You are on page 1of 8

f.

Filtrasi (Filtration)
Filtrasi merupakan unit operasi yang dioperasikan dalam pengolahan air dan air
limbah. Dalam pengolahan air limbah filtrasi dioperasikan untuk pemisahan partikel
(padatan) pada effluen (pengeluaran) pengolahan air limbah secara kimia maupun
biologi serta dapat diaplikasikan pada awal pengolahan air limbah.
Pemisahan padatan dilakukan dengan mempergunakan media yang disebut Media
Filter merupakan bahan padat seperti pasir, batu bara, kerikil dan sebagainya yang
tersusun sedemikian rupa, padatan yang dipisahkan tertahan pada permukaan dan
sela-sela (porositas) media filter, seperti terlihat dalam gambar 4.9. berikut

MEKANISME FILTRASI
Dalam filtrasi terdapat 4 mekanisme dasar filtrasi yaitu :
1. Sedimentasi (sedimentation), filtrasi terjadi karena partikel yang akan dipisahkan
mengalami gaya gravitasi dan kecepatan pengendapan partikel sehingga partikel
mengendap dan berkumpul pada permukaan media filter.
2. Intersep (interception), filtrasi terjadi karena partikel dalam aliran air berukuran
besar sehingga akan terperangkap, menempel dan dapat menutupi permukaan
media filter
3. Difusi brownian (brownian diffusion), filtrasi terjadi pada partikel yang berukuran
kecil seperti virus, partikel dalam aliran air bergerak secara random (gerak brown),
karena terdapat perbedaan kecepatan maka partikel tersebut bergesekan dan
menempel dalam media filter. Mekanisme ini hanya terjadi untuk partikel berdiameter
< 1 mikron.
4. Inersia (inertia), filtrasi terjadi karena partikel mempunyai ukuran dan berat jenis
yang berbeda sehingga kecepatan partikel dalam aliran air berbeda-beda, akibatnya
partikel akan menempel pada permukaan media karena gaya inersia, mekanisme ini
terjadi jika partikel yang berukuran lebih besar bergerak cukup cepat dan
berbenturan serta menempel dalam media filter.
Berdasarkan mekanisme tersebut, efektivitas filtrasi akan meningkat dengan
meningkatnya ukuran partikel hal ini terjadi karena dalam filtrasi terjadi mekanisme
intersep dan sedimentasi, tetapi dapat pula terjadi sebaliknya dimana efektivitas filtrasi
akan meningkat dengan menurunnya ukuran partikel hal ini dapat terjadi karena dalam
filtrasi terjadi proses difusi

JENIS FILTER

Berdasarkan jenis filter, flitrasi diklasifikasikan menjadi tiga (3) yaitu :


1. Filtrasi lambat (slow sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan media pasir halus
(fine sand) dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi ini padatan yang
tersisihkan berada dipermukaan atas pasir yang mengakibatkan aliran air melewati
media filter menjadi lambat. Partikel menumpuk pada bagian atas pasir dan
dibersihkan dengan mensecrap lapisan atas pasir yang mengandung partikel.
2. Filtrasi cepat (rapid sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan media pasir
berukuran besar dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi ini padatan yang
tersisihkan berada disela-sela (pori-pori) media filter yang dilaluinya. Pembersihan
partikel dilakukan dengan metode backwashing dengan air untuk mengeluarkan
partikel dalam media filter.
3. Multimedia fliter (multimedia filters) , pada filtrasi ini dipergunakan dua atau lebih
jenis media yang tersusun sedemikian rupa, media filter mempunyai berat jenis yang
berbeda, biasanya yang dipergunakan antrasit (batu bara), pasir, dan kerikil.
Penggunaan media filter yang berbeda memberikan hasil yang lebih baik dibanding
satu jenis media filter, dan berat jenis yang berbeda akan menempatkan kembali
media filter pada posisi yang semula pada saat dilakukan pencucian dengan metode
backwashing.
Perbandingan operasional filtrasi lambat (slow sand filter) dengan filtrasi cepat (rapid
sand filter seperti tercantum dalam tabel 4.5. berikut
Tabel 4.5. Perbandingan operasional slow sand filter terhadap rapid sand filter
Karakteristik

Laju filtrasi
Ukuran unit filtrasi
Tinggi media
Ukuran pasir efektif
Koefisien seragam
Hilang tekan
Waktu operasi
Metode
pembersihan
Kebutuhan air
pencuci
Konstruksi pake

Slow sand filter

2-5 m3/m2.hari
Besar (2000 m2)
Kerikil 300 mm dan
pasir 1,0 m
0,35 mm
2-2,5
<1m
20-90 hari
Scrap lapisan atas,
pencucian dan
pemasangan
kembali
0,2 0,6% dari air
yang difilter
tidak

Rapid sand filter


Gravity
pressure
3
2
120-360 m /m .hari
Kecil (100 m2)
Kerikil 500 mm, pasir
0,7-1,0 m
0,6 1,2 mm
1,5-1,7
<3m
1-2 hari
Backwashing dengan
air dan udara

3-6 % dari air yang


difilter
Tergantung/bebas

ya

tutup
Kemudahan
operasional
Biaya investasi
Biaya operasional
Kemampuan
supervisi
Penyisihan bakteri

ya

ya

tidak

Tinggi
Rendah
Tidak

Tinggi
Tinggi
Membutuhkan

Sedang
Tinggi
Membutuhkan

99,99&

90 99%

Pengoperasian filtrasi melibatkan dua (2) proses yaitu Filtrasi dan Backwashing
(pencucian/pengeluaran padatan dari media filter).
KLASIFIKASI SISTEM FILTRASI
Perancangan (design) unit operasi filtrasi dengan media filter padat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa hal meliputi

Arah aliran

Jenis dan susunan media filter

gaya gerak

Metode pengendalian laju aliran

Berasarkan arah aliran, filtrasi diklasifikasikan menjadi aliran ke bawah (down


flow), aliran keatas (up flow) dan aliran dua arah (biflow)
Berdasarkan jenis dan susunan media filter, jenis media filter yang dipergunakan
seperti pasir, batubara, dan kerikil dengan susunan media filter satu lapisan media,
dua lapisan media, dan tiga lapisan media. Proses backwashing dilakukan dengan
mekanisme Fluidizing (fluidisasi) dengan arah aliran keatas.
Berdasarkan gaya gerak, filtrasi terjadi karena gaya gravitasi atau gaya tekan
untuk mengatasi tahanan gesek media filter yang terjadi pada permukaan media
filter.
Berdasarkan pengendalian laju aliran, filtrasi dioperasionalkan pada laju aliran air
limbah yang konstan (constant-rate filtration) atau berubah-ubah (variable-rate
filtration).
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam operasional filtrasi yaitu :
Karakteristik air limbah, karakteristik air limbah yang perlu diperhatikan diantaranya
konsentrasi padatan, distribusi dan ukuran padatan, serta kekuatan padatan atau
flok (untuk proses kimia)

Karakteristik media filter, pemakaian media filter dengan ukuran terlalu kecil
mengakibatkan terjadinya peningkatan hambatan aliran, dan ukuran media filter
terlalu besar mengakibatkan beberapa padatan yang kecil tidak tertahan (loslos) dari

filtrasi
Laju alir filtrasi, laju alir filtrasi berkaitan dengan luas penampang unit filtrasi yang
dibutuhkan, laju alir filtrasi dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi padatan, dan
kekuatan flok. Berdasarkan pengamatan laju filtrasi yang sesuai : 2 8 gallon/(ft 2
menit) atau 80 320 Liter/(m2. Menit).

g. Flotasi (Flotation)
Flotasi (pengapungan) merupakan suatu unit operasi yang dipergunakan untuk
pemisahan padatan tersuspensi, cairan (minyak dan lemak) dalam fase cair (air
atau air limbah). Peristiwa flotasi didasarkan atas adanya gelembung gas, biasanya
menggunakan udara yang diinjeksikan kedalam air limbah. Dalam pengolahan air
limbah, flotasi dipergunakan untuk penyisihan padatan tersuspensi, minyak, lemak,
flok pada proses pengolahan air limbah secara kimia, dan lumpur (mikroba) pada
proses biologi. Keuntungan mendasar flotasi dibanding dengan sedimentasi dalam
hal pemisahan padatan tersuspensi yaitu flotasi dapat memisahkan padatan
tersupensi yang sangat kecil, ringan, dan sulit mengendap dalam waktu relatif cepat.
Pada proses flotasi, udara diinjeksikan ke dalam tangki sehingga terbentuk
gelembung yang berfungsi untuk mengapungkan padatan sehingga mudah
dipisahkan. Dengan adanya gaya dorong dari gelembung tersebut, padatan yang
berat jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan. Demikian pula
halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih rendah dari air. Hal ini merupakan
keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan flotasi partikel
yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan.
Flotasi pada pengolahan air limbah mempergunakan udara sebagai Flotation
Agent, berdasarkan pemanfaatan udara ini, flotasi diklasifikasikan menjadi tiga (3)
kategori yaitu
Dissolved-air flotation (DAF), proses flotasi dimana udara dilarutkan kedalam air
limbah, tekanan operasi untuk flotasi ini biasanya pada tekanan lebih besar dari
tekanan atmosfir.

Air flotation, proses flotasi dimana udara diinjeksikan secara langsung kedalam air
limbah, tekanan operasi untuk flotasi ini biasanya pada tekanan atmosfir.
Vacumn flotation, proses flotasi dimana udara dilarutkan kedalam air limbah hingga
mencapai tingkat kejenuhan yang dapat diperoleh dalam tekanan vacumn atau lebih
kecil dari tekanan atmosfir.
Dissolved-air flotation (DAF), dibagi menjadi tiga (3) model operasi yaitu :
1. Dissolved-air flotation dengan penekanan seluruh atau sebagian air limbah masuk
2. Dissolved-air flotation dengan recycle penekanan
3. Dissolved-air flotation dengan Induced air flotation
Dissolved-air flotation menghasilkan gelembung gas yang lebih kecil ( 50 m 100
m) dibanding dengan induced air flotation ( 500 m -1000 m). Gelembung gas
yang Iebih kecil cenderung mempunyai kemampuan lebih baik untuk
menanggulangi padatan tersuspensi, oli atau minyak. Dissolved-air flotation dengan
sistem penekanan penuh atau penekanan recycle ditunjukkan gambar 4.14 dan
dissolved-air flotation dengan penekanan aliran sebagian atau seluruhnya
ditunjukkan pada gambar 4.13. Sistem penekanan sebagian berguna untuk
menurunkan luas area dari flotation. Penekanan recycle dibutuhkan bila floc atau
emulsification masih terikut dalam air limbah, laju alir recycle menentukan kebutuhan
luas daerah flotation. Variabel-variabel perancangan (design) untuk kedua sistem ini
meliputi tekanan, recycle flow, hydraulic loading, solid loading dan retention period.
Solid loading diperlukan bila dissolved air floatation digunakan untuk sludge
thickening. sistem presurisasi biasanya dijaga pada 40-60 psig (3-5 atm). Besarnya
recycle sekitar 30 - 40 % recycle, hydraulic loading bervariasi dari 1 - 4 gpm/ft2 dan
retention period umumnya antara 20 - 40 menit

Analisis Flotasi

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan flotasi diantaranya

Laju alir air limbah dan beban padatan (wastewater flow rate and solid
loading)

Perbandingan udara terhadap padatan (Air/solid ratio), yang dinyatakan


sebagai volume udara/berat padatan atau berat udara/berat padatan, nilai A/S
dapat dipergunakan 0,005 0,060 ml/mg atau 0,0065 0,08 mg/mg.

Temperatur operasional, ini berkaitan dengan kelarutan udara dalam air pada
temperatur tertentu.

Pengolahan awal secara kimia (chemical pretreatment)

Beban padatan akhir (Lb/jam.ft2)

Beban aliran hidrolik (gpm/ft2)

Perbandingan udara terhadap padatan (A/S)

Kinerja sistem flotasi udara terlarut (dissolved-air flotation) pada awalnya tergantung
pada perbandingan jumlah udara (kg) terhadap jumlah partikel (padatan) yang
dibutuhkan untuk mencapai tingkat pemurnian. Besarnya perbandingan
Udara/padatan ini bervariasi untuk jenis padatan yang tersuspensi

h. Adsorpsi (Adsorption)
Adsorpsi (penyerapan) merupakan proses pemisahan atom, ion, biomolekul atau
molekul dalam gas atau cairan dan padatan terlarut dengan mempergunakan media
padat
Berdasarkan gaya tarik yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben, peristiwa
adsorpsi dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) jenis, yaitu :

Adsorpsi Fisik (Physisorption)

Adsorpsi fisik terjadi karena adanya gaya van der walls dan biasanya adsorpsi ini
berlangsung secara bolak-balik. Ketika gaya tarik-menarik molekul antara zat terlarut
dengan adsorben lebih besar dari gaya tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut,
maka zat terlarut akan cenderung teradsorpsi pada permukaan adsorben.

Adsorpsi Kimia (Chemisorption)


Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia yang kuat antara adsorben
dengan adsorbat, ikatan ini berlangsung searah (irrreversible). Interaksi suatu
senyawa organik pada permukaan adsorben dapat terjadi melalui tarikan
elektrostatik atau pembentukan ikatan kimia yang spesifik misalnya ikatan kovalen.
Sifat-sifat molekul organik seperti struktur, gugus fungsional dan sifat hidrofobik
berpengaruh pada sifat-sifat adsorpsi.
Karakteristik adsorpsi kimia sebagai berikut :

Terbentuknya ikatan kimia yang kuat antara adsobat dan adsorben sehingga

terbentuk panas
Terjadi reaksi yang sangat selektif antara adsobat dan adsorben sehingga proses
adsorpsi sangat spesifik
Temperatur operasi meningkat akibat terjadinya ikatan dan reaksi kimia sehingga
proses adsorpsi meningkatkan dengan naiknya temperatur.
Ikatan kimia terjadi secara langsung antara adsobat dan adsorben sehingga hanya

terbentuk satu lapisan (single layer)


Proses adsorpsi berlangsung secara irreversible (searah).

Perbedaan antara adsorpsi fisik dan kimia seperti terlihat dalam tabel 3.5. berikut.
Tabel 3.5. Perbandingan adsorpsi fisik dan kimia

Adsorpsi fisik (Physisorption)

Adsorpsi kimia (Physisorption)

Gaya tarik merupakan gaya Vander Gaya tarik merupakan gaya ikatan
Waals
kimia
Enthalpi
kJ/mole)

Jenis

adsorpsi

rendah

(20-40 Enthalpi
kJ/mole)

adsorpsi

tinggi

(200-400

Temperatur proses rendah

Temperatur proses tinggi

Terbentuk multilayer pada proses

Terbentuk monolayer pada proses

Proses berjalan bolak-balik (reversible)

Proses berjalan searah (irreversible)

Media

Adsorpsi

(adsoben)

Berbagai jenis media adsorpsi (adsorben) yang diperkenal dalam proses adsorpsi
diantaranya karbon aktif, batubara aktif, silika gel, zeolit, graphit, polimer, tepung
tulang, dan limbah pertanian (biomass). Beberapa faktor yang mempengaruhi
proses adsorpsi diantaranya

Keadaan (kondisi) dari adsorbat dan jenis adsorben

Keaktifan dari adsorben

Luas permukaan adsorben

Distribusi ukuran pori adsorben


Kondisi operasi yaitu tekanan, temperatur dan sebagainya
Berdasarkan kondisi operasi proses adsorpsi, beberapa model persamaan

yang dapat diaplikasikan pada proses adsorpsi diantaranya : Langmuir dan


Freundlich Isothermal

You might also like