Professional Documents
Culture Documents
BAB II
KONSEP DASAR PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
1.
Umum
Falsafah keperawatan
Pengertian Praktik Keperawatan
Tujuan keperawatan profesional
Unsur unsur keperawatan
Ruang Lingkup Peran Perawat Profesional
Soal-soal dan latihan
Umum
5.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1983).
Pelayanan professional adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh seorang
tenaga yang telah selesai mengikuti pendidikan formal keperawatan, yang telah disahkan
oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara profesional dan sesuai dengan kode etik keperawatan.
Perawat merupakan bagian integral(terpenting) dalam suatu instansi kesehatan
karena perawat merupakan kerangka dasar yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
memberikan pelayanan kesehatan, dalam semua instansi kesehatan jumlah perawat lebih
banyak dari jumlah tenaga kesehatan yang lain.
Untuk menjadi perawat profesional, seseorang minimal harus menempuh jenjang
pendidikan setara diploma tiga (D III), sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat ini. Hal
ini dapat disebut sebagai bagian dari ilmu. Kiat menjadi seorang perawat adalah cara atau
seni dalam memberikan pelayanan kesehatan, sesuai dengan cara atau metode yang
dimiliki setiap perawat.
Dalam keperawatan professional, mencangkup pelayanan kesehatan di bidang biopsiko-sosio-spiritual yang merupakan bentuk perawatan holistic.
Pelayanan yang komprehensif dalam keperawatan mencangkup hal-hal sebagai
berikut : Preventif (pencegahan), Promotif (peningkatan), Kuratif (pengobatan), dan
Rehabilitatif (pemulihan).
Pemberian asuhan keperawatan harus mencangkup semua siklus kehidupan, yang
berawal dari proses pembuahan dalam rahim hingga kematian.
6.
b.
Falsafah Keperawatan menurut Martha Rogers, 1970 yaitu bahwa
keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit,
perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.
c.
Falsafah Keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) yaitu bahwa
keperawatan memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang
merupakan dasar bagi kehidupan yang baik dan juga merupakan disiplin ilmu yang
berorientasi kepada praktik keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada klien / pasien.
d.
Falsafah Keperawatan menurut Jean Watson (Caring).Caring adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal berperikemanusiaan, orientasi ilmu
pengetahuan manusia ke proses kepedulian pada manusia, peristiwa, dan
pengalaman. Ilmu pengetahuan caring meliputi seni dan umat manusia seperti
halnya ilmu pengetahuan.Perilaku caring meliputi mendengarkan penuh perhatian,
penghiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, menyediakan informasi
sehingga pasien dapat membuat suatu keputusan
e.
Falsafah Keperawatan menurut Betty Neuman.Newman menggunakan
pendekatan manusia utuh dengan memasukkan konsep holistik, pendekatan
sistem terbuka dan konsep stresor.
7.
a.
Praktik Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional (Ners)
melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga
kesehatan yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya (CHS,1992).
b.
Menurut American Nursing Association (ANA) : perlakuan terhadap
kompensasi pelayanan profesinal yang memerlukan pengetahuan khusus tentang
ilmu biologi, fisika/ilmu alam, perilaku, psikologi, sosiologi dan teori keperawatan
sebagai dasar untuk mengkaji, menegakkan diagnose, melakukan intervensi, dan
wvaluasi upaya peningkatan dan pemertahanan kesehatan; penemuan dan
pengelolaan masalah kesehatan, cidera, atau kecacatan; pemertahanan fungsi
optimal; atau meninggal dengan nyaman
c.
NCBSN(National Council of State Boards of Nursing) : Praktik keperawatan
berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau
meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan
mengkaji status kesehatannya, menentukan diagnose, merencanakan dan
mengimplementasikan strategi perawatan untuk mencapai tujuan, serta
mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan.
8.
9.
Unsur-unsur keperawatan
a.
Keperawatan sebagai ilmu dan seni merupakan implementasi ilmu fisika
biologi, perilaku manusia dan ilmu sosial
b.
Keperawatan sebagai profesi berorientasi pada pelayanan unutk membantu
orang lain dalam mengatasi perubahan yang timbul akibat gangguan kesehatan/
penyakit
c.
Sasaran : individu/pasien, keluarga, kelompok masyarakat dan masyarakat
d.
Jasa kepeawatan mencangkup pelayanan kesehatan oleh para perawat yang
bekerja sama dengan tenang lain dalam pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
10.
11.
Soal-soal latihan
BAB III
PENGERTIAN DAN KOMPONEN
MODEL PRAKTIK PERAWATAN
12.
Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat menjelaskan pengertian dan komponen
model praktik perawatan dengan benar
13.
14.
5)
pengendalian.
Pilar II: sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP
dan setiap ada penambahan perawatan baru.
a.
Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga
yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien.
b.
Metoda pemberian asuhan keperawatan :
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap
metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
c.
Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan
masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan.
d.
Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka
informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang
pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi
sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian
asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
18.
BAB IV
KETENAGAAN PELAYANAN
KEPERAWATAN PROFESIONAL
19.
Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat menjelaskan tentang ketenagaan
pelayanan keperawatan profesional dengan benar
20.
21.
Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga
yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien. Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
1).
Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 2 jam/24 jam ang terdiri
atas :
a)
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b)
Makan dan minum dilakukan sendiri
c)
Ambulasi dengan pengawasan
d)
Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e)
Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f)
Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2).
Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 4 jam/24 jam yang
terdiri atas
a)
Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b)
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c)
Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d)
Voley kateter/intake output dicatat
e)
Klien
dengan
pemasangan
infus,
persiapan
pengobatan,memerlukan prosedur
3).
Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 6 jam/24 jam :
a)
Segala diberikan/dibantu
b)
Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c)
Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d)
Pemakaian suction
e)
Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu
Pagi
Sore
Malam
Klasifikasi
Minimal
0,17
0,14
0,10
Partial
0,27
0,15
0,07
Total
0,36
0,30
0,20
Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal,
15 pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga
pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
-------------------Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk
dinas pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan
sebaiknya dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.
Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan
Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut
adalah
a.
Perawat shift : 10 orang
b.
Libur cuti : 5 orang
c.
Ketua tim : 3 orang
d.
Kepala Ruangan : 1 orang
e.
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga
keperawatan yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang
dikembangkan Arndt dan huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara
populer disebut Formula Gillies, yaitu dengan komponen yang dipertimbangkan
dalam perhitungan :
a.
Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari
b.
Rata-rata sensus harian pasien.
c.
jumlah hari/tahun = 365 hari,
d.
Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.
e.
Jumlah jam kerja perawat setiap hari.
f.
Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
g.
Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun
h.
Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.
Rumus :
AXBXC F
------------- = ----- = H.
(C-D) E
G
Contoh :
A= 4
B = 20
E=8
4 x 20 x 365 29.200
--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)
(365 140) 8 1800
Catatan : penentuan jumlah rata-rata jam perawatan pasien dengan
mempertimbangkan :
a.
Minimal care : 1-2 jam/24 jam
b.
Moderate care/partial care : 3 - 4 jam/24 jam
c.
Total care : 5 6 jam/24 jam.
Contoh : Berdasarkan soal pada klasifikasi tingkat ketergantungan pasien pada
Ruang Rawat yaitu terdapat 30 orang pasien, yang terdiri dari 10 minimal care, 15
partial care dan 5 total care. Maka jumlah rata-rata jam perawatan adalah :
BAB V
METODE PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
23.
Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat menjelaskan metode pemberian asuhan
keperawatan dengan benar.
24. Sub Pokok Bahasan.
a. Pengertian Pemberian asuhan keperawatan
b. Pola pemberian asuhan keperawatan
c. Proses Perawatan
d. Metode Pemberian asuhan keperawatan
Pengertian
25. Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Pola Pemberian asuhan Keperawatan
26. Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan,
yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.
a.
Penugasan Keperawatan Fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu
ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan
khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti
verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini
didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat
pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat
kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung
jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana
bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat
pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada
seorang pasien.
Keuntungan :
1)
Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2)
Cepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang
tenaga keperawatan professional.
3)
Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan
selalu berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian :
1) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
2) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
3) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
4) Pelayanan tidak professional.
5) Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
b.
pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang
fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
a.
Identifikasi masalah
b.
menyusun alternatif penyelesaikan masalah
c.
pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d.
evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses
keperawatan yaitu:
a.
pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
b.
diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah
keperawatan
c.
rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
d.
implementasi rencana dan
e.
evaluasi hasil tindakan.
Macam Macam Metode Asuhan Keperawatan
28.
Beberapa macam metode asuhan keperawatan
a.
Metode Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok,
selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota
tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan
tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
1) Ketua tim
2) Pelakaana perawatan
3) Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih
baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Kelebihan metode tim :
1)
Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2)
Pasien dilayani secara komfrehesif
3)
Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
4)
Tercipta kerja sama yang baik .
5)
Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6)
Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode tim:
1)
Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
2)
Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas
terhambat.
3)
Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua
tim.
4)
b.
Metode Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2002).
Kerugian metode fungsional:
a.
Pasien mendapat banyak perawat.
b.
Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
c.
Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
d.
Pelayanan terputus-putus
e.
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Metode MPKP
Suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart&Woods, 1996 dalam Sitorus,2005).
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai sejak
diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan
(1983). Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional, Departemen Kesehatan, dan organisasi profesi dengan terus
mengembangkan keperawatan diantaranya membuka pendidikan pada tingklat
sarjana, mengembangkan kurikulum keperawatan dan mengembangkan standar
praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Deden Dermawan,S.Kep.,Ns, Pengantar Keperawatan Profesional, Gosyen
Publising
2.
Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat.Jakarta:EGC.