Professional Documents
Culture Documents
GEDUNG SEKOLAH
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang terdiri atas 6 tahun di tingkat Sekolah
Dasar dan tiga tahun di tingkat Sekolah Lanjut Tingkat Pertama memerlukan wadah pendidikan
yang baik untuk meni ngk atkan kesempatan belaj ar bagi masyarakat Indonesi a.
Pemerintah melalui Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar memiliki program yang bertumpu pada
masyarakat berupa Pembangunan Unit Sekolah Baru SLTP-MTs (dengan tujuan meningkatkan
akses kesempatan belajar siswa SLTP-MTs melalui pembangunan gedung sekolah baru) dan
Rehabilitasi Gedung SD-MI (dengan tujuan meningkatkan mutu melalui perbaikan sarana belajar
mengajar bagi guru dan siswa-siswi). Diharapkan dengan adanya partisipasi yang aktif, masyarakat
dapat belajar untuk mandiri sekaligus menanamkan rasa memiliki terhadap gedung sekolah
di daerahnya sendiri.
Kita melihat masih banyak terdapat daerah-daerah dimana gedung sekolah untuk sarana belajar
mengajar yang ada kurang jumlahnya untuk menampung banyaknya jumlah siswa pada daerah
tersebut, maka diperlukan pembangunan unit-unit sekolah baru. Untuk itu diperlukan suatu
panduan cara- cara membang un un it sek ol ah baru yang bai k dan benar.
Buku Manual Pembangunan Gedung Sekolah ini disusun dengan harapan sekolah dan masyarakat
dapat menjadikan buku ini sebagai acuan. Adapun buku manual ini bukan merupakan peraturan
baku karena kondisi lokasi, geografis dan klimatologis akan ikut mempengaruhi bentuk gedung
sekolah tersebut.
Pada akhirnya terima kasih kepada seluruh jajaran Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar atas
masukkan yang telah diberikan.
i
Jakarta, September 2003
Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah
Jakarta
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.....................................
DAFTAR ISI
.....................................
ii
DAFTAR ISTILAH
..................................... iii
..................................... 1
..................................... 1
..................................... 2
2. MENDIRIKAN BANGUNAN
2.1 Pemilihan lokasi
2.2 Pemetaan tapak
2.3 Mempersiapkan tapak
2.4 Mengatur tata letak bangunan bag. 1
2.5 Mengatur tata letak bangunan bag. 2
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
..................................... 15
PENGGALIAN PONDASI
6
6
6
8
11
13
..................................... 18
5. PEMBUATAN PONDASI
..................................... 22
..................................... 25
..................................... 30
8. PEMBUATAN SLOOF
..................................... 33
..................................... 37
..................................... 42
..................................... 46
..................................... 50
..................................... 54
..................................... 58
..................................... 60
..................................... 65
..................................... 69
..................................... 73
..................................... 78
..................................... 83
..................................... 87
..................................... 90
ii
..................................... 95
..................................... 99
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
.....................................
102
102
102
104
105
107
110
111
112
115
iii
DAFTAR ISTILAH
Dalam buku manual ini terdapat istilah-istilah teknis konstruksi (misalnya: Bekisting) dan istilah-istilah yang
menggunakan bahasa asing (ditandai dengan huruf miring, misalnya: Curing). Untuk memudahkan pembaca
untuk mengerti arti istilah yang dipergunakan, maka disusun daftar istilah-istilah berikut definisinya yang sering
dipergunakan dalam buku ini.
Istilah-istilah tersebut adalah:
Adhesive: Zat perekat. Lem.
Aanstamping: Batu kali yang dipasang/disusun dibawah pondasi. Fungsinya untuk mengatasi gerakan dinamis
tanah/ bumi sehingga tidak merusak pondasi dan struktur diatasnya.
Balok Lintel: Balok yang terbuat dari kayu atau beton (1 semen: 2 pasir: 4 kerikil), berfungsi untuk menopang
beban dinding diatas bingkai kusen pintu/jendela dan sekaligus mencegah terjadinya retakan rambut diatas
bingkai tersebut.
Bekisting: Papan cetakan beton.
Block: Bahan yang berfungsi sama dengan batu bata tanah liat namun terbuat dari material yang berbeda,
misalnya: batako.
Block panel: Susunan batu bisa berupa bata atau batako.
Blueprint: Denah cetak biru.
Cat Emulsion: Cat berbahan dasar air.
Chicken Wire: Kawat Ayam. Anyaman kawat.
Claw-Hammer: Palu-cakar. Palu yang dilengkapi dengan cakar yang berfungsi untuk mencabut paku.
Curing: Kegiatan untuk menjaga kelembaban beton saat beton semakin mengeras.
Dolak: Tempat pengangkutan dan pengukuran volume bahan/material.
Drainase: Parit/got.
Ekspose: Dalam kondisi terbuka. Misalnya: Kayu yang terekspose artinya kayu yang kondisinya terbuka
atau terlihat langsung tanpa ada lapisan atau apapun yang menjadi penghalang.
Fibrecement: Atap yang terbuat dari lembaran asbes.
Finishing: Penyelesaian akhir. Satu tahap terakhir sebelum kegiatan konstruksi bangunan berakhir. Misalnya:
Pengecetan pada dinding.
Glosspaint/weathershield: Jenis cat tahan air.
Inbaudoss: Pipa kabel listrik yang ditanam di tembok.
Kantilever: Balok yang satu ujungnya terjepit. Ujung lainnya bebas.
Meni: Cat da sar u ntu k ka yu da n me tal . Di ap li kasi kan se be lu m me laku kan c at ak hi r.
Mesin Molen: Mesin pengaduk beton.
Oil Paint: Cat minyak.
Paving Block: Block yang digunakan untuk pejalan kaki atau penutup tanah.
Plafond: Panel penutup langit-langit.
Polyurethane Lacquer: Vernish. Bahan pemoles kayu.
iv
1.1 Pendahuluan
Sebelumnya, pendirian gedung sekolah merupakan tanggung jawab dari
pemerintah daerah dan dilaksanakan oleh kontraktor bangunan lokal yang
diawasi pelaksanaannya oleh Departemen Tenaga Kerja. Namun proses
ini dalam banyak kasus menghasilkan kualitas konstruksi bangunan yang
buruk.
Oleh sebab itu beberapa proyek pembangunan gedung sekolah akhirakhir ini menggunakan komite sekolah untuk mengelola atau menjalankan
pembangunan gedung sekolah.
Sebagaimana pemerintah secara bertahap meningkatkan tanggung jawab
pengelolaan sekolah kepada masyarakat, metode pembangunan gedung
sekolah menjadi semakin umum dan manual ini telah dirancang untuk
menjadi panduan baik bagi sekolah maupun masyarakat untuk mengatur
dan melaksanakan pekerjaan tersebut.
Sementara itu, baik staf sekolah maupun anggota masyarakat tidak dapat
diharapkan sepenuhnya untuk menggantikan tugas dari kontraktor
bangunan, biasanya ada beberapa anggota masyarakat yang mempunyai
keahlian tertentu seperti perancang bangunan, pekerja bangunan, ataupun
Tahap-tahap, instruksi, dan ilustrasi ini tidak hanya berhubungan dengan unit-unit
kelas bangunan sekolah dalam manual ini, namun juga bagi sekolah-sekolah umumnya
yang akan dibangun diseluruh Indonesia bagaimanapun desainnya dan dapat
digunakan bagi siapa saja yang berkepentingan dengan pembangunan fasilitasfasilitas baru untuk sekolah.
Selain manual pelaksanaan konstruksi gedung sekolah ini, terdapat dua manual lagi
yang melengkapinya, yaitu manual rehabilitasi gedung sekolah yang sudah ada, serta
manual pemeliharaan gedung sekolah setelah dibangun. Ketiga manual ini diharapkan
dibaca secara bersamaan.
1.2 Desain Bangunan Sekolah
Desain bangunan ruang-ruang kelas sekolah dengan biaya efektif telah dipersiapkan
yang secara umum mudah dikerjakan oleh masyarakat untuk dibangun (lihat ilustrasi
1.2-1.5).
Walaupun serupa dengan desain tradisional, namun rancangan tersebut telah
mengalami berbagai perubahan, baik untuk mempermudah pengerjaan konstruksi,
maupun untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang sering terjadi pada desain
sebelumnya.
9.00
9.00
9.00
Ruang kelas
Ruang kelas
3.00
Ruang kelas
KM/WC
7.00
2.00
Teras
Ilustrasi 1.2 Contoh denah bangunan ruang kelas tipikal dengan km/wc
9.00
9.00
7.00
2.00
Ruang kelas
Ruang kelas
Teras
9.00
Ruang kelas
2. MENDIRIKAN BANGUNAN
Maka lokasi yang tepat untuk mendirikan bangunan sekolah
yang baru, harus memiliki lahan yang cukup luas untuk
mendirikan dua bangunan, masing-masing dengan tiga
ruang kel as, ruang bermai n, serta l ahan unt uk
pengembangan di masa datang, serta berada di lokasi yang
tenang.
Keadaan tanah pada lokasi harus memiliki daya dukung
bangunan yang baik, daerah datar yang cukup luas untuk
bangunan sekolah dan lapangan bermain, serta memiliki
saluran air (drainase) alami yang baik.
Tapak
Terpilih
Ruang Kelas
Ruang Kelas
dan Lab
Posisikan bangunan membujur
ke arah timur-barat untuk menghindari
panas matahari. Apabila tidak memungkinkan, gunakan pepohonan atau kanopi
untuk mengatasi panas matahari.
Lapangan
Bendera
R. Administrasi
Parkir dan
Halaman
Depan
Jalan/Akses
R. Kantor/
Administrasi
Jaga jarak antara R. Kelas atau
R. Administrasi dengan jalanan
untuk menjaga ketenangan.
Utara
Timur
Barat
Selatan
Utara
Kemiringan
+ 15 0
Timur
Barat
Selatan
Berdasarkan penelitian,bangunan di
daerah tropis sebaiknya meletakan
bagi an bangunan yang memanjang
membujur ke arah timur-barat. Hal ini
untuk mengurangi akumulasi panas yang
menerp a badan bang unan dan
mengoptimalkan penghawaan alami
yang berasal dari arah sel at an.
Namun karena sinar matahari hanya
menyinari bagian terpendek dari
bangunan, maka bidang bangunan yang
ada bukaan jendelanya justru tidak
menerima pencahayaan alami yang
cukup di pagi hari. Oleh sebab i tu,
peneli t ian meng anjurk an unt uk
mem ir i ngk an bad an bang unan
setidaknya 15 derajat dari bujur timurbarat untuk menerima cahaya yang
cukup di pagi hari, mengurangi terpaan
panas dan mengoptimalkan penghawaan
alami.
Posisikan bangunan pada tapak dan beri tanda pada setiap sudut bangunan.
0
Bangunan harus membentuk sudut 90 pada sudutnya. Pada saat mengukur
sudut gunakan pengukur besi yang besar atau dengan metode phytagoras
3-4-5.
Tanah bagian atas serta tumbuhan tempat masing-masing bangunan akan
didirikan beserta jarak minimum 2 meter di sekeliling bangunan dibersihkan.
Tanah sisa tersebut kemudian ditumpuk pada daerah yang tidak akan mengganggu
proses pembangunan gedung untuk sewaktu-waktu dapat digunakan di masa
datang. Area di sekeliling bangunan akan diperlukan sebagai ruang bekerja
pada saat konstruksi.
4
3
Ilustrasi 2.6.
Dimensi phytagoras 3-4-5
Penting untuk menggali dan membuang akar-akar pohon serta membersihkan tumbuhan-tumbuhan
(vegetasi) yang berada pada sekitar tapak gedung yang akan dibangun. Akar-akar tumbuhan yang
tertinggal akan menyebabkan permukaan lantai yang tidak rata serta dapat merusak pondasi bangunan
yang akan membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk memperbaikinya.
Setiap sarang rayap maupun serangga-serangga lain yang ditemukan harus digali serta dimusnahakan.
Perhatikan:
10
+ 0.50 - 0.80
Ilustrasi 2.6 Dimensi
Bowplank
11
12
Bandul untuk
menentukan
axis
Area rencana
penggalian pondasi
13
Ilustrasi 2.8 Menentukan
pondasi dengan bowplank
bowplank
benang
14
P ondasi bangunan
3. PENGGALIAN PONDASI
Fill
Cut
Ilustrasi 3.1
15
16
Bowplank
Perhatikan:
. Dasar dari pondasi haruslah berada pada tanah keras.
. Mintalah pendapat dari ahli jika keadaan tanah sangat lunak
atau basah.
17
Beri anti-rayap
pada permukaan
lubang pondasi
18
19
20
Perhatikan:
. Gunakan alas/wadah yang bersih pada saat mengaduk
campuran semen.
. Ukur perbandingan bahan-bahan campuran adukan semen
dengan tepat berdasarkan volume.
. Campur bahan-bahan adukan semen dalam keadaan kering
sebelum ditambahkan air.
. Gun akan volume air yang tep at pad a adukan sesuai
keperluan sampai mencapai hasil adukan yang cukup mudah
untuk digunakan dalam pengerjaan.
21
Pada saat pengerjaan lubang galian pondasi telah selesai dilakukan, maka
bagian paling dasar dari lubang pondasi diberi lapisan pasir yang dipadatkan
setebal 10cm, diatasnya diberi lapisan batu besar/kali yang dipadatkan
setebal 20cm. Kemudian pada bagian paling atas diberi lapisan batu kali
dengan adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:4 hingga mencapai
ketinggian pondasi sepenuhnya (lihat ilustrasi 5.1).
Pondasi berbentuk trapesium memiliki lebar 65cm pada bagian dasar,
dan mengecil hingga 35cm pada bagian atasnya. Pondasi memiliki ukuran
ketinggian kurang lebih 80cm dan lebih dalam lagi bila lahannya miring.
Pada bagian teras menggunakan pondasi dengan lebar 65cm pada bagian
dasar, dan mengecil hing ga 35cm pada bagian atasnya membentuk
trapesium. Namun pondasi teras memiliki ketinggian yang berbeda yaitu
60 sampai 70cm, sehingga nanti ketinggian lantai pada teras akan lebih
rendah daripada ruang kelas.
Untuk mempermudah konstruksi, sloof memiliki ukuran dimensi panjang
dan lebar yang sama dengan kolom sehingga tidak perlu menambah
ukuran pondasi di bawah kolom.
22
5. PEMBUATAN PONDASI
23
Tanah keras
24
25
26
Untuk pembuatan adukan secara manual, campur adukan beton pada wadah
yang bersih dan tidak diatas tanah. Dasar wadah sebaiknya terbuat dari
semen atau papan tripleks dan cukup besar untuk menampung adukan
sebanyak yang dapat diaduk secara manual.
Buat adukan beton hanya sebanyak yang dapat dilakukan secara manual
dan akan habis dipakai dalam waktu kurang dari satu jam. Campur bahanbahan adukan beton dalam keadan kering sebelum dicampur dengan air
dan aduk sampai didapat warna abu-abu yang merata.
Setelah warna adukan beton sudah mulai merata abu-abu, tambahkan air
sedikit demi sedikit dan terus diaduk pada saat yang bersaman, jangan
menyisakan adukan untuk ditambahkan air kemudian. Dan kembali campuran
beton tersebut harus diaduk setidaknya 3 kali sebelum digunakan. Untuk
mendapatkan kekuatan maksimal gunakan volume bahan yang tepat sampai
mencapai hasil adukan yang cukup mudah untuk digunakan. Volume bahan
yang tidak tepat dalam adukan beton akan mengakibatkan kekuatan beton
berkurang.
Bila terdapat mesin pengaduk (molen) maka dianjurkan untuk menggunakan
mesin ini karena adukan yang dihasilkan akan lebih baik kualitasnya.
Tabung aduk
Motor
27
Kerangka
Roda mesin aduk
28
Adukan beton makin lama akan mengeras dan harus dijaga kelembabannya
dalam keadaan agak basah (damp) selama mungkin. Biarkan cetakan rangka
paling tidak selama 21 hari untuk menjaga kelembapannya. Tutupi bagianbagian dari cetakan tersebut yang terbuka seperti pada bagian atas kolom
dengan kantong semen,dsb. Dan tetaplah jaga kelembapannya karena beton
yang terlalu cepat kering bukanlah beton yang baik!
Perhatikan:
. Gu nakan semen yang baru dan tidak me nggu mpa l.
. Gunakan pasir yang bersih dan memiliki butiran kasar, serta
kerikil yang telah dibersihkan.
. Gunakan alas/wadah yang bersih pada saat mengaduk
campuran beton.
. Ukur perbandingan bahan-bahan campuran adukan beton
dengan tepat.
. Pastikan bahan-bahan adukan telah tercampur dengan baik
pada saat masih dalam keadaan kering maupun pada saat
basah.
. Gun akan volume air yang tepat pada adukan beton.
. Jagalah kelembaban adukan beton pada cetakannya dalam
keadaan agak basah, dan biarkan paling tidak selama 21
hari.
29
Bekisting
30
15 cm
20 cm
P o t on ga n dar i
t ul angan ha rus
bundar sempurna.
15 cm
20 cm
Ilustrasi 7.1 Susunan tulangan besi didalam bekisting
Ikatan kawat
40cm
Tahu beton ini kemudian dapat diikatkan pada sisi luar rangka
tulangan besi dalam cetakannya (papan bekisting) dan akan
menahan jarak antara tulangan dengan papan bekisting untuk
kemudian dituang dengan adukan beton (lihat ilustrasi7.5 dan
7.6).
31
25mm
15 cm
30mm
30mm
Tulangan
induk 12mm
Tahu
beton/Spacers/beton
decking
Tulangan
pembagi 6mm
Cetakan Tahu
beton/Spacers/beton
decking
Ikatan kawat
Ilustrasi 7.5
Tulangan
induk 12mm
Ilustrasi 7.6
Perhatikan:
. Gunakan batang besi tulangan yang tepat ukura nnya
(panjang dan diameter), bentuk potongannya bundar, serta
kualitas besi yang baik.
. Buatlah tulangan pembagi (ikatan/ring/sengkang) pada
tulangan induk minimal setiap 15cm dengan besi berdiameter
6mm.
. Pada saat tulangan perlu disambung, pastikan tulangan
saling bersisian tumpang tindih (overlap) dengan jarak
minimal 40cm.
. Tekuk ujung-ujung batang dari tulangan untuk memperkuat
ikatan antara tulangan dengan beton.
. Pastikan terdapat jarak 25mm antara tulangan dengan sisisisi luar permukaan beton pada semua kolom dan balok,
gu n ak a n ta h u b et on ( sp ac e rs/ be t on d e ck in g) .
32
8. PEMBUATAN SLOOF
Starter bars
33
34
Starter bars
40cm
35
Ilustrasi 8.10
36
40cm
37
38
Rangka kolom
Starter bars
15cm
Besi pembagi
Starter bars
40cm
Baut 12mm
penguat(stood)
50 cm
penguat/stood
papan bekisting
tahu beton/spacers
tulangan
Kolom
Kolom
Ilustrasi 9.7
39
memulai pengerjaan balok beton (ring balk) agar proses pengerasan beton
sempurna.
Perhatikan:
. Dirikan penahan sementara (scaffolding) pada sekeliling
bangunan.
. Pada saat tulangan perlu disambung, pastikan tulangan
saling bersisian (overlap) dengan jarak minimal 40cm.
40
41
42
Buat tulangan untuk balok beton (ring balk) dari 4 buah besi tulangan diameter
12mm dengan jarak antar tulangan 15cm membentuk segi empat samasisi
kemudian diperkuat besi pembagi/ikatan setiap 15cm dengan batangan besi
diameter 6mm yang dibentuk segi empat. Jika terdapat sambungan pada tulangan
balok beton ini maka pada sambungan tersebut harus saling bersisian (overlap)
sejauh minimal 40 cm dan pada ujung-ujungnya dibengkokkan untuk memperkuat
sambungan dan ikatan dengan beton (lihat ilustrasi 10.3). Hal ini berlaku untuk
semua balok beton bertulang yang ada pada bangunan.
Panjang tulangan balok beton mengikuti jarak kolomkolom yang ada.
Pastikan cetakan balok beton (ring balk) telah lurus dan horizontal dengan
benar, dipasang dan diikat dengan baik sehingga pada saat adukan beton
dituang, cetakan ini tidak bergerak. Seluruh cetakan untuk balok beton pada
sekeliling bangunan harus sudah selesai sebelum proses penuangan adukan
beton, sehingga penuangan adukan beton pada semua balok beton dapat
dilakukan secara bersamaan.
43
Sambungan balok
Kolom
Ilustrasi 10.5
Jika memungkinkan tuang adukan beton pada semua cetakan balok beton
(ring balk) secara bersamaan. Jika tidak memungkinkan tuang adukan hanya
sampai posisi 1/3 dari panjang balok beton. Pada saat akan disambung
kembali potong ujung balok beton dengan sudut kemiringan 45, pastikan
kelembaban balok tersebut masih dalam keadaan basah (percikan air)
kemudian adukan beton untuk menyambung balok tersebut dapat dituang
(lihat ilustrasi 10.5).
44
Cetakan (bekisting) balok beton (ring balk) dapat dibuka setelah 1 minggu
namun bagian bawah cetakan serta tiang penahan (scaffolding) sementara
harus tetap dipasang selama 3 minggu setelah aduakn beton dituang.
Perhatikan:
. Pastikan ceta ka n (bekisting) dan penaha n sementa ra
(scaffolding) untuk balok beton (ring balk) telah dibuat dan
terpasang dengan baik dan tidak bergeser.
. Pastikan cetakan sementara tersebut telah horizontal dan
lurus sebelum menuang adukan.
. Pastikan memasang baut pendukung atap kantilever sebelum
menuang adukan beton.
45
4 batang stek/starter
bars
46
4 batang stek/starter
bars
47
48
49
Ketika struktur kerangka beton telah selesai dikerjakan, maka bagian atap
dapat dikerjakan. Setelah pengerjaan atap ini selesai maka akan
memungkinkan pengerjaan penyelesaian bangunan dilakukan dibawah
perlindungan atap, yang sangat membantu penyelesaian (finishing) terutama
pada saat pembangunan dilakukan di musim hujan.
Gunakan selalu kayu yang berkualitas baik untuk rangka kuda-kuda atap.
Gunakan kayu yang telah cukup umur (memiliki kadar air yang rendah).
Kayu yang terlalu muda akan mengalami pengerutan saat mengering dan
dapat menyebabkan kerusakan pada rangka atap dan akan memiliki tampak
yang kurang bagus jika diperlihatkan (exposed).
Sebelum digunakan simpan kayu dalam keadaan tertutup dan tumpuk
dengan hati-hati dan rapi, hindari meletakkan kayu diatas tanah langsung,
gunakan bata/blok dahulu sebagai alas. Pastikan susunan kayu yang
disimpan telah stabil dan sejajar rapi, supaya menghindari kayu dari
lendutan, dsb. Beri penjaga jarak (spacers) diantara susunan kayu sehingga
memungkinkan adanya aliran udara. Jika kayu di pasaran tidak selalu
tersedia, belilah kayu lebih awal sebanyak yang diperlukan pada saat kayu
banyak tersedia di pasaran, kemudian simpanlah kayu tersebut seperti
telah dijelaskan diatas sehingga kebutuhan kayu untuk pelaksanaan
konstruksi selalu tersedia.
50
kaso
5/7
gor ding
6/12
reng
3/4
kaki kudakuda
8/12
Ukur dan potong kayu yang akan digunakan sebagai rangka kuda-kuda atap.
Gunakan ukuran kayu yang pertama sebagai contoh untuk memotong kayu
berikutnya sehingga potongan kayu untuk rangka atap tersebut memiliki
ukuran yang sama. Ukur dan potong kayu untuk batang
miring yang akan dipasang (8x12cm) pada kerangka atap.
Pasang bagian kerangka kuda-kuda atap tersebut di bawah
sebelum ditaruh pada bagian atas kolom untuk memastikan
bagian kerangka kuda-kuda tersebut telah mempunyai
ukuran yang tepat dan dapat dipasang dengan baik, setelah
itu bongkar kembali dan simpan. Simpan bagian-bagian
kayu kerangka atap tersebut dan taruhlah dalam keadaan
terlindung dan tertutup. Siapkan pula tiang penahan
sementara (scaffolding) untuk pembuatan atap. Penahan
sementara ini dapat terbuat dari bambu, kayu, dsb (pada
beberapa daerah telah terdapat scaffolding yang terbuat dari
pipa besi yang dapat diatur jarak dan ketinggiannya).
51
52
Begel
Ilustrasi 12.3
Perhatikan:
. Gunakan kayu yang memiliki kualitas yang baik, dan telah
memilki umur yang cukup (tingkat kekeringan kayu yang
memada i) u nt uk se mu a ba gian d ari ra ngka a ta p.
. Simpan dan letakkan bagian-bagian kayu tersebut dengan
baik dan terlindun gi (ditu tup) sebelum digunaka n.
. Pasang bagian-bagian atap tersebut diatas tanah terlebih
dahulu untuk memastikan bagian-bagian tersebut memiliki
ukuran yang tepat dan dapat dipasang dengan baik, dan
gunakan ukuran kayu yang pertama sebagai acuan untuk
memb ua t ba gi an -b a gia n ran gka k ay u beri kt nya .
53
Ada dua jenis kolom teras yang dapat digunakan seperti dijelaskan
pada bagian pembuatan sloof, yaitu kolom teras yang terbuat dari kayu
kayu
atau kolom teras beton bertulang. Pemilihan penggunaan jenis kolom papan
10x5cm
teras ini sudah harus ditentukan sebelumnya dan melihat kondisi daerah
bangunan sekolah yang akan dibangun untuk menentukan jenis mana
yang lebih menguntungkan.
Jika menggunakan kolom teras dari kayu, maka digunakan dua buah
kayu dengan ukuran 10 x 5cm, sepanjang 2.25m. Sebelum dipasang
kedua buah kayu ini disatukan terlebih dahulu dengan spacers kayu (klos)
berukuran 10 x 7.5 x 5cm pada bagian tengahnya. Kemudian kolom
kayu ini dipasang pada pipa besi yang telah dibuat sebelumnya yang
muncul dari sloof, dengan menggunakan dua buah baut M12 berdiameter
175mm yang dilengkapi dengan cincin (ring) karet pada kedua sisinya.
Kolom kayu untuk teras ini diletakkan pada pipa besi, 15cm diatas sloof
untuk menghindari kelembapan dan rayap yang muncul dari tanah.
pipa besi
15cm
Buat kolom teras pada bagian ujung kiri-kanan terlebih dahulu. Bentangkan
benang dari kolom teras ujung kiri ke ujung kanan sebagai acuan bagi pemasangan
kolom-kolom teras lainnya agar lurus. Periksa tegak lurus kolom teras dengan
menggunakan water pass dan kuatkan baut pegangannya agar tidak bergeser lagi
pada saat dipasang pada rangka atap.
54
klos/spacers
kayu
sloof
Ilustrasi 13.1.
Detail pemasangan
kolom teras kayu
Ilustrasi 13.2.
kaki kuda-kuda
8/12
Ilustrasi 13.3.
Detail kantilever pada teras
Kolom
55
Stut
Ilustrasi 13.4.
Balok pengikat antar kolom
teras
Ilustrasi 13.5.
Pembuatan konsol beton pada teras
Penggunaan oli mesin merupakan cara yang murah dan efektif untuk
perawatan kayu.
Jika menggunakan kolom teras dari beton bertulang, buatlah kolom pada
teras seperti pada pembuatan kolom biasa
Kolom dibuat dari adukan beton dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir
: 3 bagian kerikil. Yang diperkuat dengan 4 tulangan besi berdiameter 12mm
dan diikat setiap 15cm dengan batangan besi diameter 6mm yang dibentuk
segi empat. Dimensi kolom keseluruhan termasuk spesi adalah 15cmx15cm,
sedangkan dimensi tulangannya 10x10.
Buatlah rangk a kolom teras dengan membuat
sambungan pada tulangan-tulangan kolom yang muncul
dari sloof. Jika terdapat sambungan pada tulangan
kolom teras maka pada sambungan tersebut harus
saling bersisian (overlap) sejauh minimal 40 cm dan pada
ujung-ujungnya dibengkokkan untuk memperkuat
sambungan dan ikatan dengan beton (lihat ilustrasi
13.6.).
56
Ilustrasi 13.6.
Sambungan tulangan besi
pada kolom teras dengan
ruang kelas
30
baut M12
kaki kuda-kuda
8/12
60cm
45
lisplang
4/20
Ilustrasi 13.7
Detail atap kantilever bagian belakang bangunan
57
58
Ilustrasi 14.1.
Ilustrasi 14.3
Atap sekolah dengan penutup atap lembaran asbes
59
P roses
60
Ilustrasi 15.1.
Susunan atap metal atau asbes
disusun dari bawah ke atas, dari
Pasang gording bagian paling atas dan paling bawah terlebih dahulu dengan
menggunakan klos (spacers) kayu. Kemudian bentangkan benang pembantu
secara diagonal dari ujung kiri atas ke ujung kanan bawah, dan dari ujung
kiri bawah ke ujung kanan atas untuk memeriksa atap telah rata, lurus, dan
sejajar. Benang ini harus bersentuhan pada bagian tengahnya yang berarti
pemasangan telah sejajar, jika belum bersentuhan maka perlu diatur lagi
letak gording paling atas dan bawah tersebut dengan menggunakan klos
kayu hingga letaknya benar. Gording berikutnya kemudian dapat dipasang
dengan mengikuti benang acuan tadi. Semua gording dipasang dengan
menggunakan klos kayu.
Setelah itu tentukan garis batas pi nggir atap bagian miring dengan
menggunakan bantuan benang. Pertama tentukan jarak keluar atap pada
bagian miring rangka atap, setelah didapat jarak tersebut (minimum 5cm)
bentangkan benang dari bagian gording paling bawah ke bagian gording
paling atas pada kedua sisi kiri kanan bagian miring tersebut, benang ini
akan menjadi acuan batas lembaran penutup atap pada bagian miring atap
tersebut.
61
Ilustrasi 15.2.
Struktur kuda-kuda yang
menggunakan alumunium
atau asbes sebagai bahan
penutup atap.
Untuk menentukan garis atap horizontal pada bagian depan dan belakang
bangunan, tentukan terlebih dahulu jarak keluar atap yang dikehendaki
dari atas tanah, kemudian dengan menggunakan bandul dari atas tentukan
titiknya pada atap. Setelah itu bentangkan benang dari batang miring
bagian bawah sebelah kiri ke bagian bawah sebelah kanan. Benang ini
ak an menjadi acuan bagi bat as pemasangan l embaran atap.
Setelah mendapat garis batas atap
tersebut, potong kayu gordi ng
maupun batang miring yang melebihi
garis benang tersebut. Pemasangan
lembaran atap sekarang dapat
dil ak uk an. Arah pemas ang an
lembaran atap dimulai dari daerah
yang berlawanan dengan datangnya
angin, contohnya bila angin datang
dari sebelah barat maka pemasangan
atap dimulai dari sebelah timur, hal
ini di lakukan untuk mencegah
lembaran atap bergeser pada saat
pemasangan.
62
balok 5/15
minimal 60cm
Ilustrasi 15.3
Detail potongan atap metal/asbes bagian samping
gording
6/12
lembaran atap
klos
kaki kuda-kuda
8/12
kolom kayu teras
Ilustrasi 15.5.
Detail potongan atap metal/asbes
bagian depan
Ilustrasi 15.7
Cara mencabut paku atau sekrup
63
Perhatikan:
. Berikan perawatan anti ra yap terlebih
dah ulu pad a rangk a k ayu sebe lu m
dipasang.
. Pastikan gording terpasang telah sejajar
dan lurus sebelum pemasangan lembaran
atap.
. Pasan g a ta p mulai da ri arah y ang
berlawanan dari datangnya angin, agar
pada saat pemasangan atap tidak bergeser.
. Pa sa ng se la lu set ia p lembaran a tap
den gan ba gian a tas le mb aran at ap
bergelombang ditindih (overlap) bagian
bawah lembaran a tap diat asnya, dan
gunakan sekrup atau paku yang memiliki
cincin (ring) karet jika memungkinkan.
Ilustrasi 15.10.
Pemasangan atap lembaran
metal
. Gunakan selalu tangga yang baik dan kuat untuk mencapai atap.
64
. Pada saat mengerjakan penutup atap lembaran metal atau asbes, hindari
menginjak lembaran metal/asbes tersebut karena dapat menyebabkan
kerusaka n pad a lemb aran at ap, b ert umpulah pa da gording.
. Berha ti-hatilah selalu pada saat mengerjakan bagian atap untuk
menghindari kecelakaan!
Ilustrasi 15.11.
Contoh gedung sekolah dengan atap asbes
65
Ilustrasi 15.12.
Aksono kuda-kuda untuk
struktur atap yang menggunakan
atap asbes
Ilustrasi 15.13.
Proses pengecatan lembaran atap metal
Ilustrasi 15.14.
Contoh gedung sekolah yang
menggunakan atap alumunium
66
Ilustrasi 15.15.
Aksonometri struktur bangunan
yang menggunakan atap asbes
Pemasangan rangka kuda-kuda bagi penutup atap tanah liat memiliki cara yang
sama dengan penutup atap lembaran metal. Bagian rangka bubungan atap dapat
dipasang terlebih dahulu.
Gording
Reng
Ilustrasi 16.2.
67
68
Konsol beton
Ilustrasi 16.4.
Lisplang disekeliling pinggir atap
Semua bagian rangka kayu dari atap (rangka kuda-kuda, gording, kaso, dsb)
harus mendapatkan perawatan anti rayap terlebih dahulu sebelum dipasang,
peng gunaan oli mesi n merupakan cara yang murah dan efekti f.
Pemasangan atap merupakan hal yang cukup berbahaya karena itu harus
dilakukan dengan hati-hati. Gunakan selalu tangga untuk mencapai atap
(dengan pengamanan pada bagian bawahnya atau dipegangi), dan hindari
menginjak genteng tanah liat pada saat pemasangan maupun perbaikan
atap bertumpulah pada gording.
Reng (3/4)
69
Kaso (5/7)
Gording (8/12)
Ilustrasi 16.5.
Kuda-kuda dengan gording , kaso
dan reng untuk penutup atap
berbahan genteng tanah liat
Perhatikan:
.
Ilustrasi 16.6.
Pemasangan genteng
tanah liat
Nok
Genteng tanah liat
70
Lisplang
Ilustrasi 16.7.
Penutup atap menggunakan
genteng tanah liat
Pada saat bagian atap telah selesai dikerjakan, pembuatan dinding bangunan
dapat dilakukan. Dinding dapat dibuat dari susunan bata tanah liat atau block
panel ukuran 15cm (batako, blok semen, dsb).
Jika menggunakan bata tanah liat, pilihlah bata tanah liat yang baik mutunya.
Hindari penggunaan bata tanah liat yang kurang baik kualitasnya seperti bata
tanah liat yang kurang lama proses pembakarannya (dapat dilihat dari warnanya
yang pucat), bata yang pecah, tidak sesuai ukurannya, dsb. Bata yang kurang
baik akan mudah rusak jika terkena air.
Ada berbagai macam block panel yang tersedia di pasaran yang dapat digunakan
maupun dibuat sendiri di lokasi, diantaranya block yang dibuat dari campuran
semen, pasir, dan kerikil (perbandingan 1:2:4) atau block yang semen-pasir (sandcrete) yang dibuat dari campuran semen-pasir (perbandingan 1:6). Gunakan
block penyusun dinding yang padat (solid), hindari penggunaan block yang berongga
(hollow).
Jika melakukan pembuatan block pada lokasi, gunakan mesin getar (vibrator)
untuk mendapatkan hasil block yang baik, jika tidak tersedia gunakan cetakan
kayu dan padatkan dengan tangan. Pada saat pembuatan, block harus terlindung
dari sinar matahari dan hujan, serta dibiarkan selama 4 minggu untuk mencapai
kekuatan terbaiknya.
Ilustrasi 17.1.
Cara pemasangan bata
71
72
Ilustrasi 17.2.
Ketebalan spesi horizontal dan vertikal
maksimal 10mm
susunan bata
angkur
kolom
kolom
Ilustrasi 17.3.
Tie bars berfungsi untuk
memperkokoh posisi bata.
Tie bars disusun melintang
dari kolom ke bata.
Ilustrasi 17.4.
Susunan bata yang benar
Ilustrasi 17.5.
Susunan bata yang salah
73
Ilustrasi 17.6.
Konstruksi atap gedung
sekolah sedang dalam
pengerjaan.
Sopi-sopi
Potong bata sehingga
mengikuti bentuk kudakuda.
74
Ilustrasi 17.7.
Aksonometri struktur
bangunan dengan
menggunanakan batu
bata.
(atap tidak diperlihatkan)
Setelah bangunan telah memiliki atap dan dinding, maka pembuatan lantai
dapat dilakukan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah meratakan permukaan
tanah (back-filling) dimana lantai akan dibuat. Sisa-sisa tanah dari penggalian
pondasi, dan tanah-tanah dari sumber lain yang sesuai dapat digunakan.
Sangat penting untuk diperhatikan tanah yang digunakan tidak terdapat sisasisa vegetasi (akar pohon, sarang serangga,dsb), serta telah dipadatkan dengan
baik. Penggunaan tanah yang tidak sesuai serta pemadatan tanah yang kurang
baik akan menyebabkan lantai mengalami penurunan (delatasi) di kemudian
hari.
Sebarkan tanah uruk tersebut selapis demi selapis. Setiap lapisan tebalnya 15cm
dibasahi dengan air kemudian dipadatkan, setelah itu baru lapisan berikutnya
dengan cara yang sama (alat sederhana untuk memadatkan tanah dapat dibuat
dari balok kayu atau balok semen). Taruh tanah uruk tersebut hingga mencapai
ketinggian 50mm dibawah ketinggian permukaan sloof.
Ratakan permukaan tanah uruk (back-fill) tersebut setelah itu lapisi dengan pasir
kasar diatasnya setebal 50mm, ratakan dan padatkan sehingga ketinggiannya
sama dengan ketinggian permukaan sloof.
Ilustrasi 18.1.
75
Jenis lantai yang sesuai untuk ruang kelas adalah lantai yang kuat dan tahan
lama serta tidak mudah berdebu. Jenis yang permukaannnya tahan terhadap
kegiatan sekolah sehari-hari baik terhadap pengguna maupun perabotan
yang ada.
Jenis yang paling sering digunakan adalah lantai ubin keramik yang dipasang
dengan spesi adukan semen pasir pada lapisan pasir kasar. Keramik putih
berglazur paling sering ditemui, namun jenis ini mahal dan tidak begitu
efisien, karena licin bila terkena air (akan berbahaya terutama pada daerah
teras), mudah tergores dan terlihat kotor. Jika menggunakan ubin untuk
lantai ruang kelas, maka penggunaan ubin beton akan lebih baik dan murah
karena lebi h keras dan kuat serta memili ki permukaan anti- slip.
Rendam dahulu ubin dalam air sebelum dipasang agar ubin tersebut tidak
menyerap air dari spesi adukan semen pelekatnya. Susun ubin pada spesi
pelekat adukan semen-pasir (perbandingan 1:3) setebal minimum 30mm.
Ketinggian permukaan lantai yang sudah selesai dikerjakan adalah 50mm
diatas sloof.
76
Ilustrasi 18.2.
Model potongan pemasangan
ubin keramik
77
Ilustrasi 18.4.
Model potongan pemasangan
rabat/slab beton
Pisahkan rabat beton tersebut perbagian; ruangan kelas dan teras sehingga
memiliki slab lantai yang terpisah. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya retakan pada lantai. Sebagai sambungan kedua slab lantai tersebut
gunakan sambungan V diantara slab beton (l ihat ilustrasi 18.5.).
Sambungan V
Ilustrasi 18.5.
Sambungan V
diantara dua slab
beton
78
Ilustrasi 18.6.
Permukaan lantai
rabat beton dengan
tekstur
Perhatikan:
. Penuhi area dimana lantai akan dibuat dengan tanah uruk,
padatkan dengan baik, selapis demi selapis (setiap 15cm).
. Jika menggunakan ubin, rendam dahulu sebelum dipasang.
. Hindari penggunaan lantai ubin keramik berglazur pada
area teras.
. Pasang ubin mulai dari tengah ruangan, yang tegak lurus
dengan dinding-dinding diseberangnya (dibantu dengan
benang).
. Berilah jarak pada bagian pinggir area lantai sekeliling
ruangan untuk memberikan ruang bagi pergerakan ubin
(pemuaian, dsb).
. Jika menggunakan lantai rabat beton, berilah waktu yang
cukup bagi rabat beton tersebut untuk mencapai kekuatan
maksimalnya (curing).
79
Ilustrasi 18.7.
Penyususnan
keramik dengan
bantuan benang
Pemasangan rangka (kusen) pintu dan jendela dapat dilakukan pada saat
penyusunan dindi ng bata ( block) at au dapat pul a sesudahnya.
Bila pemasangan rangka (kusen) pintu/jendela tersebut bersamaan dengan
penyusunan dinding bata (block), maka harus dilakukan pemasangan besi
angkur 100mm yang dimasukkan ke dalam rangka kayu dari sisi luar
rangka (jangan sampai menembus kayu agar tidak terlihat dari luar) yang
diletakkan diantara susunan bata (block)yang berfungsi memperkuat
pemasangan rangka pintu/jendela tersebut pada dinding (lihat ilustrasi).
Pastikan bahwa rangka tersebut telah lurus dan sejajar (dengan bantuan
waterpass).
Jika rangka (kusen) pintu dipasang setelah dinding selesai, dapat
menggunakan potongan kayu yang telah dipasang pada kolom/ring balok.
Maka rangka (kusen) pintu/jendela tersebut disekrup pada potongan kayu
ini setelah itu bagian depan sekrup tersebut diberi dempul sehingga tidak
tampak dari luar, pastikan dahulu bahwa rangka tersebut telah lurus dan
sejajar (dengan bantuan waterpass). Jika potongan kayu tersebut belum
dipasang pada kolom/ring balk, maka kolom/ring balk tersebut dapat
dibor dan dipasang rumah sekrup dari plastik atau dapat pula rangka
(kusen) jendela/pintu tersebut dipasang dengan menggunakan paku beton
80
Ilustrasi 19.2.
Ada dua cara dalam pemasangan pintu dan jendela;
Pertama:
Susun konstruksi bata sampai selesai. Penempatan
kusen pintu dan jendela sudah diperhitungkan terlebih
dahulu, sehingga setelah bata selesai tersusun, kusen
pin tu dan jend el a t ing gal di- fit kedala m.
Kedua:
Pengerjaan penyusunan bata dan kusen pintu dan
jendela dikerjakan bersamaan.
Cara yang kedua lebih sering digunakan di Indonesia,
namun cara yang pertama lebih tepat secara teoretikal.
Oleh sebab itu pada bab ini, cara penyusunan kusen
yang langsung menembus rangka (kusen) kayu dan dinding bata setelah
itu diberi dempul pada bagian permukaannya untuk menutupi paku beton
tersebut.
Baik pintu maupun jendela dirancang memiliki bukaan ventilasi berupa
jalusi yang terbuat dari kayu pada bagian atasnya. Jendela ruang kelas yang
menghadap bagian muka bangunan (pada area teras) memiliki ukuran yang
berbeda dari jendela pada bagian belakang bangunan. Jendela pada bagian
muka bangunan memiliki ketinggian dinding dibawah jendela yang lebih
tinggi daripada bagian belakang bangunan, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga privasi pada ruang kelas karena banyak orang yang melewati daerah
teras (lihat ilustrasi 19.3.).
81
Ilustrasi 19.3.
Detail kusen pintu dan jendela
82
Ilustrasi 19.4.
Daun pintu setelah
divernish
Ilustrasi 19.5.
Jendela ayun pada sekolah
Semua sistem mekanis pada pintu (pegangan pintu, gerendel, sekrup, baut,
engsel, dsb) harus menggunakan kualitas yang baik dan gunakan sekrup
kayu pada pem asan gan nya ( j ang an men gg unak an pak u! ).
Ilustrasi 19.6.
Daun pintu dengan finishing
vernish
83
Ilustrasi 19.7.
Daun pintu dengan finishing cat
Ilustrasi 19.8.
Jendela dengan kusen yang
dicat
Ilustrasi 19.9.
Salah satu contoh gedung
sekolah yang
menggunakan double
swing doors. Dasar
pemikiran penggunaan
double swing doors adalah
secara fungsional dan
keamanan dalam bahaya
kebakaran.
Ilustrasi 19.10
Penggunaan jendela type 1 pada salah satu gedung sekolah. Penggunaan empat
daun jendela diantara dua kolom merupakan alter natif untuk mendapatkan
fleksibilitas kontrol penghawaan. Alternatif lainnya adalah penggunaaan tiga daun
jendela diantara dua kolom. Dasar pemilihan berapa banyak jumlah daun jendela
diantara dua kolom ditentukan dari panjang bentang ruang kelas.
Jendela type 2
Jendela type 1
84
Ilustrasi 19.11.
Penempatan kusen pintu dan
jendela dalam satu ruang kelas.
(atap tidak diperlihatkan)
Ilustrasi 20.1.
85
86
Ilustrasi 20.3.
Langit-langit tripleks dengan finishing
cat
Ilustrasi 20.2.
Langit-langit tripleks sebelum finishing
Ilustrasi 20.4.
Pemasangan lembaran panel langitlangit dengan memberi jarak
Ilustrasi 20.5.
Anyaman bambu sebagai bahan
penutup langit-langit (plafond)
87
Perhatikan:
. Langit-langit (plafond) ruangan yang bentuknya mengikuti
garis atap (miring) lebih ekonomis daripada langit-langit
horizontal yang rata.
. Pasang rangka kayu penempel panel langit-langit (plafond)
mulai dari tengah ruangan agar jika ada pemotongan rangka
tersebut dapat terjadi pada bagian ujung (dinding) ruangan.
. Hindari pemasangan langit-langit (plafond) pada daerah
diluar ruangan kecuali jika diperlukan karena mudah rusak
terkena hujan dan panas.
Balok kuda-kuda
Plafond miring
88
Ilustrasi 20.6.
Plafond miring
Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami pergerakan
pada saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini
merupakan hal yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada
dinding setelah semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi
bagian-bagian bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi
pergerakan-pergerakan). Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya retakanretakan pada plesteran ji ka terjadi pergerakan pada bagian bangunan.
Sebelum memulai pekerjaan, bersihkan dulu dinding yang akan diplester dari
kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang cukup besar pada
susunan bata (block), tutup dengan adukan semen.
Dinding tersebut harus dibasahi terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan
untuk mencegah susunan bata (block) menyerap terlalu banyak air dari plesteran
saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka plesteran akan cepat kering hingga
mengurangi k ek uatannya dan dapat menimbul kan retak an-retak an.
Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 4 pasir, dan pasir yang digunakan
adalah pasir yang bersih dan halus. Buatlah adukan pada suatu wadah dan
gunakan volume air yang tepat. Buatlah adukan sebanyak yang habis dipakai
dalam satu jam.
89
90
1.50
1.50
1.50
Ilustrasi 21.1.
Membuat garis panduan plesteran/patok
Mulailah selalu pengerjaan plesteran dari atas dinding dan terus ke bawah.
Taruhlah papan kayu dibawah dindi ng yang sedang diplester untuk
menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat digunakan
kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada bagian sudut pengerjaan
plesteran jangan dihentikan, teruskan hingga 15cm ke dinding sebelahnya.
Bila memungkinkan, lakukan pengerjaan plesteran secara keseluruhan
(sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya
ko lo m maupun b alo k
sehingga akan memudahkan
memanfaatkan garis
pengerjaan plesteran pada
panduan plesteran untuk
membuat permukaan
daerah-daerah tersebut
plesteran yang rata
karena area yang diplester
menjadi kecil.
Ilustrasi 21.2.
garis panduan/patok
Perhatikan:
. Bu atlah adukan plesteran pada wada h yan g bersih.
. Gunakan volume yang tepat bahan-bahan material yang
digunakan pada adukan plesteran.
. Campur dengan baik bahan-bahan material adukan plesteran
dalam keadaan kering sebelum diberi air.
. Buatlah plesteran yang rapi dan merata ketebalannya.
. Gunakan bilah perata kayu untuk mera takan plestern.
. Setelah selesai biarkan plesteran tersebut selama seminggu
91
92
Bersihkan
permukaan
dinding yang
akan dicat
Cuci
permukaan
dinding
Ratakan
dengan
amplas
Ilustrasi 22.1.
Tahap sebelum pengecatan pada tembok
Ilustrasi 22.2.
Kuas rol dan wadahnya
Pastikan tangga
membentuk sudut 1:4
1
Ilustrasi 22.3.
Jaga keamanan saat menggunakan tangga
Ilustrasi 22.4.
Ganjalan tangga
93
Ilustrasi 22.5.
Pengait S
Ratakan
paku yang
muncul di
permukaan
dinding
Beri dempul
94
Beri cat
dasar
(meni)
Ilustrasi 22.6.
Tahap sebelum pengecatan pada kayu
Ilustrasi 22.7.
Pengecatan dinding dan langit-langit dengan menggunakan
kuas rol yang diikatkan pada tongkat.
Ilustrasi 22.8.
Pengecatan pada langit-langit teras
Ilustrasi 22.9.
Pengecatan pada daun pintu
95
Lisplang
Ilustrasi 22.10.
Lisplang yang dicat putih
Perhatikan:
. Hindari melakukan pengecatan pada permukaan yang kotor
atau berminyak, karena akan memakan waktu lama pada
saat pengeringan cat dan hasil akhir permukaan cat akan
terlihat tidak bagus.
. Persiapkan keadaan permukaan yang akan dicat dengan
dibersihkan, dicuci, dsb.
96
Toilet/WC sekolah dirancang untuk setiap 3 ruang kelas. Terdapat 3 buah toilet,
yang pertama toilet untuk siswi yang terdiri dari 2 ruangan, toilet untuk siswa
terdiri dari 2 ruangan, serta toilet untuk guru terdiri dari satu ruangan.
Hindari pemasangan urinoir pada toilet siswa terutama yang menggunakan
keramik, hal ini karena jenis ini sulit dijaga kebersihannya (mudah menimbulkan
bau tidak sedap, dsb) serta tidak ekonomis. Pemasangan wastaffel juga tidak
dianjurkan jika terdapat bak air, hal ini disebabkan wastafffel tidak ekonomis
dalam pembuatan dan perawatannya serta mudah mengalami kerusakan.
Tiap ruang toilet terdiri dari sebuah kloset jongkok dan sebuah bak penampungan
ai r ( bak mandi ) untuk menyiram toi let , mencuci t ang an, dsb.
Lantai untuk toilet lebih rendah daripada lantai ruang lainnya, sementara untuk
pemasangan toilet jongkok, lantai ditinggikan 150mm (dari ketinggian lantai
toilet) dengan menggunakan adukan beton (perbandingan 1 semen : 2 pasir :
3 kerikil). Sedangkan kedalaman bak adalah 70cm dihitung dari lantai yang
ditinggikan tersebut. Dengan adanya kenaikan ketinggian lantai menyebabkan
kedalaman pipa pembuangan limbah padat dapat dikurangi (tidak terlalu dalam).
Setiap toilet jongkok memiliki pipa saluran pembuangan menuju septic tank
sendiri-sendiri. Hal ini untuk memudahkan perawatan jika terjadi penyumbatan.
97
Salah satu cara untuk menghindari hal ini adalah dengan menggunakan bak
air yang terbuat dari plastik atau fibre-glass, namun bak ini harus ditutup
rapat (sealed) dengan baik pada sambungannya dengan dinding. Gunakan
silicone sealer, dinding disekitar bak air harus dilapisi ubin keramik yang
ditempel dengan menggunakan adukan trasraam (perbandingan 1 semen
: 3 pasir atau 1 semen : 2 pasir, tergantung kualitas pasir yang digunakan).
Jika membuat bak air sendiri, lakukan pemasangan keramik pada dinding
bak air tersebut baik didalam maupun diluar dinding. Buat lubang
pembuangan air pada bak dengan menggunakan pipa besi diameter 50mm
sepanjang 200mm dengan kedua penutup pada kedua sisinya. Letakkan
menembus bak pada bagian bawah , gunakan adukan semen
(1 semen : 2 pasir :4 kerikil) dengan ditambah lem PVA agar
tahan air (water-proof). Penutup pipa besi kemudian dipasang
putaran ker an
(tap handle)
pada bagian luar pipa sebagai penutup.
ulir (spindle)
Ilustrasi 23.1.
Keran air
98
Keramik
keran air
beton
plat besi
Ilustrasi 23.2.
Detail dinding
bak air
Bak air
Ilustrasi 23.3.
Tipe KM dengan bak air dan kloset
Kemiringan lantai untuk kamar
mandi sekitar 10 - 5 0.
Ilustrasi 23.4.
Kemiringan lantai
stop cock
Ilustrasi 23.5.
Alat kontrol induk penyaluran air (stop cock) pada sumber air bersih PDAM.
99
Perhatikan:
. Hindari pemasangan urinoir pada toilet siswa karena jenis
ini sulit perawatannya dan tidak ekonomis.
. Gunakan adukan trasraam (1:2/1:3) untuk menempelkan
ub in k era mi k da n p les te ra n p ad a a re a t oil et .
. Gunakan ubin bertekstur (anti-slip).
. Pasang alat kontrol penyaluran air setempat (stop-valve)
untuk mengontrol penyaluran air dan keran-keran yang ada.
. Gunakan keran dan alat-alat penyaluran air yang terjangkau
dan baik mutunya.
Keran ledeng
Pompa listrik
Wastafel
100
Keran saluran
utama (stop cock)
Keran saluran
setempat (stop valves)
Ilustrasi 23.6.
Sistem instalasi penyaluran air
bersih dengan menggunakan pompa
listrik
Pada umumnya di Indonesia, terutama pada daerah pedesaan, kegiatan belajarmengajar berlangsung pada pagi hingga siang hari menggunakan penerangan
sinar matahari sehingga penerangan listrik tidak dibutuhkan. Namun pada saatsaat tertentu diperlukan penggunaan penerangan listrik seperti pada saat
hujan/langit gelap maupun bila terdapat kegiatan di sore atau malam hari.
Oleh sebab itu pemasangan instalasi listrik dianggap perlu, untuk itu diperlukan
tenaga ahli kelistrikan yang baik untuk pemasangannya.
Gunakan kabel listrik yang dibalut dengan karet/plastik baik untuk dibalik
dinding maupun langit-langit (plafond).
Pergunakan titik lampu untuk penerangan yang memadai yang dapat mencakup
seluruh area dalam ruangan.
Untuk mendapatkan penerangan yang memadai dalam ruang kelas gunakan 4
buah titik lampu dalam 1 ruang kelas berkekuatan masing-masing minimum
1200 fluorescent (20 W untuk lampu TL/60 W untuk lampu pijar). Jika dana yang
tersedia terbatas maka lebih baik untuk melengkapi beberapa kelas saja dengan
penerangan yang memadai daripada semua kelas dengan penerangan yang
kurang memadai.
Ilustrasi 24.1.
Titik lampu pada langit-langit ruang
lelas
Pada umumnya, ruang kelas
menggunakan 4 dudukan lampu yang
diletakan sedemikian rupa sehingga
pencahayaan dapat memenuhi ruangan
secara merata.
Lampu yang digunakan bisa lampu neon
atau lampu pijar.
101
102
Saklar
lampu.
Stop
kontak.
Ilustrasi 24.2.
Contoh gambar 3 dimensi peletakkan
salah satu titik lampu pada ruangan
Perletakan titik lampu, saklar,dan
stop kontak variatif tergantung
dengan desain masing-masing sekolah.
Perhatikan:
. Pasang instalasi listrik hanya jika sekolah sanggup
membiayainya.
. J ika pe masa nga n inst ala si list rik se ca ra
keseluruhan tidak memungkinkan, pasang dahulu
sarana pemasangan alat listrik tersebut (lubang
kabel, dsb) untuk pemasangan di masa datang.
. Untuk pemasa nga n inst alasi listrik gunakan
tenaga ahli kelistrikan yang baik.
Ilustrasi 24.3.
Sekering listrik pada dinding
Ilustrasi 24.4.
Saklar dan stop kontak listrik
pada dinding
Matikan lsitrik
Matikan lampu
Ilustrasi 24.5.
Matikan aliran listrik sebelum
memasang dudukan lampu
103
25.1 Pendahuluan
Pada saat bangunan sekolah selesai, terdapat beberapa
pekerjaan pembuatan yang harus dilakukan pada area
sekitar tapak bangunan, pekerj aan ini adalah:
Dinding penyangga
Sumur
Pembuangan sampah
Terdapat pula beberapa pekerjaan pada tapak yang
umumnya terdapat pada bangunan sekolah namun
tidak vital fungsinya, seperi pagar, gerbang, dsb. Untuk
hal-hal ini pembuatannya tergantung kepada komite
sekolah.
10 4
Ilustrasi 25.1.
Pembangunan gerbang depan
dan pagar sekolah dengan
menggunakan dana masyarakat
Saluran drainase tersebut dapat dibuat dari beton pra-cetak atau buis
beton/blok beton (concrete blocks), atau drainase dapat dibuat secara sederhana
dari bata tanah liat dengan spesi adukan beton.
Ilustrasi 25.3.
Saluran drainase dengan
bata dan plesteran
Susun 3 buah bata , dengan bata pada sisi kiri-kanannya terletak miring
sehingga menghasilkan saluran yang lebar (lihat ilustrasi). Saluran drainase
dibuat miring ke bawah minimal 5 (dengan menggunakan perbandingan
1:100; setiap 100cm mengalami penurunan minimal 1cm), setelah itu beri
plesteran dengan adukan semen-pasir (perbandingan1:3). Buatlah drainase
sehingga tidak terdapat bagian saluran yang datar atau terlalu rendah yang
dapat mengaki batkan timbulnya genangan air dan menjadi tempat
berkembang biak nyamuk.
Buatlah drainase pada sekeliling bangunan dan juga pada area dimana
terdapat paving (yang menyebabkan air agak lama terserap ke tanah) seperti
pada lapangan upacara, dsb (lihat ilustrasi 25.4.). Buat saluran mengalir
menuju saluran pembuangan air induk diluar tapak.
Ilustrasi 25.4.
Saluran drainase dengan
buis beton
Perhatikan:
. Bua tlah selalu drainase pa da sekeliling ba nguna n.
. Saluran drainase dibuat sehingga air yang terkumpul
mengalir menuju saluran pembuangan air induk di luar
tapak.
Ilustrasi 25.5.
Macam-macam tipe saluran drainase
105
Ilustrasi 25.5.
Paving blocks
106
Jalan setapak
rabat beton
Pasir
Ilustrasi 25.6.
Potongan aksonometri
jalan setapak yang menggunakan
rabat beton
Ilustrasi 25.7.
Jalan setapak
rabat beton
pasir
Ilustrasi 25.8.
Tangga pada tanah berkontur
Perhatikan:
. Paving pada sekeliling tapak akan membantu mencegah
erosi pada tanah.
. Penggunaan paving block lebih baik daripada rabat beton
pada area sekeliling tapak.
. Adanya jalan setapak akan membantu mencegah erosi tanah
serta menjaga sekolah tetap bersih.
25.4 Dinding penyangga
Apabila tapak berkontur, keadaan permukaan tanah miring,
maka perlu adanya dinding penyangga untuk menahan
tanah disekitar tapak agar tidak longsor. Jika kemiringan
tanah tinggi maka diperlukan dinding penyangga yang
tinggi pula.
Jika pada tapak terjadi perubahan ketinggian tanah, maka
perlu dibuat dinding penyangga untuk menahan tanah
yang berada pada area yang lebih tinggi.
Ilustrasi 25.9.
Dinding penyangga
107
108
Dinding penyangga
Ilustrasi 25.10.
Dinding penyangga
Ilustrasi 25.10.
Detail dinding penyangga
Perhatikan:
. Buat dinding penyangga bila kemiringan tanah lebih besar
dari 60 0.
. Pastikan dinding penyangga bertumpu pada tanah yang
telah dipadatkan seperti pada pembuatan pondasi bangunan.
. Buat selalu pipa saluran untuk menyalurkan air dari tanah
pada bagian belakang dinding.
. Minta pendapat ahli konstruksi bila memerlukan dinding
penyangga yang tingginya lebih dari 1.2m.
. Pasang selalu pengaman bila ketinggian dinding penyangga
lebih dari 1.2m berupa pagar, dsb.
25.5 Septic tank dan rembesannya
Jarak terlalu dekat
Septic tank
Sumur air
Ilustrasi 25.11.
Air kotor dapat merembes ke sumber air bersih
(sumur) jika jaraknya terlalu dekat
Ilustrasi 25.12.
Septik tank untuk daerah normal
109
Pada kondisi tapak yang basah terutama pada daerah rawa, septic tank biasa
dan rembesannya tidak akan bekerja dan perlu dilakukan cara-cara yang
khusus untuk menanganinya.
Pada situasi seperti ini septic tank harus tahan air untuk mencegah air dari
tanah masuk ke dalam septic tank maupun sebaliknya. Dan septic tank harus
diletakkan pada posisi yang paling tinggi yang memungkinkan dengan
mempertimbangkan ketinggian toilet dan kemiringan pipa air kotor yang
dibutuhkan.
Buat bagian dasar (horizontal) septic tank setebal 150mm dengan adukan
beton (perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil) yang diperkuat dengan
tulangan besi. Gunakan adukan yang sama untuk membuat bagian dinding
septic tank dan bila memungkinkan beri tulangan besi juga. Perlu diperhatikan
pada bagian sambungan antara dinding dengan dasar septic tank agar
sambungannya rapat. Bila terdapat cairan anti air (water-proofing agent) dapat
dimasukkn ke dalam adukan beton untuk dasar dan dinding septic tank (bila
tidak tersedia dapat menggunakan lem PVA).
110
Jika menggunakan bata tanah liat untuk pembuatan dinding septic tank
gunakan susunan satu bata. Jika menggunakan block semen, dsb, haruslah
jenis yang solid dengan ketebalan minimal 20cm. Gunakan spesi dan
plesteran berupa adukan semen (dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir)
pada kedua sisi dinding (luar dan dalam) dan bila tersedia campurkan cairan
anti air (water-proofing agent) atau dapat pula mencampurkan lem PVA.
Tipe rembesan yang digunakan pada situasi seperti ini adalah tipe dengan
alas evapo-transpiration. Gali lubang untuk rembesan kemudian beri lapisan
kerikil setinggi 1m diatas lapisan tanah. Pipa penguapan plastik 50mm
kemudian ditaruh diatas kerikil. Pipa 50mm tersebut dihubungkan dengan
pipa 100mm ke septic tank, kemudian tutupi dengan lapisan atas tanah
(lihat ilustrasi 25.13.).
Tanah diatas rembesan ini kemudian ditanami dengan tumbuhan (jenis
rumput-rumputan) yang cepat tumbuh dan dan bernafas dengan cepat
(menguapkan air) sehingga air pada tanah yang ada dibawahnya dapat
menguap dengan cepat. Rawat dan potonglah tanaman diatas rembesan
ini secara teratur.
111
6.00
4.00
4.00
6.00
Pipa berongga
diameter 50mm
Soil pipe
6.00
4.00
4.00
6.00
Parit dengan kerikil yang
berfungsi sebagai penyerapan
1.00
Tanami rumput yang mempunyai
kemampuan menyerap yang baik
disekitar septik tank
Ilustrasi 25.13.
Septik tank untuk daerah yang sangat
lembab atau berbatu
112
Jika sekolah mendapatkan akses penyaluran air bersih dari perusahaan air
setempat, maka harus dipasang meteran air. Alat kontrol penyaluran air
induk (stop-cock) harus dipasang pada area yang mudah dicapai sehingga jika
sewaktu-waktu terjadi kebocoran dan sebagainya penyaluran air dapat
dihentikan dengan mudah.
Bila terdapat meteran air maka alat kontrol induk harus berada didekatnya
dan berada di dalam area sekolah. Keduanya harus terlindung dengan
meng gunakan kotak dari seng, dsb, yang dapat dibuka-tutup.
Diperlukan pula pemasangan alat kontrol penyaluran air setempat (stopvalve) untuk menghentikan aliran air bila terjadi kebocoran, dsb, sehingga
dapat diperbaiki pada area dimana terjadi kebocoran tanpa mempengaruhi
aliran air di area lain.
Ilustrasi 25.14.
Sumur air bersih
Ilustrasi 25.16.
Tangki penyimpanan air GRP
113
Ilustrasi 25.17.
Pompa air listrik
114
25.8 Sumur
Pada beberapa sekolah terutama yang berada di daerah terpencil biasanya
mengandal kan sumur sebag ai sumber persedi aan ai r bers ih.
Sumur-sumur tradisional yang biasa terdapat di Indonesia pada bagian
dindingnya kurang mendapat perkerasan dan bagian atasnya tidak tertutup
dengan baik sehingga rawan terhadap pencemaran baik dari samping
maupun dari atas.
Bila akan membuat sumur baru untuk bangunan sekolah, dinding sumur
haruslah mendapat pengerasan yang baik dan memiliki alat pompa manual
(dengan tangan) yang berdiri pada tutup sumur yang terbuat dari semen,
atau hanya berupa sumur yang ditutup dengan semen dan memiliki bukaan
dengan penutup yang terbuat dari semen atau kayu.
Penggalian sumur baru harus dilakukan pada akhir musim kering dan harus
memiliki kedalaman minimal 3m dibawah garis permukaan air pada saat
itu sehingga di dalam sumur selalu tersedia air. Jika melakukan penggalian
sumur baru pada saat musim hujan biasanya sumur akan mengering pada
saat musim kering karena kedalamannya kurang.
Karena harus digali 3m dibawah batas permukaan air tanah maka mungkin
akan diperlukan penggunaan pompa sementara untuk memompa air keluar
dan menjaga sumur tetap kering pada saat dikerjakan.
115
Ilustrasi 25.18.
Potongan pompa tangan
dengan menggunakan
sistem ring beton
Dinding sumur dapat dibuat dari susunan bata atau beton pre-cast (dibuat
dan dicetak lebih dahulu). Jika menggunakan dinding sumur dari bata, maka
lubang sumur digali terlebih dahulu kemudian dindingnya diberi pengerasan
dengan bata dan spesi trasraam (perbandingan 1 semen : 3 pasir atau 1
semen : 4 pasir). Penggunaan beton pre-cast lebih baik dan lebih cepat karena
tinggal disusun ke bawah (lihat ilustrasi 25.18.).
116
Dinding dari sumur harus tahan air setidaknya setinggi batas air pada saat
musim hujan. Hal ini akan mencegah pencemaran dari tanah disekeliling
sumur. Dinding bagian dasar dari sumur yang berada dibawah garis
permukaan air tanah harus dibuat jarak antar ring dan jarak tersebut diisi
pasir kasar atau kerikil kecil sebagai spesi. Jika menggunakan bata, beri
susunan bata dengan spesi sama yaitu berupa pasir kasar atau kerikil kecil.
Pada dasar sumur diberi lapisan pasir kasar atau kerikil kecil yang bersih
setebal 15mm. Hal ini memungkinkan air masuk ke dalam lubang sumur
dari dinding dan dasar yang bersih.
Bila lubang sumur dan dindingnya telah selesai dikerjakan, bila menggunakan
sistem katrol dengan menggunakan ember maka buatlah dinding setinggi
minimal 1m dari permukaan tanah pada sekeliling lubang sumur. Jika
menggunakan sumur pompa tangan, buat dinding sumur hingga ketinggian
30cm diatas permukaan tanah. Pada bagian bawah sekeliling dinding sumur
diberi pengerasan lantai dengan diameter kurang lebih 1,5m (platform/apron).
Buat permukaannya menurun ke bawah sehingga jika ada air di permukaan
tanah tidak akan menggenang tapi turun menjauhi lubang sumur. Sambungan
antara platform dengan dinding sumur harus diberi sambungan rapat (seals)
sehingga air dari permukaan tanah tidak dapat merembes ke dalam sumur.
Air yang pertama kali keluar pada saat lubang sumur digali biasanya kotor,
cara terbaik untuk membersihkannya adalah dengan menguras semua air
sumur tersebut sebanyak tiga kali. Jika sumur cepat terisi kembali maka
diperlukan bantuan pompa. Jika menggunakan ember untuk mengeringkan
sumur gunakan katrol sehingga pengurasan dapat dilakukan dengan cepat
dan bersih.
Perhatikan:
. Hindari membuat sumur air bersih di permukaan tanah yang
lebih re ndah dari permukaan ta nah se ptic tank dan
rembesannya.
. Hindari jarak yang terlalu dekat antara sumur air bersih
denga n septic tank da n re mbesannya (minimal 10m).
. Galilah lubang sumur sampai kedalaman minimal 3m dibawah
garis permukaan air tanah pada saat akhir musim kering.
. Tutuplah selalu lubang sumur.
117
Jagalah kebersihan sekolah. Sediakan selalu bak sampah pada sekeliling area
sekolah dan buatlah alat untuk membakar sampah yang sederhana. Lakukan
pembakaran sampah jauh dari area sekolah serta tidak mengganggu
lingkungan disekitarnya. Sampah-sampah yang ada harus dikumpilkan setiap
hari atau setiap minggu tergantung pada banyaknya sampah kemudian
bakarlah sampah yang telah terkumpul tersebut.
Alat pembakaran sampah yang sederhana dapat dibuat dari drum bekas
yang telah dibuka bagian atasnya. Berilah lubang-lubang pada badan dan
alas dari drum tersebut. Letakkan drum tersebut pada alas berupa bata atau
block. Abu yang dihasilkan dari proses pembakaran harus ditimbun pada
lokasi dekat pembakaran samapah tersebut. Tiap lapisan abu tersebut dilapisi
dengan tanah dan pada saat lubang penuh tutuplah bagian atasnya dengan
tanah dan galilah lubang baru untuk abu selanjutnya.
118
Ilustrasi 25.21.
Drum air.
Ilustrasi 25.22.
Tong pembakaran sampah yang terbuat dari drum
air..
MANUAL PEMBANGUNAN
GEDUNG SEKOLAH
Pengarah:
Dirjen Dikdasmen
Direktur PLP
Direktur Pendidikan TK dan SD
Penanggung Jawab:
Nono Adya S.
Tim Penyusun:
Nigel Wakeham, AADipl. RIBA
Dana Obera
Robert L. Tenggara
Diperbanyak Oleh:
Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar I (BEP I Loan 4308 IND)
Departemen Pendidikan Nasional
Jakarta