Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO
Ny. M, 48 tahun, di bawa ke UGD RSMH karena mengalami nyeri perut kanan atas
yang hebat, disertai demam dan menggigil.
Sejak 2 bulan yang lalu, Ny. M mengeluh nyeri di perut kanan atas yang menjalar
sampai ke bahu sebelah kanan dan disertai mual. Nyeri hilang timbul dan bertambah
hebat bila makan makanan berlemak. Biasanya Ny. M minum obat penghilang nyeri.
Sejak 1 minggu sebelum masuk RS ia juga mengeluh demam ringan yang hilang timbul,
mata dan badan kuning, BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul, dan gatal-gatal.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum: tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
Tanda vital; TD: 110/70 mmHg, Nadi:106 x/mnt, RR: 24 x/mnt, Suhu: 39,0oC
BB:80 kg, TB:158 cm
Pemeriksaan spesifik:
Kepala: Sklera ikterik.
Leher dan Thoraks dalam batas normal.
Abdomen:
Inspeksi: datar
Palpasi: lemas, nyeri tekan kanan atas (+) Murphys sign (+), hepar
dan lien tidak teraba,
kandung empedu: sulit dinilai
Perkusi:shifting dullness (-).
2.
3.
4.
kantung
empedu,
jantung,
esofagus,
esofagus
paru,
Usus 12 jari (duo denum), usus Anus, rektum, testis, ginjal, usus
besar, usus kecil, kandung kemih, kecil, usus besar
rektum, testis, anus
2.
Regio epigastrica
3.
4.
5.
Regio umbilicalis
6.
7.
8.
9.
Kandung empedu atau vesika felea sering kali berada pada perbatasan
regio hypocondrium kanan dan epigastica.
Kandung kemih yang penuh dan uterus pada orang hamil dapat teraba di
regio hypogastrium.
2.
comunis
membentuk
duktus
koledokus.
Peritoneum
yang
satu
sama
lain
saling
berhubungan.
Sehingga
b. HEPAR
Anatomi
Hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat ratarata 1.500 gr atau 2% dari total berat badan orang dewasa normal.
Letaknya tepat dibawah diafragma kanan. Hati memiliki 2 lobus,
yaitu lobus kiri dan lobus kanan yangdibatasi oleh ligamentum
falsiformis. Pada bagian posterior hati terdapat porta hepatica
tempat dimana masuknya vena porta dan arteria hepatica dan
keluarnya duktus hepaticus. Hepar bertekstur lunak, lentur, dan
7
Pendarahan
Vasa darah yang memberi darah ke hepar adalah a.hepatica dan v.portae
hepatis. Arteri hepatica membawa darah yang kaya oksigen ke hepar,
sedangkan v.portae hepatis membawa darah vena yang kaya hasil
pencernaan yang telah diserap dari tractus gastrointestinal. Darah arteri
dan vena masuk ke v.centralis dari setiap lobules hepatis melalui sinusoid
hepar.Vena centralis bermuara ke vena hepatica dextra et sinistra, dan
meninggalkan permukaan posterior hepar menuju vena cava inferior.
Limfe
Hepar menghasilkan banyak limfe, sekitar 1/3-1/2 seluruh limfe tubuh.
Vasa limfe meninggalkan hepar dan masuk ke beberapa lymphonodus di
porta hepatis. Vassaefferent menuju LN.coeliacus. Sejumlah kecil vasa
limfe menembus diafragma menuju LN.mediastinalis posterior.
9
Persyarafan
N.symphaticus dan N.parasymphaticus yang berasal dari plexus coeliacus.
Fisiologi
Fungsi hepar yaitu (1) membentuk dan mensekresikan empedu ke
dalam traktusintestinalis; (2) berperan pada banyak metabolisme yang
berhubungan dengan karbohidrat, lemak dan protein; (3) menyaring darah
untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang masuk ke dalam darah
dari lumen intestinum. Fungsi hepar yang utama adalah membentuk dan
mengekskresi empedu. Hati menyekresi sekitar sekitar 500 hingga 1.000
ml empedu kuning setiap hari. Hati juga berperan dalam metabolism
makronutrien yaitu karbohidrat, lemak dan protein, serta berperan dalam
fungsi detoksifikasi.
3.
penderita
laki-laki.
Jing-Sen
Shi,dkk
(China,
2001)
dalam
meningkatkan
kolesterol
empedu
selain
mengurangi
pemompaan kandung empedu; (3) pada usia 20-60 tahun wanita dua kali lebih
sering kena batu empedu dibanding pria; (4) pemakai obat antikolesterol. Obat
ini meningkatkan kolesterol empedu.
10
Selain itu (5) pada pengidap kencing manis. Pada kencing manis lemak
darahnya tinggi; (6) jika penurunan berat badan drastis. Ini berakibat
metabolisme lemak meningkat. Ekstra kolesterol masuk ke dalam empedu; (7)
mereka yang sedang berpuasa. Pengosongan kandung empedu berkurang
sehingga kolesterol empedu cenderung lebih pekat; dan (8) cenderung terjadi
pada etnis-etnis tertentu. Orang Amerika lebih banyak kena batu empedu.
4.
Hepar (hati)
Ginjal
Kaput pankreas
Duodenum
Dengan demikian, apapun penyakit yang mengenai organ atau bagianbagian tubuh di perut sebelah kanan atas ini, dapat menyebabkan rasa
nyeri di perut kanan atas.
-
atau sering disebut dengan 4F (Female, Fertile, Forty, Fat). Selain itu,
kanker kandung empedu juga dapat menyebabkan nyeri perut kanan
atas.
-
5.
dapat menginfeksi sistem saluran bilier yang steril melalui ampula vateri.
Bakteriobilia tidak otomatis dengan sendirinya menyebabkan cholangitis
pada individu yang sehat karena efek bilasan mekanik aliran empedu,
kandungan antibakteri garam empedu, dan produksi IgA. Obstruksi pada
saluran empedu dapat mengakibatkan cholangitis dan cholesysistitis
akibat adanya penurunan aliran empedu (bile flow) dan produksi IgA,
yang menyebabkan gangguan fungsi sel Kupfer dan rusaknya celah
membran sel (biliary tight junctions) menimbulkan refluks kolangiovena.
Meningkatnya tekanan intrabilier >1960 Pa (20 cmH2O), kisaran normal
686-1373 Pa atau 7-14 cmH2O, dapat memaksa bakteri dari saluran
empedu masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pasien-pasien kolangitis dan
batu
saluran
empedu
memiliki
tekanan
intrabilier
lebih
tinggi
b. Masalah 2: Sejak 2 bulan yang lalu, Ny. M mengeluh nyeri di perut kanan atas yang
menjalar sampai ke bahu sebelah kanan dan disertai mual. Nyeri hilang timbul dan
bertambah hebat bila makan makanan berlemak. Biasanya Ny. M minum obat
penghilang nyeri.
1.
Nyeri pada perut kanan atas dikarenakan implikasi pada saraf yang
mempersarafi vesica felea yaitu, plexus coeliacus. Plexus ini mempunyai
hubungan dengan n.suprascapularis sehingga nyeri pada plexus ini bisa juga
dirasakan oleh n.suprascapularis yang mempersarafi otot pada belikat kanan
(bahu sebelah kanan).
Sebenarnya, nyeri yang terjadi pada penderita obstruksi jaundice
merupakan nyeri yang menyebar atau (reffered pain). Obstruksi jaundice
menyebabkan nyeri yang akan diterima oleh saraf aferen mengikuti saraf
simpatis. Nyeri ini akan berjalan melalui plexus coeliacus dan nervus
splanchircus
major
menuju
ke
medula
spinalis.
Peradangan
dapat
menyebabkan plexus coeliacus terjepit, maka nyeri ini bisa menyebar dan
mengenai peritoneum parietal dinding anterior abdomen atau diafragma bagian
perifer. Hal ini akan menyebabkan:
1. Nyeri somatik dirasakan di kuadran kanan atas dan berjalan ke punggung
bawah angulus inferior scapula.
2. Radang yang mengenai peritoneum parietal bagian sentral yang
dipersarafi oleh nervus phrenicus (C3, C4, C5), akan menyebabkan nyeri
di daerah bahu sebab kulit di daerah bahu mendapat persarafan dari nervi
supraclavicularis (C3, C4).
15
2.
vagal effect.
Pusat muntahnya berasal dari Gastrointestinal karena menurunkan
motilitas gaster, sehingga menimbulkan rasa ingin membuang
makanan keatas.
Disebabkan = konstipasi, bowel obstruksi, GI pathology.
Dizzness (pusing)
gangguan metabolisme
o hiperkalemia, ketidakseimbangan elektrolit dehidrasi, liver
dan renal disease.
16
4.
5.
Obat penghilang nyeri apa saja yang mungkin diminum Ny. M dan
bagaimana mekanisme kerjanya?
Jawab:
Analgesik sendiri dibagi dua yaitu :
I. Analgesik opioid / analgesik narkotika Analgesik opioid merupakan
kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan
obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.
Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka
usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan
dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa
bahaya adiksi.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
1. Obat yang berasal dari opium-morfin,
2. Senyawa semisintetik morfin, dan
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
II. Analgesik lainnya, Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para
amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam
mefenamat, naproksen/naproxen dan banyak lagi.
Biasanya obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya
terdiri dari tiga komponen, yaitu :
1. analgetik (menghilangkan rasa nyeri),
18
19
Ibuprofen,
Indomethacin,
Ketoprofen,
Ketorolac,
a.
Analgetik perifer
Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu
badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat
pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit
dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya keringat.
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari
golongan salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan
golongan antranilat. Contohnya Parasetamol, Asetosal, Antalgin.
b.
Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau
rematik contohnya asam mefenamat, ibuprofen.
Antalgin
a) Mekanisme kerja :
Aminopirin merupakan derivate pirazolon yang mempunyai efek sebagai
analgesik, antipiretik. Efek antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi
pusat pengatur suhu di hipotalamus dan menghabisi biosintesa dari
prostaglandin sedangkan efek analgesiknya mengurangi rasa nyeri cukup kuat.
20
Asam Mefenamat
a) Mekanisme kerja :
Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja
dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti
inflamasi dan antipiretik.
3) Ibuprofen
a) Mekanisme kerja :
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionate dari kelompok obat anti
inflamasi non steroid. Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklooksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat
menjadi PG-G2 terganggu.
Prostaglandin berperan pada pathogenesis inflamasi, analgesik dan damam.
Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek anti inflamasi dan
analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin)
dengan efek samping lebih ringan terhadap lambung.
Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan
protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1-2 jam setelah
pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak
mengurangi jumlah yang di absorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan
waktu paruh 1,8-2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan
metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.
4) Parasetamol
a) Mekanisme kerja :
Parasetamol
adalah
derivate
p-aminofenol
yang
mempunyai
sifat
21
6.
Bilirubin meningkat
Badan
kuning,
Mata
saluran
empedu
(duktus
choleodocus),
disebut
juga
berlemak
(karena
adanya
sumbatan
pada
saluran
obstruksi total dan mulai terjadi infeksi dan peradangan . Selanjutnya, karena
tetap tidak ada terapi, infeksi dan reaksi peradangannya menjadi lebih parah
dan telah terjadi perangsangan saraf pada peritoneum parietal (nyeri perut
yang hebat).
22
terjadinya demam.
Fisiologis
Seperti adanya dehidrasi, suhu yang terlalu tinggi, dan pasca imunisasi
juga bisa menyebabkan demam.
Mekanisme:
Pasase batu empedu berulang melalui duktus sistikus yang sempit dapat
menimbulkan iritasi dan perlukaan sehingga dapat menimbulkan
peradangan dinding duktus sistikus dan striktur. Inflamasi yang terjadi
akan memicu neutrofil dan sel-sel radang secara kemotaksis. Neutrofil dan
sel-sel radang akan memicu messenger untuk mengaktifkan sel-sel lain
pada system imun kita. Messenger yang bereaksi adalah Interleukin (IL),
dan interferon. Yang paling banyak adalah IL-1.IL-1 memicu hipotalamus
untuk meningkatkan suhu dan memicu keluarnya fosfolipase yang akan
mengubah fosfolipid menjadi asam arakidonat yang akan memicu
keluarnya Prostaglandin (PG).
Efek keluarnya prostaglandin akan mempengaruhi kerja thermostat di
hipotalamus. Hal ini akan menyebabkan kerja thermostat naik yang
menyebabkan kenaikan suhu. Disinilah terjadinya demam.
23
Demam ringan hilang timbul karena proses inflamasi masih ringan dan
belum terjadi sepsis.
Jaundice
o Peningkatan bilirubin dalam aliran darah dapat menyebabkan
jaundice, atau sebuah pigmentasi kekuningan pada kulit,
membran mukosa, atau bola mata. Bilirubin disebabkan oleh
pemecahan RBC tua yang terakumulasi di hati dan tidak dipecah
dengan baik. Penyebab utama jaundice pada anak yaitu akibat
beberapa jenis hepatitis, malaria, new born jaundice, biliary
atresia (blok pada saluran empedu) atau kelainan bilirubin.
Penyebab utama pada orang dewasa yaitu penyakit hati, beberapa
jenis hepatitis, blok pada saluran empedu, kelainan bilirubin,
anemia, obat yang menginduksi cholestasis, dan malaria.
Hepatitis
o Hepatitis adalah inflamasi di hati, terkadang disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri atau parasit, kerusakan hati, overdosis dari
pengobatan tertentu (seperti asetaminofen), atau sel imun yang
menyerang hati. Gejala meliputi mata kuning, muntah, mual,
nyeri otot, dan lemah. Walaupun beberapa kasus dapat
diselesaikan dengan cepat, hepatitis dapat berkembang menjadi
penyakit yang serius yang dapat mengancam nyawa. Terapi harus
dilakukan sesegera mungkin.
Liver Disease
o Tipe-tipe tertentu dari penyakit hati bisa menyebabkan terjadinya
kekuningan pada bola mata. Sirosis adalah hasil dari penyakit
hati kronik, meninggalkan luka (scars) pada organ. Penyebab
tersering adalah infeksi Hepatitis B atau C, gangguan metabolik
atau penyakit fatty liver non alkoholik. Gejala lain meliputi mual,
muntah, nyeri perut, perdarahan pada hidung atau gusi, dan turun
berat badan. Penyakit hati akibat alcohol merusak hati karena
24
Cancer
o Kanker pancreas bisa merusak pancreas, dimana pancreas
membantu
dalam
mengabsorbsi
makanan
berlemak
dan
25
Warna urin seperti air teh (merah kecoklatan) bisa karena adanya
peningkatan bilirubin konjugasi. Adanya bilirubin 2 yang meningkat
menunjukkan kerusakan (sumbatan) pada saluran kanalikuli biliaris
sehingga bilirubin tak bisa keluar, yang akhirnya mengalir masuk ke
pembuluh darah menuju ginjal. Selanjutnya bilirubin 2 ini akan berada di
dalam urin dan menyebabkan warna urin merah kecoklatan.
Gatal-gatal
Jawab:
Kemungkinan disebabkan oleh peningkatan garam empedu dalam
sirkulasi sistemik dan endapan garam empedu pada saraf di tepi kulit.
Mekanisme:
Obstruksi
saluran
empedu
empedu
gagal
masuk
ke
26
teraktivasi.
Serabut
saraf
tersebut
kemudian
27
Keadaan umum
Jawab:
Tampak sakit sedang: tidak normal (normal tidak tampak sakit/ tampak
sehat)
Penilaian keadaan ini termasuk penilaian subjektif dari setiap dokter.
Penderita yang menampakkan gejala sakit sedang biasanya menunjukkan
beberapa tanda yang merupakan suatu usaha untuk mengurangi rasa
sakitnya, misalnya bila mengalami nyeri abdomen, pasien mungkin akan
memegang daerah yang sakit dan sedikit membungkuk. Mungkin juga
terlihat wajah yang pucat, dan beberapa hal lainnya. Akan tetapi tingkat
kesadarannya masih normal, masih bisa diajak bicara dan memberikan
respon yang baik.
masih
normal
karena
belum
ada
komplikasi
yang
Tanda vital
Jawab:
TD 110/70 mmHg
120/80 mmHg
Normal
60-100x/menit
RR 24x/menit
18-24x/menit
Normal
Suhu 39,5o C
36,5-37,2 oC
Febris
Terjadi demam akibat dari adanya proses inflamasi dari obstruksi saluran
empedu yang menyebabkan statis cairan empedu. Statis emepedu inilah yang
akan menyebabkan terjadinya proses peradangan di saluran empedu
berupa
kolangitis. Suhu tubu yang meningkat akibat inflamasi ini akan menyebabkan
peningkatan denyut nadi.
28
Abdomen
Dinding abdomen
Datar
Datar
Normal
Dinding abdomen
Dinding abdomen
Normal
Inspeksi
Palpasi
Lemas
Nyeri palpasi pada
lemas
Peradangan pada
kandung empedu
Hepar tidak
Normal
teraba
29
(-)
Ada peradangan
pada kandung
empedu
(cholesistitis)
Kandung empedu
Kandung empedu
sulit dinilai
dapat dinilai
mungkin karena
ada nyeri tekan
kanan atas jadi sulit
untuk meraba
kandung empedu
Perkusi
negatif
Normal
Murphys sign
Adanya peradangan pada kandung empedu peradangan dinding
kandung empedu kolesistitis akan menimbulkan nyeri tekan
(murphys sign)
Normal
Interpretasi
Normal
Akral pucat
Tidak normal
Normal
Ekstremitas :
30
Akral pucat:
Batu empedu di kandung empedu menyumbat ductus syscticus
berpindah ke ductus choledocus (gerakan peristaltik) obstruksi total
regurgitasi bilirubin sirkulasi kulit di ekstremitas (akral) akral
kuning pucat
2.
Kepala
Jawab:
Pemeriksaan sclera ikterik dideteksi dengan melakukan inspeksi pada
bagian sclera mata. Pada sclera yang normalnya berwarna putih akan
tampak berwarna kuning akibat tingginya kadar bilirubin dalam sirkulasi
darah.
Abdomen
Jawab:
Indikasi: Pemeriksaan fisis abdomen merupakan bagian dari pemeriksaan fisis
keseluruhan, yang dalam prakteknya merupakan lanjutan dari pemeriksaan fisis
umum, pemeriksaan fisis kepala, leher, thoraks, abdomen, perineum dan
genitalia jika ada indikasi, lalu diakhiri dengan ekstremitas.
1. Persiapan
- Siapkan peralatan: baju periksa, selimut, stetoskop, senter, pena,
penggaris, sarung tangan (tambahan), masker (tambahan).
- Cuci tangan.
- Jelaskan prosedur kepada pasien.
- Anjurkan pasien utnuk menanggalkan baju sampai pinggang.
- Ruang periksa cukup penerangannya.
b.
c.
d.
Observasi umbilikalis
32
e.
f.
kulit
atau
adanya
ostomi.
Observasi
lokasi
dan
karakteristiknya.
g.
c. Palpasi hepar
-
33
Secara normal hepar tidak teraba kecuali pasien yang kurus. Bila teraba
maka tepi hepar harus halus, tegas dan tidak nyeri.
d. Palpasi limfa
-
Tekan ujung jari jari tangan kanan kedalam batas tulang rusuk kiri
kearah pasien.
e. Palpasi ginjal
-
PERKUSI
Suara abdomen yang terdengar pada perkusi yaitu:
-
34
Flat: suara yang sangat halus, pendek. Terdengar bila tidak ada
udara pada struktur seperti otot, tulang atau massa tumor.
Beri tanda titik dengan pena. Biasanya pada batas tulang rusuk.
Batas atas setingkat ICS ke-6. Jarak antara kedua titik kurang lebih
6-12 cm.
d. Palpasi dan perkusi kandung kemih; untuk menentukan lokasi dan isinya.
-
e. Perkusi ginjal
-
Perhatikan: jangan lakukan perkusi dan palpasi bila diketahui riwayat nyeri,
tumor ginjal. Palpasi akan meningkatkan tekanan intra abdominal yang
dapat memudahkan penyebaran.
AUSKULTASI
Gunakan diapragma stetoskop untuk mendengarkan bising usus dan
gunakan bell untuk mendengar bunyi vaskular.
a. Auskultasi bising usus
b.
36
- Minta pasien miring ke arah kontralateral dari arah perkusi. Tunggu 30 60 detik.
- Lakukan perkusi kembali pada daerah yang ditandai tadi sampai terjadi
perubahan bunyi dari redup ke timpani.
Ekstremitas
Jawab:
Tidak
terdapat
indikasi
khusus
untuk
pemeriksaan
ekstremitas.
Darah Rutin
Jawab:
Jenis
Nilai Normal
Hasil
Interpretasi
Hb
12-15 g/dL
12,4 g/dL
Normal
Ht
36-46%
36 vol%
Normal
Leukosit
4500-
15.400.mm3
Leukositosis inflamasi,
Pemeriksaan
Darah Rutin
10.000/mm3
Trombosit
infeksi
329.000/mm3
150.000-
Normal
400.000/mm3
LED
Wes:
0- 77 mm/jam
20mm/jam
Win
Peningkatan
proses
akut
dan
kronik,
38
15mm/jam
kerusakan
jaringan,
reumatoid,
penyakit
kolagen,
stress
malignancy,
fisiologis,
dan
LFT
Jawab:
Komponen
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
Ny. M
LFT:
Nilai Normal
Interpretasi
20,49 mg/dL
0,2-1,2 mg/dL
Bilirubin direk
19,94 mg/dL
0-0,4 mg/dL
Bilirubin indirek
0,55 mg/dL
0,2-0,8 mg/dL
Normal
SGOT
29 /L
5-40 IU/L
Normal
SGPT
37 /L
0-40 IU/L
Normal
Fosfatase alkali
864 /L
35-125 IU/L
Bilirubin total
Amilase
30-170 U/L
40 unit/L
Lipase
14-280 U/L
50 unit/L
2.
3.
40
f. Masalah 6
1.
42
Pemeriksaan fisik: nyeri tekan di abdomen kuadrah kanan atas, tanda Murphy
positif, palpasi vesika felea bisa positif, pemeriksaan sklera dan dinding atas
cavum oris.
Evaluasi laboratorium: jumlah leukosit meningkat, bilirubin dan AP
meningkat positif, amilase meningkat positif (bahkan tanpa adanya
pankreatitis).
Pemeriksaan diagnostik tambahan:
1. Foto polos abdomen
Pada pemeriksaan ini diharapkan dapat melihat batu opak dikandung
empedu atau di duktus koledekus. Kadang-kadang pemeriksaan ini dipakai
untuk screening, melihat keadaan secara keseluruhan dalam rongga abdomen.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit yang
menyebabkan kolestasis. Pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran
duktus biliaris intra/ ekstra hepatal sehingga dengan mudah dapat
mendiagnosis apakah ada ikterus onstruksi atau ikterus non obstruksi. Apabila
terjadi sumbatan daerah duktus biliaris, yang paling sering adalah bagian
distal, maka akan terlihat duktus biliaris komunis melebar dengan cepat yang
kemudian diikuti pelebaran bagian proksimal. Perbedaan obstruksi letak tinggi
atau letak rendah dengan mudah dapat dibedakan karena pada obstruksi letak
tinggi atau intrahepatal tidak tampak pelebaran dari duktus biliaris komunis.
Apabila terlihat pelebaran duktus biliaris intra dan ekstra hepatal maka ini
dapat dikategorikan obstruksi letak rendah (distal).
Pada dilatasi ringan dari duktus biliaris maka akan terlihat duktus
biliaris kanan berdilatasi dan duktus biliaris daerah perifer belum jelas terlihat
berdilatasi. Pada dilatasi berat duktus biliaris, duktus biliaris intra hepatal
bagian sentral dan perifer akan sangat jelas terlihat berdilatasi dan berkelokkelok.
Pada kasus koledokolitiasis, terdapat batu di dalam duktus koledokus.
Batu ini bisa satu maupun banyak. Batu yang tertanam biasanya terjadi di
43
bagian bawah duktus diatas ampula vateri. Intensitas ikterus biasanya fluktuasi
dimana batu bertindak sebagai katup (ball valve). Obstruksi partial masih
mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum.
Secara sonografi terlihat Common Bile Duct (CBD) berdilatasi, tampak
bayangan hiper ekhoik dengan bayangan akustik. Batu akan mudah terlihat
karena dikelilingi oleh cairan empedu. Diagnosis akan lebih sulit katika
seluruh saluran empedu tertutup batu, dimana kontras antara cairan empedu
dan batu menghilang, serta tampak hanya sebagai baangan akustik yang
mungkin diduga sebagai gas echo dari duodenum.
3. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
ERCP merupkan tindakan yang langsung dan invasif untuk
mempelajari traktus biliaris dan sistem duktus pankreatikus. Ditangan yang
berpengalaman ERCP mempunyai keberhasilan yang cukup tinggi dan tingkat
keakuratan atau ketepatan kurang lebih 90%. Pada penyumbatan duktus
biliaris ekstra hepatal oleh koledokolitiasis, tampak gambaran defek pengisian
yang radioluscen.
Indikasi pemeriksaan ERCP yaitu:
a. Pendeita ikterus yang tidak atau belum dapat ditentukan penyebabnya
apakah sumbatan pada duktus biliaris intra atau ekstra hepatik seperti:
-
Sclerosing cholangitis
Pankreatitis kronis
Tumor pancreas
Sensitivitas untuk dilatasi cukup tinggi, tapi harus hati-hati dalam menilai
adanya striktur dengan kaliber duktus yang normal.
duktus
yang
melebar/dilatasi
kemudian
terjadi
penyempitan-
46
2.
DD (Differential Diagnosis)
Jawab:
Diagnosis
Koledokol Pankrea
Koledokol Ca Caput
Klinik
itiasis,
itiasis
Pankreas
(+)
(+)
(+)
(+) di
titis
Kolangitis Akut
,
Kolesistiti
s
Sklera
(+)
(-)
Ikterik
Nyeri perut
biasa di
epigastrium,
epigastri
jika obstruksi
um
parsial nyeri
samar di
abdomen
kanan atas,
obstruksi
47
total nyeri
seperti ikterus
obstruktif
Demam
(+)
(+)
Nyeri Alih
(+) di
(+) di
bawah
punggun
punggung
scapula
g kanan
kanan
(+)
(+) di
kanan
Kulit kuning
(+)
(-)
(+)
(+)
Murphys
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
BAB dempul
(+)
(-)
(+)
(-)
Leukositosis
(+)
(+)
(-)
LED
Bilirubin
Total dan
Sedikit
Total dan
Total dan
direk
meningk
direk
direk
Sign
(-)
at
SGOT/SGPT
(-)
Normal
Normal
Normal
Nyeri kolik
(+)
(-)
(+)
Gatal-Gatal
(+)
(-)
(+)
Amilase &
Lipase
3.
(-)
WD
Jawab:
Ikterus Obstruktif et causa Koledokolitiasis disertai dengan kolangitis
dan kolesistitis
4.
Etiologi
Jawab:
1. Empedu mengandung terlalu banyak kolesterol
2. Empedu kurang mengandung garam empedu
48
Statis empedu
empedu
dalam
kandung
empedu
dapat
mengakibatkan
5.
Epidemiologi
Jawab:
Kolesistitis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria, dan banyak
terjadi setelah usia 40 tahun. Prevalensi meningkat seiring bertambah usia,
prevalensi pada perempuan berkulit putih dua kali lebih besar dibandingkan
laki laki. Pengaruh esterogen (kontrasepsi dan kehamilan ) meningkatkan
penyerapan dan sintesis kolesterol dalam empedu sehingga meningkatkan
angka terjadinya batu kandung empedu.
Epidemiologi batu empedu di Amerika Serikat cukup tinggi sekitar
10-20% orang dewasa ( 20 juta orang). Setiap tahunnya bertambah sekitar
13 % kasus baru dan sekitar 13% nya dari penderita kandung empedu
menimbulkan komplikasi . Kira kira 500.000 orang yang menderita simptom
batu empedu atau batu empedu dengan komplikasi dilakukan kolesistektomi.
Batu empedu bertanggung jawab pada 10.000 kematian per tahun. Di
Amerika Serikat, ditemukan pula sekitar 20003000 kematian disebabkan
oleh kanker kandung empedu dan sekitar 80% dari kejadian penyakit batu
empedu disertai dengan kolesistitis kronik. Sedangkan, epidemiologi di
Indonesia belum dapat diketahui.
6.
Faktor Resiko
Jawab:
Batu empedu dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya batu empedu. Faktor resiko batu kolesterol
antara lain:
1) Obesitas
Sindrom metabolik pada obesitas trunkal, resistensi insulin, diabetes
melitus tipe 2, hipertensi, dan hiperlipidemia dapat meningkatkan sekresi
kolesterol hepatik yang kemudian mengakibatkan kadar kolesterol dalam
kandung empedu tinggi. Kadar kolesterol dalam kandung empedu yang
tinggi dapat mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi atau
pengosongan kandung empedu sehingga meningkatkan resiko terjadinya
kolelitiasis.
50
2) Obat-obatan
Penggunaan estrogen dapat meningkatkan sekresi kolesterol di dalam
empedu.Obat-obat clofibrat dan fibrat dapat meningkatkan eliminasi
kolesterol melalui sekresi empedu dan tampaknya meningkatkan resiko
terjadinya batu kolesterol empedu.Sedangkan obat-obat dari analog
somatostatin dapat dapat mengurangi pengosongan kandung empedu.
3) Kehamilan
Faktor resiko meningkat pada wanita yang telah beberapa kali hamil.
Kadar progesteron tinggi dapat mengurangi kontraktilitas kandung
empedu
7.
Patofisiologi
Jawab:
51
Hipersaturasi kolesterol
3F
1. Fatty
2. Forty
3. female
kolelitiasis
kolengitis
Badan dan
skelera kuning
dan Peningkatan
fosfatase alkalin
Garam empedu
mensentitasi ujung
saraf tipe C
choledokolitiasis
Tidak terbentuk
sterkobilin
Cairan empedu
statis
Feses seperti
dempul
Infeksi dan
inflamasi
Demam
Leukositosis dan
LED meningkat
Gatal-gatal
Iritasi peritoneum
parietal
subdiagfragmaticus y
dipersarafi oleh N.
phrenicus (C3-5)
52
8.
Patogenesis
Jawab:
Pada kasus ini kemungkinan terjadi pembentukkan batu empedu pada kandung
empedu terlebih dahulu (batu sekunder) atau terjadi pembentukkan batu pada
ductus intrahepatik (batu primer). Kemudian dua bulan yang lalu, batu empedu
tersebut ikut mengalir bersama cairan empedu mengyumbat di ductus cysticus
yang akan menyebabkan cholesistitis dan kemudian berakhir dengan
menyumbat
saluran
empedu
(duktus
choleodocus),
disebut
juga
9.
Manifestasi Klinis
Jawab:
Warna kekuningan pada kulit atau mata adalah penanda penting secara fisik
pada penyumbatan di empedu, disertai dengan nyeri perut kanan atas, mual,
muntah dan panas. Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan Murphy yang positif
biasa ditemukan, sering teraba kandung empedu yang membesar, dan tandatanda peritonitis. Warna seperti dempul pada tinja juga dapat menaikkan
53
1. Asimptomatik
Biasanya
ditemukan
secara
tidak
sengaja
pada
saat medical
check
2. Simptomatik
a. Kolik Bilier
Terdapat nyeri kuadran kanan atas yang terjadi secara episodik, kadang
menjalar ke daerah punggung kanan belakang. Kondisi ini terjadi akibat
obstuksi batu di daerah leher kandung empedu, atau duktus kistikus. Kolik
bilier biasanya dipengaruhi oleh makanan berlemak dan dapat hilang dengan
perubahan posisi tubuh. Biasanya tidak didapatkan demam dan fungsi hati
normal, kecuali bila disertai infeksi.
b. Kolesistitis akut
Kolesistitis merupakan suatu inflamasi akut pada kandung empedu. Hal ini
disebabkan karena adanya obstruksi dari duktus sistikus. Keluhan nyeri sering
dimulai secara progresif memberat. Nyeri sangat sering terjadi pada malam
hari atau menjelang pagi. Nyeri ini biasanya terdapat pada kuadran kanan atas
abdomen atau di epigastrium. Keluhan nyeri ini dapat disertai dengan demam.
Pada kolesistitis akut dapat terjadi terjadi peningkatan sel darah putih
dan MurphySign (nyeri perut kanan atas yang diraba saat inspirasi).
c. Kolesistitis kronik
Kolisistitis akut yang berulang mengarah pada inflamasi kandung empedu
kronik. Biasanya tidak terdapat demam atau peningkatan sel darah putih.
Keluhannya bisa berupa seperti dispepsia, rasa penuh di epigastrium, dan
nausea khususnya setelah makan makanan berlemak tinggi, yang kadang
hilang setelah bersendawa.
54
d. Koledokolitiasis
Koledokolitiasis sebagian besar berasal dari migrasi batu kandung empedu.
Sedangkan batu koledokus dapat terbentuk di saluran empedu itu sendiri
disebut koledolitiasis primer, biasanya batu ini terbentuk akibat stasis empedu
dan infeksi seperti pada kasus striktur akibat trauma, kolangitis sklerosing atau
kelainan bilier kongenital.
e. Kolangitis
Kolangitis merupakan infeksi bakteri pada cairan empedu di dalam saluran
empedu akibat obstruksi. Keluhan kolangitis digambarkan dengan Triad
Charcot yaitu nyeri kuadran kanan atas, ikterik dan demam. Kolangitis dapat
mengarah pada syok septik.
10. Komplikasi
Jawab:
-
Ganggren
Perforasi
Peritonitis
Hepatorenal syndrome
Pankreatitis
Kolangitis
Kegagalan hati
11. Tatalaksana
Jawab:
a.
(agar tidak terjadi gerakan paristaltik vecisa biliaris), diet ringan, obat
penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodic. Pemberian antibiotic
penting untuk mencegah komplikasi. Golongan AB yang dapat digunakan
seperti ampisilin, sefalosporin, dan metramidazol karena biasanya kumankuman penyebab adalah E. coli, s. faecalis, dan klebsiella.
55
b.
Nutrisi
1. Rendah lemak dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah
dicerna.
2. Cukup kalori, protein dan hidrat arang. Bila terlalu gemuk
jumlah kalori dikurangi.
3. Cukup mineral dan vitamin, terutama vitamin yang larut dalam
lemak.
4. Intake banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.
terapeutik
dengan
melakukan
sfinterotomi
endoskopik
untuk
mengeluarkan batu saluran empedu tanpa operasi pertama kali dilakukan tahun
1974. Sejak itu teknik ini telah berkembang pesat dan menjadi standar baku
terapi non-operatif untuk batu saluran empedu.
Selanjutnya batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat
atau balon-ekstraksi melalui muara yang sudah besar tersebut menuju lumen
duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja atau dikeluarkan melalui
mulut beserta skopnya.
1. Konservatif
-Dirawat,diberi cairan infus, istirahat baring
-Analgesik untuk mengurangi nyeri : Meperidine , Hydrocodone ,
Oxycodone
-Antibiotik pada fase awal untuk mencegah komplikasi. Golongan
ampisilin,sefalosporin,dan metronidazol cukup sensitive utuk bakteri yang
umumnya terdapat pada kolesistitis akut seperti E.coli,Streptococcus
faecalis, dan Klebsiella.
56
57
dan jumlah pasien yang adekuat serta alaat fluoroskopi yang memadai untuk
mendapatkan hasil foto yang baik.
12. Pencegahan
Jawab:
a. Ursodeoxycholic acid
Pengobatan ursodeoxycholicacid dapat mencegah pembentukan batu empedu.
Hal ini telah di lakukan pada pasien yang kehilangan berat badan secara cepat
karena pola makan rendah kalori atau karena pembedahan bariatrik yang
berkaitan dengan risiko tinggi pembentukan batu empedu kolesterol baru (2030%
dalam
bulan).
Kemudian
dilakukan
pemberian
dosis
600
mengurangi
serangan
kolik
bilier.
Namun,
ini
tidak
dapat
58
2.
Bila kelebihan berat badan maka turunkan berat badan secara bertahap
sangat penting untuk mencegah dan meminimalkan keluhan batu empedu.
3.
4.
5.
6.
13. Prognosis
Jawab:
Quo ad vitam bonam (mengenai hidup matinya penderita, baik)
Quo ad fungsionam bonam (ditinjau dari segi aktivitas fungsional, baik)
14. KDU
Jawab:
Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan
59
V. HIPOTESIS
Ny. M, 48 tahun mengalami icterus obstruktif et causa choledocolitiasis.
I.1.
Hepar
a. Anatomi
Hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat rata-rata 1.500 gr
atau 2% dari total berat badan orang dewasa normal. Letaknya tepat dibawah
diafragma kanan. Hati memiliki 2 lobus, yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang
dibatasi oleh ligamentum falsiformis. Pada bagian posterior hati terdapat porta
hepatica tempat dimana masuknya vena porta dan arteria hepatica dan keluarnya
duktus hepatica.
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas
abdominlais tepat dibawah diafrgama. Sebagian besar hepar terletak di profunda
arcus costalis dextra, dan hemidiafrgma dextra memisahkan hepar dari pleura,
pulmo, pericardium dan cor. Hepar terbentang ke seblah kiri untuk mencapai
hemidiafragma sinistra. Permukaan atas hepar yang cembung melengkung di
bawah kubah diafragma. Fascia viseralis membentuk cetakan visera tang letaknya
berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini
berhubungan dengan pars abdominalis oesofagus, gaster, duodenum, fleksura coli
dextra, rend extra dan glandula suprarenalis dextra, serta vesica biliaris.
Hepar dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis
sinister yang kecil oleh perlekatan ligamentum peritoneale, ligamentum
falciforme. Lobus hepatis dexter terbagi lagi menjadi lobus quadrates, dan lobus
caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissure ligament teretis, vena cava inferior,
dan fissure ligament venosi.
60
Porta hepatis, atau hilus hepatis, terdapat pada fascies viseralis, dan teletak
diantara lobus caudatus dan lobus quadrates. Bagian atas ujung bebas omentum
minus melekat pada pinggir-pinggir porta hepatis. Pada tempat ini terdpat duktus
hepaticus sinister dan dexter, ramus dexter dan sinister arteria hepatica, vena
portae hepatis, serta serabut saraf simpatis dan parasimpatis. Disisni terdapat
beberapa kelenjar limf hepar. Kelenjar-kelnjar ini menapung cairan limf hepar dan
vesica biliarus, dan mengirimkan serabut eferannya ke nodi lymphoidei coeliaci.
Seluruh hepar dikelilingi oleh capsula fibrosa, tetapi hanya sebagian
ditutupi oleh peritoneum. Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena sentralis pada
masing-masing lobules bermuara ke vena hepaticae. Di dalam ruangan diantara
lobules-lobulus terdapat canalis hepatis yang berisi cabang-cabang arteria
hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah cabang duktus choledochus (trias
hepatis). Darah arteria dan vena berjalan diantara sel-sel hepar melalui sinusoid
dan dialirkan melalui vena sentralis.
61
Pendarahan
Vasa darah yang memberi darah ke hepar adalah a.hepatica dan v.portae
hepatis. a.hepatica membawa darah yang kaya oksigen ke hepar,
sedangkan v.portae hepatis membawa darah vena yang kaya hasil
pencernaan yang telah diserap dari tractus gastrointestinal. Darah arteri
dan vena masuk ke v.centralis dari setiap lobules hepatis melalui sinusoid
hepar.Vena centralis bermuara ke vena hepatica dextra et sinistra, dan
meninggalkan permukaan posterior hepar menuju vena cava inferior.
Limfe
62
b. Histologi
sendiri dipisahkan oleh sinusoid yang tersusun melingkari efferent vena hepatica
dan duktus hepatikus. Saat darah memasuki hati melalui arteri hepatica dan vena
porta serta menuju vena sentralis maka akan didapatkan pengurangan oksigen
secara bertahap. Sebagai konsekuensinya, akan didapatkan variasi penting
kerentanan jaringan terhadap kerusakan asinus. Membrane hepatosit berhadapan
langsung dengan sinusoid yang mempunyai banyak mikrofili. Mikrofili juga
tampak pada sisi lain sel yang membatasi saluran empedu dan merupakan
petunjuk tempat permulaan sekresi empedu. Permukaan lateral hepatosit memiliki
sambungan penghubung dan desmosom yang saling bertautan dengn sebelahnya.
Sinusoid hati memiliki lapisan endothelial endothelial berpori yang dipisahkan
dari hepatosit oleh ruang disse (ruang sinusoida). Sel-sel lain yang terdapat dalam
dinding inusoid adalah sel fagositik. Sel Kuffer yang merupakan bagian penting
sistem retikuloendothellial dan sel stellata disebut sel itu, limposit atau perisit.
Yang memiliki aktifitas miofibroblastik yang dapat membantu pengaturan aliran
darah. Sinosoidal disamping sebagai faktor penting dalam perbaikan kerusakan
hati. Peningkatan aktifitas sel-sel stellata tampaknya merupakan faktor kunci
dalam pembentukan jaringan fibrotik di dalam hati.
64
c. Fisiologi
Fungsi hepar yaitu (1) membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam
traktus intestinalis; (2) berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan
dengan karbohidrat, lemak dan protein; (3) menyaring drah untuk membuang
bakteri dan benda asing lain yang masuk ke dalam darah dari lumen intestinum.
Fungsi hepar yang utama adalah membentuk dan mengekskresi empedu.
Hati menyekresi sekitar sekitar 500 hingga 1.000 ml empedu kuning setiap hari.
Hati juga berperan dalam metabolism makronutrien yaitu karbohidrat, lemak dan
protein, serta berperan dalam fungsi detoksifikasi.
d. Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah suatu pigmen berwarna kuning berasal dari unsure
porfirin dalam hemoglobin yang terbentuk sebagai akibat penghancuran sel darah
merah oleh sel retikuloendotelial. Wlaupun berasal dri hemoglobin, bilirubin tidak
mengandung zat besi. Bilirubin yang baru terbentuk ini larut dalam lemak. Di
dalam plasma akan berikatan dengan albumin. Oleh karena terbentuk secara
normal dari penghancuran sel darah merah, maka metabolism dan sekresi
selnjutnya dapat berlangsung secara terus-menerus.
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel eritorsit oleh makrofag di
dalam limpa, hati, dan alat retikuloendotel lain akan mengalami pemecahan
65
menjadi heme dan globin. Melalui proses oksidasi, komponen globin mengalami
degradasi menjadi asam amino dan digunakan untuk pembentukan protein lain.
Unsur heme selanjutnya oleh heme-oksigenase, teroksidasi menjadi
biliverdin dengan melepas zat besi dan karbonmonoksida. Bilirubin reduktase
akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi.
Walaupun lebih dari 80% bilirubin terjadi dari eritrosit namun sekitar 1520% bilirubin dapat pula berasal dari hemoprotein lain seperti mioglobin,
sitokrom. Bilirubin tak terkonjugasi ini adalah suatu zat lipofilik, larut dalam
lemak, hampir tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dikeluarkan lewat urine
melalui ginjal (disebut pula bilirubin indirek karena hanya bereaksi positif pada
tes setelah dilarutkan ke dalam alcohol). Karena sifat lipofilik zat ini dapat melalui
membrane sel dengan relative musah. Setelah dilepas ke dalam plasma sebagian
besar bilirubin tak terkonjugasi ini akan membentuk ikatan dengan albumin
sehingga dapat larut dalam darah. Pigmen ini secara bertahap berdifusi ke dalam
sel hati (hepatosit). Dalam hepatosit, bilirubin tak terkonjugasi ini dikonjugasi
dengan asam glukoronat membentuk bilirubin glukoronida atau bilirubin
terkonjugasi (bilirubin direk). Reaksi konjugasi dikatalisasi oleh enzim
glukoroniltransferase, yaitu suatu enzim yang terdapat di RE dan merupakan
kelompok enzim yang mampu memodifikasi zat asing yang bersifat toksik.
Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, dapat dikeluarkan melalui ginjal
namun dalam keadaan normal tidak dapat dideteksi dalam urine. Sebagian besar
bilirubin terkonjugasi ini ini dikeluarkan ke dalam empedu, suatu komponen
kolesterol, fosfolipid, bilirubin diglukoronida dan garam empedu. Sesudah dilepas
kedalam saluran cerna bilirubin glukoronida diaktifasi oleh enzim bakteri dalam
usus, sebagian menjadi urobilinogen yang akan keluar melalui tinja (sterkobilin),
atau diserap kembali dari saluran cerna, dibawa ke hati dan dikeluarkan kembali
ke dalam empedu. Urobilinogen dapat larut ke dalam air, oleh karena itu sebagian
dikeluarkan melalui ginjal.
66
I.2.
67
ductus hepaticus sinister mengalirkan empedu dari lobus hepatis sinister, lobus
caudatus, dan lobus quadrates.
a. Ductus Hepaticus.
Ductus Hepaticus dexter dan sinister keluar dari lobus hepatis dexter dan
sinister pada porta hepatis. Keduanya segera bersatu membentuk ductus hepaticus
communis. Ductus ini panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan turun di pinggir bebas
omentum minus. Duktus ini bergabung dengan ductus cysticus dari vesica biliaris
yang ada di sisi kanannya membentuk duktus choledochus.
b. Ductus Choledochus.
Panjang ductus ini sekitar 8 cm. Pada bagian pertama perjalannya, ductus
ini terletak di pinggir bebas kanan omentum minus, di depan foramen epiploicum.
Disini ductus choledochus terletak di pinggir kanan vena portae hepatis dan pada
sisi kanan arteria hepatica. Pada bagian kedua perjalanannya, duktus terletak di
belakang pars superior duodenum di sebelah kanan arteria gastroduodenalis. Pada
bagian ketiga perjalanannya, ductus terlteak di dalam sulcus yang terdapat pada
fascia posterior caput pancreatic. Di sini ductus choledochus bersatu dengan
ductus pancreaticus.
Ductus ini berakhir dibawah dengan menembus dinding medial pars
descenden duodenum kira-kira di pertengahan panjangnya. Biasanya ducts
choledochus bergabung dengan ductus pancreaticus, dan bersama-sama bermuara
ke dalam ampulla kecil di dinding duodenum, yaitu ampulla hepatopancreatica.
Ampulla ini bermuara ke dalam lumen duodenum melalui sebuah papilla kecil,
yaitu papilla duodeni mayor. Bagian terminal kedua ductus beserta ampulla
dikelilingi oleh seraut otot sirkuler yang diebut musculus sphincter ampullae.
Kadang-kadang, ductus choledochus dan ductus pancreaticus bermuara ke dalam
duodenium pada tempat yang berbeda.
c. Vesica Biliaris.
Adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan
bawah hepar. Vesica biliaris mmpunyai kemampuan menampung empedu
sebanyak 30-50 ml dan menyimpannya, serta memekatkan empedu dengan cara
mengabsorbsi air. Kantong ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu fundus, corpus, dan
68
collum. Fundus vesica biliaris berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah
margoinferior hepar. Corpus vesica biliaris terletak dan berhubungan dengan
fascia visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Collum vesica
biliaris melanjutkan diri menjadi ductus cysticus, yang berbelok ke dalam
omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis untuk
membentuk ductus choledochus.
d. Ductus Cysticus.
Panjang ductus ini sekitar 8 cm dan menghubungkan collum vesica biliaris
dengan ductus hepaicus communis untuk membentuk ductus choledochus.
Biasanya ductus ini berbentuk seperti huruf S dan berjalan turun dengan jarak
yang bervariasi pada pinggir bebas kanan omentum minus.
69
I.3.
Pankreas
a. Anatomi
Pankreas merupakan kelenjar retroperitoneal dengan panjang sekitar 1215 cm dan tebal 2,5 cm dan berada pada posterior dari omentum majus . Pankreas
terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor yang biasanya langsung berhubungan dengan
duodenum melalui dua duktus. Pancreas merupakan kelenjar endokrin dan
eksokrin. Bagian eksokrin kelenjar menghasilkan secret yang mengandung enzimenzim yang dapat menghidrolisis protein lemak, dan karbohidrat. Bagian endokrin
kelenjar yaitu pulau-pulau langerhans yang menghasilkan hormone insulin dan
glucagon yang mempunyai peranan penting pada metabolisme karbohidrat.
70
b. Histologi
72
2. Bagian Endokrin
Bagian endokrin pancreas, yaitu PULAU LANGERHANS, tersebar di
seluruh pancreas dan tampak sebagai massa bundar, tidak teratur, terdiri atas
sel pucat dengan banyak pembuluh darah. Pulau ini dipisahkan oleh jaringan
retikular tipis dari jaringan eksokrin di sekitarnya dengan sedikit serat-serat
retikulin di dalam pulau. Dengan cara pulasan khusus dapat dibedakan
menjadi:
73
Sel C
c. Fisiologi
1. Eksokrin
Sel sel asini menghasilkan beberapa enzim yang disekresikan melalui
ductus pankreas yang bermuara ke duodenum.
Enzimenzim tersebut berfungsi untuk mencerna 3 jenis makanan utama
= karbohidrat, protein, dan lemak. Sekresi ini juga mengandung sejumlah
besar ion bikarbonat menetralkan asam kimus dari lambung.
Enzim proteolitik = tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase.
Tripsin dan kimotripsin : memisahkan protein yang dicerna menjadi
peptida, tapi tidak menyebabkan pelepasan asam asam amino tunggal.
Karboksipolipeptidase : memecah beberapa peptida menadi asam asam
amino bentuk tunggal.
Enzim proteolitik yang kurang penting = elastase dan nuklease.
Enzim proteolitik disintesis di pankreas dalam bentuk tidak aktif berupa =
tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipolipeptidase = menjadi
aktif jika disekresikan di tractus intestinal. Tripsinogen diaktifkan oleh
enzim enterokinase yang disekresi mukosa usus ketika kimus berkontak
74
dengan
mukosa.
Kimotripsinogen
dan
prokarboksipolipeptidase
b. Ikterus Obstruktif
Munculnya jaundice pada pasien adalah sebuah kejadian yang dramatis secara visual.
Jaundice selalu berhubungan dengan penyakit penting, meskipun hasil akhir jangka panjang
bergantung pada penyebab yang mendasari jaundice. Jaundice adalah gambaran fisik
sehubungan dengan gangguan metabolisme bilirubin. Kondisi ini biasanya disertai dengan
gambaran fisik abnormal lainnya dan biasanya berhubungan dengan gejala-gejala spesifik.
Kegunaan yang tepat pemeriksaan darah dan pencitraan, memberikan perbaikan lebih lanjut
pada diagnosa banding. Umumnya, jaundice non-obstruktif tidak membutuhkan intervensi
bedah, sementara jaundice obstruktif biasanya membutuhkan intervensi bedah atau prosedur
intervensi lainnya untuk pengobatan.
Jaundice merupakan manifestasi yang sering pada gangguan traktus biliaris, dan
evaluasi serta manajemen pasien jaundice merupakan permasalahan yang sering dihadapi
oleh ahli bedah. Serum bilirubin normal berkisar antara 0,5 1,3 mg/dL; ketika levelnya
meluas menjadi 2,0 mg/dL, pewarnaan jaringan bilirubin menjadi terlihat secara klinis
sebagai jaundice. Sebagai tambahan, adanya bilirubin terkonjugasi pada urin merupakan satu
dari perubahan awal yang terlihat pada tubuh pasien.
Bilirubin merupakan produk pemecahan hemoglobin normal yang dihasilkan dari sel
darah merah tua oleh sistem retikuloendotelial. Bilirubin tak terkonjugasi yang tidak larut
ditransportasikan ke hati terikat dengan albumin. Bilirubin ditransportasikan melewati
membran sinusoid hepatosit kedalam sitoplasma. Enzim uridine diphosphateglucuronyl
transferase mengkonjugasikan bilirubin tak-terkonjugasi yang tidak larut dengan asam
glukoronat untuk membentuk bentuk terkonjugasi yang larut-air, bilirubin monoglucuronide
76
77
Duktus sistikus dan hepatikus komunis bergabung membentuk duktus biliaris. Duktus
biliaris komunis kira-kira panjangnya 8-10 cm dan diameter 0,4-0,8 cm. Duktus biliaris dapat
dibagi menjadi tiga segmen anatomi: supraduodenal, retroduodenal, dan intrapankreatik.
Duktus biliaris komunis kemudian memasuki dinding medial duodenum, mengalir secara
tangensial melalui lapisan submukosa 1-2 cm, dan memotong papila mayor pada bagian
kedua duodenum. Bagian distal duktus dikelilingi oleh otot polos yang membentuk sfingter
Oddi. Duktus biliaris komunis dapat masuk ke duodenum secara langsung (25%) atau
bergabung bersama duktus pankreatikus (75%) untuk membentuk kanal biasa, yang disebut
ampula Vater.
Traktus biliaris dialiri vaskular kompleks pembuluh darah disebut pleksus vaskular
peribilier. Pembuluh aferen pleksus ini berasal dari cabang arteri hepatika, dan pleksus ini
mengalir kedalam sistem vena porta atau langsung kedalam sinusoid hepatikum.
METABOLISME NORMAL BILIRUBIN
Bilirubin berasal dari hasil pemecahan hemoglobin oleh sel retikuloendotelial, cincin
heme setelah dibebaskan dari besi dan globin diubah menjadi biliverdin yang berwarna hijau.
Biliverdin berubah menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin ini dikombinasikan
dengan albumin membentuk kompleks protein-pigmen dan ditransportasikan ke dalam sel
hati. Bentuk bilirubin ini sebagai bilirubin yang belum dikonjugasi atau bilirubin indirek
berdasar reaksi diazo dari Van den Berg, tidak larut dalam air dan tidak dikeluarkan melalui
urin. Didalam sel inti hati albumin dipisahkan, bilirubin dikonjugasikan dengan asam
glukoronik yang larut dalam air dan dikeluarkan ke saluran empedu. Pada reaksi diazo Van
den Berg memberikan reaksi langsung sehingga disebut bilirubin direk.
Bilirubin indirek yang berlebihan akibat pemecahan sel darah merah yang terlalu
banyak, kekurangmampuan sel hati untuk melakukan konjugasi akibat penyakit hati,
terjadinya refluks bilirubin direk dari saluran empedu ke dalam darah karena adanya
hambatan aliran empedu menyebabkan tingginya kadar bilirubin didalam darah. Keadaan ini
disebut hiperbilirubinemia dengan manifestasi klinis berupa ikterus.
KLASIFIKASI
Gambar 3 berisi daftar skema bagi klasifikasi umum jaundice: pre-hepatik, hepatik
dan post-hepatik. Jaundice obstruktif selalu ditunjuk sebagai post-hepatik sejak defeknya
terletak pada jalur metabolisme bilirubin melewati hepatosit. Bentuk lain jaundice ditunjuk
78
sebagai jaundice non-obstruktif. Bentuk ini akibat defek hepatosit (jaundice hepatik) atau
sebuah kondisi pre-hepatik.
DIAGNOSIS
Langkah pertama pendekatan diagnosis pasien dengan ikterus ialah melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan faal hati.
Anamnesis ditujukan pada riwayat timbulnya ikterus, warna urin dan feses, rasa gatal,
keluhan saluran cerna, nyeri perut, nafsu makan berkurang, pekerjaan, adanya kontak dengan
pasien ikterus lain, alkoholisme, riwayat transfusi, obat-obatan, suntikan atau tindakan
pembedahan.
Diagnosa banding jaundice sejalan dengan metabolisme bilirubin. Penyakit yang
menyebabkan jaundice dapat dibagi menjadi penyakit yang menyebabkan jaundice medis
seperti peningkatan produksi, menurunnya transpor atau konjugasi hepatosit, atau kegagalan
ekskresi bilirubin; dan ada penyakit yang menyebabkan jaundice surgical melalui
kegagalan transpor bilirubin kedalam usus. Penyebab umum meningkatnya produksi bilirubin
termasuk anemia hemolitik, penyebab dapatan hemolisis termasuk sepsis, luka bakar, dan
reaksi transfusi. Ambilan dan konjugasi bilirubin dapat dipengaruhi oleh obat-obatan, sepsis
dan akibat hepatitis virus. Kegagalan ekskresi bilirubin menyebabkan kolestasis intrahepatik
dan hiperbilirubinemia terkonjugasi. Penyebab umum kegagalan ekskresi termasuk hepatitis
viral atau alkoholik, sirosis, kolestasis induksi-obat. Obstruksi bilier ekstrahepatik dapat
disebabkan oleh beragam gangguan termasuk koledokolitiasis, striktur bilier benigna, kanker
periampular, kolangiokarsinoma, atau kolangitis sklerosing primer. Ketika mendiagnosa
jaundice, dokter harus mampu membedakan antara kerusakan pada ambilan bilirubin,
konjugasi, atau ekskresi yang biasanya diatur secara medis dari obstruksi bilier ekstrahepatik,
yang biasanya ditangani oleh ahli bedah, ahli radiologi intervensional, atau ahli endoskopi.
Pada kebanyakan kasus, anamnesis menyeluruh, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin dan
pencitraan radiologis non-invasif membedakan obstruksi bilier ekstrahepatik dari penyebab
jaundice lainnya. Kolelitiasis selalu berhubungan dengan nyeri kuadran atas kanan dan
gangguan pencernaan. Jaundice dari batu duktus biliaris umum biasanya sementara dan
berhubungan dengan nyeri dan demam (kolangitis). Serangan jaundice tak-nyeri bertingkat
sehubungan dengan hilangnya berat badan diduga sebuah keganasan/malignansi. Jika
jaundice terjadi setelah kolesistektomi, batu kandung empedu menetap atau cedera kandung
empedu harus diperkirakan.
79
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi perabaan hati, kandung empedu, limpa, mencari tandatanda stigmata sirosis hepatis, seperti spider naevi, eritema palmaris, bekas garukan di kulit
karena pruritus, tanda-tanda asites. Anemi dan limpa yang membesar dapat dijumpai pada
pasien dengan anemia hemolitik. Kandung empedu yang membesar menunjukkan adanya
sumbatan pada saluran empedu bagian distal yang lebih sering disebabkan oleh tumor
(dikenal hukum Courvoisier).
Hukum Courvoisier
Kandung empedu yang teraba pada ikterus tidak mungkin disebabkan oleh batu
kandung empedu. Hal ini biasanya menunjukkan adanya striktur neoplastik tumor (tumor
pankreas, ampula, duodenum, CBD), striktur pankreatitis kronis, atau limfadenopati portal.
Pemeriksaan Laboratorium
Tes laboratorium harus dilakukan pada semua pasien jaundice termasuk serum
bilirubin direk dan indirek, alkali fosfatase, transaminase, amilase, dan hitung sel darah
lengkap. Hiperbilirubinemia (indirek) tak terkonjugasi terjadi ketika ada peningkatan
produksi bilirubin atau menurunnya ambilan dan konjugasi hepatosit. Kegagalan pada
ekskresi bilirubin (kolestasis intrahepatik) atau obstruksi bilier ekstrahepatik menyebabkan
hiperbilirubinemia (direk) terkonjugasi mendominasi. Elevasi tertinggi pada bilirubin serum
biasanya ditemukan pada pasien dengan obstruksi maligna, pada mereka yang levelnya
meluas sampai 15 mg/dL yang diamati. Batu kandung empedu umumnya biasanya
berhubungan dengan peningkatan lebih menengah pada bilirubin serum (4 8 mg/dL). Alkali
fosfatase merupakan penanda yang lebih sensitif pada obstruksi bilier dan mungkin
meningkat terlebih dahulu pada pasien dengan obstruksi bilier parsial.
Pemeriksaan faal hati dapat menentukan apakah ikterus yang timbul disebabkan oleh
gangguan pada sel-sell hati atau disebabkan adanya hambatan pada saluran empedu. Bilirubin
direk meningkat lebih tinggi dari bilirubin indirek lebih mungkin disebabkan oleh sumbatan
saluran empedu dibanding bila bilirubin indirek yang jelas meningkat. Pada keadaan normal
bilirubin tidak dijumpai di dalam urin. Bilirubin indirek tidak dapat diekskresikan melalui
80
ginjal sedangkan bilirubin yang telah dikonjugasikan dapat keluar melalui urin. Karena itu
adanya bilirubin lebih mungkin disebabkan akibat hambatan aliran empedu daripada
kerusakan sel-sel hati. Pemeriksaan feses yang menunjukkan adanya perubahan warna feses
menjadi akolis menunjukkan terhambatnya aliran empedu masuk ke dalam lumen usus
(pigmen tidak dapat mencapai usus).
Pemeriksaan Penunjang
USG
Pemeriksaan pencitraan pada masa kini dengan sonografi sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis dan dianjurkan merupakan pemeriksaan penunjang pencitraan yang
pertama dilakukan sebelum pemeriksaan pencitraan lainnya. Dengan sonografi dapat
ditentukan kelainan parenkim hati, duktus yang melebar, adanya batu atau massa tumor.
Ketepatan diagnosis pemeriksaan sonografi pada sistem hepatobilier untuk deteksi batu
empedu, pembesaran kandung empedu, pelebaran saluran empedu dan massa tumor tinggi
sekali. Tidak ditemukannya tanda-tanda pelebaran saluran empedu dapat diperkirakan
penyebab ikterus bukan oleh sumbatan saluran empedu, sedangkan pelebaran saluran empedu
memperkuat diagnosis ikterus obstruktif.
Keuntungan lain yang diperoleh pada penggunaan sonografi ialah sekaligus kita dapat
menilai kelainan organ yang berdekatan dengan sistem hepatobilier antara lain pankreas dan
ginjal. Aman dan tidak invasif merupakan keuntungan lain dari sonografi.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto polos abdomen kurang memberi manfaat karena sebagian besar batu
empedu radiolusen. Kolesistografi tidak dapat digunakan pada pasien ikterus karena zat
kontras tidak diekskresikan oleh sel hati yang sakit.
Pemeriksaan endoskopi yang banyak manfaat diagnostiknya saat ini adalah
pemeriksaan ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancre atography). Dengan bantuan
endoskopi melalui muara papila Vater kontras dimasukkan kedalam saluran empedu dan
saluran pankreas. Keuntungan lain pada pemeriksaan ini ialah sekaligus dapat menilai apakah
ada kelainan pada muara papila Vater, tumor misalnya atau adanya penyempitan.
81
Keterbatasan yang mungkin timbul pada pemeriksaan ini ialah bila muara papila tidak dapat
dimasuki kanul.
Adanya sumbatan di saluran empedu bagian distal, gambaran saluran proksimalnya
dapat
divisualisasikan
dengan
pemeriksaan Percutaneus
Transhepatic
83
84
memperlihatkan
ukuran
duktus
biliaris,
mendefinisikan
level
obstruksi,
evaluasi
sistem
pankreatikobilier.
EUS
juga
berguna
untuk
mendeteksi
dan staging tumor ampula, deteksi mikrolitiasis, koledokolitiasis dan evaluasi striktur duktus
biliaris benigna atau maligna. EUS juga bisa digunakan untuk aspirasi kista dan biopsi lesi
padat.
Magnetic Resonance Cholangio-Pancreatography (MRCP) merupakan teknik visualisasi
terbaru, non-invasif pada bilier dan sistem duktus pankreas. Hal ini terutama berguna pada
pasien dengan kontraindikasi untuk dilakukan ERCP. Visualisasi yang baik dari anatomi
bilier memungkinkan tanpa sifat invasif dari ERCP. Tidak seperti ERCP, MRCP adalah
murni diagnostik.
85
koledoko-duodenostomi,
koledoko-jejunostomi
atau
hepatiko-
jejunostomi.
c. Bilirubin (Metabolisme)
Bilirubin adalah suatu pigmen berwarna kuning berasal dari unsur porfirin dalam
hemoglobin yang terbentuk sebagai akibat penghancuran sel darah merah oleh sel-sel
retikuloendotel.
Sungguhpun berasal dari hemoglobin, bilirubin tidak mengandung zat besi. Bilirubin
yang bau terbentuk ini larut dalam lemak. Di dalam plasma darah bilirubin ini berikatan
dengan albumin. Karena terbentuk secara normal dari penghancuran sel darah merah maka
proses metabolisme dan sekresi selanjutnya dapat berlangsung secara terus menerus.
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran eritrosit oleh makrofag di dalam limfa, hati
dan alat retikuloendotel lain akan mengalami proses pemecahan menjadi heme dan globin.
Melalui proses oksidasi, komponen globin mengalami degadrasi menjadi asam amino dan
digunakan untuk pembentukan protein lain.
86
87
Ny. M, mengalami
hipersaturasi kolesterol
Faktor Resiko
Terbentuknya batu
empedu (kolelitiasis)
Kontraksi kandung
empedu oleh
kolesistokinin
Kolesistitis
Mual
Koledokolitiasis
Nyeri Kolik Bilier
Bilirubin regurgitasi ke
perdarahan sistemik
Produksi
endotoksin
Demam
Kolangitis
akut
Tidak terbentuk
sterkobilin
BAB seperti
dempul
88
VIII. KESIMPULAN
Ny. M, 48 tahun mengalami ikterus obstruktif et causa Koledokolitiasis disertai
kolangitis dan kolesistitis.
89
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Diagnosa Dini Ikterus Obstruktif Pada Bayi. Dalam : Rusepno Hassan, Husein
Alatas. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II Edisi VII. Jakarta : Info Medika,
1997. h. 538-541
Anonim. Gallensteine. Http://www.internisten-im-netz.de. [diakses 28 Juni 2008]
Anonim. Ikterus. Http://ilmukedokteran.net. [diakses 28 Juni 2008]
Anonim. Ikterus. Dalam : Hassan Rusepno, Alatas Husein. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak Jilid II Edisi VII. Jakarta : Info Medika, 1997. h. 519-522
Anonim. 2012. Ikterus Obstruktif. http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/ikterusobstruktif.html
Anonim. Jaundice. Http://www.wrongdiagnosis.com [diakses 28 Juni 2008]
Balistreri F. William. Kolestasis Neonatus. Dalam : Wahab A. Samik (Editor Bahasa
Indonesia). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 2 Edisi 15. Jakarta : EGC, 1996.
h. 1392-1397
Bisanto Julfina. Kolestasi Pada Bayi. Dalam: Hegar Badriul et al. Hot Topics in Pediatrics II.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002. h. 84-97
Brunner & Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta : EGC
Campbell FC. Jaundice. Http://www.qub.ac.uk. [diakses 2 Juli 2008]
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta.EGC
Devaraj S. Amylase. Didapat dari http://emedicine.medscape.com/article/2054386-overview.
Diakses 15 Mei 2013.
Davey P. Ikterus. Dalam : At a Glace Medicine. Jakarta : Erlangga Medical Series, 2006.
Dewi, SK. Murphys Sign. Didapat dari http://www.scribd.com/doc/60607260/Murphy-sSign. Diakses 15 Mei 2013.
Drake, Richard L, et al. 2007. Grays Anatomy for Students. United States: Elsevier. Inc
90
Guyton, Arthur C. dan Hall John E. Fisiologi Gastrointestinal. Dalam : Setiawan Irawati
(Editor Edisi Bahasa Indonesia). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta :
EGC, 1997. h. 1108-1109
Lesmana. Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (E R C P) diagnostik dan
terapeutik pada Obstruksi Biller. Http://www.kalbe.co.id. [diakses 28 Juni 2008]
Lindseth Glenda N. Ikterus dan Metabolisme Bilirubin. Dalam : Hartanto Huriawati et al.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit volume 1 Edisi 6. Jakarta :
EGC, 2006. h.481-485
Lynn. S. Bickley; Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th Edition,
Lippincott 2003.
Medline Plus. Bilirubin. Http://www.nlm.nih.gov. [diakses 28 Juni 2008]
Medline
Plus.
Endoscopic
Retrograde
Cholangio
Pancreatography
(ERCP).
91
Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat- de Jong. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran (Edisi 6). Jakarta:
EGC.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
Soetikno, Rista D. 2007. Imaging Pada Ikterus Obstruktif. [online] [cited 2011 November 14]
; Available from URL: http://pustaka.unpad.ac.id
Sudoyo, Aru W. dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing
Sulaiman A. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III edisi IV. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2006. 422-425
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa Adji
Dharma, Edisi II.P: 329-330.
92