Professional Documents
Culture Documents
1.1. Pengertian
Hemofilia adalah penyakit yang bersifat herediter, biasanya hanya terdapat pada anak
laki-laki tetapi diturunkan oleh wanita (bersifat Sex-linked Recessive)
(riyawan.com/hemofilia).
Hemofilia adalah merupakan kondisi yang ditentukan secara genetik, terangkai seks,
resesif dimana terdapat defisiensi faktor pembekuan darah.
Jadi hemofilia adalah penyakit koagulasi darah yang bersifat herediter diturunkan oleh gen
resesif X-Linked dari pihak ibu, biasanya hanya terdapat pada anak laki-laki dan wanita carrier
akibat kekurangan faktor pembekuan darah.
1.2. Penyebab
Hemofilia dapat disebabkan defesiensi pembekuan darah (VIII, IX dan XI).
Menurut Adele Pillitteri, Hemofili dapat dibedakan menjadi :
1.2.1 Hemofilia A
Yaitu hemofilia yang disebabkan oleh defisiensi faktor VIII
(Faktor antihemofilik)
1.2.2 Hemofilia B (penyakit natal christmas)
Yaitu hemofilia akibat kekurangan / defektivitas faktor IX (PCT =
Plasma Tromboplastin Antecedent)
1.2.3 Hemofilia C
Yaitu suatu gangguan pembekuan, umumnya diturunkan sebagai
sifat resesif autosom akibat defisiensi faktor XI.
1.3. Patofisiologi
1.
Hemofilia merupakan kondisi yang ditentukan secara genetik, terangkai seks (kecuali
hemofilia C) bersifat resesif.
2.
Secara teoritis memungkinkan bahwa perkawinan dari laki-laki yang hemofilik dan
wanita yang carier dapat memberikan anak, dimana satu dalam empat adalah wanita
hemofilik dan kombinasi gen ini Lethal.
3.
Pada umumnya, anak dari seorang laki-laki normal dengan wanita carrier secara rata-rata
50%, 25% wanita carrier dan 25% laki-laki hemofilik.
4.
Sedangkan anak dari seorang laki-laki hemofilik dengan wanita normal adalah 50% lakilaki normal dan 50% wanita carrier.
Pembekuan Tromboplastin
2.
Perubahan protombrin menjadi trombin yang dikatalis oleh tromboplastin faktor IV, V,
VII, X
3.
1.4.
Manifestasi Klinis
1.5.
Komplikasi
1.5.2
Kontraktur otot
1.5.3
Paralis
1.5.4
Perdarahan intrakranial
1.5.5
HT ( Hipertensi )
1.5.6
Kerusakan ginjal
1.5.7
Splenomegali
1.5.8
Hepatitis
1.5.9
Penatalaksanaan
Pada tata laksana umum perlu dihindari trauma. Pada masa bayi, lapisi tempat tidur dan
bermain dengan busa. Awasa anak dengan ketat saat belajar berjalan. Saat anak semakin
besar, perkenalkan dengan aktivitas fisik yang tidak beresiko trauma.
Hindari obat yang memperngaruhi platelet dan dapat mencetuskan perdarahan seperti
aspirin, dll.
Pengkajian
Epitaksis
Memar, khususnya pada ekstremitas bawah ketika anak mulai berjalan dan terbentur pada
sesuatu.
Bengkak yang nyeri, sendi terasa hangat akibat perdarahan jaringan lunak dan hemoragi
pada sendi
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
Pemeriksaan
BB : menurun
Hidung : epitaksis
Adanya kardiomegali
Ekstremitas
2.2.
Diagnosa Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
R/ Perdarahan jaringan lunak dan hemoragi pada sendi dapat menekan saraf
2. Dorong klien untuk secara hati-hati memposisikan bagian tubuh menekan sakit.
R/ Menurunkan rasa nyeri
3. Kompres es pada sendi yang sakit
R/ Kompres es dapat menyebabkan vasokontraksi
4. Kolaborasi pemberian analgesik ( hindari aspirin )
R/ Aspirin dapat mengganggu pH darah dan dapat ketidakcukupan mudah terjadi
2.3.3 Diagnosa resiko tinggi cidera berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang penyakit.
Hasil yang diharapkan : mencegah terjadinya cidera dan perdarahan
Intervesi :
1. Ciptakan lingkungan yang aman seperti menyingkirkan benda-benda tajam,
memberikan bantalan pada sisi keranjang bayi untuk yang tidak aktif
R/ Anak yang aktif memiliki resiko cidera yang tinggi apabila tidak diawasi
2. Tekankan bahwa olahraga kotak fisik dilarang
R/ Kontak fisik dapat menyebabkan perdarahan
3. Berikan tekanan setelah injeksi / fungsi vena
R/ Tekanan ini meminimalkan perdarahan
4. Anjurkan orang tua untuk memberikan pengawasan pada saat bermain di
luar rumah
2.3.4 Diagnosa kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi inadekuat
Hasil yang diharapkan : menyatakan nyeri reda/ terkontrol
Intervesi :
1. Instruksikan anak dan orang tua tentang pemberian penggantian trehadap
faktor yang kurang.
2. Ajarkan pada orang tua dan anak tentang perlunya pencegahan cidera.
3. Anjurkan untuk tidak menggunakan obat yang dijual bebas seperti aspirin.
R/ Aspirin dapat mengganggu pH dan dapat membuat perdarahan mudah terjadi
4. Ajarkan keluarga atau anak tentang apa itu hemofili dan tanda serta gejalanya
5. Berikan penjelasan pada keluarga dan atau anak bahwa penyakit ini belum
dapat disembuhkan dan tujuan terapi adalah mencegah munculnya gejala.
R/ Informasi yang adekuat akan dapat meningkatkan pengetahuan klien.
2.3.5 Diagnosa resiko tinggi kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
keterbatasan gerak sendi sekunder akibat hemartosis
Hasil yang diharapkan : peningkatan rentang gerak sendi dan tidak ada tanda inflamasi
Intervesi :
1. Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat
R/ Meningkatkan kepercayaan diri pada klien.
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif pada anggota gerak yang sakit.
R/ Melatih persendian dan menurunkan resiko perlukaan.
3. Kolaborasi / konsultasi dengan ahli terapi fisik / okupasi, spesialisasi, rehabilitas.
R/ Sangat membantu dalam membuat program latihan / aktivitas individu dan
menentukan alat bantu yang sesuai.
askep HEMOFILIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh
Hopff di universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah
hemofilia pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman,
Johan Lukas Schonlein (1793-1864), pada tahun 1928. Pada abad ke 20, para dokter
terus mencari penyebab timbulnya hemofilia hingga mereka percaya bahwa
pembuluh darah penderita hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937,
dua orang dokter dari Harvard, Patek danTaylor, menemukan pemecahan masalah
pada pembekuan darah, yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari
plasma dalam darah. Zat tersebut disebut dengan anti-hemophilic globulin.
Ditahun 1944, Pavlosky, seorang dokter dari Buenos Aires, Argentina,
mengadakan suatu uji coba laboratorium yang hasilnya memperlihatkan bahwa
darah dari seorang penderita hemofilia dapat mengatasi masalah pembekuan darah
pada penderita hemofilia lainnya atau sebaliknya. Ia secara kebetulan telah
menemukan dua jenis penderita hemofilia dengan masing-masing kekurangan zat
protein yang berbeda faktor VII dan IXdan hal ini di tahun 1952, menjadikan
hemofilia A dan hemofilia B sebagai dua jenis penyakit yang berbeda. Meskipun
hemofilia telah dikenal dalam kepustakaan kedokteran, tetapi di Jakarta baru tahun
1965
diagnosis
laboratorik
diperkenalkan
oleh
Kho
Lien
Keng
dengan Thromboplastin Generation Time (TGT) disamping prosedur masa
perdarahan dan pembekuan. Pengobatan yang tersedia di rumah sakit hanya darah
segar, sedangkan produksi Cryopresipitate yang dipakai sebagai terapi utama
hemofilia diJakartadiperkenalkan oleh Masri Rustam pada tahun 1975.
Pada tahun 2000, hemofilia yang dilaporkan ada 314, pada tahun 2001 kasus
yang dilaporkan mencapai 530. Diantara 530 ini, 183 kasus terdaftar di RSCM,
sisanya terdaftar di Bali, Bangka, Bandung, Banten, Lampun, Medan, Padang,
Palembang, Papua, Samarinda, Semarang, Surabaya, Ujung pandang, dan
Yogyakarta. Diantara 183 pasien hemofilia yang terdaftar di RSCM, 100 pasien telah
diperiksa aktivitas faktor VIII dan IX. Hasilnya menunjukkan bahwa 93 orang adalah
hemofilia A dan 7 orang adalah hemofilia B. Sebagian besar pasien hemofilia A
mendapat Cryoprecipitate untuk terapi pengganti, dan pada tahun 2000, konsumsi
cryoprecipitate mencapai 40.000 kantung yang setara dengan kira-kira 2 juta unit
faktor VIII.
Pada saat ini tim pelayanan terpadu juga mempunyai komunikasi yang baik
dengan tim hemofilia dengan negara lain. Pada hari hemofilia sedunia tahun 2002,
pusat pelayanan terpadu hemofilia RSCM telah ditetapkan sebagai pusat pelayanan
terpadu hemofilia nasional. Pada tahun 2002, pasien hemofilia yang telah terdaftar
di seluruh Indonesia mencapai 757, diantaranya 233 terdaftar diJakarta, 144 di
Sumatera Utara, 92 di Jawa Timur, 86 di Jawa Tengah, dan sisanya tersebar dari
Aceh sampai Papua.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan faktor
pembekuan VIII (hemofilia A) atau factor IX (Hemofilia B). (Cacily L. Betz & Linda A. Sowden)
Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang berkaitan dengan defisiensi
atau kelainan biologi faktor VII dan faktor IX dalam plasma. (David Ovedoff, 2000)
Hemofilia adalah suatu kelainan perdarahan akibat kekurangan salah satu faktor pembekuan
darah. (Nurcahyo, 2007)
Hemofilia adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat defisiensi (kekurangan)
salah salah satu protein yang sangat diperlukan dalam proses pembekuan darah. Protein ini
disebut sebagai faktor pembekuan darah. Pada hemofilia berat, gejala dapat terlihat sejak usia
sangat dini (kurang dari satu tahun) di saat anak mulai belajar merangkak atau berjalan. Pada
hemofilia sedang dan ringan, umumnya gejala terlihat saat dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan
operasi.(dr. Heru Noviat Herdata, 2008)
B.
Patofisiologi / Pathway
Keadaan ini adalah penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif Xlinked dari pihak ibu. Factor VIII dan factor IX adalah protein plasma yang
merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah. Faktor - faktor
tersebut diperlukan untuk pembekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera.
Hemofilia berat terjadi bila konsentrasi factor VIII dan IX plasma antara 1% dan 5%
dan hemofilia ringan terjadi bila konsentrasi plasma antara 5% dan 25% dari kadar
normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak dan hebatnya defisiensi
factor VIII dan IX. Hemofilia berat ditandai perdarahan kambuhan, timbul spontan
atau setelah trauma yang relatif ringan. Tempat perdarahan paling umum adalah di
dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan pangkal paha. Otot yang
paling sering terkena adalah heksor lengan bawah, gastroknemius dan iliopsoas.
Karena kemajuan dalam bidang pengobatan, hampir semua pasien hemofilia
diperkirakan dapat hidup normal.
PATHWAY
Orang tua ( gen )
Hemofili/ careir hemofili
Anak hemofli
( defisiensi faktor pembekuan VII, IX, XI
trauma
muskuluskeletal
sirkumsisi
hemotrasis
inflamasi
nyeri
cairan
hidung
pendaharan hebat
epitaksis
kontraktur
darah cardilac
output
perdarah mukosa
tomboplastin
kerusakan mobilitas
fisik
mukosa mulut
spenomegali
nyeri
resiko infeksi
anemia
supply
<volume
gangguan
pola tidur
perfusi
intoleran aktifitas
keb.O2
medula oblongata
pernafasan
kontraksi jntung
saraf simpens
dispnea
gangguan pola nafas
C. Etiologi
Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik. Mutasi gen yang melibatkan kode
untuk protein yang penting dalam proses pembekuan darah. Gejala perdarahan
timbul karena pembekuan darah terganggu.
Proses pembekuan darah melibatkan serangkaian mekanisme yang
kompleks, biasanya melibatkan 13 protein yang berbeda disebut I dengan XIII dan
ditulis dengan angka Romawi. Jika lapisan pembuluh darah menjadi rusak, trombosit
direkrut ke daerah luka untuk membentuk plug awal. Bahan kimia ini rilis diaktifkan
platelet yang memulai kaskade pembekuan darah, mengaktifkan serangkaian 13
protein yang dikenal sebagai faktor pembekuan. Pada akhirnya, terbentuk fibrin,
protein yang crosslinks dengan dirinya sendiri untuk membentuk sebuah mesh yang
membentuk bekuan darah terakhir.
Hemofilia A disebabkan oleh gen yang defek yang terdapat pada kromosom
X. Hemofilia B (juga disebut Penyakit Natal ) hasil dari kekurangan faktor IX karena
mutasi pada gen yang sesuai. Hemofilia C adalah hemofilia yang disebabkan
karena kekurangan faktor XI diwariskan sebagai penyakit resesif autosom tidak
lengkap yang mengenai pria dan wanita. Kondisi ini lebih jarang daripada hemofilia
A dan B dan biasanya menyebabkan gejala ringan.
D. Manifestasi Klinis
Perdarahan terjadi pada periode neonatal (karena factor VIII tidak melewati
plasenta)
Persendian yang bengkak, nyeri atau pembengkakan pada tungkai atau lengan
(terutama lutut atau siku) bila perdarahan terjadi.
E.
Pemeriksaan Diagnostik
F.
1.
Penatalaksaan
berjalan. Saat anak semakin besar perkenalkan denga aktivitas fisik yang tidak
beresiko trauma. Hindari obat yang mempengaruhi fungsi platelet dan dapat
mencetuskan perdarahan (seperti : aspirin). Therapy pengganti dilakukan dengan
memberikan kriopresipitat atau konsentrat factor VIII melalui infus.
2.
A. Pengkajian Keperawatan
1.
Biodata Klien
Terjadi pada semua umur biasanya anak laki-laki dan wanita sebagai carier.
2.
Keluhan Utama
1) Perdarahan lama ( pada sirkumsisi )
2) Epitaksis
3) Memar, khususnya pada ekstremitas bawah ketika anak mulai berjalan dan
terbentur pada sesuatu.
4) Bengkak yang nyeri, sendi terasa hangat akibat perdarahan jaringan lunak dan
hemoragi pada sendi
5) Pada hemofilia C biasanya perdarahan spontan
6) Perdarahan sistem GI track dan SSP
3.
4.
5.
Keluarga klien ada yang menderita hemofili pada laki-laki atau carrier pada wanita.
6.
7.
8.
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan mekanisme pembekuan darah
yang tidak normal.
2. Risiko injuri berhubungan dengan perdarahan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi inadekuat.
4. Resiko kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak sendi
sekunder akibat hemartosis perdarahan pada sendi.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak menderita penyakit serius.
C. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mekanisme
pembekuan darah yang tidak normal.
Tujuan (NOC) :
a.
Keseimbangan cairan
b.
Hidrasi
c.
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan, berat jenis
urine normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervesi (NIC) :
terjadi
peningkatan
kehilangan
cairan
b. Instruksikan dan pantau anak berkaitan dengan perawatan gigi yaitu menggunakan
sikat gigi berbulu anak
R/ Sikat gigi berbulu keras dapat menyebabkan perdarahan mukosa mulut.
c.
2.
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.
Intervesi (NIC) :
a.
b.
c.
d.
Anjurkan orang tua untuk memberikan pengawasan pada saat bermain di luar
rumah.
e.
Tujuan (NOC) : Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan intensitas atau skala
nyeri yang dapat diterima anak.
Kriteria Hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri yang ditandai oleh
ekspresi wajah relaks, ekspresi rasa nyaman, mampu tertidur, dan tidak ada
kebutuhan obat anlgesik.
Intervesi :
a.
R/ untuk mengendalikan rasa nyeri, dan untuk memantau status perdarahan anak
karena nyeri yang konsisten atau meningkat, dapat mengindikasikan perdarahan
berlanjut.
b.
Anjurkan untuk tidak menggunakan obat yang dijual bebas seperti aspirin.
Ajarkan keluarga atau anak tentang apa itu hemofilia & tanda serta gejalanya
d.
Berikan penjelasan pada keluarga dan atau anak bahwa penyakit ini belum
dapat disembuhkan dan tujuan terapi adalah mencegah munculnya gejala.
R/ Informasi yang adekuat akan dapat meningkatkan pengetahuan klien.
Kriteria Hasil :
Intervesi :
a. Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang
sehat
R/ Meningkatkan kepercayaan diri pada klien.
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif pada anggota gerak yang sakit.
R/ Melatih persendian dan menurunkan resiko perlukaan.
c. Kolaborasi / konsultasi dengan ahli terapi fisik / okupasi, spesialisasi, rehabilitas.
R/ Sangat membantu dalam membuat program latihan / aktivitas individu dan
menentukan alat bantu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a.
Gali perasaan orang tua dan anggota keluarga tentang kondisi kronis dan
dampaknya pada gaya hidup mereka.
b.
Rujuk pada konseling genetik untuk identifikasi kerier hemofilia dan beberapa
kemungkinan yang lain.
c.
D.
Evaluasi Keperawatan
a. Nyeri berkurang
alami komplikasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hemofilia
adalah
penyakit
koagulasi
darah
kongenital
karena
anak
oleh pria dengan ibu karier hemofilia dan sering pada bayi dan anak-anak. Tindakan
keperawatan dilakukan dengan tujuan meminimalkan komplikasi. Salah satu
upayanya dengan memberikan infromasi pada keluarga tentang perawatan di
rumah.
B.
Saran
Untuk mengetahui seseorang yang menderita hemofilia/tidak sebaiknya
dilakukan pemeriksaan labolatorium dan pemeriksaan penunjang.