You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA CEREBRAL HEMATOMA ( ICH )

KELOMPOK STASE KGD RUANG ICU


1. MARLENA
2. MIA KURNIA
3. RENNY YANUANTATI
4. YULI SUSANTI
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)

PERGURUAN TINGGI MITRA LAMPUNG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
PRODI KEPERAWATAN
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan


otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.
Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang
disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah
hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm,
Perifer, Adanya pergeseran garis tengah, Secara klinis hematom tersebut dapat
menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi. Operasi yang dilakukan biasanya
adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari tulang kepala. Faktor-faktor
yang menentukan prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang
menentukan prognose perdarahan subdural. (Paula, 2009)
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak
.Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah
kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul. (Suharyanto, 2009)
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu
sendiri. Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera
kepala terbuka .intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke
hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi. (Corwin, 2009)
B. ETIOLOGI

1. Hipertensi 80%

Meningkatnya tekanan darah yang dapat menyebabkan

pembuluh darah kecil pecah di dalam otak.


2. Blood thinner therapy : obat-obatan seperti coumadin, heparin, dan warfarin
digunakan untuk mengobati jantung dan kondisi stroke.
3. AVM: jalinan arteri dan vena yang abnormal tanpa kapiler
4. Aneurisma: tonjolan atau melemahnya dinding arteri.
5. Trauma kepala : Patah tulang pada tengkorak dan luka tembus (tembak)
dapat merusak arteri dan menyebabkan perdarahan.
6. Gangguan perdarahan: hemofilia, anemia sel sabit, DIC, trombositopenia.
7. Tumor : Tumor yang sangat vaskular seperti angioma dan tumor metastasis
dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan ke dalam jaringan otak.
8. Amyloid angiopathy 80% penyakit degeneratif arteri.

9. Penggunaan obat: kokain dan obat terlarang lainnya dapat menyebabkan


perdarahan intraserebral.
10. Spontan: ICH oleh penyebab yang tidak diketahui

C. PATHWAYS
Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, , Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok
Pecahnya pembuluh darah
otak (perdarahan intracranial)
Darah masuk ke dalam
jaringan otak
Penatalaksanaan :
Kraniotomi

Darah membentuk massa


atau hematoma

Sel Luka
melepaskan
insisi
Port dentri
Penekanan pada jaringan
mediator
nyeri
:
Impuls
ke
pusat
pembedahan
Mikroorganisme
Somasensori korteks
Ketidakefektifan
otak
prostaglandin,
nyeri
Kelemahan otot
Metabolisme Gangguan
otakdi
: otak
nyeri
Vasodilatasi
Impuls
ke
pusat
perfusiPeningkatan
jaringan aliran
pemenuhan
Tekanan
Kerusakan
Kerusakan
mobilitas
Gangguan
darah
sitokinin
(thalamus)
progresif
ADL
dibantu
anaerob
dipersepsikan
Nyeri
pembuluh
darah
cerebral
nyeri
di otak
Resiko
infeksi
kebutuhan
Intracranial
neuromotorik
fisik
danADL
oksigen ke otak

Refleks
menelan menurun
Ketidakseimbangan
Anoreksia
kebutuhan
nutrisi
Fungsi
Fungsi
otak
otakmenurun
menurun

(Corwin, 2009)
D. TANDA DAN GEJALA

Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah


orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas.
Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak
ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk
sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan

tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu


atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh.
Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan
kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik
sampai menit. Menurut Corwin (2009) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral
Hematom yaitu :
a Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
b
c
d
e

membesarnya hematom.
Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan

motorik dapat timbul segera atau secara lambat.


Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan
tekanan intra cranium.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo


(2006) adalah sebagai berikut :
a Angiografi
b Ct scanning
c Lumbal pungsi
d MRI
e Thorax photo
f Laboratorium
g EKG

F. PENGKAJIAN PRIMER

Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway


a Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya
menurun. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan penurunan
kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan

hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan dapat


dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut. Lihat
adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila
ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway. Airway (jalan
napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan memperhatikan kontrol
servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi servikal sampai
terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari segala
sumbatan, benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah
dan lain-lain. Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS
(Glasgow Coma Scale) < 8, pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika
b

saturasi oksigen tidak mencapai 90%.


Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi

(suara napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.


c Feel (raba)
Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
a Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding
dada yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting) atau
flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan susah (labored
breathing) sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman terhadap
oksigenasi penderita dan harus segera di evaluasi. Evaluasi tersebut
meliputi inspeksi terhadap bentuk dan pergerakan dada, palpasi terhadap
kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi, perkusi
untuk menentukan adanya darah atau udara ke dalam paru.
b Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada.
Penurunan atau tidak terdengarnya suara napas pada satu atau
hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati
terhadap adanya laju pernapasan yang cepat-takipneu mungkin
menunjukkan kekurangan oksigen.
c Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi tentang
saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan
adanya ventilasi yang adekuat

Circulation dengan kontrol perdarahan


a Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk
b

mempertahankan cardiac output walaupun stroke volum menurun


Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistolik-

tekanan diastolik)
Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka

timbullah hipotensi
Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut

tekan pada daerah tersebut


Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal
MAE (Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa,
biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini membantu

mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)


Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari
terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.

Disability
a GCS setelah resusitasi
b Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
c Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi
tubuh penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama
pemeriksaan. Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara logrolling dengan harus menghindari terjadinya hipotermi (America College of
Surgeons ; ATLS)
a Secondary Survey
1 Kepala dan leher
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan
distribusi rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak,
kulit kepala, massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada
bayi)).

Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan


parut, massa), tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid,
2

trakea), mobilitas leher.


Dada dan paru
Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan
kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan
baik pada saat dada bergerak atau pada saat diem, terutama sewaktu
dilakukan pengamatan pergerakan pernapasan. Pengamatan dada
saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi,
sifat dan ritme/irama pernapasan.
Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit
pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan
ekspansi, dan tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang
dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal selama seseorang
berbicara)
Perkusi. Perhatikan

adanya

hipersonor

atau

dull

yang

menunjukkan udara (pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang


terdapat pada rongga pleura.
Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran
udara. Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paru-paru
3

dan rongga pleura.


Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara
stimultan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau
dorongan (heaves). Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti
struktur anatomi jantung mulai area aorta, area pulmonal, area
trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik
Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung.
Akan tetapi dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area

jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat


4

pada hasil foto torak anteroposterior.


Ekstermitas
Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas
bersangkutan, antara lain :
a Cedera pembuluh darah.
b Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku.
c Crush injury.
d Sindroma kompartemen.
e Dislokasi sendi panggul.
Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan :
a Pusasi arteri tidak teraba.
b Pucat (pallor).
c Dingin (coolness).
d Hilangnya fungsi sensorik dan motorik.
e Kadang-kadang disertai hematoma, bruit dan thrill.
Fiksasi fraktur khususnya pada penderita dengan cedera kepala
sedapat mungkin dilaksanakan secepatnya. Sebab fiksasi yang
tertunda dapat meningkatkan resiko ARDS (Adult Respiratory
Disstress Syndrom) sampai 5 kali lipat. Fiksasi dini pada fraktur
tulang panjang yang menyertai cedera kepala dapat menurunkan
insidensi ARDS.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d Tahanan pembuluh

b
c

darah ;infark
Nyeri kepala akut b.d peningkatan tekanan intracranial (TIK)
Resiko: Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

d
e
f

tubuh b.d anoreksia


Kerusakan mobilitas fisik b.d Kelemahan neutronsmiter
Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL b.d kelemahan fisik.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan invasi MO.

H. INTERVENSI
No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Kep
1

Ketidakefe

Perfusi

ktifan

cerebral

perfusi

setelah

jaringan

tindakan keperawatan 3

Monitor GCS.

cerebral b.d

selama

Tentukan

Tahanan

dengan KH:

pembuluh
darah
;infark

jaringan 1
efektif 2
dilakukan
3x24

- Tidak

ada

tanda-

(takikardi,

Tekanan

darah

tingkat 2

faktor

tepat.

Pertahankan

Meningkatakan tekanan

posisi 5

baring

atau

dilakukan 1

arteri dan sirkulasi atau


perfusi cerebral.

Pertahankan
yang 6

Membuat

klien lebih

tenang.

Kolaborasi

dengan

kesehatan.

Pemberian
- Setelah

perkembangan

perfusi cerebral.

tim

Nyeri

Mengetahui
Acuan intervensi yang

nyaman.

- GCS E4M5V6

lingkungan

turun pelan2)

Mengetahui
perkembangan

head up to 30.
6

Identifikasi hipertensi.

penyebab penurunan 4

tirah

tanda peningkatan
TIK

Monitor

kesadaran.

jam 4

- Vital Sign normal.

Monitor Vital Sign.

terapi

oksigen
Observasi keadaan 1

Mengetahui

kepala akut

asuhan

umum dan tanda-

autonom tubuh

b.d

keperawatan

Menentukan

peningkata

selama 3x24 jam

tanda vital
2
Lakukan pengkajian

diharapkan

nyeri

intracranial

terkontrol

atau

(TIK)

berkurang dengan

tekanan

nyeri
3

kriteria hasil :
- Ekspresi wajah rileks
4
- Skala
nyeri
berkurang
- Tanda-tanda

secara

komprehensif
3
Observasi
reaksi
abnormal

ketidaknyamanan
4
Control lingkungan
yang

vital

dan

mempengaruhi

dapat

respon

penanganan nyeri secara


tepat
Mengetahui
laku

tingkah

ekspresi

dalam

merespon nyeri
Meminimalkan

factor

eksternal

dapat

yang

mempengaruhi nyeri

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Kep
dalam batas normal
5

nyeri
Pertahankan

baring
Ajarkan
non

Meningkatkan kualitas

tidur dan istirahat


Terapi
dalam

tirah

tindakan

penanganan nyeri tanpa

farmakologi

dalam penanganan 7
7

nyeri
Kolaborasi

obat
Terapi

penanganan

nyeri

secara

farmakologi

pemberian analgesic
3

Kebutuhan

nutrisi

Ketidaksei

terpenuhi

setelah

mbangan

dilakukan

tindakan

kebutuhan

keperawatan selama

tidak disukai.

nutrisi

3x24

Anjurkan

kurang dari

KH:

kebutuhan
tubuh

b.d

anoreksia

jam

adekuat.
- BB meningkat.
makan

yang

disediakan habis.
- Konjungtiva
4

tidak

Kerusakan

ananemis.
Mobilitas meningkat

mobilitas

setelah

fisik

tindakan keperawatan

b.d

selama 3 x 24 jam

neutronsmit

dengan KH:
- Klien

3
4

Berikan

klien

Mengurangi rasa bosan


makanan

habis.
3

Agar kebutuhan nutrisi


terpenuhi.

makanan

Mulut

bersih

sesuai diet RS.

meningkatkan

nafsu

Pertahankan

makan.

Kolaborasi dengan

Menentukan diet yang


sesuai.

ahli gizi.
1

Kaji
mobilisasi

tingkat

Menentukan intervensi.

fisik

Meningkatkan

klien.

kanyamanan,

Ubah posisi secara

dikobitas.

periodik.
mampu

sehingga

kebersihan oral.
5

Menentukan intervensi
yang tepat.

sering.

dilakukan

Kelemahan
er

yang disukai dan

makan sedikit tapi


nutrisi

makan-makanan

dengan 2

- Asupan

- Porsi

sesuai program
Kaji
kebiasaan

Resiko:

Lakukan
aktif/pasif.

ROM

cegah

Melancarkan sirkulasi.

Mencegah kontaktur.

Menentukan

program

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Kep
melakukan aktifitas

dbn.

pada

- Kekuatan

otot

meningkat.
terjadi

Gangguan

kontraktur.
Pemenuhan

pemenuhan

kebutuhan

kebutuhan

terpenuhi

setelah

ADL

dilakukan

tindakan

b.d

posisi

Kolaborasi dengan
ahli fisio terapi.

1
ADL

Kaji

kemampuan

2
2

Dekatkan

barang-

barang

fisik.

3 x 24 jam dengan

dibutuhkan klien.
3

kebutuhan
- Klien

dapat

Meningkatkan
kemandirian klien.

melakukan

Meningkatkan
kemandirian klien dan

secara

meningkatkan
menyamanan.

Dorong dan dukung

aktivitas perawatan

Pemenuhan kebutuhan
klien dapat terpenuhi.

diri.
5

- Nadi normal.

Mempermudah
pemenuhan ADL.

bertahap.

beraktivitas secara
bertahap.

klien

aktivitasa

secara

mandiri.

yang

Motivasi
untuk

memenuhi

Mengetahui
kemampuan ADL.

keperawatan selama

- Mampu

ADL.

kelemahan

KH:

yang tepat.

fungsional.
5

- Tidak
5

Dukung ekstremitas

Menganjurkan
keluarga

untuk

membantu

klien

memenuhi
6

kebutuhan klien.
Mempertahankan 1. Berikan perawatan 1

Resiko
tinggi

nonmotermia, bebas

aseptik

terhadap

tanda-tanda infeksi

antiseptic.

infeksi

Mencapai

berhubunga

penyembuhan

luka

dan

cuci

tangan

pertama

menghidari
2

2. pertahankan

Cara

teknik
yang 3

nosokomial.
Deteksi

untuk
infeksi
dini

perkembangan infeksi
memungkinkan untuk

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Kep
n

dengan

invasi MO

(craniotomi)
pada waktunya.

tepat

baik.
3. catat
dari

melakukan
karakteristik
drainase

dengan

dan
4

memerlukan

mental

(penurunan

kuman

pengunjung

yang

dapat

menularkan

yang

mengalami

infeksi

pembawa
penyebab

infeksi.
Terapi profilaktik dapat
yang mengalami trauma

cegah

pengunjung

evaluasi

digunakan pada pasien

infeksi

atau

selanjutnya

segera.
Menurunkan pemajanan
terhadap

kesadaran).
5. Batasi

sepsis

atau tindakan dengan

perubahan

fungsi

terhadap

komplikasi selanjutnya
Dapat mengindikasikan
yang

demam,

menggigil, diaforesis
dan

dan

perkembangan

secara teratur. Catat


adanya

segera

pencegahan

adanya inflamasi.
4. Pantau suhu tubuh

tindakan

(luka, kebocoran CSS


atau setelah dilakukan

saluran napas bagian


atas.

pembedahan

untuk

menurunkan

risiko

terjasdinya
6. Berikan

antibiotik

sesuai indikasi.
7. Ambil

7
bahan

indikasi

nasokomial).
Kultur/sensivitas.
Pewarnaan Gram dapat
dilakukan

pemeriksaan
(spesimen)

infeksi

sesuai

untuk

memastikan

adanya

infeksi

dan

mengidentifikasi
organisme

penyebab

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Kep
dan untuk menentukan
obat
sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

pilihan

yang

Barbara C. Long 1996. Perawatan Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan, alih bahasa; Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatn pajajaran
Bandung, Cetakan 1
Carpenito, L.J 2003, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta, EGC
Doenges. E. Marilyn, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Dorland, 1998, Kamus Saku Kedoktera, Jakarta, EGC
Herdman, T. Heather, 2012, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi, 20122014, Jakarta EGC
Mansjoer, Arif, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 jilid 1, Jakarta Media
aesculapius

LAPORAN PENDAHULUAN
INTRA CEREBRAL HEMATOMA ( ICH )

KELOMPOK 4 STASE KGD RUANG ICU


1. MARLENA
2. MIA KURNIA
3. RENNY YANUANTATI
4. YULI SUSANTI
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN ( NERS )

PERGURUAN TINGGI MITRA LAMPUNG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
PRODI KEPERAWATAN
2016
ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas Pasien
Nama pasien

: Tn. A

Umur

: 28 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Diagnosa Medis

: Post Craniotomi indikasi Intra Cerebral Hematoma

Riwayat Penyakit Sekarang

A. Pengkajian Primer
1. Airway

: Jalan nafas terpasang tracheostomi nomor 7 balon tracoestomi ( + ),

slim
( -), suara nafas vesikuler , sianosis ( - ), pernafasan cuping hidung,
tidak
ada refraksi dan penggunaan otot otot nafas tambahan.
2. Breathing : Terpasang oksigen via ventilator dengan pola SIMV , T ins = 1, 0,
respirasi
16 x / menit, Pep = 5, PL = 17, Trig = 1,0.
3. Circulation : Akral hangat, CRT < 3 detik, TD 155 / 108 mmHg, Nadi 88 x /
menit, Rr 16
x / menit, Kesadaran Sopor.
4. Disabitity : Kesadaran Sopor, GCS E2 M4 Vtc, Keadaan lemah.
B. Pengkajian Sekunder
Data Subjektif
1 Riwayat Penyakit
Keluhan Utama

: Post Craniotomi atas indikasi ICH.

Riwayat Penyakit Sekarang : Klien masuk Rumah Sakit Urip Sumoharjo


pada tanggal 10 September 2016 keruang IGD dengan kecelakaan lalu
lintas. Riwayat pingsan ( + ), muntah ( + ) . Pada tanggal 13 September
2016, pasien masuk ruang ICU jam 12.00 Wib dengan diagnosa Post
Operasi Craniotomi atas indikasi ICH. Pada saat pengkajian tanggal 13
september 2016 pukul 10.00 wib didapatkan data post operasi craniotomi
hari I ( pertama ). Keadaan umum lemah kesadaran sopor. GCS E2 M4 V
tc, TD 155/ 108 mmHg, , Nadi 88 x / menit, RR 16 x / menit, SpO2 99
%, Suhu 37C, Klien terpasang traceostomi tube no 7 balon traceos ( + )
Oksigen Via Ventilator dengan pola SIMV, Tins 1,0 , PEEP 5, PS = 12,
PL=17, Trig 10, NGT no 16, Kateter no 16, Monitor EKG terpasang,
drain dikepala ( + ), posisi kepala 30 .
Riwayat Pengobatan Sebelumnya tidak ada.
Riwayat Trauma / injuri

Istri klien mengatakan klien mengalami kecelakaan antar motor dengan


motor, pada saat kecelakaan klien tidak menggunakan helm, dan kepala
2

pasien terbentur aspal.


Riwayat Penyakit Dahulu
Istri klien mengatakan klien belum pernah mengalami trauma kepala.
Sebelumnya klien

hanya sakit biasa saja seperti batuk, pilek. Klien tidak

mempunyai riwayat penyakit seperti DM, Hipertensi, Asma.

You might also like