You are on page 1of 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (American Diabetes Association [ADA], 2010). Menurut Bilous tahun 2008
mengatakan bahwa DM adalah perubahan menetap dalam sistem kimiawi tubuh yang
mengakibatkan darah mengandung terlalu banyak gula. Brunner dan Suddarth tahun 2014
mengatakan DM merupakan sekelompok kelainan heteregon yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa darah dalam darah atau hiperglikemia.
DM merupakan penyakit seumur hidup yang sampai saat ini pengobatan untuk
menyembuhkan DM belum dijumpai. Badan kesehatan dunia World Heart Organization
(WHO) tahun 2016 menyatakan bahwa ada sekitar 422 juta orang penyandang DM yang
berusia 18 tahun diseluruh dunia atau sekitar 8,5 % dari penduduk dunia. WHO juga
memprediksikan dengan meningkatnya jumlah penyandang DM akan menjadi salah satu
ancaman bagi kesehatan global (Depkes, 2016)
International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014 memprediksikan adanya kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada
tahun 2035, dengan data tersebut Indonesia menempati peringkat ke 5 di dunia
dibandingkan data IDF pada tahun 2013 yang menempati peringkat ke tujuh. Data yang
diambil dari sample registration survey tahun 2014 menunjukan bahwa DM penyebab
kematian terbesar nomor tiga di Indonesia dengan presentase 6,7% setelah stroke (21,1%)

dan penyakit jantung koroner (12,9%). Bila tidak ditanggulangi kondisi ini dapat
menyebabkan penurunan produktifitas, disabilitas dan kematian dini (Kemenkes, 2016).
Proporsi dan perkiraan jumlah penduduk usia 15 tahun yang terdiagnosa DM di
Indonesia menunjukan bahwa Riau barada diposisi ke empat dengan jumlah penderita DM
sebesar 41,071 dengan persenan 0,1 % (Kemenkes, 2014).
Klasifikasi dari DM ada beberapa jenis yaitu DM tipe 1 atau Insulin Dependent
Diabetes Mellitus/IDDM, DM tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM, DM gestasional (DM dalam kehamilan), dan DM tipe lain (Soegondo,
2015). Jenis DM yang paling banyak diderita adalah DM tipe 2. Penderita DM tipe 2 di
dunia sebanyak 90%, yang disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat (Kemenkes,
2016). DM tipe 2 merupakan gangguan metabolik seperti adanya gangguan sekresi insulin,
resistensi insulin dan adanya penglepasan glukosa hati yang berlebihan (Ilyas, 2015).
Pada penderita DM tipe 2 lebih banyak wanita yang mengidap penyakit ini
dibandingkan pria. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena DM tipe 2 ini munculnya
di usia yang lebih lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama (Bilous, 2008). DM tipe 2
disebut juga sebagai the silent killer karena perjalanan penyakitnya yang lama dan tenang
gejalanya tidak mendadak seperti tipe 1, tipe 2 cenderung lambat dalam mengeluarkan
gejala hingga banyak orang yang baru mengetahui dirinya terdiagnosa berusia lebih dari
40 tahun (Novitasari, 2012). Untuk kebanyakan individu DM tipe 2 berkaitan dengan
kegemukan atau obesitas, selain itu kecenderungan pengaruh genetik memungkinkan
individu mengidap penyakit DM cukup kuat (Corwin, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Awad dkk, tahun 2011 tentang Gambaran Faktor Resiko
Pasien DM tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSU Prof.Dr.R.D Kandou Manado didapatkan
hasil kasus DM tipe 2 terbanyak di Poliklinik Endokrin dan Metabolik terbanyak terdapat
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Faktor resiko yang didapatkan untuk terjadinya
DM tipe 2 adalah indeks massa tubuh (IMT) > 23 terbanyak pada IMT adalah golongan
obesitas, hipertensi > 140/90 mmHg, dislipidemia, riwayat keluarga dan umur > 40 tahun.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Trisnawati dan Setyogoro tahun 2012 di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat didapatkan hasil penelitian bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 adalah variabel umur, riwayat DM, aktifitas fisik,
IMT, tekanan darah, stres dan kadar kolesterol.
Menurut Boedisantoso (2015) komplikasi dari DM seperti hipoglikemi dan
hiperglikemi merupakan perjalanan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi dari
perjalanan penyakit DM. Komplikasi tersebut menimbulkan komplikasi akut dan
komplikasi kronik. Komplikasi akut tersebut berupa koma hipoglikemi dan koma
ketoasidosis, sedangkan untuk komplikasi kronis dibagi menjadi dua yaitu komplikasi
mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler yaitu nefropati diabetik dan
retinopati diabetik, sedangkan untuk komplikasi makrovaskuler yaitu penyakit jantung
koroner, pembuluh darah kaki dan pembulih darah otak (Waspadji, 2015).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edwina, dkk dari Januari 2011 sampai
Desember 2012 tentang pola komplikasi kronis penderita DM tipe 2 rawat inap dibagian
penyakit

dalam

RS.Dr.M.Djamil

padang

yaitu

komplikasi

mikrovaskuler

dan

makrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler diantaranya penyakit jantung koroner, penyakit

pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh darah perifer dan untuk komplikasi
mikrovaskulernya yaitu retinopati diabetik, nefropati diabetik dan neoropati diabetik.
Gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita DM yaitu poliuria, polidipsia, rasa lelah
dan kelemahan otot, serta polifagia. Meskipun DM tipe 1 dan DM tipe 2 memperlihatkan
gejala yang sama akan tetapi untuk DM tipe 2 sering memperlihatkan satu atau lebih gejala
non-spesifik, antara lain peningkatan angka infeksi akibat peningkatan kosentrasi glukosa
di sekresi mukosa, gangguan penglihatan, pretesia atau abnormalitas sensasi, kandidiasis
vagina dan pelisutan otot (Corwin, 2009).
Untuk mengetahui apakah seseorang menderita DM perlu dilakukan pemeriksaan
kadar glukosa dalam darah. Pemeriksaa glukosa darah yang dianjurkan adalah dengan
pemeriksaan enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Untuk pemantuan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2015) dari hasil
pemeriksaan glukosa darah dapat diketahui glukosa darah puasa normal < 100 mg/dl , dan
glukosa plasma 2 jam setelah tes toleransi glukosa terganggu (TTGO) < 140 mg/dl.
DM tipe 2 termasuk kedalam 10 penyakit terbanyak rawat inap di Provinsi Riau pada
tahun 2013 yang berjumlah 398 kasus dan berada diposisi 9 (Profil Kesehatan Provinsi
Riau, 2013). Untuk di Kota Dumai pada tahun 2011 DM tipe 2 berjumlah 948 orang,
pasien rawat jalan dengan kasus DM tipe 2 diseluruh Rumah Sakit yang ada di Kota
Dumai tahun 2014 berjumlah 1.546 dengan persentase 1,49% dan berada di urutan 8,
sedangkan untuk pasien rawat inap dengan DM tipe 2 yang ada di Rumah Sakit Kota

Dumai tahun 2014 berjumlah 328 dengan persentase 2,14% berada diurutan 8 (Profil
Kesehatan Kota Dumai, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis di RSUD Kota Dumai Pasien DM
tipe 2 yang berobat jalan pada tahun 2015 berjumlah 411 pasien, sedangkan data untuk
pasien DM tipe 2 dari tahun 2016 bulan Januari sampai bulan Juni pasien yang dirawat
inap sebanyak 261 pasien.
Hasil wawancara awal yang telah dilakukan peneliti terhadap 6 pasien DM tipe 2 yang
dirawat inap, didapatkan hasil bahwa pasein DM yang dirawat dengan komplikasi
hipoglikemi, hiperglikemi dan ulkus diabetikum. Pasien yang dirawat ada yang tidak
menyadari bahwa dirinya penyandang DM dan diantara penyebab yang lain adalah
pengaruh riwayat keluarga,obesitas, dan faktor usia
Mengingat angka kejadian DM tipe 2 cukup tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia dan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar,
perlu dilakukan penanggulanganya secara tepat dan harapanya jumlah pasien DM tipe 2
prevalensinya dapat menurun. Saat sekarang ini di RSUD Kota Dumai belum adanya
pendataan terperinci tentang pasien DM tipe 2 yang di rawat dengan keluhan masuk
dengan hipoglikemi, hiperglikemi, ketoasaidosis maupun dengan ulkus diabetikum dan
komplikasi jangka panjang. Oleh karena itu perlu di ketahui analisis pasien DM tipe 2
dengan melakukan pendataan lebih lanjut. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
Analisis pasien DM tipe 2 yang dirawat inap di RSUD Kota Dumai.

B. Rumusan Masalah
DM merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya. Pasien penderita DM tipe 2 yang di rawat inap di RSUD Kota Dumai yang
jumlahnya terus bertambah setiap tahun dengan berbagai macam kasus diantaranya: faktor
resiko, komplikasi akut dan kronik DM tipe 2. Berkaitan dengan terus bertambahnya
pasien dengan DM tipe 2 tersebut khususnya pasien yang di rawat inap dan belum adanya
pendataan terperinci tentang pasein DM tipe 2 dengan berbagai macam penyebab kasus
pasien yang di rawat inap perlu dilakukan penelitian tentang analisis pasien DM tipe 2.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Analisis pasien DM tipe 2 yang di rawat
inap.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian ini peneliti membagi tujuan penelitian menjadi tujuan umum
dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Analisis pasien
Diabetes Melitus tipe 2 di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis karakteristik sosiodemografi pasien DM tipe 2 (jenis
kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan) terhadap kejadian DM tipe 2 di ruang
rawat inap RSUD Kota Dumai.
b. Untuk menganalisis faktor resiko pasien DM tipe 2 (riwayat keluarga dan
obesitas) di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai
c. Untuk menganalisis kejadian komplikasi akut DM tipe 2 (hipoglikemi,
hiperglikemi dan ketoasidosis) pada pasien DM tipe 2 di ruang rawat inap RSUD
Kota Dumai

d. Untuk menganalisis kajadian komplikasi kronis (retinopati, nefropati dan


neoropati diabetik) pada pasien DM tipe 2 di ruang rawat inap RSUD Kota
Dumai
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya ilmu keperawatan bagi perawat
dalam pencegahan dan penaganan lebih lanjut pada pasien DM sehingga asuhan
keperawatan dapat diberikan.
2. RSUD Dumai
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi RSUD
Dumai terkait dengan analisis pasien DM tipe 2 yang di rawat inap sehingga
diharapkan dengan penelitian ini dapat meningkatkan mutu suhan keperawatan di
RSUD Kota Dumai.
3. Manfaat untuk masyarakat
Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan kesadaran
masyarakat tentang penyakit DM khusunya DM tipe 2.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Penelitian ini bisa digunakan sebagai peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian
tentang penyakit DM tipe 2.

You might also like