You are on page 1of 12

Abu Bakar Ash Shiddiq ( 11-13 H/632-633 )

Dia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Kab bin Sad bin taim bin
Murrah At taimi. Pada jaman jahiliyah ia dinamai Abdul kabah, kemudian rasulullah
menamainya Abdullah. Dia pun di juluki Atiq juga Ash-shiddiq karena bergegas
membenarkan kerasulan Rasulullah terutama keesokan hari dari peristiwa Isra.
Abu bakar dilahirkan di Makkah dua tahun beberapa bulan sesudah tahun gajah. Dia
terkenal sebagai seerang yang berperilaku terpuji dan terkenal sebagai seorang
yang pandai menjaga kehormatan diri. Dia tidak pernah minum arak yang
membudaya pada jaman jahiliyah. Pada masa muda nya dia seorang saudara kaya
yang memiliki capital stock men japai Empat puluh ribu Dirham. Dialah orang yang
pertama masuk islam dari kalangan kaum laki-laki dan sesudah menjadi seorang
muslim dia terkenal sebagai orang yan bergegas dunia dagang untuk memusatkan
diri edalam kegiatan dakwah islamiyah bersama Rasulullah. Banyak orang arab
masuk islam berkat dakwah nya, dimana islam berbangga hati karena mereka rela
menjadi pemeluk islam. Diantara mereka itu, seperti: Utsman bin Affan, Azzubair
bin Al Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sait ban Abu Waqqash, dan Thalhah bin
Ubaidillah.
Ath Thabari telah meriwayatkan (jilid 3, hal. 193) bahwa Rasulullah s.a.w ketika
besabda dalam khutbahnya yang terakhir mengemukakan : sesungguhnya
seorang hamba dari hamba-hamba Allah telah disuruh memilih antara duna apa
yang ada disisinya, lalu ia memilih apa nyang ada disisi Allah. Yang dimaksud
dengan keduanya itu adalah abu Bakar. Dia mengetahui, sesungguhnya yang
dimaksud Rasulullah adalah dirinya (Abu bakar) dan dia juga mengetahui bahwa
ungkapan diatas adalah suati isyarat tentang telah dekatnya azal beliau sehingga
dia pun menangis karenanya dan berkata : tetapi diri kami dan ayah-ayah kami
sebagai tebusan mu. Kemudian Rasulullah bersabda : atas utusan-utusan mu wahai
Abu Bakar lihatlah oleh kalian pintu-pintu yang berjejer di sepanjang jalan raya ini
ternyata seluruhnya tampak dari mesjid ini terkunci, keculi hanya pintu rumah Abu
Bakar saja yang terbuka sungguh aku tidak mengetahui seorang juga yang lebih
utama disisiku dalam menemani ku dari padanya.
Pendek kata, sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang yang telahberbagi suka dan
duka bersama Rasulullah dia telah berbagi rasa bersama beliau dalam merasakan
derita pahitnya hidup termasuk dalam menikmati manisnya kemenangan dan
keberuntungan. Dia adalah seorang sahabat yang setia yang selalu ada bersama
beliaulaksana bayang-banyang yang tak pernah terpisahkan dari si
empunyabayang-bayang.

Adapun Kesulitan-Kesuliatan yang dihadapi Abu Bakar pada masa pemerintahannya


adalah :
a.

Memerangi orang murtad

Setelah nabi Muhammad meninggal murtadlah kebanyakan umat berpaling dari


agama Islam dikarenakan pada saat nabi Muhammad wafat mereka hanya

menyatakan masuk Islam tanpa mengethaui kewajiban orang Islam. Dan orangorang yang lemah imannnya itu selalu saja memperlihatkan ketidakpatuhan kepada
agama Islam.
b.

Memberantas Nabi-nabi palsu

Diantara orang-orang yang mengaku dirinya menjadi Nabi ialah Musailamatul


Kazzab dari Bani Hanifah di Alyamamah, Al Aswad al ansi di Yaman, dan Thulaihah
ibnu Khuwailid dari Bani Asad
c.

Memerangi orang yang enggan membayar zakat

Mereka yang enggan membayar pajak mengira bahwa Nabi Muhammad sajalah
yang berhak memungut zakat. Karena itulah mereka enggan membayar zakat
setelah meninggalnya Nabi.
Dalam menghadapi berbagai masalah tersebut Abu Bakar bermusyawarat
dengan para sahabat dan kaum muslimin dalam menentukan tindakan apa yang
harus diambil dalam mengatasi hal tersebut. Akhirnya Abu Bakar membentuk 11
pasukan yang masing-masing dipimpin oleh pahlawan-pahlawan arab yang terkenal
seperti Khalid Ibn Walid.

KHALIFAH USMAN BIN AFFAN 23-25 H (644-656 M)


Usman bin affan adalah anak dari Abil Ash ibnu Umaiyah. Dilahirkan di waktu
Rasulullah berusia 5 tahun dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar ash Shiddiq.
Sebelum agama Islam datang dan sesudahnya juga, beliau terhitung saudagar
besar dan kaya, dan sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk
kepentingan agama Islam.
Di waktu Rasulullah mengerahkan JaisyulUsrah (Balatentara yang dikerahkan
dalam waktu kesukaran, yakni pada peperangan Tabuk) Usman mendermakan 950
ekor unta, 59 ekor kuda dan seribu dinar untuk keperluan laskar Islam. Pada
peristiwa-peristiwa sebelumnya pun Usman banyak kali mendermakan hartanya
dengan tidak ditahan-tahannya, untuk kemenangan Islam. Beliau termasuk sahabat
yang telah diberi kabar gembira oleh Rasulullah akan masuk syurga. Ada
diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda : Tiap-tiap Nabi memounyai
teman, temanku di syurga ialah Usman.

1.

Usman diangkat Menjadi Khalifah

Di waktu Umar kena tikam, Usman tiada bermaksud hendak mengangkat


penggantinya. Faktor-faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunujuk
penggantinya sudah tidak ada lagi. Balatentara Islam telah mendapat kemenangan
dan keadaan stabil, tetapi kaum muslimin khawatir kalau-kalau terjadi perpecahan

sudah Umar meninggal dunia, karena itu mereka mengusulkan agar Umar
menunujuk siapa yang akan jadi pengganti beliau.
Ada diriwayatkan, bahwa Umar pernah berkata : Andaikata saya menunjuk siapa
yang akan menjadi khalifah sesudah saya, maka telah pernah orang yang lebih baik
dari pada saya (maksudnya Abu Bakar) menunujuk orang yang akan menjadi
khalifah sesudahnya. Dan kalau saya tidak menunjuk, maka telah pernah pula
orang yang lebih baik daripada saya (maksudnya Rasulullah SAW) berbuat
demikian.
Pada waktu itu kalau kita pelajari iklim dan suasana keadaan di masa itu, jelaslah
bahwa Umar dalam ragu-ragu. Beliau tidak hendak memikul tanggung jawab
terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang sesudah dia wafat. Beliau tiada
pula ingin kaum Muslimin terpecah belah.
Pengangkatan Utsman bin Affan menjadi khalifah dilakukan melalui tim formatur.
Tim formatur ini dibentuk oleh Umar Ibn Khatab yang terdiri atas enam orang
shahabat terkemuka untuk menentukan pengganti beliau sebagai khalifah. Enam
orang shahabat yang yang menjadi tim formatur adalah Utsman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqash, dan
untuk menghindari hal-hal chaos dalam pemilihan, Umar kemudian mengangkat
anaknya, Abdullah bin Umar, dengan hanya memiliki hak pilih, dan tidak berhak
untuk dipilih. Akan tetapi waktu pemilihan Thalhah tidak ada di tempat, dan baru
kembali ke Madinah setelah pemilihan selesai dilakukan. Kemudian setelah melalui
persaingan yang begitu ketat dengan Ali bin Abi Thalib, akhirnya tim musyawarah
(formatur) memilih Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga, menggantikan
pedahulunya Umar bin Khatab wafat.

2.

Kesuksesan Usman bin Affan dalam memerintah

1)

Perluasan wilayah

Perluasan Islam di masa Usman dapat disimpulkan pada dua bidang, yaitu sebagai
berikut:
v Menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri
yang telah masuk ke bawah kekuasaan Islam di zaman Umar. Setelah Umar
berpulang ke kerahmatullah ada daerah-daerah yang mendurhaka kepada
pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan oleh pendukung-pendukung
pemerintahan yang lama atau dengan kata lain ada sementara pamompraja dari
pemerintahan lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke bawah kekuasaan
Islam) ingin mengembalikan kekuasaannya. Daerah-daerah yang mendurhaka itu
terutama ialah Khurasan dan Iskandariyah.
v Melanjutkan perluasan Islam ke daerah-daerah yang sampai di sana telah
terhenti pada perluasan Islam di Umar. Perluasan Islam boleh dikatakan meliputi
semua daerah yang telah dicapai balatentara Islam di masa Umar. Perluasan ini di

masa Usman telah bertambah dengan perluasan ke laut. Kaum muslimin pada masa
itu pun telah mempunyai angkatan laut.
Di masa Usman, negeri-negeri seperti, Barqah, Tripoli Barat dabn bagian selatan
negeri nubah, telah masuk dalam wilayah Negara Islam. Kemudian negeri-negeri
Armenia dn beberapa bagian Thabaristan, bahkan kemajuan tentara Islam telah
melampaui sungai Jihun di Amu Daria. Jadi daerah Mawaraan Nahri (negeri-negeri
seberang sungai Jihun) telah temasuk wilayah Negara Islam dan negeri-negeri
Baktaria, Harah, Kabul dan Ghaznah di Turkastan pun telah diduduki kaum Muslimin.
Dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh Muawiyah ibnu Abi
Sofyan, pada tahun 28 H pulau Cyprus juga dapat di taklukkan dan dimasukkan ke
dalam wilayah Islam.
Salah satu pertempuran yang penting di laut pada masa Usman ialah pertempuran
Dzatis Sawari (Pertempuran Tiang Kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31 H
di laut tengah dekat kota Iskandariyah, antara tentara Romawi di bawah pimpinan
kaisar Constantine dengan bala tentara Islam di bawah pinmpinan Abdullah ibnu Abi
Sarah, yang menjadi gubernur di Mesir. Pertempuran ini dinamakan Dzatis Sawari
karena banyaknya kapal-kapal perang yang ikut dalam peperangan ini. Konon
kabarnya kapal-kapal tersebut ada 1000, 200 kepunyaan kaum Muslim dan sisanya
adalah kepunyaan bangsa Romawi. Dalam pertempuran ini kaum Muslimin telah
berhasil mengalahkan tentara Romawi.

2)

Perlusan Masjid dan Penyalinan Al-Quran

Khalifah Utsman adalah khalifah pertama yang melakukan perluasan terhadap


masjid Nabawi di Madinah dan Masjid al-Haram di Makah. Dan beliau juga yang
pertama kali menentukan adzan awal menjelang shalat jumat. Selain melakukan
perluasan Masjid, khalifah Utsman juga melakukan kodifikasi al-Quran. Kodifikasi alQuran ini merupakan lanjutan kerja yang telah dirintis oleh khalifah Abu Bakar,
dengan inisiatif Umar ibn Khatab. Pengkodifikasi al-Quran pada masa khalifah
Utsman dilakukan karena terjadi perbedaan pendapat tentang bacaan alQuran (qiraat al-Quran), yang menimbulkan percekcokan antara guru dan
muridnya.
Panitia pengkodifikasian al-Quran yang dibentuk oleh khalifah Utsman bin Affan ini
pertama-tama melakukan pengecekan ulang dengan meneliti mushaf yang sudah
disimpan di rumah Hafsah dan membandingkannya dengan mushaf-mushaf yang
lain. Ketika itu terdapat empat mushaf al-Quran yang merupakan catatan pribadi.
1)
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ali bin Abi Thalib, terdiri atas 111 surah.
Surah pertama adalah surah al-Baqarah dan surah terakhir adalah surah alMuawidzatain.
2)
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ubay bin Kaab, terdiri atas 105 surah.
Surah pertama adalah al-Fatihah dan surah terakhir adalah surah an-Nas.

3)
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ibn Masud, terdiri atas 108 surah. Surah
yang pertama adalah al-Baqarah dan yang terakhir adalah surah Qulhuwallahu
Ahad.
4)
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ibn Abbas, terdiri atas 114 surah. Surah
pertama adalah surah Iqra dan yang terakhir adalah aurah an-Nas.
Tugas tim adalah menyalin mushaf al-Quran yang disimpan dirumah Hafsah dan
menyeragamkan qiraat atau bacaanya mengikuti dialek Quraisy. Kemudian setelah
berhasil, Zaid bin Tsabit mengembakanya kepada Hafsah. Kemudian salinan itu
dikirim juga ke Makkah, Madinah, Bashrah, Kuffah, dan Syiria serta salah satunya
disimpan oleh Utsman bin Affan yang kemudian disebut mushaf al-imam.
Sedangkan mushaf yang lain, diperintahkan untuk dibakar. Terlepas dari perbedaan
pendapat, dengan adanya mushaf utsmani ini telah berhasil mengeluarkan
masyarakat muslim dari kemelut, yang diakibatkan dari perbedaan bacaan alQuran(qiraat).

3)

Sistem Pemerintahan

Sitem pemerintahan pada masa Utsman bin Affan dilakukan dengan memberikan
otonomi penuh kepada daerah. Hal ini berbeda dengan pada masa khalifah Abu
Bakar dan Urmar, wilayah hanya dibedakan menjadi dua, yakni wilayah yang
pemimpinya memiliki otonomi penuh, dan pemimpinnya disebut amir, dan wilayah
yang tidak memiliki otonomi penuh dan pemimpinnya disebut wali. Pada zaman
khalifah Utsman bin Affan terjadi perubahan system pemerintahan, sehingga semua
wilayah memiliki otonomi penuh. Oleh karena itu semua pemimpin wilayah
jabatan setingkat gubernur yang berjumlah sepuluh wilayah bergelaramir. AnNajjar sebagaimana dikutif oleh Jaih Mubarok, pembagian wilayah otonomi dan
amirnya sebagai berikut:
No

Wilayah

Nama Amir

1.

Makah

Nafi Ibn Abdul Harits al-Khuza

2.

Thaif

Sufyan bin Abdullah al-Tsaqafi

3.

Shana

Yala bin Munbih

4.

Jand

Abdullah ibn Abi Rabiah

5.

Bahrain

Utsman ibn Abi al-Ash al-Tsaqafi

6.

Kuffah

Al-Mughirah Ibn Syubah al-Tsaqafi

7.

Bashrah

Abu Musa Abdullah Ibn Qais al-Asyari

8.

Damaskus

Muawiyah ibn Abi Sufyan

9.

Hims

Amir ibn Sad

10.

Mesir

Amr Ibn Al-Ash

Pemerintahan khalifah Utsman bin Affan berlangsung selama 12 tahun, dibagi


menjadi dua priode, enam tahun pertama merupakan pemerintahan yang bersih
dari pengangkatan kerabat sebagai pejabat Negara. Sedangkan priode kedua enam
tahun terakhir merupakan priode pemerintahan yang tidak bersih dari
pengangkatan kerabat sebagai pejabat Negara. Rupaya khalifah Utsman ini
melupakan pesan pendahulunya khalifah Umar bin Khatab, agar khalifah setelahnya
tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat Negara.

3.
Kelemahan Usman dalam pemerintahan Islam dan penyebab terbunuhnya
Usman bin Affan
Usman menjabat sebagai Khalifah selama dua periode, pada periode pertama ia
populer, periode kedua ia menyedihkan. Disini keadaan politik berbalik mundur.
Timbul gejolak politik, huru-hara silih berganti, petisi dan intrik merajalela yang
kemudian membuahkan pembunuhan dirinya pada hari Jumat, tanggal 8 Dzulhijjah
tahun 35 H. Pada saat itu Khalifah Usman sedang membaca Al-Quran, sehingga
bajunya berlumuran darah.
Kerusuhan yang berlanjut dengan pembunuhan Usman, nampaknya berawal dari
sistem kepemimpinan Khalifah Usman sendiri yang dinilai tidak adil dan tidak
bijaksana. Diketahui bahwa selama Usman berkuasa, ia banyak mengangkat
kerabatnya, seperti Marwan bin Hamka yang selanjutnya mengangkat pula orangorang Bani Umaiyyah lainnya sebagai pejabat tinggi dan penguasa negara. Marwan
telah tampil sebagai penyelenggara pemerintahan yang sebenarnya, sedangkan
Usman tak lebih dari boneka ditangan. Marwanlah yang bertanggung jawab atau
menutupi tindakan-tindakan tak terpuji para pejabatnya. Terutama Hisyam paman
Usman atau ayahanda Marwan. Kejujuran kedua orang ini diragukan. Hisyam
misalnya, pernah membocorkan rahasia negara pada zaman Rasulullah. Oleh
karena itu ia diasingkan dan dipecat oleh Rasulullah. Tetapi pada zaman Usman, ia
bukan saja dipanggil pulang untuk berkumpul, tetapi diberi hadiah seratus ribu
mata uang perak dan sebidang tanah milik negara. Sementara Marwan diangkat
sebagai sekretaris negara.
Selain itu Usman mengangkat pula Muawiyah sebagai gubernur di Siria, dan Saad
bin Surrah menjadi wali negeri Mesir. Muawiyah dikenal sebagai musuh Rasululloh
yabng paling gabnas pada perang Uhud. Sedangkan Abdullah bin Saad pernah
mengubah kata-kata wahyu yang didiktekan Rasulullah pada saat ia menjadi
sekretaris Rasulullah. Orang yang demikian justru diberi kedudukan oleh Usman.
Sebab-sebab lain yang menimbulkan kerusuhan dan membawa kematian Usman,
disebutkan oleh Abu Zahrah sebagai berikut :
1.
Usman tertalu baik hati kepada pembesar-pembesar Muhajirin dan para
pejuang angkatan pertama dari kalangan kerabatnya.

2.
Usman terlalu mempercayai kerabatnya meskipun hal demikian tidak
berdosa dan tercela sampai-sampai Usman menyerahkan urusan pemerintahan
kepada mereka, termasuk meminta perndapat tentang permasalahan pemerintah
yang tengah dihadapi. Sedangkan mereka bukan termasuk orang yang dapat
dipercaya.
3.
Sebagai akibat Usman begitu banyak menyerahkan urusan pemerintahan
kepada kaum kerabatnya itu, maka akhirnya yang menangani masalah-masalah
penting pemerintahannya dalah orang-orang yang sama sekali belum kuat
keislamannya.
4.
Usman terlalu lemah kepada para bawahannya, sedangkan bawahannya itu
sebagian tidak berlaku adil, yang menyebabkan rakyat merasa tidak puas.
5.
Sebagai sebab yang paling fatal adalah adanya orang-orang yang dendam
atas Islam mereka masuk Islam luarnya saja, sedangkan dalam hatinya kafir.
Sebagai akibat dari sistem politik yang dijalankan Usman serupa itu (nepotisme),
maka timbul reaksi yang kurang menguntungkan bagi Khalifah Usman khususnya
dan pelajran bagi umat Islam pada umumnya. Sahabat-sahabat Nabi yang pada
mulanya menyokong Usman, akhirnya berpaling menjadi lawannya.
Sementara itu pengaduan-pengaduan dari setiap wilayaj kekuasaan Usman
berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan dari setiap wilayah
kekuasaan Usman berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan
tersebut kurang diperhatikan, bahkan banyak yang ditolak sambil mencarinya.
Bersamaan dengan itu terdapat gerakan masa yang terdiri dari 12.000 orang yang
diketuai oleh Muhammad, putera Khalifah Abu Bakar datang ke Ibukota untuk
menyampaikan keberatan-keberatan kepada khalifah Usman. Menghadapi huruhara dan gejolak politik seperti itu, Usman pernah meminta nasehat kepada Ali bin
Abi Thalib dan Ali mengatakan kepadanya agar berjanji untuk memperhatikan dan
pengindahkan segala usul dan protes mereka dengan sebaik-baiknya. Namun usul
dan nasehat Ali tidak ia hiraukan. Dari pihak Usman malah mengirim surat kepada
Kepala daerah di Mesir. Abdullah bin Abi Sarah yang isinya memerintahkan agar
membunuh toko-toko Mesir dalam perjalanan mereka pulang dari Madinah. Tetapi
seorang dari mereka berhasil menangkap surat tersebut, kemudian kembali ke
Madinah dan berhasil membunuh Khalifah Usman.
Dalam pemberontakan sebagaimana disebutkan diatas, terdapat peranan yang
dimainkan oleh Abdullan bin Saba (seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam).
Pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Ia memanfaatkan suasana ketidakpuasan
dikalangan kaum muslimin yang timbuk karena kelemahan politik Khalifah Usman.

4.

Akhir Masa Pemerintahan Usman

Mempelajari kerusuhan-kerusuhan yang telah mengakibatkan terbunuhnya Usman,


Banyak pembahasan-pembahasan yang mencurahkan perhatiannya dan membuat
penyelidikan khusus dalam soal ini.

Di waktu Nabi berpulang ke rahmatullah tidak ada keinginan dari pihak bani
Umayyah untuk menjadi khalifah, karena mereka baru saja menganut agama Islam
dan dulunya merupakan kenyataan bahwa Bani Umayyah memusuhi Islam cukup
lama. Tetapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan Islam pada masa pemerintahan
Abu Bakar dan Umar memberi kesempatan kepada mereka untuk menyusuli
ketertinggalan mereka selama ini.

Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib 35 40 H (656 661)


Ali bin Abi Thalib ialah putera dari paman Rasulullah dan suami dari puteri beliau
Fatimah. Fatimah adalah satu-satunya puteri Rasulullah yang ada mempunyai
keturunan. Dari pihak Fatimah inilah Rasulullah mempunyai keturunan sampai
sekarang.
Muhammad saw. diasuh oleh Abu Thalib sesudah Abdul Muthalib meninggal.
Kemudian karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya,
maka Ali diambil Muhammad saw. diasuh dan dididiknya. Hal ini dapat meringankan
kehidupan Abu Thalib, lebih-lebih waktu negeri Mekkah ditimpa bahaya kelaparan,
karena Abu Thalib adalah bapak dari banyak anak.
Ali semenjak kecil sudah mendapat didikan dan adab serta budi pekerti Islam.
Lidahnya amat fashih berbicara,dan dalam hal ini ini terkenal ulung.
Pengetahuannya dalam agama Islam sangatlah luas. Dan mungkin karena
kedekatannya dengan Rasul, beliau termasuk orang yang paling banyak dalam
meriwayatkan hadits Nabi. Keberaniannya juga masyhur dan hampir di seluruh
peperangan-peperangan yang dipimpin Rasul, Ali senantiasa berada di barisan
depan, bergulat atau perang tanding dengan prinsip tak takut akan mati. Sering Ali
dapat merebut kemenangan bagi kaum muslimin dengan mata pedangnya yang
tajam.
Keberanian Ali dan banyaknya darah yang ditumpahkannya dalam medan
peperangan dalam membela dan mempertahankan agama Islam dari orang-orang
yang menyerangnya, menyebabkan ia banyak mempunyai musuh. Banyak orang
yang luka hatinya, karena pahlawan-pahlawan kebanggaan mereka banyak yang
tertipu oleh keberanian Ali, lalu menentang Islam sekeras-kerasnya dan telah
menemui ajalnya di ujung pedang Ali yang tajam.
Adapun budi pekerti Ali, keshalihan, keadilan, toleransi, dan kebersihan jiwanya
sangatlah terkenal. Ali terhitung seorang dari tokoh-tokoh utama yang mengambil
pengetahuan, budi pekerti, dan kebersihan jiwa dari Rasulullah saw. Tokoh-tokoh
utama yang tiga itu ialah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib.
Mereka bertiga terpandang laksana mercu suar yang memancarkan cahayanya ke
segenap penjuru alam.

1.

Pembaiatan Ali sebagai Khalifah

Dari uraian-uraian berlalu dapat diambil kesimpulan bahwa ada golongan yang
tidak menyukai Ali. Beliau adalah bintang Bani Hasyim, yang menunut kursi khlifah,
bardasarkan beliau merupakan kerabat Rasulullah. Tetapi, jumhur kaum Muslimin
memendang bahwa penyerahan kursi khalifah kepada Ali berarti penyerahannya
yang bersifat turun-temurun sebagai warisan kepada Bani Hasyim. Cara ini tidak
dapat diterima oleh bangsa Arab dan ditolak pula oleh orang-orang yang
mempunyai keinginan perseorangan.
Bila pemerintahan dipegang oleh Ali, akan kembalilah cara-cara memerintah pada
pemerintahan Umar yang tegas dan keras serta disiplin itu. Orang-orang yang telah
merasakan kesenangan dan kenikmatan hidup di masa pemerintahan yang
sebelumnya, tentu saja tidak ingin kembali lagi ke keadaan yang serba teliti dan
serba diperhitungkan seperti di masa Umar.
Banyak pula orang yang telah menjadi kaya raya dengan jalan yang bathil, akan
menjadi berkuasa dan berpengaruh dengan jalan aniaya. Bila Ali memerintah, maka
sudah tentu kekayaan mereka akan tandas, dan kekuasaan mereka akan hilang
lenyap. Berdasarkan pada pertimbangan yang semacam inilah banyak orang yang
tiada menyukai Ali.
Tak ada di antara sahabat-sahabat terkemuka yang dapat menolak untuk
membaiah Ali, kemudian banyak para Muhajirin dan Anshar yang mengikuti
tindakan mereka, dan Ali pun di baiah oleh rakyat terbanyak.

2.

Tantangan-tantangan yang dihadapi Ali bin Abi Thalib dalam memerintah

Politik yang dijalankan seseorang adalah gambaran pribadi orang tersebut, yang
akan mencerminkan akhlak dan budi pekertinya. Ali mempunyai watak dan pribadi
tersendiri, suka berterus terang, tegas bertindak dan tak suka berbohong. Ia tak
takut akan celaan siapapun dalam menjalankan kebenaran. Disebabkan oleh
kepribadian yang dimilikinya itulah, maka sesudah di baiah menjadi khalifah, ia
mengeluarkan dua buah ketetapan, yakni sebagai berikut :
a.
Memecat kepala-kepala daerah angkatan pemerintahan Usman yang di
anggap menyalahi aturan pamerintahan, dan dikirimnya kepala-kepala
pemerintahan yang baru yang akan menggantikan.
b.
Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagi-bagikan di masa pemerintahan
Usman tanpa jalan yang sah.
Banyak pendukung-pendukung dari kerabat Ali yang menasehatinya supaya
menangguhkan tindakan-tindakan radikal seperti itu, sampai keadaan stabil. Tetapi
Ali kurang mengindahkan. Pertama-tama Ali mendapatkan tantangan dari keluarga
Bani Umaiyah. Mereka membulatkan tenaga dan bangunlah Muawiyah
melancarkan pemberontakan memerangi Ali.
Pemberontakan pertama diawali oleh penarikan baiat oleh Thalhah dan Zubair,
karena alsan bahwa khalifah Ali tidak memenuhi tuntutan mereka untuk
menghukum pembunuh kahlifah Utsman. Bahwa penolakan khalifah ini disampaikan

kepada Siti Aisyyah yang merupakan kerabatnya di perjalanan pulang dari Mekkah,
yang tidak tahu mengenai kematian khalifah Utsman, sementara Thalhah dan
Zubair dalam perjalanan menuju Bashrash. Siti Aisyah bergabung dengan Thalhah
dan Zubair untuk menentang khlifah Ustman, bisa juga karena alasan pribadi, atau
karena hasutan Abdullah bin Zubair. Muawiyah turut andil pula dalam
pemberontakan ini, tetapi hanya terbatas pada usaha untuk menurunkan
kredibilitas khalifah di mata umat Islam, dengan cara menuduh bahwa janganjangan khalifah berada di balik pembunuhan Khalifah Ustman.
Boleh dikatakan bahwa hampir seluruh ahli sejarah dan ahli ketimuran mencela
tidakan Ali. Dikatakannya bahwa Ali tidak bijaksana, dan tidak mendapat taufik
dalam hal ini. Tetapi menurut kami, bahwa tidak sepantasnya meletakkan tuduhan
yang seberat itu ke pundak Ali. Tuduhan itu sangatlah berlebihan.
Kesimpulannya, pengangkatan Ali menjadi khalifah adalah suatu hal yang wajar,
dan penantangan kepadanya pun adalah hal yang wajar pula, sebagai akibat dari
perkembangan dan peristiwa-peristiwa sebelumnya, atau dengan kata lain,
penantangan itu adalah karena keinginan untuk merebut kekuasaan yang di
bungkusi dengan alasan-alasan yang nampak seperti pemecatan para pejabat yang
dianggap telah menyalahi aturan-aturan pemerintahan, ataupun pengembalian
harta milik baitu mal yang telah dirampas.
Banyak peperangan yang tejadi di masa pemerintahan Ali, dan yang terpenting
adalah dua buah peperangan, yaitu peperangan jamal dan peperangan siffin.
a.

Perang Jamal

Pemberontakan demi pemberontakan muncul. Ali bin Abi Thalib menghadapi


pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Walaupun pada awalnya Thalhah dan
Zubair membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Akan tetapi baiat yang
dilakukannya menurut Jalaluddin Asy-Syuyuthi, bukan atas dasar ketaatan kepada
Ali, tetapi karena keterpaksaan saja. Maka pada akhirnya setelah berangkat ke
Mekah bersama Aisyah kemudian melanjutkan perjalanan ke Bashrah ia
mengajukan tuntutan kepada Ali agar menangkap orang yang telah membunuh
khalifah Utsman. Alasan mereka melakukan pemberontakan, karena Ali bin Abi
Thalib tidak mau menghukum mereka yang telah membunuh khalifah Utsman bin
Affan, dan mereka terus menuntut bela terhadap darah khalifah Utsman yang telah
ditumpahkan secara dzalim. Ajakan khalifah Ali untuk melakukan perundingan dan
menyelesaikan perkara secara damai, ditolak mentah oleh Thalhah. Maka akhirnya
pertempuran dahsyatpun berkobar. Maka perang ini dinamakan perang Jamal,
karena Aisyah dalam peperangan itu menunggangi unta. Dalam peperangan ini
Thalhah dan Zubair terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke
Madinah.
b.

Perang Siffin

Pemberontakan terhadap khalifah Ali bin Abi Tahlib juga tidak hanya terjadi pada
perang Jamal, tetapi juga terjadi pada perang Siffin. Perang ini dilatarbelakangi oleh
pembangkangan Muawiyah bin Abi Sufyan terhadap kebijakan-kebijakan yang

dikeluaran oleh Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh bekas pejabat tinggi yang
meras kehilangan kedudukan dan kejayaan, yang pada akhirnya melahirkan konflik
bersenjata antara pasukan Ali dengan Muawiyah. Perang ini kemudian dinamakan
perang Siffin. Dalam perang ini pasukan Ali bin Abi Thalib hamper memenangkan
pertempuran, mengalahkan pasukan Muawiyah. Akan tetapi dalam keadaan
terdesak, pasukan Muawiyah mengangkat mushaf al-Quran sebagai tanda bahwa
perang harus diakhiri dengan melakukan perdamaian. Dalam proses perdamaian itu
kedua belah pihak masing-masing mengutus juru damai. Pihak Ali mengutus Abu
Musya al-Asyari, sedangkan dari pihak Muawiyah mengutus Amr bin Al-Ash. Ali bin
Abi Thalib kembali ke Mekah. Sedangkan Muawiyah kembali ke Syiria. Keduanya
menunggu hasil perdamaian yang dilakukan oleh utusannya itu. Hasil kesepakatan
kedua juru damai, kemudian disampaikan kepada khalayak ramai di Adzrah.
Pertemuan tersebut juga disaksikan oleh sejumlah shahabat diantaranya adalah
Saad bin Abi Waqas dan Ibn Umar. Karena lebih tua Abu Musa al-Asyari
dipersilahkan meyampaikan hasil perdamaian terlebih dahulu kepada masyarakat.
Maka Abu Musya dalam pidatonya sepakat menurunkan Ali dari jabatannya sebagai
kholifah. Kemudian pembicara kedua disampaikan oleh Amr bin Ash. Dalam
pidatonya Amr bin Ash yang terkenal licik dan cerdik menerima penurunan Ali bin
Thalib sebagai khalifah, dan menetapkan Muawiyah sebagai penggantinya, dan ia
membaiat Muawiyah sebagai khalifah.

3.

Akhir Pemerintahan Ali

Sebetulnya tidak pernah ada satu haripun, keadaan yang stabil selama
pemerintahan Ali, karena banyaknya hal-hal yang tidak sepengetahuan Ali telah
terjadi, seperti hal nya di waktu beliau bersiap-siap hendak mengirim balatentara
untuk memerangi Muawiyah, terjadilah suatu kelompok yang akan mengakhiri
hidup masing-masing dari Ali, Muawiyah dan Amr bin Ash. Kelompok tersebut
terdiri dari tiga orang khawarij, yang telah bersepakat hendak membunuh ketiga
orang pemimpin itu pada malam yang sama. Seorang diantaranya bernama
Abdurrahman ibnu Muljam. Orang tesebut berngkat ke Kufah untuk membunuh Ali.
Yang seorang lain bernama Barak ibnu Abdillah at-Tamimi. Orang ini pergi ke Syam
untuk membunuh Muawiyah, sedang yang satunya lagi yaitu Amr ibnu Bakr atTamimi berngkat ke Mesir untuk membunuh Amr bin Ash.
Tetapi di antara ketiga orang itu hanyalah Ibnu Muljam yang dapat membunuh Ali.
Ibnu Muljam menusuk Ali dengan pedang waktu beliau sedang shalat. Orang-orang
yang bersembahyang di mesjid itu hanya mampu menangkap Ibnu Muljam ketika Ali
sudah terbunuh dan berpulang kerahmatullah. Sedangkan Muawiyah dan Amr bin
Ash selamat dari maut karena tikaman yang diarahkan kepada Muawiyah tak
membawanya pada kematian dan Amr ibnu Bakar salah dalam menikam orang, ia
mengira Kharij ibnu Habib as-Suhami lah orang yang akan dibunuhnya yang
dikiranya Amr bin Ash.
Dengan demikian berakhirlah riwayat Ali, orang yang paling fashih, paling berani,
dan yang paling luas pengetahuannya di antara pengikut-pengikut Rasulullah

saw. Dengan berpulangnya Ali kerahmatullah habislah masa pemerintahan


Khulafaur Rasyidin.

You might also like