You are on page 1of 7

1.

Pembentukan Dasar Laut


Dasar laut terbesar terletak sekitar 5 kilometer di bawah permukaan laut
dan terbuat dari batuan muda yang berusia kurang dari 200 juta tahun. Zaman
dahulu, ada pula dasar laut yang terbuat dari batuan tua namun kini telah
punah karena hilang menyatu dengan lapisan lempeng perusak. Dasar laut
yang baru akan selalu terbentuk dari penyebaran dasar laut di pegunungan
vulkanik bawah laut. Magma panas bergerak naik dari selimut bumi dan
muncul ke permukaan melalui patahan atau lembah bercelah di lautan.
Magma ini mengisi celah yang terbentur ketika dasar laut tertarik dan terpisah
satu sama lain. Sebagian magma mengucu ke dasar laut dan menjadi lahar
basal sementara sebagian lagi mengeras di lembah bercelah sehingga
membuat dinding vertikal sejajar dengan panjang lembah bercelah.
2. Morfologi Dasar Laut
Merupakan gambaran permukaan bumi di dasar laut. Muka bumi memiliki
bentuk yang beraneka ragam, baik itu muka bumi yang ada di daratan maupun
muka bumi yang ada di lautan. Sama halnya dengan bentuk muka bumi di
daratan, bentuk muka bumi di lautan juga tidak rata. Namun bila bentuk muka
bumi di daratan cenderung kasar dan runcing, tidak demikian halnya dengan
bentuk muka bumi yang berada di lautan. Hal ini disebabkan terjadinya erosi
ataupun sedimentasi. Adanya aliran gelombang yang memiliki kekuatan yang
besar mengakibatkan adanya pengikisan dan pengausan permukaan bumi di
bagian dasar laut. Gelombang tersebut juga yang membawa bahan kikisan dan
mengendapkannya di dasar laut sehingga terbentuk strata sedimen. Faktor lain
yang turut membentuk morfologi dasar laut ialah adanya pergerakan dari lempeng
tektonik.
Bentuk-bentuk muka bumi di lautan itu sendiri terdiri dari beberapa
contoh, yaitu landas benua, dangkalan, lereng benua, dan dasar samudra.
2.1 Landas Benua
Sering disebut dengan Continental Shelf atau landas kontinental,
merupakan dasar laut yang berbatasan dengan benua dan sering
ditemukan lembah yang menyerupai sungai. Adanya lembah ini

membuktikan bahwa pada zaman dahulu landas benua merupakan


daratan yang kemudian tenggelam. Wilayah laut ini bersifat dangkal
karena memiliki kedalaman kurang dari 200 meter.
Salah satu contoh landas benua adalah Landas Kontinen Eropa
Barat sepanjang 250 km ke arah barat, Landas Kontinen Siberia ke
Laut Artetik sepanjang 100 km, Dangkalan Sahul yang menjadi bagian
dari Australia dan Pulau Irian, dan Dangkalan Sunda yang terletak di
Indonesia yakni Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.

Gambar

1. Landas

Benua

Gambar 2.
Dangkalan
Sunda dan
Dangkalan Sahul
2.2 Lereng Benua
Sering disebut dengan Continental Slope, merupakan lanjutan dari
landas benua dan berada di pingir landas benua tersebut. Wilayah ini
memiliki kedalaman yang lebih dalam dari landas benua, yaitu lebih
dari 200 meter dan dapat mencapai 1500 meter.

Gambar 3. Lereng Benua

2.3 Dasar Smudra


Sering juga disebut dengan Ocean Floor, terdiri dari dua bagian
yaitu Deep Sea Plain, yang merupakan dataran dasar laut dengan
kedalaman lebih dari 1000 meter dan The Deep, yang merupakan
dasar laut terdalam berbentuk palung (trog).
Dasar Samudra ini memiliki bebagai relief, seperti:
2.3.1 Gunung Laut
Merupakan gunung berapi yang dasar atau kakinya berada di
dasar laut namun puncaknya muncul ke permukaan laut dengan
ketinggian 1000-4000 meter dari permukaan laut, contohnya
Gunung Krakatau. Gunung Laut terbentuk jutaan tahun yang
2.3.2

lalu akibat adanya aktivitas vulkanisme di permukaan laut.


Seamount
Merupakan gunung yang berada di dasar laut dan memiliki
lereng yang curam. Bentuknya tidak berstruktur dan saat ini
sudah tidak aktif lagi. Puncaknya berbentuk runcing dan tinggi
namun tidak sampai menyentuh permukaan laut, contohnya St.

2.3.3

Helena Azores da Ascension di laut Atlantik.


Guyot

Sering disebut dengan tablemount, merupakan gunung di dasar


laut dan memiliki puncak yang datar. Puncak datar ini terjadi
akibat adanya gelombang laut yang meratakannya. Dulunya
merupakan gunung api yang tenggelam akibat adanya erosi dan
penurunan permukaan. Selain itu guyot juga terbentuk akibat
adanya pergerakan bawah laut oleh punggung samudra yang
diidorong oleh lava cair di bawah permukaan bumi. Contoh
2.3.4

guyot adalah Guyot di Lautan Pasifik.


Atol
Merupakan kepulauan berbentuk cincin dan terbentuk dari batu
karang sehingga sering disebut sebagai pulau karang. Atol
berada di sekitar pinggiran kepulauan vulkanik yang saat ini
sudah punah tenggelam di bawah permukaan gelombang laut
akibat adanya erosi gelombang ketika bergeser dari lereng
bukit yang tinggi dan panas. Contoh dari atol adalah Atol

2.3.5

Kayangel di Lautan Pasifik.


Punggung Laut (ridge)
Merupakan deretan bukit di dasar laut yang panjang dan terjadi
karena tenaga endogen berupa tekanan vertikal, contohnya

2.3.6

Punggung Laut Sibolga.


Ambang Laut (drempel)
Merupakan punggung laut yang memisahkan dua laut yang
sangat dalam, contohnya Ambang Laut Gibraltar, Ambang Laut

2.3.7

Sulu, dan Ambang Laut Sulawesi.


Lubuk Laut (basin)
Merupakan laut ingresi yang berbentuk bulat cekung seperti
lembah dan terjadi karena adanya tenaga tektonik, contohnya

2.3.8

Lubuk Banda, Lubuk Sulu, dan Lubuk Sulawesi.


Palung Laut (trog)
Merupakan lembah panjang, sempit, dan dalam di dasar laut
yang terjadi karena ingresi. Dinding palung laut ini berbentuk
terjal dan curam serta memiliki kedalaman lebih dari 5000
meter, contohnya Palung Sunda, Palung Mariana.

Gambar 4. Morfologi Dasar Laut (1)

Gambar 5. Morfologi Dasar Laut (2)

Gambar 6. Morfologi Dasar Laut (3)

3. Dampak Positif Morfologi Dasar Laut


Terdapat berbagai keaneka ragaman hayati bawah laut, sebagai batu
loncatan bagi penyebaran spesies pesisir, mendukung kegiatan pertambangan
dan karang perikanan sehingga secara tidak langsung juga menambah
lapangan pekerjaan dan devisa negara, serta mendorong masyarakat untuk
lebih peka terhadap lingkungan sehingga menumbuhkan rasa ingin menjaga
dan melestarikan dengan melakukan upaya-upaya yang menghidari tindakan
perusakan lautan.
4. Dampak Negatif Morfologi Dasar Laut
Dengan berbagai macamnya bentuk-bentuk dasar laut serta ditambah
dengan pergerakan bumi dasar laut, maka terdapat pula dampak negatif yang
ditimbulkan dari adanya morfologi dasar laut. Salah satunya ialah terjadinya
tsunami. Tsunami merupakan ombak yang tejadi setelah gempa bumi, gempa
laut, gunung berapi, tanah longsor di dasar laut, atau hantaman meteor di laut.
Semakin mendekat arah pantai, ketinggian tsunami meningkat namun
kelajuannya menurun. Tsunami dapat merusak segala sesuatu yang dilaluinya
baik itu bangunan bahkan manusia sehingga dapat merenggut korban jiwa.
Sebagian besar tsunami terjadi akibat adanya gempa bumi bawah laut dan
dapat terjadi karena dasar laut mengalami pergerakan secara tiba-tiba (gerak
naik turun) dan perpindahan secara vertikal oleh kerak bumi. Gempa akibat
pergerakan lempeng yang tejadi di dasar laut menyebabkan air di atas wilayah

lempeng bergerak dan menghasilkan gelombang apabila air tersebut bergerak


kembali ke posisi ekuilibriumnya. Bila dasar laut bergerak naik turun maka
akan terjadi tsunami. Namun tidak semua gempa menghasilkan tsunami
melainkan tergantung pada tipe sesaran naik (thrust), kemiringan sudut tegak
antar lempeng yang bertemu (mendekati 90o semakin memungkinkan
terjadinya tsunami), serta kedalaman pusat gempa (<70 km memungkinkan
terjadinya tsunami).
Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/60841311/Relief-Lautan
http://www.siswapedia.com/morfologi-laut/
http://www.mgi.esdm.go.id/content/morfologi-dasar-laut-indonesia
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011
989011-YAKUB_MALIK/TSUNAMI-PENGAYAAN_GEOLOGI.pdf
http://www.slideshare.net/PutriLarasati1/makalah-tsunami

You might also like