You are on page 1of 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Meningitis
II.1.1 Definisi
Meningitis adalah sebuah proses inflamasi dari membran pelindung yang
menutupi otak dan medula spinalis yang dikenal sebagai meninges atau selaput otak.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal
yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus. Penyebab meningitis virus (aseptik) yang paling sering ditemukan yaitu
Mumpsvirus, Echovirus dan Coxsackie virus, Herpes simplex, Herpes zooster dan
Enterovirus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang
bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
bakteri spesifik maupun virus.1
II.1.2 Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak
Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:5
a. Lapisan luar (Durameter)
Disebut juga selaput otak keras. Terdiri dari dua lapisan yaitu durameter
bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan
durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk
membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
Diantara dua lapisan tersebut terdapat rongga yang berisi sistem vena,
disebut dural sinuses dan mempunyai hubungan dengan sistem vena-vena di
otak dan kulit kepala. Durameter terdapat di bawah tulang tengkorak dan
diantaranya terdapat ruangan yang disebut epidural.

17

b. Lapisan Tengah (Arakhnoid)


Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter,
membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak yang meliputi
seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan arakhnoid
disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah
bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan
serebrospinal.

c. Lapisan Dalam (Piameter)

18

Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoid dan piameter disebut subarakhnoid. Pada reaksi radang
ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak
ke sumsum tulang belakang.

II.1.3 Gejala klinis


Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti demam mendadak,
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.2 Meningitis karena
virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta rasa sakit penderita tidak
terlalu berat. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan
keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam dan disertai dengan
timbulnya ruam makulopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan
dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada meningitis Coxsakie virus yaitu tampak
lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil dan lidah, kemudian pada tahap lanjut
timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku leher dan nyeri punggung.3
Meningitis viral yang benigna tidak melibatkan jaringan otak pada proses radangnya.
Tetapi pada pungsi lumbal ditemukan pleiositosis limfositer. Gejala yang paling
19

mengganggu ialah sakit kepala dan nyeri kuduk. Meningitis viral yang paling berat
selalu merupakan komponen meningoensefalitis. Meningitis bakteri biasanya
didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan gastrointestinal. Pada anak-anak
dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas,
penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise,
nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau
purulen.3
II.1.4 Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu
tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala.5
b. Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, kaki diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin
tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 135 (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.5
c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan
terjadi fleksi involunter pada leher.5

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

20

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.5
II.1.5 Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.7
1) Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-)
2) Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa
jenis bakteri.
b. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.9
1) Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja
2) Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit dan kadar
glukosa menurun
c. Pemeriksaan Radiologi
1) Pada Meningitis Serosa dilakukan foto thorax, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT-Scan
2) Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto thorax

II.2 Ensefalitis
II.2.1 Definisi

21

Ensefalitis merupakan infeksi akut pada parenkim otak dengan karakteristik


demam tinggi, nyeri kepala dan penurunan kesadaran. Gejala lain yang mungkin
adalah defisit neurologis fokal atau multifokal, dan kejang fokal atau general
(menyeluruh). Biasanya ensefalitis dibatasi untuk peradangan otak yang disebabkan
oleh infeksi virus atau reaksi alergi akibat infeksi virus. Ensefalitis mencakup
beberapa variasi dari yang ringan sampai yang sangat parah dengan koma atau
kematian. Proses radangnya jarang terbatas pada otak saja, tetapi hampir selalu
mengenai selaput otak juga.3
II.2.2 Sistem Saraf Pusat
Sistem Saraf Pusat terdiri atas otak dan medulla spinalis.6
a. Bagian-bagian otak:
- Substansia grisea, atau agregasi badan sel saraf; jalinan pada permukaan
hemisfer serebral, yang membentuk korteks serebral
- Substansia alba, atau akson neural yang dibungkus myelin, memfasilitasi
hantaran impuls saraf lebih cepat
- Basal ganglia, yang mempengaruhi gerakan
- Thalamus, yang memproses dan mengirimkan impuls sensori mencapai korteks
serebral
- Hypothalamus, yang bertugas mempertahankan homeostasis dan mengatur
suhu, frekuensi jantung dan tekanan darah; mempengaruhi sistem endokrin dan
mengatur perilaku emosional seperti marah dan naluri seksual; dan terdiri atas
hormone yang bekerja langsung pada kelenjar hipofisis
- Batang otak, yang menghubungkan bagian atas otak dengan medulla spinalis
dan mempunyai tiga bagian; otak tengah, pons dan medulla oblongata
- Sistem pengaktivasi reticular, terletak pada diensefalon dan batang otak atas,
aktivasi terkait dengan tingkat kesadaran
- Serebelum, terletak pada dasar otak, yang mengoordinasi semua gerakan dan
membantu mempertahankan tubuh tetap tegak.

22

b. Medula Spinalis
- berupa suatu massa silindris jaringan saraf tertutup dalam tulang kolumna
vertebral, terhampar dari medulla hingga vertebral lumbal pertama dan kedua
- terdiri atas jaras saraf sensorik dan motorik yang penting, yang keluar dan masuk
ke dalam medulla melalui radiks saraf anterior dan posterior serta saraf perifer
dan spinalis
- sebagai perantara aktivitas reflex dari reflex tendon profunda (atau nervus
spinalis)
- terbagi dalam lima segmen: serviks (C1-8), toraks (T1-T12), lumbal (L1-5),
sacral (S1-5) dan koksigeus
- seratnya menyebar seperti ekor kuda pada L1-2, cauda equina

23

II.2.3 Kelompok Ensefalitis Virus


a. Ensefalitis primer yang bisa disebabkan oleh infeksi virus kelompok herpes
simplex, virus influenza, ECHO, Coxsackie dan virus arbo
b. Ensefalitis primer yang belum diketahui penyebabnya
c. Ensefalitis para-infeksiosa, yaitu ensefalitis yang timbul sebagai komplikasi
penyakit virus yang sudah dikenal, seperti rubeola, varisela, herpes zoster,
parotitis epidemika, mononucleosis infeksiosa dan vaksinasi
Menurut statistik dari 214 kasus ensefalitis, 54% (115 orang) dari penderita
ialah anak-anak. Virus yang paling sering ditemukan adalah virus herpes simplex
(31%), yang disusul oleh virus ECHO (17%).3
II.3 Meningoensefalitis virus
II.3.1 Definisi
Meningoensefalitis virus merupakan proses radang akut yang melibatkan
meningen dan sampai tingkat yang bervariasi, jaringan otak. Pada infeksi ini, CSS
ditandai dengan pleositosis dan tidak ada mikroorganisme pada pewarnaan Gram dan
biakan rutin.3
II.3.2 Etiologi

24

Agen etiologi spesifik tidak dikenali pada beberapa keadaan, tetapi penyebab
tersering adalah virus. Kelompok Enterovirus menyebabkan lebih daripada 80% dari
semua kasus. Enterovirus adalah virus berisi RNA kecil; 68 serotipe spesifik telah
teridentifikasi. Keparahan penyakit berkisar dari ringan, penyakit yang sembuh
sendiri dengan terutama keterlibatan meningen pada ensefalitis berat dengan
kematian atau sekuel yang berarti.3
II.3.3 Epidemiologi
Infeksi dengan enterovirus disebarkan secara langsung dari orang ke orang dan
masa inkubasi biasanya 4-6 hari, kebanyakan kasus terjadi pada iklim sedang terjadi
pada musim panas dan musim gugur.9
II.3.4 Patogenesis dan Patologi
Urutan kejadian bervariasi sesuai dengan agen infeksi dan hospes. Pada
umunya virus masuk melalui sistem limfatik, melalui penelanan enterovirus,
pemasukan pada membrane mukosa oleh campak, rubella atau HSV; atau dengan
penyebaran hematogen dari nyamuk atau gigitan serangga lain. Di tempat tersebut
mulai terjadi multiplikasi dan masuk aliran darah menyebabkan infeksi beberapa
organ. Pada stadium ini (fase ekstraneural) terjadi demam, sistemik, tetapi jika terjadi
muliplikasi virus lebih lanjut pada organ yang ditempati, penyebaran sekunder pada
sejumlah virus dapat terjadi. Kerusakan neurologis disebabkan oleh invasi langsung
dan penghancuran jaringan saraf oleh pembelahan virus secara aktif dan/atau oleh
reaksi hospes terhadap antigen virus. Kebanyakan penghancuran saraf mungkin
karena invasi virus secara langsung, sedangkan respon jaringan hospes yang hebat
mengakibatkan demielinisasi dan penghancuran vaskuler serta perivaskuler. Potongan
jaringan otak biasanya ditandai dengan kongesti meningeal dan infiltrasi
mononuclear, manset limfosit dan sel plasma perivaskuler, beberapa nekrosis jaringan
perivaskuler dengan pecahan myelin, gangguan saraf pada berbagai stadium,
termasuk pada akhirnya neuronofagia dan proliferasi atau nekrosis endotel.3
II.3.5 Manifestasi Klinis
Pada beberapa anak pada mulanya tampak ringan, tetapi dapat mendadak koma
dan meninggal. Selain itu terjadi demam tinggi, konvulsi yang berat yang diselingi
gerakan aneh dan halusinasi berselang-seling dengan periode sadar sebentar, tetapi
25

kemudian sembuh total. Mulainya sakit biasanya akut, didahului oleh demam akut
non-spesifik beberapa hari lamanya. Manifestasi pada anak yang lebih tua
diantaranya nyeri kepala dan hiperestesia, dan pada bayi adalah iritabilitas dan letargi.
Nyeri kepala paling sering frontal atau menyeluruh, pada remaja sering mengeluh
nyeri retrobulbar. Sering terjadi nausea dan muntah, nyeri di leher, punggung dan
kaki dan fotofobia. Ketika suhu tubuh naik, sering terjadi penurunan kesadaran,
sehingga berakibat stupor bersama dengan gerakan-gerakan aneh dan konvulsi.
Kehilangan kendali usus and kandung kemih serta ledakan emosi tanpa dibangkitkan
dapat terjadi.3,4,9
II.3.6 Kelainan Laboratorium dan Diagnosis
CSS mengandung sedikit sampai beberapa ribu sel/mm3 . Pada awal penyakit
selnya sering polimorfonuklear; kemudian sel dominasi mononuklear. Kadar protein
pada CSS cenderung normal atau sedikit naik dan kadar glukosa biasanya normal.
Cairan serebrospinal harus dibiakkan untuk membedakan infeksi virus, jamur, bakteri
atau mikrobakteria.3 Untuk mengetahui kadar globulin dan atau albumin pada CSS,
maka dilakukan tes Nonne dan Pandy. Tes Nonne berfungsi untuk mengetahui adanya
kandungan globulin di LCS, dengan prinsip kerja protein dalam suasana asam akan
membentuk endapan atau gumpalan berbentuk seperti cincin. Hasil positif (+) jika
terdapat cincin putih atau abu-abu pada perbatasan, sedangkan normalnya adalah
hasil negatif (-). Tes Pandy berfungsi untuk mengetahui adanya albumin dan globulin
di LCS, dengan prinsip kerja protein dalam cairan serebrospinal akan bereaksi dengan
larutan phenol jenuh yang akan membentuk kekeruhan. Hasil positif (+) jika terdapat
cincin putih kebiruan pada hasil yang keruh. Semakin tinggi kadar protein, maka
semakin keruh hasil reaksi ini. Kedua tes di atas dilakukan untuk mencurigai adanya
keadaan patologis, seperti meningitis, ensefalitis, polimielitis dan multiple sklerosis.9
Perbedaan hasil pemeriksaan cairan serebrospinal antara meningitis virus atau
meningoencephalitis dengan meningitis tuberculosis.
CONDITION
Normal

Pressure

Leukocytes
(mm3)

Protein
(mg/dL)

Glucose
(mg/dL)

26

Viral meningitis or
Meningoencephalitis
Tuberculous
meningitis

Normal or
slightly
elevated

Rarely
>1000 cells

Usually
50-200

Generally
normal

Usually
elevated

10 - 500

100 3000

<50 in
most cases

Sumber: Nelson Textbook of Pediatrics, 19th Edition.4

II.3.7 Diagnosis Banding


Meningitis yang disebabkan oleh bakteri yang paling sering menginvasi SSS,
H.influenzae tipe B, S.pneumoniae dan N.meningitidis. Beberapa gangguan seperti
keganasan, penyakit kolagen-vaskuler, perdarahan intracranial, pemajanan terhadap
obat-obatan atau vaskin tertentu.
II.3.8 Pengobatan
Sampai penyebab bakteri dikesampingkan, terapi antibiotik parenteral harus
diberikan. Berikut adalah nama-nama obat yang diberikan kepada pasien:10
- Nyeri kepala dan hiperestesia istirahat, analgetik yang tidak mengandung
-

aspirin, pengurangan cahaya ruangan dan kebisingan


Upaya pendukung atau rehabilitatif amat penting sesudah penderita sembuh
IVFD Kaen III B 1500 cc/24 jam
Diet makan lunak 1800 kcal
Injeksi Ceftriaxon 2x1,5 gr IV
Obat OAT:
INH 1x300 mg per oral per NGT
Rifampisin 1x300 mg per oral per NGT
Pirazinamid 2x300 mg per oral per NGT
Injeksi Streptomisin 1x600 mg IM
Prednison tab 4x15 mg per oral per NGT
Paracetamol 3x375 mg po (bila suhu tubuh >37,5oC)
Neurobiad 2x1 tab per oral per NGT
Laxadine syrup 3x10 ml
Injeksi Ranitidin 2x50 mg IV
Inpepsa syrup 3x5 ml per oral per NGT
Enervon C syrup 1x5 ml per oral per NGT
Obat tetes mata 4x1 gtt ODS
Salep mata oles 2x1/hari

I.10 PROGNOSIS
Ad. Vitam

: dubia ad malam

Ad. Fungsionam

: dubia ad malam
27

Ad. Sanationam

: dubia ad malam

BAB III
ANALISA KASUS
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis berdasarkan:
1. Pusing di bagian kepala sebelah kanan sejak 21 hari sebelum masuk rumah sakit
2. Mata pasien terasa buram dan pandangan kurang jelas sejak 14 hari sebelum
masuk rumah sakit
3. Badan dan ekstremitas atas dan bawah bagian kanan terasa lemas hingga sulit
berjalan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tersebut disertai sulit BAB sejak 21 hari sebelum masuk rumah sakit
dan pasien merasa nafsu makan berkurang sehingga berat badan menurun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil kedua mata tidak menutup sempurna, pandangan
selalu melihat ke arah atas, kemudian pada ekstremitas didapatkan kedua tangan

28

berada dalam posisi decortiale flexon dimana kedua tangan difleksikan di bahu,
terdapat kekakuan saat tangan kanan dan kiri diekstensikan secara pasif, serta kedua
kaki juga dalam posisi fleksi. Kemudian pada pemeriksaan tanda rangsang meningeal
ditemukan kaku kuduk positif, kernig sign dan laseque sign pada kaki sebelah kanan
positif.
Gejala yang ditimbulkan pada pasien tersebut sesuai dengan literatur yang
mengatakan bahwa gejala awal yang ditimbulkan pada anak yang menderita
meningitis serosa yang dapat disebabkan oleh virus atau Mycobacterium tuberculosis
biasanya didahului oleh demam tinggi tanpa penyebab yang jelas, nyeri kepala dan
hiperestesia, selain itu pasien juga dapat mengeluhkan adanya nyeri retrobulbar, tetapi
pada pasien ini lebih mengarah pada gangguan penglihatan yang unilateral atau dapat
juga mengenai kedua mata, hal ini disebabkan karena proses inflamasi akibat
meningitis tersebut sudah mengenai nervus yang terletak di belakang mata. Kemudian
adanya kaku kuduk merupakan salah satu tanda spesifik meningitis.
Pada pemeriksaan analisa cairan serebrospinal didapatkan hasil warna cairan
putih agak keruh, kemudian None (+) dan Pandy (+), kadar glukosa normal, protein
tinggi dan kadar klorida rendah. Cairan serebrospinal itu sendiri berada di ruang
subarakhnoid yang merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan
medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Perubahan dalam cairan
serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi.
Pada pasien ini didapatkan hasil cairan serebrospinal dengan warna putih agak keruh
yang menandakan adanya kandungan protein di dalamnya, dimana warna normal dari
cairan serebrospinal itu sendiri ialah jernih. Kadar elektrolit dalam cairan
serebrospinal tidak menunjukkan perubahan pada kelainan neurologis, hanya terdapat
penurunan kadar Cl- pada meningitis tapi tidak spesifik. Kadar glukosa yang normal
pada cairan serebrosspinal menunjukkan kemungkinan penyebab infeksi ini adalah
virus, karena jika disebabkan oleh bakteri, kadar glukosa biasanya menurun. Hal ini
dikarenakan glukosa tubuh kita dikonsumsi oleh bakteri. Dimana protein dalam
suasana asam yang berada di cairan serebrospinal akan membentuk endapan atau
gumpalan berbentuk seperti cincin. Semakin tinggi kadar globulin, maka semakin

29

tebal cincin keruh yang terjadi. Kemudian pemeriksaan ini juga menunjukkan hasil
tes Pandy positif, dimana menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar albumin
dan globulin di cairan serebrospinal.
Pada pemeriksaan MRI tidak ditemukan adanya kelainan. Kesan yang
didapatkan pada pemeriksaan ini adalah tak tampak tanda-tanda SOL (Space
Occupying Lession) dimana hal ini menyangkal diagnosis banding awal yaitu suspek
Guillane Barre Syndrome dan SOL. Dilakukannya MRI otak karena ada indikasi
penurunan kesadaran, masalah penglihatan dan adanya gerakan yang tidak normal
pada pasein ini.
Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan hasil urin agak keruh, adanya
peningkatan leukosit dan bakteri positif. Dengan adanya hasil laboratorium ini, pasien
ini curiga adanya infeksi saluran kemih, disamping itu karena adanya keluhan
anyang-anyangan pada pasien. Untuk lebih memastikan diagnosis, dilakukan
pemeriksaan mikrobiologi untuk melihat hasil kultur urin. Hasil pemeriksaan ini
menunjukkan hasil sediaan langsung dan hasil biakan urin tidak ditemukan adanya
pertumbuhan kuman. Maka dari itu kemungkinan anyang-anyangan bukan berasal
dari infeksi bakteri. Selain itu pada hasil foto thorax juga tidak ditemukan adanya
kelainan pada paru, dimana dapat kita lihat dari riwayat penyakit dahulu pasien yang
pernah menderita tuberculosis paru pada usia 9 tahun dan pasien mengalami putus
obat. Karena salah satu diagnosis untuk tuberculosis paru adalah hasil foto thorax.
Selain itu tidak ditemukan adanya kelainan pada jantung.
Pasien diberikan pengobatan antara lain:
1. Injeksi Ceftriaxone
Tujuan: Antibiotik spektrum luas. Ceftriaxone cepat berdifusi ke dalam jaringan
dan cairan tubuh. Ceftriaxone dapat menembus sawar darah otak, sehingga
dapat dicapai kadar obat yang cukup tinggi dalam cairan serebrospinal.
Dosis: 15-50mg/kgBB/hari. Pada pasien ini BB 33 kg, sehingga dosis yang didapat
2 x 1,5 gr/hari IV.
2. IVFD Kaen III B 1500 cc/24 jam
Tujuan: larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan cairan air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada

30

keadaan asupan oral terbatas.


3. Obat Anti Tuberkulosis
Tujuan: karena pada usia 8 tahun pasien mengalami infeksi tuberkulosis dan putus
pengobatan, sehingga diberikan obat ini untuk mencegah infeksi oleh
kuman Tuberculosis tersebut
4. Diet makan lunak 1800 kcal
Tujuan: memperbaiki asupan nutrisi yang kurang karena pasien juga

kesulitan

makan makanan biasa


5. Prednison
Tujuan: karena adanya gangguan penglihatan pada mata pasien yang mungkin
disebabkan karena neuritis optik akibat penyakit pada pasien ini
Dosis: 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
6. Paracetamol
Tujuan: antipiretik diberikan jika pasien demam saja, selain itu berfungsi untuk
pereda rasa sakit
Dosis: 10-15 mg/kgBB/kali
7. Neurobiad 2x1 tab per oral per NGT
Tujuan: suplemen vitamin B kompleks yang merupakan vitamin neurotropik, yang
berfungsi untuk melindungi sel-sel saraf. Setiap 1 tablet suplemen
mengandung vitamin B1 sebanyak 100 mg, vitamin B6 200 mg dan
vitamin B12 200 mcg
8. Laxadine syrup 3x10 ml
Tujuan: untuk mengatasi sulit buang air besar pada pasien. Obat ini bekerja dengan
merangsang peristaltik usus besar, menghambat reabsorbsi air dan
melicinkan jalannya feses
9. Inpepsa syrup
Tujuan: untuk menetralkan asam lambung
Dosis: 3x1C per oral per NGT
10. Enervon C
Tujuan: suplemen vitamin untuk membantu menjaga daya tahan tubuh
Dosis: syrup 1x5 ml per oral per NGT
11. Obat tetes mata 4x1 gtt ODS
12. Salep mata oles 2x1/hari
13. Bladder training
31

Tujuan: untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal


perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran urin
Terapi yang telah diberikan untuk pasien ini sudah sesuai dengan indikasi gejalagejala pasien dan diagnosis yang mengarah kepada meningoencephalitis serosa yang
dapat disebabkan karena infeksi Mycobacterium tuberculosis atau virus. Sebaiknya
dicantumkan cara pemberian obat per oral per NGT. Pembentukan diet juga harus
disesuaikan dengan kesehatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Susana, MD, George H. McCracken, Jr, MD. Bacterial Meningitis in Children


Department of Pediatrics, Division of Pediatric Infectious Disease, University of
Texas Southwestern Medical Center of Dallas, Pediatr N Am 2005;52:795-810.
2. Ginsberg L. Difficult and reccurent meningitis. Journal of Neurology,
Neurosurgery and Psychiatry. 2004: 75: 16-21.
3. Wahab, Samik A. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15 vol.2, 2012, EGC,
Jakarta.
4. Kliegman, Stanton, et.al,. Nelson Textbook of Pediatrics, 19 th Edition, 2011,
Elsevier Saunders.
5. Mardjono, M, Sidharta, P. Neurologi Dasar Klinis, 2012, Dian Rakyat, Jakarta.
6. Bickley, LS. Buku saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates, 2013,
EGC, Jakarta.
7. Lin JJ, Lin KL, Wang HS, Hsia SH and Awau CT. Analysis of status epilepticus
related presumed encephalitis in children. Eur J Pediatr Neurol 2008; 12: 32-7.
8. Tintinalli, JE, Emergency medicine, American collage of Emergency Physicians,
7th edition, 2013, EGC, Jakarta.

32

9. Faust, SN, Steele RW. Pediatric Aseptic Meningitis. Medscape, 2015.


10. Katzung BG, Farmakologi Dasar & Klinik, edisi 10, EGC, Jakarta.

33

You might also like