Professional Documents
Culture Documents
No RM : 0694xx
Nama Pembimbing : dr.Suwito, Sp.S
Pustaka
Diskusi
Membahas :
Data pasien :
Nama Klinik : RSUD RA.
Presentasi
dan diskusi
Nama : Tn. N
Telepon : 0321-3647xx
Pos
Basoeni
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Tangan dan kaki sebelah kiri lemah tidak bisa
digerakkan.
2. Riwayat Pengobatan:-Hipertensi sejak 5 tahun lalu
-Pengobatan TB paru selama 6 bulan 1 tahun lalu .
3. Riwayat Penyakit Dahulu:- Hipertensi (+) sejak 5 tahun lalu.
- Stroke (-)
- Diabetes mellitus (-)
- Penyakit jantung (-)
- TB Paru (+) 1 tahun lalu
4. Riwayat Keluarga
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis stroke infark.
2. Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga akan pentingnya early diagnosis dan
bahaya komplikasinya.
3. Manajemen dan terapi stroke infark
4. Edukasi mengenai kondisi, perjalanan, dan prognosis penyakit.
.
1. SUBYEKTIF :
Keluhan utama : Pasien laki-laki, 70 tahun mengeluh tangan dan kaki sebelah
kiri terasa lemah tidak bisa digerakkan
Pasien datang ke UGD RSUD R A Basoeni pukul 20.00 dengan keluhan tangan
dan kaki sebelah kiri tiba-tiba menjadi lemah, tidak bisa digerakkan sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit. Saat itu pasien sedang melakukan aktivitas
memberi makan pada kambing di kandang rumahnya. Pasien menyatakan saat
kejadian tiba-tiba badan sebelah kiri lemah dan akhirnya tidak bisa berdiri
kemudian langsung dibawa keluarganya ke rumah sakit. Pasien tidak mengalami
kesemutan dan rasa tebal di tangan dan kakinya. Pasien tidak mengalami
pingsan (-),nyeri kepala (-) mual (-), muntah (-), bicara pelo (-), dan kejang (-).
BAK dan BAB normal. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun, namun
pasien tidak rutin minum obat dan tidak hafal nama obatnya. Pasien juga
mengaku pernah menjalani pengobatan penyakit paru-paru selama 6 bulan pada
tahun 2014. Pasien merokok sejak usia 20-50 tahun, dan sering makanmakanan bersantan serta goreng-gorengan. Dalam keluarga pasien tidak ada
yang pernah mengalami sakit stroke. Pasien juga tidak memiliki riwayat sakit
diabetes, kolesterol.
2. OBYEKTIF :
Status Interna
Tanda Vital :
TD = 200/130 mmHg ............................................RR = 20 x/mnt
N = 88x/mnt, reguler, kuat angkat
= 36,5 oC
Thorax
simetris, vesikuler/vesikuler,
Cor
Abdomen
, Rh (-/-)/Wh(-/-)
Extermitas
Status Neurologi
1.GCS
2.Kesadaran
: 4-5-6
: compos mentis
3.Meningeal Sign
-Kaku kuduk
: (-)
: (-)/(-)
-Brudzinski
: (-)
Kanan
Normal
Kiri
Normal
N.II Opticus
Daya penglihatan
Lapang pandang
Pengenalan warna
Kanan
Normal
Normal
Normal
Kiri
Normal
Normal
Normal
N.III Occulomotorius
Ptosis
Pupil
Kanan
-
Kiri
-
Bulat
Bulat
..Ukuran
Gerak bola mata
Refleks pupil
3 mm
+
+
3 mm
+
+
N.IV Trochlearis
Gerak bola mata
Kanan
Normal
Kiri
Normal
N.V Trigeminus
Motorik
Sensibilitas
Refleks kornea
Kanan
Normal
Normal
+
Kiri
Normal
Normal
+
N.VI Abduscens
Gerak bola mata
Strabismus
Deviasi
Kanan
Normal
-
Kiri
Normal
-
Bentuk
N. VII Facialis
Sudut mulut
Mengangkat alis
Mengerutkan dahi
Pejam mata
Kanan
Normal
Normal
+
+
Kiri
Normal
Normal
+
+
Kiri
Normal
N. IX Glossofaringeus
Arkus Faring
Refleks muntah
Kanan
Normal
+
Kiri
Normal
+
N.X Vagus
Arkus faring
Dysfonia
Kanan
Normal
-
Kiri
Normal
-
N.XI Accesorius
Motorik
Trofi
Kanan
Normal
Kiri
Normal
Eutrofi
N. XII Hipoglossus
Motorik
Tremor
Kanan
Normal
-
Kiri
Normal
-
5. Sistem Motorik
Kekuatan
kanan
5
5
4
3
6. Sistem Sensorik
Sensasi
Kanan
Kiri
Raba
Nyeri
Suhu
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Propioseptif
7. Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
KPR
APR
Kanan
+2
+2
+1
+1
Kiri
+1
+1
+1
+1
Kanan
-
Kiri
-
8. Refleks Patologis
Refleks Patologis
Hoffman
Tromner
Babynski
Chaddock
9. Fungsi Koordinasi
Kanan
Normal
Tidak dilakukan
Kiri
Normal
Tidak dilakukan
=+
Defekasi =+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
Angka normal
WBC
4800 / L
4.5-13.5
RBC
6
4.16X10 / L
4.0-5.2
HGB
12.1 g/dL
11.5-14.5
HCT
37.6 %
32.0-42.0
MCV
90.4 fL
80.0-94.0
MCH .2
30.8 pg
27.0-31.0
MCHC
34.0 g/dL
33.0-37.0
PLT
268000 / L
150000-450000
RDW
11.3 %
9.0-14.0
PCT
0.12 %
0.10-0.50
MPV
3.4 fL
8.0-12.0
PDW
17.2 %
10.0-18.0
LY%
21.6 %
28.0-38.0
MO%
4.2%
0.0-13.0
GR%
60.4%
47.0-62.0
LY#
1000 / L
1300-5100
MO#
200 / L
SGOT
SGPT
BUN/Urea
Kreatinin
GDA
Total kolesterol
Hasil
29 U/I
13 U/I
41 mg/dl
0,8 mg/dl
91 mg/dl
230 mg/dl
0-2000
Angka Normal
L: 25, P: 21 U/L
L:29, P: 22. U/L
10-50 mg/dl
L:0.6-1.5, P: 0.5-12 mg/dl
140 mg/dl
150-250 mg/dl
Sirkulus Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri
serebri media kanan dan kiri, arteri komunikans anterior (yang
menghubungkan kedua arteri serebri anterior), sepasang arteri serebri media
posterior dan arteri komunikans posterior (yang menghubungkan arteri
serebri media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di
dasar otak (Chandra, 1994).
-Hiperkolesterolemia
-Penyakit jantung
-Obesitas
-Alkohol
-Penggunaan pil kontrasepsi
-Hyperuricemia
-Migren
-Aktifitas yang kurang
-Infeksi atau inflamasi
-Kelainan hematologi
-Keganasan (leukemia)
Non-modifiable :
-Umur
-Jenis kelamin. Laki-laki >wanita
-Ras. Kulit hitam> Asians & Hispanics > Whites
-Riwayat keluarga ada yang menderita stroke.
F.KLASIFIKASI STROKE
Stroke dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu stroke perdarahan
(stroke hemoragik) dan stroke infark (stroke iskemik).
Stroke Iskemik secara patogenesis dapat dibagi menjadi (Adam, 2005 :
1. Stroke trombotik yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena
trombosis arteri karotis interna secar a langsung ke arteri serebri
media.
2. Stroke emboli yaitu stroke iskemik yang disebabkan karena emboli
pada umumnya berasal dari jantung.
Stroke Iskemik berdasarkan klinis dibagi menjadi:
1. TIA (Transient Ischemic Attack) yaitu semua gejal neurologis yang
sembuh dalam 24 jam.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologis Deficit) yaitu gejala neurologis
yang menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam.
3. Progressive stroke yaitu gejala neurologis yang bertambah berat.
4. Completed stroke
yaitu
maksimal (stabil)
Stroke Hemoragik, dibagi menjadi :
1. Perdarahn Intraserebral yaitu perdarahan didalam jaringan otak
2. Perdarahan subarakhnoidal yaitu perdarahan diruang subarakhnoid
yang disebabkan pecahnya aneurisma atau arterio-venous
malformation (AVM).
G.ETIOLOGI STROKE INFARK
-Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling
sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan
terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan
platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle
sel, defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses
yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan
terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik,
arteritis).
Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya
defisit neurologi secara mendadak atau subakut, terjadi saat istirahat atau
bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun (Chandra, 1994).
-Emboli
Sedangkan stroke infark karena emboli serebri sering didapatkan
pada usia lebih muda, terjadi mendadak dan pada waktu beraktifitas.
Kesadaran dapat menurun apabila emboli cukup besar Sumber embolisasi
dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis akan tetapi dapat juga di
jantung dan sistem vaskuler sistemik.
a) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat
berasal dari plaque athersclerotique yang berulserasi atau dari trombus
yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah
leher(Aliyah, 2007).
b) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
1)Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian
kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel;
2)Penyakit jantung rheumatoid akut atau
meninggalkan gangguan pada katup mitralis;
menahun
yang
3) Fibralisi atrium
4) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
5) Kardiomiopati, fibrosis endrokardial.
c) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
1) Abses paru atau bronkiektasis.
2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
H.PATOFISIOLOGI STROKE INFARK
Otak yang hanya 2% dari berat seluruh badan relatif menerima banyak
darah (15 % dari seluruh darah yang dipompa oleh jantung per menit). Otak
selanjutnya memakai 20% dari seluruh oksigen yang diperlukan pada badan
manusia. Dari hal ini tampak bahwa fungsi otak sangat tergantung dari aliran
darah yang mengalir ke otak (Chandra, 1994).
Pada seorang dewasa yang tidak sakit, aliran darah ke otak 58 ml/100
gram jaringan otak/menit. Bila aliran darah ke otak ini turun hingga 18 ml/100
gram jaringan otak/menit, maka akan terjadi penghentian aktivitas listrik dari
neuron (EEG datar, dan gangguan dari evoked potensial), tetapi struktur sel
masih baik, hingga gejala klinis masih reversibel. Ini yang disebut ischemic
penumbra, yaitu suatu daerah dimana sel inaktif tetapi masih bisa berfungsi lagi
bila perfusi menjadi normal kembali. Bila terjadi stroke, maka disuatu daerah
tertentu dari otak akan terjadi kerusakan (baik infark maupun perdarahan).
Neuron-neuron didaerah tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak ini
akan
mengeluarkan glutamat. Yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel
disekitarnya. Glutamat ini akan menempel pada membran sel neuron disekitar
daerah primer yang terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron
dan membuka kanal kalsium (calcium channel). Kemudian terjadilah influks
kalsium yang menyebabkan kematian sel. Sebelumnya sel yang mati ini akan
mengeluarkan glutamat , yang selanjutnya akan membanjiri lagi sel-sel neuron
Stroke Hemoragik
Stroke Infark
Permulaan
Sangat akut
Subakut
Waktu serangan
Aktif
Bangun pagi
Peringatan sebelumnya
++
Nyeri kepala
++
--
Muntah
++
Kejang
++
Kesadaran menurun
++
+/-
Bradikardi
+++
Perdarahan di retina
++
Papiledema
Ptosis
++
Lokasi
Subkortikal
Kortikal/subkortikal
-Pemeriksaan Fisik
Didapatkan tanda kardinal stroke iskemik:
- Hemiparese/hemiplegi (Motor System)
- Hemi-an/hyp/Hyper/paresthesi (Sensory System)
- Hemiparese alternans
Adapun gejala neurologi akibat stroke infark berdasarkan vaskularisai di otak
adalah sebagai berikut.
a. Gangguan pada sistem karotis
1.Arteri cerebri media :
-Hemiparese kontralateral. Kelemahan ekstremitas atas danwajah lebih
berat daripada tungkai bawah.
-Hipestesi kontralateral
-Hemianopsia ipsilateral
-Agnosia
-Afasia
-Disfagia
2. Arteri cerebri anterior
:
-Hemiparese kontralateral. Kelamahan tungkai bawah lebih berat
daripada lengan.
-Timbul refleks grasping dan sucking refleks
-Inkontinensia urin
-Defisit sensorik
-Demensia
-Gangguan bicara
-Penurunan tingkat kesadaran
Siriraj Stroke Score (SSS) untuk membedakan stroke infark dan stroke hemorrhage.
Jenis pemeriksaan
Kesadaran
Muntah
Kompos mentis
Somnolen
Semikoma dan
koma
Tidak ada
Ada
Poin
0
1
2
0
1
x 2,5
x2
Nyeri kepala
Atheroma
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
0
1
0
1
Tekanan diatolik
Konstanta
Jumlah
x2
X 0,1
-12
Nilai SSS
Diagnosis
>1
Perdarahan otak
<-1
Infark otak
-1<sss<1
-Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan menunjukkan faktor resiko stroke seperti
polisitemia, trombositosis, trombositopenia, dan leukemia.Pemeriksaan kimia darah
dilakukan untuk mengeliminasi kelainan yang memiliki gejalah seperti stoke
(hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat pula menunjukka penyakit yang diderita pasien
saat ini (diabetes, gangguan ginjal).Pemeriksaan koagulasi dapat menunjukkan
kemungkinan koagulopati pada pasien. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna jika
digunakan terapi trombolitik dan antikoagulan. Biomarker jantung juga penting karena
eratnya hubungan antara stroke dengan penyakit jantung koroner.
-Pemeriksaan radiologi
1.CT-scan
CT scan dapat menunjukkan ; jaringan lunak, tulang, otak dan pembuluh darah.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan area otak yang abnormal, dan dapat menentukan
penyebab stroke , apakah karena insufisiensi aliran darah (stroke iskemik), rupture
pembuluh darah (hemoragik) atau penyebab lainnya. CT scan juga dapat
memperlihatkan ukuran dan lokasi otak yang abnormal akibat tumor, kelainan pembuluh
darah, pembekuan darah, dan masalah lainnya.
Pada CT scan, gambaran infark terlihat normal pada 12 jam pertama. Manifestasi
pertama terlihat tidak jelas dan terlihat gambaran pembekuan putih pada salah satu
pembuluh darah, seperti kehilangan gambaran abu-abu-putih, dan sulcus menjadi datar
(effacement). Setelah itu, gambaran yang timbul secara progresif menjadi gelap pada
area yang terkena infark, dan area ini akan menjalar ke ujung otak, yang melibatkan
gray matter dan white matter. Kemungkinan region yang terlalu kecil untuk dapat dilihat
dengan menggunkan CT scan atau karena bagian dari otak (brainstem, cerebellum)
dengan menggunakan CT scan tidak menunjukkan bayangan yang jelas (Adam, 2005).
2.MRI
MRI mendeteksi kelainan neurology lebih baik dari CT scan misalnya stroke,
abnormalitas batang otak dan cerebellum, dan multiple sclerosis. MRI dapat
mengidentifikasi kelainan pada area otak yang membedakan tumor otak dan abses
otak. Perfusi MRI dapat digunakan untuk mengestimasi aliran darah pada sebagian
area. Diffusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi cairan (edema ) secara
tiba-tiba. MRI menggunakan medan magnet untuk mendeteksi perubahan isi jaringan
otak. Stroke dapat mengakibatkan penumpukan cairan pada sel jaringan otak segera
30 menit setelah terjadi serangan. Dengan efek visualisasi (MRI angiogram ) dapat pula
memperlihatkan aliran darah di otak dengan jelas (Adam, 2005).
3.Foto thorax
Untuk memastikan ada tidak kelainan pada jantung dan infeksi pada paru yang
bisa menjadi faktor resiko terjadinya stroke (Adam, 2005).
4.USG dopler
Jika dicurigai stenosis atau oklusi arteri karotis maka dapat dilakukan pemeriksaan
dupleks karotis. USG transkranial dopler berguna untuk mengevaluasi anatomi vaskuler
proksimal lebih lanjut termasuk di antaranya MCA, arteri karotis intrakranial, dan arteri
vertebrobasiler (Adam, 2005).
-EKG
Dilakukan pada semua pasien dengan stroke non hemoragik yang dicurigai
mengalami emboli kardiogenik.
J.PENATALAKSANAAN
Secara garis besar pengobatan stroke dibagi menjadi dalam dua kelompok
pengobatan umum dan pengobatan khusus.
Penatalaksanaan umum
Dalam pengobatan umum perhatikan 6B (breathing, blood, brain, bladder, bowel,
body skin n bone) dan hindari 5 No (No Steroid, No Diuretic, No AntiHypertensive,No Anti-Coagulant, No Glucose (maintained <200)
1.Breathing
Harus diperhatikan jalan nafas bebas dari obstruksi.posisi paling baik adalah
penderita miring agar lidah tidak jatuh kebelakang, serta bila muntah tidak terjadi
aspirasi.Pasien dengan GCS 8 atau memiliki jalan napas yang tidak adekuat atau
paten memerlukan intubasi. Jika terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) maka pemberian induksi dilakukan untuk mencegah efek samping
dari intubasi. Pada kasus dimana kemungkinan terjadinya herniasi otak besar maka
target pCO2 arteri adalah 32-36 mmHg. Dapat pula diberikan manitol intravena untuk
mengurangi edema serebri. Pasien harus mendapatkan bantuan oksigen jika pulse
oxymetri atau pemeriksaan analisa gas darah menunjukkan terjadinya hipoksia.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia pada stroke non hemoragik
adalah adanya obstruksi jalan napas parsial, hipoventilasi, atelektasis ataupun
GERD (Chandra, 1994).
2.Blood
Pada keadaan dimana aliran darah kurang seperti pada stroke atau peningkatan
TIK, pembuluh darah otak tidak memiliki kemampuan vasoregulator sehingga hanya
bergantung pada maen arterial pressure (MAP) dan cardiac output (CO) untuk
mempertahankan aliran darah otak. Oleh karena itu, usaha agresif untuk
menurunkan tekanan darah dapat berakibat turunnya tekanan perfusi yang nantinya
akan semakin memperberat iskemik. Di sisi lain didapatkan bahwa pemberian terapi
anti hipertensi diperlukan jika pasien memiliki tekanan darah yang ekstrim (sistole
lebih dari 220 mmHg dan diastole lebih dari 120 mmHg) atau pasien direncanakan
untuk mendapatkan terapi trombolitik.
Adapun langkah-langkah pengontrolan tekanan darah pada pasien stroke non
hemoragik adalah sebagai berikut. Jika pasien tidak direncanakan untuk
mendapatkan terapi trombolitik, tekanan darah sistolik kurang dari 220 mmHg, dan
tekanan darah diastolik kurang dari 120 mmHg tanpa adanya gangguan organ enddiastolic maka tekanan darah harus diawasi (tanpa adanya intervensi) dan gejala
stroke serta komplikasinya harus ditangani
Untuk pasien dengan TD sistolik di atas 220 mmHg atau diastolik antara 120-140
mmHg maka pasien dapat diberikan labetolol (10-20 mmHg IV selama 1-2 menit jika
tidak ada kontraindikasi. Dosis dapat ditingkatkan atau diulang setiap 10 menit
hingga mencapai dosis maksiamal 300 mg. Sebagai alternatif dapat diberikan
nicardipine (5 mg/jam IV infus awal) yang dititrasi hingga mencapai efek yang
diinginkan dengan menambahkan 2,5 mg/jam setiap 5 menit hingga mencapai dosis
maksimal 15 mg/jam. Pilihan terakhir dapat diberikan nitroprusside 0,5
mcg/kgBB/menit/IV via syringe pump. Target pencapaian terapi ini adalah nilai
Penatalaksaan khusus
a. Terapi trombolitik
Trombolitik berfungsi untuk merusak atau melisiskan clotting formation.
Dengan cara mengubah proenzim plasminogen menjadi enzim aktif
plasmin dan selanjutnya melisiskan clot. Plasminogen dirubah dari
plasmin melalui perusakan ikatan peptida Arg-Val (560-561). Plasmin
sendiri merupaka 2 rantai polipeptida aktif, dan juga merupakan protease
non spesifikyang akan merusak fibrin, seperti halnya fibrinogen dan faktor
V serta VIII.
Yang termasuk obat trombolitik yg
sudah
lama dikenal
adalah
plasminogen
activator
(TPA),
anysoylated
plasminogen-
Heparin
Merupakan
acidic
mucopolysaccharide,
sangat
terionisir.Heparin
osteoporosis
dan
diare.
Kontraindikasi:
sesuai
dengan
d.
Neuroprotektor
Terapi neuroprotektif diharapkan meningkatkan ketahanan neuron yang
iskemik dan sel-sel glia di sekitar inti iskemik dengan memperbaiki fungsi
sel yang terganggu akibat oklusi dan reperfusi. Berdasarkan pada
kaskade iskemik dan jendela waktu yang potensial untuk reversibilitas
daerah penumbra maka berbagai terapi neuroprotektif telah dievaluasi
pada binatang percobaan maupun pada manusia.
K. PREVENTIF
-Kontrol hipertensi melalui minum obat antihipertensi, mengurangi berat badan, dan
olahraga.
-Kontrol penyakit jantung. Karena kejadian stroke akan meningkat 2x pada pasien
dengan penyakit jantung koroner dan meningkat 4x pada pasien dengan congestive
heart failure.Fibrilasi atrium juga mengakibatkan terjadinya stroke pada 50% penderita
stroke.
-Kontrol diabetes.
-Kontrol hiperlipidemia. Bisa dilakukan dengan menjaga pola makan dan pemberian
obat golongan statin.
-Hindari rokok. Karena rokok bisa menimbulkan peningkatan agregasi platelet,
menurunkan elastisitas vascular, dan menurunkan HDL.
L.KOMPLIKASI21)
1.Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun agak
jarang (10-20%)
2.Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Post-stroke
iskemik biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang mengalami
serangan stroke berkembang menjadi chronic seizure disorders. Kejang sekunder dari
stroke iskemik harus dikelola dengan cara yang sama seperti gangguan kejang lain
yang timbul sebagai akibat neurologis injury.
3. Pneumonia
4.Septicemia
M.PROGNOSIS
Prognosis stroke dipengaruhi oleh tipe dan luasnya serangan, umur, tigkat kesadaran,
cepatnya penanganan.
Fungsi kognitif dan bahasa akan mengalami perbaikan dalam waktu dua tahun
Terapi medikamentosa
decubitus.
Diet makan cukup gizi, rendah garam dan kolesterol.
Clopidogrel 75 mg 3x1
b. Planning Monitoring
-
Vital sign
Keluhan pasien
c. Planning Edukasi
o Memberikan penjelasan kepada pasien&keluarga mengenai apa itu
penyakit, gejala, faktor resiko, komplikasi, penatalaksanaan stroke
infark.
o Memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap berusaha demi
kesembuhan penyakitnya dan memberikan saran untuk menjalani
terapi motorik di rehabilitsi medis setalah sembuh.
o Memberikan edukasi kepada pasien untuk tetap menjaga agar
hipertensinya terkontrol. Dengan cara rutin minum obat hipertensi
dan hindari rokok.