Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Diabetes Melitus
American Diabetes Association (ADA) pada tahun 2010 mengatakan DM
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Brunner dan Suddarth (2014) menggemukakan bahwa DM adalah sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah dalam darah
atau hiperglikemi. Menurut Bilous tahun 2002 DM adalah perubahan menetap
dalam sisitem kimiawi tubuh yang mengakibatkan darah mengandung banyak gula.
Berdasarkan beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa DM adalah suatu
penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah
yang terjadi karena gangguan hormonal yang mengakibatkan kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2. Patogenesis
Patogenisis dari DM tipe 2 ini ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer,
gangguan hepatic glucose production (HGP) dan penurunan fungsi sel beta yang
akhirnya sel beta akan mengalami kerusakan. Pada stadium pradiabetes (glukosa
darah puasa atau toleransi glukosa terganggu) akan terjadi resistensi insulin yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi resistensi
insulin agar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta tidak sanggup
untuk mengkompensasi resisitensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat
10
dan fungsi dari sel beta ikut menurun. Ternyata terjadi penurunan fungsi sel beta
secara progresif sampai akhirnya sel beta tersebut tidak mampu lagi untuk
mengsekresi insulin (Suyono, 2015).
3. Klasifikasi DM
Berdasarkan dari penyebabnya, DM dibedakan menjadi beberapa jenis.
Menurut ADA tahun 2010 DM di bagi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas sebab dari
autoimun.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Non-Dependent Diabetes Melitus/NIDDM
DM tipe 2 ini terjadi akibat insulin tidak bisa membawa glukosa masuk
kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
c. Diabetes Melitus tipe lain
DM ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik
lain.
d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi pada masa kehamilan, karena intoleransi glukosa
pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga.
DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal.
4. Etiologi
DM disebabkan oleh kurangnya produksi dan keterbatasan insulin dalam tubuh
atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya jumlahnya cukup.
Kekurangan insulin disebabkan oleh terjadinya kerusakan sebagian kecil atau
sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin (Novitasari, 2012).
11
12
BB (Kg)
IM T =
TB (m) apakah berat badan seseorang ideal
IMT digunakan untuk mengetahui
ataupun tidak untuk mengetahuinya dapat digunakan tabel dibawah ini :
Tabel 1
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Hasil IMT
Kategori
13
< 18,5
BB Kurang
18,5-22,9
BB Normal
23,0
BB Lebih
23,0-24,9
Dengan Resiko
25,0-29,9
Obesitas I
30
Obesitas II
Sumber : PERKENI (2015)
5. Patofisologi.
Waspadji (2006) mengemukakan Pankreas adalah organ pipih yang terletak
dibelakang dan sedikit dibawah lambung dan abdomen. Didalam pankreas terdapat
kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta yang disebut dengan pulau
langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin. Sel beta
berperan dalam mengatur kadar glukosa darah, mensekresi insulin yang
menurunkan kadar glukosa darah dan juga mengeluarkan somatostatin.
Insulin adalah hormon Anabolik (pembentuk) utama tubuh yang mempunyai
efek lain selain menstimulasi transport glukosa. Insulin yang menyediakan glukosa
ke tubuh kita, membangun protein, dan mempertahankan kadar glukosa dalam
plasama (Corwin, 2009).
Pada keadaan DM tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan bisa lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel yang kurang.
Reseptor ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Pada
DM tipe 2 lubang kunci inilah yang kurang, sehingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor)nya kurang, maka
glukosa yang masuk kedalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat (Subekti, 2015).
Pada kebanyakan kasus yang banyak dijumpai adalah DM tipe 2 yang
mempunyai kelainan resistensi insulin, awalnya resistensi insulin belum
menyebabkan diabetes klinis. Sel beta pangkreas masih bisa mengkompensasi
14
insulin yang disebut dengan hiperinsulinemia dimana kadar glukosa darah masih
normal atau sedikit meningkat. Kemudian lama kelamaan sel beta menjadi
kelelahan dan tidak mampu lagi mensekresikan insulin sehingga terjadilah diabetes
melitus klinis yang ditandai adanya kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa
darah sesudah makan meningkat (Waspadji, 2015).
f. Manifestasi Klinis
Menurut Novitasari tahun 2012 tanda dan gejala dari DM ini ada tiga hal yang
tidak bisa dipisahkan, yaitu:
Polyuria (banyak kencing)
Ini dikarenakan kadar gula yang tinggi diatas 160-180 mg/dl maka
1.
glukosa akan sampai ke urin tetapi jika bertambah tinggi lagi kadar glukosa,
ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang. Gula bersifat menarik air sehingga bagi penderitanya akan
2.
mengalami polyuria.
Polydipsia (banyak minum)
Diawali banyaknya urin yang keluar maka tubuh mengadakan
3.
15
dengan bahan plasma darah vena. Untuk pemantauan pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Diagnosa DM dapat ditegakkan dengan 4 cara menurut PERKENI tahun 2015
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa plasma 200 mg/dl setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl dengan keluhan klasik
d. Pemeriksaan HbA1c 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin StandarizationProgram (NGSP).
Glukosa darah yang normal yang harus dipertahankan yaitu < 100 mg/dl dan
<140 mg/dl untuk glukosa plasma 2 jam setelah TTGO (PERKENI, 2015).
h. Komplikasi
Kompilikasi akut dari DM tipe 2 dibagi menjadi komplikasi akut dan kronis.
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa seseorang meningkat atau menurun
dalam waktu yang singkat. Komplikasi kronis yaitu kelainan pembuluh darah
seperti retinopati, nefropati diabetik dan neoropati diabetik yang beresiko tinggi
untuk terjadinya ulkus diabetikum (PERKENI, 2015).
a. Kompilikasi akut
Komplikasi akut dari DM tipe 2 yaitu hipoglikemi, hiperglikemi dan
ketoasidosis.
1) Hipoglikemi
Menurut Brunner dan Suddarth tahun 2014 hipoglikemi adalah kadar
glukosa darah yang abnormal atau rendah terjadi jika gula darah turun
dibawah 60 mg/dl hingga 50 mg/dl. Kejadian ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin berlebihan dan pemberian obat oral yang berlebihan.
Pada pasien DM tidak semua yang mengalami gula darah rendah
mengalami hipoglikemi, tetapi untuk pasien yang gula darah rendah dengan
16
untuk
mengatasi
dehidrasi
terutama
untuk
subkelompok
17
18
19
penyandang
(PERKENI, 2015).
diabetes
akan
mengalami
nefropati
diabetik
20
21
22
23
C. Pertanyaan peneliti
Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti, maka peneliti membuat
pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah Analisis pasien DM tipe 2 yang dirawat inap di
RSUD Kota Dumai?