya untuk mengungkapkan kebenaran dengan sebenar-benarnya
dengan bersumpah demi Tuhan Yang menurunkan Taurat kepada Musa, Yang
28
29

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 48-49.
Al-Syauka>ni, Fath al-Qadi>r (Damaskus: Dar Ibnu Katsir, 1414 H), Jilid II, h. 283.

mengangkat bukit al-Thur, dan demi perjanjian yang ditetapkan atas kaum Yahudi,
hingga akhirnya Ibnu Shurayya pun gemetar karena takut. Lalu ia pun berkata: Tatkala
fenomena perzinaan mulai banyak terjadi di tengah-tengah kami, kami akhirnya hanya
menjatuhkan hukuman cambuk sebanyak serratus kali dan mencukur rambut kepala.
Lalu Rasulullah pun memutuskan untuk memberlakukan hukum rajam terhadap
mereka. Lalu Allah SWT pun menurunkan ayat ini (ayat 15 dan 16).30
3. Qiraat
Pada kata (), Qunbul31 yang merupakan salah satu perawi Ibnu Katsir
membaca kata ini dengan (). Khalaf membaca dengan Al-Isymam (bunyi campuran
antara dan , namun bunyi mengalahkan sedikit atas bunyi . Adapun imam
yang lain (ba>qil qurra>) membaca dengan , yaitu ().32
4. Uraian Tafsir
) Hai Ahli Kitab, khitab dalam ayat ini untuk kaum Yahudi
Kata (
dan Nasrani. Pemanggilan mereka dengan ahlul kitab, disamping untuk melunakkan
hati mereka dengan panggilan indah dan mesra ini, juga untuk menggugah hati mereka
menerima kitab al-Quran, karena sesungguhnya merekalah terlebih dahulu yang paling
wajar menyambutnya. Mereka telah memiliki pengalaman dalam bidang penerimaan
kitab suci dibandingangkan umat lain selain mereka. 33 Sesungguhnya telah datang
kepadamu Rasul Kami (
) , maksudnya adalah Muhammad Saw, ketika
beliau menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, (
) yang telah diturunkan kepadamu yaitu Taurat dan Injil.

Nabi terakhir, yaitu nabi Muhammad Saw di antara perannya terhadap ahlul
Kitab ialah menjelaskan dan mengungkapkan berbagai hakikat kitab Allah yang telah
mereka sembunyikan. Baik Yahudi maupun Nasrani sama saja, orang-orang Nasrani
telah menyembunyikna prinsip utama agama mereka, yaitu tauhid. Sedangkan, orangorang Yahudi telah menyembunyikan sejumlah besar hukum syariat, seperti hukum
rajam bagi pezina dan pengharaman Riba. Sebagaimana mereka semua telah
menyembunyikan berita pengutusan seorang nabi Ummi yang mereka dapati secara
tertulis di dalam Taurat dan Injil.34
Firmannya: ( ) dan banyak (pula yang) dibiarkannya, yakni beliau
membiarkannya dan tidak menjelaskannya. Beliau hanya menjelaskan hal-hal yang
menjadi Hujah atas kenabiannya, menunjukkan atas kejujurannya, dan menyaksikan
atas kerasulannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa maknanya adalah membiarkan
berbagai hal dengan melewatkannya dan tidak mengabarkannya kepadamu karena
tidak tercakup oleh hukum-hukum syariat yang harus dijelaskan.35
Ungkapan (
) Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allahdan Kitab yang menerangkan, adalah redaksi kalimat permulaan
Al-Suyuti, Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l (Beirut: Darr al-Kitab al-Araby, t.t), h. 86.
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdurrahman al-Makhzumi, wafat di Mekah tahun 291 H.
32
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2010), Cet. I, Jilid I, h. 164-165
33
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 49-50.
34
Sayyid Quthb, Fi Zhila>lil Quran (Kairo: Darr al-Syuruk, tt), Jilid II, h. 861-862.
35
Al-Syauka>ni, Fath al-Qadi>r (Damaskus: Dar Ibnu Katsir, 1414 H), Jilid II, h. 285.
30
31

yang mencakup penjelasan bahwa pengutusan Muhammad Saw telang dilingkupi


dengan berbagai manfaat selain dari beberapa penjelasan yang disebutkan tadi. AlZajjaj berkata, maksud kata ( ) adalah Muhammad Saw, dan yang lain menyebutkan
adalah Islam, sedangkan ()
kitab yang menerangkan adalah al-Quran karena
36
menjelaskan berbagai hukum.
Pada ayat 15 di atas, berbicara tentang telah datangnya nur dan kitab suci. Pada
ayat 16 di bawah ini menjelaskan fungsi kehadiran keduanya, dan terhadap siapa
keduanya dapat berfungsi dengan baik. Firman Allah ( ) dengannya Allah
mengantar, yakni dengan nur dan kitabb suci itu Allah mengantar orang-orang yang
diketahui-Nya bersungguh-sungguh berusaha ingin mengikuti jalan menuju keridaanNya. Allah mengantar mereka ke salah satu atau bermacam-macam, atau satu demi
satu jalan-jalan keselamatan yang membebaskan mereka dari segala macam kekeruhan
jiwa, baik di dunia maupun di akhirat.
Kata ( )pada ( ) menggunakan bentuk tunggal, sedang yang ditunjuk
terdiri dari dua hal, yaitu nur dan kitab. Sementara ulama memahami kata dengannya
sebagai merujuk pada kitab, yakni kitab suci al-Quran saja. Adapun Quraish Shihab
memahami bahwa pada hakikatnya ia merujuk nur yang diartikan sebagai nabi
Muhammad Saw. Al-Quran dan beliau tidak dapat dipisahkan, tingkah laku dan budi
pekertinya adalah penerapan dari al-Quran. Demikian penjelasan Aisyah r.a., istri
Rasulullah Saw. Karena itu pula walaupun ayat di atas menunjuk kepada hal tetapi
karena dia menyatu maka tidak ada halangan, bahkan justru sangat tepat menujuk
keduanya dalam bentuk tunggal.37
Ungkapan (
)
orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya,
maksudnya adalah apa yang diridhai Allah ke jalan keselamatan ( )
dari azab
yang mengantarkan kepada negeri sejahtera yang terbebas dari segala petaka. Quraish
Shihab menegaskan bahwa selain sabi>l, kata shira>th juga digunakan dalam al-Quran
dan keduanya memiliki makna yang berbeda. Shira>th bagikan jalan tol. Anda tidak
dapat lagi keluar atau tersesat setelah memasukinya. Shira>th adalah jalan yang luas,
semua orang dapat melaluinya tanpa berdesak-desakan. Berbeda dengan sabi>l, dia
banyak namun merupakan jalan kecil atau lorong-lorong. Sabi>l juga mencakup jalan
baik dan juga yang tidak baik, karena itu al-Quran menggunakan bentuk jamak untuk
kata sabi>l, yakni subul. Tak mengapa anda menelusuri sabi>l asal pada akhirnya anda
memasuki jalan tol itu, yakna jalan yang luas lagi lurus.38
)
Firman-Nya: (

dan (dengan

kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya
yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus., yaitu jalan yang selamat (islami) yang dengannya mereka akan sampai pada
kebenaran yang tidak ada kebengkokan di dalamnya dan tidak pula kekhawatiran.39

Al-Qurthubi, Al-Ja>mi li Ahka>m al-Qura>n (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishriyyah, 1964 M), h. 118.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 51.
38
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 51-52
39
Al-Syauka>ni, Fath al-Qadi>r (Damaskus: Dar Ibnu Katsir, 1414 H), Jilid II, h. 285.
36
37

D. Surah al-Maidah Ayat 17




:
Artinya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya

Allah itu ialah Al Masih putera Maryam." Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang
dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih
putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi
kesemuanya?." Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (Q.S. Al-Maidah [5]: 17)
1. Munasabah Ayat
Setelah Allah SWT menegakkan hujjah atas ahlul Kitab secara umum, dan
menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dengan
tidak mau beriman kepada risalah Islam, Allah SWT hal yang membuat kaum Nasrani
secara khusus menjadi kafir.
2. Uraian Tafsir
Salah satu kegelapan utama yang menyelubungi jiwa dan pikiran ahlul Kitab,
lebih-lebih kelompok Nasrani adalah kenyakinan mereka tentang Tuhan. Inilah yang
utama dan pertama yang diluruskan oleh nabi Muhammad Saw dan al-Quran.
Ditegaskan melalui ayat ini bahwa Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam (
) , bahwa kekafiran orang-rang Nasrani itu karena mereka menyakini

sehingga berkata sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam. Tidak,
bahwa dia adalah putra seorang wanita, membuktikan bahwa dia bukan Tuhan.40
Kata ( ), ada yang menyebutkan berasal dari kata ( )yang berarti
mengusap, membelai, yang membaptis, yang diurapi. Dan sebagian yang lain
berpendapat bahwa kata ( )adalah isim ghair musytaq. Dalam Lisa>n al-Arab
disebutkan bahwa nabi Isa disebut Al-Masih karena beliau mengusap dengan
tangannya pada orang yang sakit, buta sejak lahir, penderita kusta, kemudian sembuh
dengan izin Allah.41 Selain nabi Isa a.s., sebutan al-Masih juga digunakan untuk Dajjal,
berdasarkan doa Nabi Saw di akhir tasyahud:


- -














) ( .

40
41

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 51-52
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab (Beirut: Darr al-Sadr, tt), Cet. I, Juz II, h. 593

10

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka, adzab kubur,
fitnah hidup dan mati, dan dari kejahatan al-Masih Dajjal.42
Dajjal disebut Masih, karena salah satu matanya terhapus. Sesuai arti al-Masih,
yaitu orang yang salah satu sisi wajahnya mamsuh (terhapus), tidak ada matanya dan
tidak ada alisnya.43
Kalimat ( )katakanlah adalah jawaban atas penentangan mereka. Maka siapakah

(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak


membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang

yang berada di bumi kesemuanya, (

) . Mereka menganggap bahwa Allah adalah Almasih Isa bin Maryam. Hal
ini merupakan suatu kelancangan terhadap Tuhan yang Maha Suci dari persamaan.44
Firman Allah: (

) ,
Kepunyaan Allahlah kerajaan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, maksudnya Allah mengatur apa
yang ada di langit dan di bumi, serta apa yang ada di antara keduanya. Dia
membinasakan dan membiarkan apa yang Dia kehendaki dari itu semua. Mengadakan
apa yang Dia kehendaki dan meniadakan apa yang Dia tidak inginkan. Tidak ada
penghalang yang mampu mencegah atau menghalanginya. Dia menetapkan aturan
kepada semuanya dan memberlakukan keputusan kepada semuanya. Termasuk Isa
Almasih yang jika Dia kehendaki kebinasaannya dan kebinasaan ibunya, maka ia tidak
memiliki penangkal atas kehendak Tuhan tersebut.45
Kemudian ungkapan, (
) Dia menciptakan apa yang dikehendakinya,
dapat dimaknai dalam ayat lain, Dia menumbuhkan sesutu kemudian mengadakannya
dan mengeluarkannya dari tidak ada menjadi ada. Tidak ada yang bisa melakukan hal
itu selain Allah yang Maha Esa dan Maha Perkasa. Kemudian ditutup dengan (


) , bahwa Allah adalah penguasa dan pencipta seluruh makhluk sesuai
dengan kehendak-Nya, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu yang
sulit bagin-Nya.46
E. Surah al-Maidah Ayat 18

Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anakanak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu
karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya),
tetapi kamu adalah manusia (biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia
mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendakiNya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali
(segala sesuatu). (Q.S. Al-Maidah [5]: 18)
42

Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Da>r Ihya> al-Tura>ts al-Araby>, t.t), Jilid I, h. 412.
Ibrahim Musthafa, Al-Mujam Al-Wasith (T.tp: Darr al-Nasr, t.t), Juz II, h.868.
44
Mutawalli> Al-Syara>wi>, Tafsir Al-Syara>wi> (T.t: T.tp, 1997), Jilid I, h. 2100.
45
Al-Thabary, Tafsir Jami al-Baya>n fi> Tawi>l al-Qura>n (Maroko: Muassasatu al-Risa>lah, 2000 M), Cet.
I, Juz 10, h. 148.
46
Al-Syauka>ni, Fath al-Qadi>r (Damaskus: Da>r Ibnu Katsir, 1414 H), Jilid II, h. 286.
43

11

1. Munasabah Ayat
Setelah menjelaskan kesesatan utama ahlul Kitab yang mempertuhankan Isa
Almasih, dan meluruskannya dengan argumentasi yang menyakinkan, kini disebut dan
diluruskan pula kesesatan lain yang menimpa kedua kelompok besar ahlul Kitab, yaitu
orang-orang Yahudi dan Nasrani percaya dan masing-masing mengatakan bahwa kami
ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasihnya, selain kami bukanlah kekasih-Nya.
2. Asbab al-Nuzul
Ibnu Ishaq meriwayatkan Ibnu Abbabs, ia berkata: Ada bebepa orang Yahudi,

yaitu Ibnu Ubay, Numan bin Qushai, Bahri bin Amar, dan Syas bin Adi, dating
menemui Rasulullah Saw lalu berlangsunglah pembicaraan di antara mereka dengan
RasulullahnSaw. Beliau pun mengajak mereka kepada Allah SWT dam
memperingatkan mereka terhadap hukuman-Nya. Lalu mereka berkata: Apakah kamu
menakuti-nakuti kami wahai Muhammad? Sungguh demi Allah, kai adalah putra-putra
Allah dan para kekasih-Nya. Ini adalah sama dengan perkataan kaum Nasrani. Lalu
Allah pun menrunkan ayat ini menyangkut kaum Yahudi dan Nasrani.47
3. Uraian Tafsir
) Orang-orang Yahudi dan
Ungkapan; (




Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya,
menurut Sayyid Quthb bahwa firman ini memberikan gambaran tentang agama tauhid
dan pemisahan yang tegas antara ketuhanan dan kehambaan. Mengetahui pemisahan
ini sangat menentukan kelurusan persepsi dan kehidupan. Agar hanya ada satu pihak
yang menjadi tujuan penghambaan semua hamba, yaitu Allah, bukan yang lainnya.48
Seperti diketahui bahwa sebagian Yahudi berkata bahwa Uzair adalah anak Allah dan
sebagian Nasrani juga mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Maksud dari kami
anak Allah, adalah kami adalah pengikut Uzair si anak Allah, dan pengikut Isa yang
merupakan juga anak Allah.49
Dalam kitab perjanjian lama dan baru memang ditemukan istilah anak-anak
Tuhan. Dalam Kitab Ulangan 14:1 tercantum ucapan nabi Musa a.s. yang ditujukan
kepada ummatnya bahwa: kamulah anak-anak Tuhan, Allah-mu. Dalam Injil) istilah
serupa banyak juga ditemuka. Misalnya dalam Matius 5:5 antara lain ditemukan:

Berbahagialah orang-orang yang membawa damai karena mereka disebut anak-anak


Allah. Tetapi tentu saja, kata anak atau bapak bukan dalam arti sebenarnya, tetapi
makna kiasan yakni yang dicintai dan yang memelihara.50
Oleh sebab itu, Allah berkata kepada Rasul-Nya: (
Katakanlah: Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?"
)

(Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah


manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya, dengan demikian kamu
tidak memiliki keistimewaan khusus. Kamu dapat disiksa jika berdosa sebagaimana
manusia lain dan dapat diampuni bila kamu bertobat atau kalua Dia menghendaki,
karena Dia mengampuni atas anugerah-Nya bagi siapa yang dikehendakin-Nya dan
menyiksa dengan penuh keadilan siapa yang dikehendaki-Nya (


51
) , dan kedua hal itu berdasar atas kebijaksanaan-Nya.

Al-Suyuti, Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l (Beirut: Darr al-Kitab al-Araby, t.t), h. 86.
Sayyid Quthb, Fi Zhila>lil Quran (Kairo: Darr al-Syuruk, tt), Jilid II, h. 866.
49
Hal ini juga ditegaskan lebih lanjut dalam Surat al-Taubah ayat 30.
50
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 55.
51
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 54.
47
48

12


Firmannya: (



)
Dan Kepunyaan Allahlah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu),
maksudnya kepunyaan Allah serta dibawah kendali-Nya kerajaan langit dan bumi serta
apa yang ada antara keduanya termasuk kami dan kamu wahai allul kitab, dan dengan
demikian kepada Allah semata-mata permulaan dan kesudahan segala sesuatu.
F. Surah al-Maidah Ayat 19




:

Artinya: Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami,

menjelaskan (syari'at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu
tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira
maupun seorang pemberi peringatan." Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. AlMaidah [5]: 19)
1. Mufradat Lughawiyyah
a. Kata ()
Kata ( )berarti terputus yang terambil dari kata ( )yang berarti melemah
sehingga keadaan atau semangatnya tidak seperti semula. Kata ini bermaksud
mempersamakan ketidakhadiran Rasul pada satu masa, dan jauhnya jarak antara
kedatangan Rasul berikutnya. Misalnya di katakana () , artinya air yang
terputus kesejukannya. Berarti sebelumnya, air tersebut memiliki kesejukan hingga
dapat menghilangkan dahaga orang yang meminumnya.52
b. Kata ()
Kata ( )dalam ayat ini menggunakan bentuk kata kerja masa kini dan
dating, artinya mengandung makna kesinambungan. Ini untuk mengisyaratkan
bahwa penjelasan Ilahi akan terus menerus ada dan berlanjut, paling tidak melalui
kitab suci yang disampaikan oleh Rasul, Muhammad Saw, dan yang dipahami dan
dijelaskan oleh para ulama dan cendekiawan Muslim.53
2. Munasabah Ayat
Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, dan Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia
berkata, Rasulullah Saw mengajak kaum Yahudi kepada Islam, membujuk dan

membuat mereka tertarik dan senag kepada Islam, serta memperingatkan mereka.
Namun, mereka menolak ajaran Rasulullah Saw tersebut. Lalu Muadz bin Jabal, Saad
bin Ubadah dan Uqbah bin Wahb berkata, wahai sekalian kaum Yahudi, bertakwalah
kaum sekalian kepada Allah Swt, karena sesungguhnya demi Allah, sebenarnya
kalian sejatinya tahu bahwa beliau adalah Rasulullah. Sungguh, sebelum diangkatnya
beliau sebagai Rasul, kalian sebenarnya pernah menyebutkan tentang beliau kepada
kami, serta menjelaskan dan menggambarkan kepada kami tentang sosok, sifat dan ciriciri beliau. 54
Mutawalli> Al-Syara>wi>, Tafsir Al-Syara>wi> (T.t: T.tp, 1997), Juz V, h. 3039.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 56.
54
Al-Suyuti, Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l (Beirut: Darr al-Kitab al-Araby, t.t), h. 86.
52
53

13

3. Uraian Tafsir
Setelah meluruskan pandangan ahlul Kitab tentang Tuhan, ayat ini kembali
menyampaikan tentang kedatangan Rasul, Muhammad Saw, sambil memperingatkan
) Hai Ahli Kitab,
mereka tentang tujuan kedatangan beliau: (


sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, yang berfungsi ()
menjelaskan (syari'at Kami) kepadamu apa yang keliru dari kenyakinan dan prilaku
kamu dan selain kamu, serta menjelaskan pula jalan menuju kebahagiaan dunia dan
) , adalah orang-orang Yahudi
akhirat.Abu Jafar berkata mengenai kata (
yang ada pada masa Rasulullah Saw ketika beliau berhijrah, saat ayat ini diturunkan.
Hal ini karena mereka atau sebagian mereka, menolak untuk beriman terhadap wahyu
yang dibawah oleh nabi Muhammad Saw. Bahkan mereka berkata: Allah tidak

mengutus nabi setelah Musa, dan tidak menurunkan kitab setelah Taurat.55
Diutusnya Rasulullah Saw kepada mereka terlaksana sesudah terputusnya
pengiriman rasul-rasul (

) ketika terputus (pengiriman) rasulrasul agar kamu tidak mengatakan, ketika di hari kemudian kamu diminta untuk
mempertanggungjawabkan dosa dan kesalahan kamu bahwa, (
)
Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang
pemberi peringatan, yang melukiskan bertanya siksa-Mu sehingga kami tidak
terdorong melakukan kebaikan tidak juga tercegah melakukan dosa.
Karena itu jangan berkata demikian, karena (
) Sesungguhnya
telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, antara lain
adalah rasul Allah Muhammad Saw. Firman-Nya; (
) ,
artinya, Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia mengutus bukan karena terpaksa, bukan pula Dia
lemah ketika suatu masa Dia tidak mengutuk rasul.
) ,
Masa fatrah sebagaimana termuat dalam ungkapan (

menunjukkan masa pengutusan rasul pernah terputus beberapa saat lamanya. Memang
ada jarak sekitar 600 tahun antara kehadiran Isa a.s. dan Muhammad Saw.56 Di dalam
tafsir Al-Thabari disebutkan lebih rinci bahwa terdapat perbedaan pendapat tentang
perkiraan masa ketiadaan rasul tersebut. Ada yang menyebutkan antara Isa dan
Muhammad Saw terdapat jarak 560 tahun, ada juga yang menyebutkan jaraknya
sekitar 540 tahun, dan terdapat juga yang menyebutkan bahwa jarkanya sekitar 430
tahun lebih.57

SEKIAN

Al-Thabary, Tafsir Jami al-Baya>n fi> Tawi>l al-Qura>n (Maroko: Muassasatu al-Risa>lah, 2000 M), Cet.
I, Juz 10, h. 155.
56
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Cet. I, Vol. III, h. 56.
57
Al-Thabary, Tafsir Jami al-Baya>n fi> Tawi>l al-Qura>n, h. 156-157
55

14

DAFTAR PUSTAKA

Abu Hayya>n, Bahr al-Muhi>t, Beirut: Dar al-Fikr, 1420 H


Al-Qurthubi, Al-Ja>mi li Ahka>m al-Qura>n, Kairo: Dar al-Kitab al-Mishriyyah, Cet. II,
1964 M
Al-Suyuti, Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l, Beirut: Darr al-Kitab al-Araby, t.t
Al-Syara>wi>, Mutawalli>. Tafsir Al-Syara>wi>, T.t: T.tp, 1997
Al-Syauka>ni, Fath al-Qadi>r, Damaskus: Dar Ibnu Katsir, Jilid II, 1414 H
Al-Thabary, Tafsir Jami al-Baya>n fi> Tawi>l al-Qura>n, Maroko: Muassasatu al-Risa>lah,
Cet. I, 2000 M
Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsi>r Al-Muni>r, Damaskus: Da>r al-Fikr al-Maa>shir, Cet. II,
1418 H
Fathoni, Ahmad. Kaidah Qiraat Tujuh, Jakarta: Radar Jaya Offset, Cet. I, 2010
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, Beirut: Darr al-Sadr, Cet. I, tt
Mansur, Sufaat. Agama-agama Besar Masa Kini, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Da>r Ihya> al-Tura>ts al-Araby>, t.t
Musthafa, Ibrahim. Al-Mujam Al-Wasith (T.tp: Darr al-Nasr, t.t
Quthb, Sayyid. Fi Zhila>lil Quran, Kairo: Darr al-Syuruk, Jilid II, tt
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, Cet. I, 2001

15

You might also like