You are on page 1of 5

Arti Kecemasan

Kecemasan, stress, takut, dan perasaan tegang (tension) meski merupakan istilah
dengan pengertian yang berbeda satu dengan yang lainnya, tetapi semuanya itu
menggambarkan kondisi kejiwaan manusia di jaman seperti sekarang ini, yang
penuh dengan berbagai ketidak-pastian. Di antara sekian bentuk persoalan
kejiwaan yang terjadi, para pakar kejiwaan sependapat bahwa Kecemasan
merupakan salah satu problematika manusia terbesar pada jaman ini. Tapi, apakah
arti kecemasan itu?
Kecemasan (anxiety) dapat diartikan sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah, dan
takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya
rangsangan pada tubuh, seperti: jantung berdebar-debar, keringat dingin.
Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap "bahaya" baik yang sungguhsungguh ada maupun yang tidak (hasil dari imajinasi saja) yang seringkali disebut
dengan "free-floating anxiety" (kecemasan yang terus mengambang tanpa
diketahui penyebabnya).
Menurut penyebab, dan lama berlangsungnya, kecemasan dapat dibedakan
menjadi beberapa bentuk, yakni:
1) Phobic Anxiety, yaitu kecemasan yang timbul dikarenakan oleh phobia
(ketakutan) tertentu, misalnya:
Cemas karena takut berada di dalam kamar tertutup.
Cemas ketika tidur di ruang yang gelap.
Cemas lantaran berada di tempat tinggi.
2) Acute Anxiety, ialah kecemasan yang muncul mendadak dengan intensitas yang
tinggi, tapi tidak terlalu lama akan lenyap, misalnya:
Ketika melihat orang yang mirip dengan pembunuh keluarganya, ia segera
ketakutan dan beberapa saat setelah orang tadi pergi ia tenang kembali.
Akibat mendengar hiruk pikuk yang mengingatkannya pada peristiwa Medio Mei,
seorang ibu muda langsung histeris ketakutan, namun sesaat sesudah ia sadar
bahwa itu bukan peristiwa sesungguhnya, ia menjadi tenang kembali.
3) Chronic Anxiety, yakni kecemasan yang berlangsung lama dan terus menerus
(dapat terjadi seumur hidup), meski dalam intensitas yang rendah, dan tanpa sebab
yang jelas, misalnya:
Orang "kagetan".
Hendak bepergian, selalu ingin kencing.
4) Normal Anxiety, yaitu kecemasan yang beralasan, misalnya:
Menjelang ujian, perasaan cemas muncul begitu besar.
Cemas menunggu hasil operasi tumor dari salah satu anggota keluarga.

5) Neurotic Anxiety, ialah kecemasan tanpa alasan yang jelas sebagai akibat konflik
alam bawah sadar, misalnya:
Sering punya perasaan bersalah akibat seringnya dipersalahkan pada masa kecil,
dan kini muncul menjadi kecemasan yang berlarut-larut serta secara periodik
muncul.

Kecemasan Menurut Alkitab


Alkitab membedakan dengan tegas antara kecemasan dengan sikap realistis dalam
menghadapi kesukaran.
1) Kecemasan karena Kebutuhan
Terdapat banyak ayat dalam Alkitab yang memberitakan tentang "Jangan Kuatir"
atau mencemaskan kebutuhan hidup (Mat.6:25-34; Flp. 4:6-7; Ams.25:26;
Luk.10:41; 12:22,26), oleh karena Allah tidak pernah melupakan pemeliharaan-Nya
(1Ptr.5:7; Mzm.55:23). Peringatan untuk tidak cemas ini dimaksudkan supaya kita
tidak (1) ragu akan pemeliharaan Allah, (2) menjadikan kebutuhan sehari-hari
sebagai kebutuhan yang sangat utama sehingga seakan-akan tanpa hal itu tidak
akan hidup.
2) Sikap Realistis terhadap Kesukaran
Ternyata, kecemasan serupa ini tidak dilarang dalam Alkitab bahkan dalam banyak
hal justru menunjukkan kematangan rohani dan tanggung jawab yang besar.
Misalnya, Paulus kerap kali tidak dapat tidur karena menguatirkan keadaan gerejagereja (2Kor.11:27-29); Timotius oleh Paulus disebut sebagai orang yang paling
menguatirkan Jemaat Filipi (Flp.2:19-20). Dua ekstrim perasaan biasanya
menghantui kita: (1) mengabaikan bahaya, dan (2) dikontrol kecemasan. Keduanya
adalah sikap hati yang tidak dapat dibenarkan, sebab sikap pertama adalah sikap
yang bodoh dan tidak bertanggung jawab padahal Yesus pun mengajarkan untuk
"menghitung resiko" (Luk.14:28-29) supaya dapat menyelesaikan sampai akhir
(2Tim.4:7). Sementara itu, sikap kedua menunjukkan sikap yang tidak beriman,
yakni tidak memberi tempat bagi Allah salam kesukaran yang dialami. Jadi,
keseimbangan di antara kedua sikap hati-hati dan berserah adalah tuntutan
kecemasan yang diijinkan Allah.

Penyebab Kecemasan
Menurut Sigmund Freud, seorang pakar psikologi, kecemasan akan muncul ketika:
1) Id (rangsangan naluri yang menuntut pemuasan segera) muncul sebagai suatu
rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat
diterima lingkungan. Oleh Freud disebut sebagai Neurotic Anxiety.

2) Ego (bagian dari kepribadian manusia yang memberi kesadaran akan adanya
dunia di luar dirinya, dan kemungkinan untuk berorientasi pada realita) menyadari
akan adanya hal yang menguatirkan. Inilah yang menyebabkan Realistic Anxiety,
menurut Freud.
3) Super Ego (kesadaran moral akan apa yang baik dan jahat) menjadi begitu kuat
sehingga menimbulkan perasaan bersalah dan rasa malu, yang disebut Moral
Anxiety oleh Freud.
Pdt. Dr. Yakub Susabda menyebutkan bahwa kebenaran pandangan Freud tersebut
tidak cukup menjelaskan penyebab kecemasan. Sebab, menurut Pdt. Susabda, tidak
ada kecemasan yang berdiri sendiri. Yang lebih normal terjadi adalah kombinasi dari
ketiganya sebagai reaksi terhadap realita-realita:
1) Ancaman, yaitu kesadaran akan adanya ancaman terhadap dirinya baik secara
fisik, maupun psikis.
2) Konflik Kemauan, yakni antara kemauan melakukan (approach) dengan kemauan
menghindar (avoidance). Approach, memberikan kepuasan yang diharapkan.
Sedangkan Avoidance menghasilkan hal-hal yang tidak menyenangkan. Terdapat
tiga macam konflik kemauan, yaitu:
Konflik akibat Approach-Approach. Konflik ini timbul karena adanya kemauan yang
sama-sama menyenangkan, tetapi tidak mungkin dilakukan sekaligus, sehingga
menimbulkan kecemasan.
Konflik akibat Approach-Avoidance. Kemauan dan ketidak-mauan yang sama
kuatnya alasan masing-masing.
Konflik akibat Avoidance-Avoidance. Konflik yang ditimbulkan oleh karena dua
alternatif yang hasil akhirnya sama-sama tidak diinginkan.
3) Ketakutan, yaitu ketakutan pada sesuatu yang menyebabkan timbulnya
kecemasan. Misalnya: takut gagal menimbulkan kecemasan ketika menghadapi
ujian, takut ditolak menimbulkan kecemasan di waktu berjumpa dengan orang baru.
Bahkan ketakutan tanpa alasan pun dapat menimbulkan kecemasan yang makin
lama makin serius.
4) Kebutuhan yang tidak Terpenuhi, sekian banyaknya kebutuhan hidup yang paling
mendasar disebutkan oleh berbagai ahli, seperti kebutuhan akan kenikmatan
(Freud), kebutuhan akan kuasa (Alfred Adler), kebutuhan akan arti kehidupan
( Victor Frankl), sampai pandangan cukup banyak orang akan kebutuhan mengasihi,
dikasihi, dan merasa diri berharga. Dan kala kebutuhan, yang oleh Pdt. Susabda
diringkaskan menjadi tiga: security, survival, dan self-fulfilment itu, tidak tercukupi
maka akan timbul kecemasan.
5) Keunikan Kepribadian, setiap orang memiliki kepribadian yang unik dalam

bersikap hati terhadap realita maupun bukan realita. Ada orang yang tidak tahan
menghadapi persoalan kecil lalu timbul kecemasan, tetapi ada tipe orang yang
menghadapi tekanan dan konflik hidup yang berat tanpa menimbulkan kecemasan
apapun. Beberapa unsur pembentukan kepribadian seringkali menyebabkan besar
kecilnya daya tahan terhadap konflik, yaitu:
Unsur Psikologis. Setiap orang "belajar" bagaimana ia berreaksi terhadap
kesuksesan dan kegagalan. Pengalaman menentukan kadar kecemasan.
Unsur Keturunan. Beberapa sikap hati ditentukan oleh unsur genetika/keturunan.
Ada kalanya, seseorang lebih sensitif dikarenakan orang tuanya ber-temperamen
Sanguin-Melankolis misalnya.
Unsur Sosiologis. Keadaan sosial potensial untuk membentuk kecemasan
seseorang. Perasaan aman dan puas dalam kehidupan sosial (social life)
menentukan besar kecilnya kadar kecemasan. Misalnya: kondisi sosial politik di
Indonesia yang tidak menentu seperti sekarang ini (1999) suatu hari kelak akan
membentuk manusia Indonesia yang mudah cemas.
Unsur Fisiologis. Kondisi kesehatan tubuh menentukan kadar kecemasan.
Seseorang yang kurang sehat atau sakit-sakitan akan rentan terhadap perasaan
cemas yang berkepanjangan. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang kerap kali
cemas akan terganggu kesehatannya.
Unsur Teologis. Kadar iman seseorang menentukan kadar kecemasannya. Semakin
tinggi imannya, semakin rendah kecemasannya.

Mengatasi Kecemasan
Melihat berbagai macam jenis kecemasan dan penyebabnya menimbulkan
perasaan cemas tersendiri, apakah kecemasan dapat diatasi? Ternyata dapat, yakni:
1) Mengembangkan Kepercayaan Diri. Tuhan di waktu menciptakan manusia, Ia
berfirman bahwa kita diciptakan menurut Gambar Allah (Kej.1;26), yang berarti ada
kemampuan ilahi yang diberikan-Nya kepada kita. Itulah yang boleh kita sebut
sebagai potensi diri manusia.
2) Meninggalkan Hal yang Duniawi. Yesus dalam kesempatan-kesempatan terakhirNya berfirman tentang persoalan duniawi, yang termasuk di dalamnya adalah
kecemasan karena kebutuhan yang biasanya menyita hidup. Dikatakan-Nya bahwa
"Jaga dirilah" terhadap hal duniawi yang tendensi berdosa (Luk.21:34). Lalu,
bertindaklah dengan kegiatan yang berarti untuk menjauh dari sumber kecemasan
(Kol.3:2; 2Tim.3:17). Semuanya itu berangkat dari pikiran yang sehat, yaitu pikiran
yang sesuai dengan ukuran iman (Rm.12:3).

3) Mempercayakan Diri kepada Allah. Hal terpenting dalam menghadapi kecemasan


adalah mempercayakan diri kepada Allah. Memang, seseorang dapat percaya
kepada Allah setelah ia mengalami bagaimana Allah bekerja dalam hidupnya. Oleh
karena itu, kepercayaan merupakan proses yang mungkin membutuhkan waktu
yang tidak pendek. Tapi, satu hal yang mutlak adalah mengenal Allah dengan benar
(2Tim.1:12), yakni proses kelanjutan sesudah seseorang menaruh iman kepada
Yesus Kristus sebagi produk Roh Kudus (Flp.2:13; Ef.2:8) yang harus dikerjakan
(Ef.1:15-23; Flp.2:12).

You might also like