You are on page 1of 42

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

HIV DAN AIDS

DI SUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES FALETEHAN SERANG BANTEN
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan apa yang kami harapkan.
Makalah Asuhan Keperawatan HIV merupakan bahasan yang akan
kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
ilmu Keperawatan, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya
wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan manusia.
Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam
meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada
umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik
sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah
selanjutnya.

Serang,

(Penulis)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

....................................................................................

KATA PENGANTAR

.................................................................................

ii

.................................................................................................

iii

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
..........................................................................
B. Rumusan Masalah
.....................................................................
C. Tujuan
.......................................................................................
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis ...................................................................


1. Definisi .................................................................................
2. Etiologi
..............................................................................
3. Klasifikasi ............................................................................
4. Patofsiologi
........................................................................
5. WOC
.................................................................................
6. Manisfetasi klinis
..............................................................
7. Pemeriksaan penunjang
......................................................
8. Penatalaksanaan
..................................................................
9. Komplikasi
.........................................................................
B. Asuhan Keperawatan .................................................................
1. Pengkajian
...........................................................................
2. Diagnosa keperawatan ..........................................................
3. Intervensi .................................................................................
BAB III
A.
B.
C.
D.
E.
F.

1
2
2

4
4
4
5
6
8
9
11
11
13
14
14
18
19

TINJAUAN KASUS
Pengkajian
...........................................................................
Analisa data
..............................................................................
Diagnosa keperawatan
...........................................................
Intervensi
..............................................................................
Implementasi
..........................................................................
Evaluasi
....................................................................................

24
27
29
30
34
34

BAB IV PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

Pengkajian
...........................................................................
Diagnosa keperawatan ..................................................................
Intervensi
.................................................................................
Implementasi
..........................................................................

iii

39
39
39
39

E. Evaluasi

..................................................................................

39

A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran
..............................................................................................

40
40

BAB V

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

..............................................................................

iv

41

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency
Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah

terkena

tumor. Meskipun penanganan

yang

telah

ada

dapat

memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar


bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya
dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan
menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak
region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4
dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup
dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara
2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan
jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan
31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal

9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka


100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979
HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 130.000.
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India,
yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui dan
melatih kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.
2. Tujuan Khusus

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Untuk mengetahui tentang defenisi HIV


Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV
Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
Untuk mengetahui tentang WOC HIV
Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV ?
2. Apa saja etiologi dari HIV ?
3. Bagaimana klasifikasi HIV ?
4. Bagaimana patofisiologi dari HIV ?
5. Bagaimana WOC HIV ?
6. Apa saja manifestasi klinis HIV ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV ?
8. Apa saja penatalaksanaan HIV ?
9. Apa saja komplikasi HIV ?
10. Apa saja asuhan keperawatan HIV

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.Konep Dasar Medis


1. Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa
ahli antara lain:
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200
atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges,
1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus
yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus
ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu
enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN
(sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya,
cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada
saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut
mengalami replikasi.
2. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya
berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan
gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain

penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan


demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human
Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1
dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis
yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa
sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit
lebih pendek.
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko

penularan 0,1-1% tiap hubungan

seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 902) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

3. Klasifikasi
Pada

tahun

1990,

World

Health

Organization

(WHO)

mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan


sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini
diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah
infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
a.

Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS

b.

Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang


saluran pernapasan atas yang berulang

c.

Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.

d.

Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea,


bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.

Sistem

tahapan

infeksi

HIV

AIDS

menurut

WHO

4. Patofsiologi
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang
disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegalpegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang,
infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan

menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 6 bulan kemudian, tes


serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 6 bulan
ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa
tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di
kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah
masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag
serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong.

Seseorang yang terinfeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala


(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS

5. WOC
Virus
HIV

Menyerang T
Limfosit, sel saraf,
makrofag, monosit,
limfosit B

Merusak
seluler

HIV- positif
?

Invasi kuman
patogen

Flora normal
patogen
Organ target

Infe
ksi

Gatal,
sepsis,
nyeri

Sensori

Gangguan
penglihatan
dan
pendengara
n

Gangguan sensori

Penyakit
anorekt
al

Dermatolo
gi

Gangguan body
imageapas

Nutrisi inadekuat

Disfungsi
biliari

Gangguan pola BAB

Hepatiti
s

Gangguan rasa
nyaman : nyeri

Diare

Cairan berkurang

Ensepalopati
akut

Respiratori

Tidak efektif pol


napas

Gastrointestinal

hipertermi

Aktivitas intolerans

Kompleks
demensia

Gangguan
mobilisasi

Cairan berkurang

Nutrisi inadekuat

Manifestasi
saraf

Gangguan rasa
nyaman : nyeri

Manifestasi oral

Tidak efektf
bersihan jalan
napas

Reaksi
psikologis

Lesi mulut

Immunocompromis

6. Manisfetasi Klinis
Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO
Stadium Gambaran Klinis
I
1. Asimptomatik

Skala Aktivitas
Asimptomatik ,
aktifitas normal

II

2. Limfadenopati generalisata
1. 1. Berat badan menurun < 10 %

Simptomatik , aktifitas

2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan

normal

seperti , dermatitis seboroik, prurigo,


onikomikosis

,ulkus

oral

yang

rekuren ,kheilitis angularis


3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti
III

,sinusitis bakterialis
1. Berat badan menurun < 10%
2. Diare kronis yang berlangsung

Pada umumnya lemah ,


aktivitas ditempat tidur
kurang dari 50%

3. lebih dari 1 bulan


4. Demam berkepanjangan lebih dari 1
bulan
3. Kandidiasis orofaringeal
4. Oral hairy leukoplakia
5. TB paru dalam tahun terakhir
6. Infeksi bacterial yang berat seperti
IV

pneumonia, piomiositis
1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat
didefinisikan oleh CDC

lemah , aktivitas

2. Pnemonia Pneumocystis carinii

ditempat tidur lebih


dari 5

3. Toksoplasmosis otak
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1
bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis

diseminata

seperti

histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus ,trakea ,
bronkus , dan paru
11. Mikobakterisosis atipikal diseminata
12. Septisemia salmonelosis non tifoid
13. Tuberkulosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16. Ensefalopati HIV

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut
dalam tubuh penderita :
1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
10

a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
b. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)
adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan
kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut,
kulit, dan funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
8. Penatalaksanaan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi

11

penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan


perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS
yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV)

positif

asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3


3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan

keahlian

dibidang

proses

keperawatan

dan

penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi


AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1) Memberikan dukungan mental-psikologis
2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan

dengan

penyakitnya,

12

antara

lain

bagaimana

mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada


keluarga dan orang terdekat.

9. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis,

peridonitis

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV),

leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan


cacat
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
d.

sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.


Respirasi

13

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus


influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,
batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien
Umur
Diagnosa Medik
Tanggal Masuk
Alamat
Suku
Agama
Pekerjaan
Status perkawinan
Status pendidikan

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,
mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011
ditemukan benjolan pada leher.
c. Pemeriksaan fisik

14

1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume
nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa
tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan
depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare
pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
5) Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
6) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
7) Neurosensori

15

a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,


kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
8) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang,
gerak otot melindungi yang sakit.

9) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
10) Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering
atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker
tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu
intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola
warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan

16

sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodulnodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher,
ketiak,

paha).menurunnya

kekebalan

imim,

tekanan

otot,

perubahan pada gaya berjalan.


11) Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks
anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil
pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
12) Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya

pada

orang

lain,

takut

akan

penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat


ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.
13) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok,
penyalahgunaan alcohol.
b) Pertinbangan rencana
keuangan,

pemulangan:

obat-obatan/tindakan,

memerlukan
perawatan

bantuan
kulit/luka,

peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;


perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

2. Dianosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.

17

b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,


adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake

yang

kurang,

meningkatnya

kebutuhan

metabolic,

dan

menurunnya absorbsi zat gizi.


e. Diare berhubungan dengan infeksi GI
f.

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang


keadaan yang orang dicintai.

18

3. Intervensi dan Rasional

No
1

Diagnosa
Keperawatan
Resiko

Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil

tinggi Pasien akan bebas infeksi

infeksi

oportunistik

berhubungan

komplikasinya

dengan

kriteria tak ada tanda-tanda

imunosupresi,

infeksi baru, lab tidak ada

malnutrisi dan pola infeksi


hidup
beresiko.

Intervensi
1.

dan 2.
dengan

oportunis,

Monitor tanda-tanda infeksi baru.


gunakan teknik aseptik pada setiap
tindakan invasif. Cuci tangan sebelum

1. Untuk pengobatan dini


2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman
patogen yang diperoleh di rumah sakit.
3. Mencegah bertambahnya infeksi

meberikan tindakan.
3.

Anjurkan pasien metoda mencegah

tanda

terpapar

yang vital dalam batas normal,

patogen.

tidak ada luka atau eksudat.

Rasional

4.

terhadap

lingkungan yang

Kumpulkan spesimen untuk tes lab


sesuai order.

5.

4. Meyakinkan

diagnosis

akurat

dan

pengobatan
5. Mempertahankan kadar darah yang
terapeutik

Atur pemberian antiinfeksi sesuai


order

Resiko
infeksi

tinggi Infeksi

HIV

(kontak ditransmisikan,

pasien)

kesehatan

berhubungan

universal

tidak 1.
tim

memperhatikan
precautions 2.

Anjurkan pasien atau orang penting


lainnya metode mencegah transmisi
HIV dan kuman patogen lainnya.
Gunakan darah dan cairan tubuh

19

1. Pasien

dan

keluarga

mau

dan

memerlukan informasikan ini


2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke

dengan infeksi HIV, dengan


adanya

precaution

patogen

dyspnea

dan 2.

malnutrisi,

Monitor respon fisiologis terhadap


aktivitas

pertukaran oksigen, takikardi selama aktivitas.


3.

1. Respon bervariasi dari hari ke hari


2. Mengurangi kebutuhan energy

Berikan bantuan perawatan yang


3. Ekstra istirahat perlu jika karena

pasien sendiri tidak mampu

kelelahan.

kebutuhan

orang lain

lain

kegiatan, dengan kriteria

dengan kelemahan, bebas

kurang

pasien.

Gunakan masker bila perlu.

Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi dalam 1.

Perubahan

merawat

seperti TBC.

berhubungan

bial

tidak terpapar HIV, tidak

dapat terinfeksi

ditransmisikan.

kontak

infeksi pasien dan tim kesehatan

nonopportunisitik
yang

kriteriaa

Jadwalkan

perawatan

pasien

meningkatkan kebutuhan metabolik

sehingga tidak mengganggu isitirahat.

nutrisi Pasien mempunyai intake 1.


dari kalori dan protein yang
tubuh adekuat untuk memenuhi
metaboliknya

Monitor kemampuan mengunyah


dan menelan.

2.

Monitor BB, intake dan ouput

3.

Atur antiemetik sesuai order

berhubungan

kebutuhan

dengan intake yang

dengan kriteria mual dan 4.

kurang,

muntah dikontrol, pasien

Rencanakan diet dengan pasien dan


orang penting lainnya.

20

1. Intake menurun dihubungkan dengan


nyeri tenggorokan dan mulut
2. Menentukan data dasar
3. Mengurangi muntah
4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai
dengan keinginan pasien

meningkatnya

makan

kebutuhan

albumin dan protein dalam

metabolic,

dan batas

TKTP,
n

serum

ormal,

BB

menurunnya

mendekati seperti sebelum

absorbsi zat gizi.

sakit.

Diare berhubungan Pasien merasa nyaman dan


dengan infeksi GI

mengnontrol

1.

diare,

kriteria perut lunak, tidak

Atur agen antimotilitas dan psilium

efektif Keluarga

3.

(Metamucil) sesuai order


4.

dengan
tentang

atau

sistem

orang 1.
lain

mempertahankan
cemas

dan

suport 2.
adaptasi

keadaan terhadap perubahan akan 3.

yang orang dicintai.

1. Mendeteksi adanya darah dalam feses


2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
emperburuk perforasi pada intestinal
4. Untuk menghilangkan distensi

Berikan ointment A dan D, vaselin


atau zinc oside

keluarga penting

berhubungan

frekuensi

Auskultasi bunyi usus

hilang,

koping

dan

komplikasi minimal dengan 2.

warna normal, kram perut

Tidak

konsistensi

feses dan adanya darah.

tegang, feses lunak dan

Kaji

kebutuhannya

dengan

Kaji koping keluarga terhadap sakit


pasein dan perawatannya
Biarkan keluarga mengungkapkana
perasaan secara verbal
Ajarkan kepada keluaraga tentang
penyakit dan transmisinya.

kriteria pasien dan keluarga

21

1. Memulai

suatu

hubungan

dalam

bekerja secara konstruktif dengan


keluarga.
2. Mereka tak menyadari bahwa mereka
berbicara secara bebas
3. Menghilangkan kecemasan tentang
transmisi melalui kontak sederhana.

berinteraksi dengan cara


yang konstruktif

22

BAB. III
TINJAUAN KASUS

Tn Y disangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn Y saat mudanya (>10 tahun


yang lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya diluar pengawalan
orang tua karena kedua orang tuanya berada di Belgia. Tn Y mudah lelah sehingga
menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak
diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ adalah
100 sel/mm3. Diberikan vitamin dan surat pengantar untuk periksa darah dan urin
dari dokter. Selang seminggu kemudian, pasien datang lagi membawa hasil
pemeriksaan. Setelah di analisa oleh dokter bedasarkan hasil pemeriksaan Tn Y di
diagnosa mengidap penyakit HIV.
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Nama klien
Umur
Diagnosa Medik
Tanggal Masuk
Alamat
Suku
Agama
Pekerjaan
Status perkawinan
Status pendidikan

: Tn Y
: 38 th
: HIV - AIDS
: 7 November 2014
: Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru
: Batak
: Islam
: Guru
: Duda
: Sarjana Pendidikan

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,
flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan menurun derastis
dari 60 kg menjadi 54 kg
b. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
d. Keluhan waktu di data

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014


ditemukan benjolan pada leher.
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernafasan.
b. Integritas ego
1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak
berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
c. Eliminasi
1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat
yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal.
Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.
d. Makanan/cairan
1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
e. Hygiene
1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
f. Neurosensori
1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,

24

tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan


pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
2) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
2) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak
otot melindungi yang sakit.

h. Pernapasan
1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
i. Interaksi social
1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang

terdekat,

mengungkapkannya

teman,

pada

pendukung.rasa
orang

lain,

takut
takut

untuk
akan

penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat


ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.
4. Hasil Lab
a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600.
b. LISA ( +)
c. Western Blot (+)

25

B. Analisa data
No
1

Sumber Data

Etiologi

Objektif :
Pasien mengatakan diare
Pasien mengatakan demam
Pasien mengatakan capek
Pasien mengatakan mudah

Virus HIV

lelah
Pasien mengatakan letih
Pasien mengatakan lesu
pasien
mengatakan
berkeringat malam hari
Subjektif :
TTV :
TD : 130/80
N : 80x/menit
S : 39 C
RR : 26x/menit
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan

Merusak seluler
Menyerang T Limfosit, sel
saraf, makrofag, monosit,
limfosit B
Immunocompromise
Invasi kuman pathogen
Organ target
Gastrointestinal

menjadi 54 kg
Pasien tampak sering BAB /

terlihat

Keperawatan
Resiko tinggi terhadap
kekurangan

menurun derastis dari 60 kg

diare
Pasien

Masalah

Diare

perubahan

Cairan berkurang

pada tekanan darah


pasien terlihat pucat
pasien terlihat sianosis
n pasien mengalami diare
pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin

26

cairan

volume

pasien anoreksia
turgor kulit pasien terlihat
buruk

Subjektif : :

Virus HIV

Pasien mengatakan capek


Pasien mengatakan mudah
lelah
Pasien mengatakan letih
Pasien mengatakan lesu
Pasien tidak nafsu makan

Perubahan

kurang dari kebutuhan


Merusak seluler

tubuh

Menyerang T Limfosit, sel


saraf, makrofag, monosit,

Objektif

limfosit B

Pasien tampak lesu


Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg
menjadi 54 kg
Porsi makan klien tidak habis
Pasien mengalami kelemahan

Immunocompromise
Invasi kuman pathogen
Organ target

otot
Pasien terlihat pucat
Pasien terlihat sianosis
Pasien anoreksia

Gastrointestinal
anoreksia

Subjektif :
Pasien mengatakan

Virus HIV
mudah

sakit-sakitan
Pasien mengatakan demam
Pasien mengatakan gampang

Merusak seluler

terserang flu
Pasien mengatakan pusing
Pasien mengatakan pusing,

Menyerang T Limfosit, sel

sakit kepala
Pasien
mengatakan

saraf, makrofag, monosit,


limfosit B

rasa
Immunocompromise

terbakar pada kaki


Pasien mengatakan nyeri dada
pleuritis
Pasien

nutrisi

Invasi kuman pathogen


mengatakan

berkeringat malam hari


Objektif :
TTV :

Organ target

27

Infeksi

TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 39 C
RR : 26x/menit
Pasien teraba benjolan di
daerah leher
Hasil
pemeriksaan

Infeksi

fisik

didapatkan sel-T CD4+ = 100


sel/ mm3
Pasien mengalami Takikardia
Pasien
mengalami
nyeri
panggul
Pasien
mengalami

nyeri

abdomen

C. Diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang
berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
3. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS

28

D. Intervensi Dan Evaluasi


No
1

Diagnosa
Keperawatan
Resiko

Tujuan

tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan

terhadap kekurangan selama 1 x 24 jam diharapkan :


volume

Diare (-)
Demam (-)
Pasien tidak mudah lelah
TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 37 C
RR : 20x/menit
berat badan pasien naik dari 54 kg

Intervensi
Mandiri :
1. Pantau

cairan b.d
output
yang

berlebihan

menjadi 54+ kg
BAB / diare (-)
pasien tidak terlihat pucat
sianosis (-)
pasien tidak pingsan
umlah dan warna urin normal
anoreksia (-)
Turgor kulit baik / lembab

Rasional

TTV, termasuk

CVP

bila

1. Indicator dari volume cairan sirkulasi

terpasang. Catat hipertensi, termasuk


perubahan postural.

2. Meningkatkan kebutuhan metabolism


dan diaphoresis yang berlebihan yang

2. Catat peningkatan suhu dan durasi


demam. Berikan kompres hangat sesuai

dihubungkan dengan demam dalam


meningkatkan cairan tak kasat mata

indikasi. Pertahankan pakaian tetap


kering. Pertahankan kenyamanan suhu
lingkungan.
3.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa,


dan rasa haus.

3. Indicator tidak langsung dari status


cairan.
4. Mempertahankan

keseimbangan

cairan, mengurangi rasa haus, dan


melembabkan membrane mukosa.

4. Pantau pemasukan oral dan memasukka


cairan sedikitnya 2500 ml/hari.

1. Mungkin diperlukan untuk mendukung


/

memperbesar

volume

sirkulasi,

terutama jika pemasukan oral tak

29

Kolaborasi :
1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang
pemberi makanan / IV

adekuat, mual/muntah terus menerus.


2. Bermanfaat dalam memperkirakan
kebutuhan cairan
3. Membantu mengurangi demam dan
respons

hiper

metabolism,

menurunkan kehilangan cairan tak


2.

Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,

kasat mata.

mis.. : HB/HT
3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen

Perubahan
kurang

nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan


dari selama 3 x 24 jam, diharpkan :

kebutuhan tubuh b.d


intake yang tidak

adekuat

Pasien tidak mudah lelah


Pasien tidak letih
Pasien tidak lesu
Nafsu makan bertambah, porsi

makan habis
Pasien dapat menverna makanan
dengan baik
Berat badan naik dari 54 kg menjadi
54+ kg
pasien tidak terlihat pucat
pasien tidak sianosis
pasien tidak anoreksia

Mandiri :
1. Kaji kemampuan untuk mengunyah,
merasakan, dan menelan.

1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus


dapat

menyebabkan

disfagia,

penurunan kemampuan pasien untuk


mengolah makanan dan mengurangi

2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan.


Evaluasi berat badan dalam hal adanya
berat badan yang tidak sesuai. Gunakan
serangkaian pengukuran berat badan dan
antropometrik.
3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin
4. Catat pemasukan kalori

30

keinginan untuk makan.


2. Indicator
kebutuhan

nutrisi

pemasukan yang adekuat. Catatan :


karena adanya penekanan system
imun, maka beberapa tes darah yang
umumnya digunakan untuk menguji
status nutrisi menjadi tidak berguna.
3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan
perasaan sehat

4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap


Kolaborasi :

suplemen atau alternative metode


pemberian makanan
1. Mungkin

1. Pertahankan

status

puasa

jika

di

indikasikan

untuk

menurunkan muntah
2. Kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan

2. Suplemen vitamin.

diperlukan

pemasukan

makanan

dan/atau kegagalan mengunyah dan


absorpsi dalam system gi

Infeksi b.d adanya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Mandiri :

virus HIV-AIDS

selama 3 x 24 jam, diharapkan :

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.

Demam (-)
Pusing (-)
rasa terbakar pada kaki hilang
nyeri dada pleuritis (-)
TTV

TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 37 C
RR : 20x/menit

1. Untuk pengobatan dini mencegah


pasien terpapar oleh kuman patogen

2. Gunakan teknik aseptik pada setiap

yang diperoleh di rumah sakit.


2. Mencegah bertambahnya infeksi

tindakan invasif. Cuci tangan sebelum


meberikan tindakan.
2. Berikan lingkungan yang bersih dan
berventilasi baik. Periksa pengunjung /
staf

terhadap

tanda

infeksi

dan

pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi

benjolan di daerah leher (-)

31

3. Mencegah bertambahnya infeksi

Lesi (-)
Kejang (-)
Dipsnea (-)
nyeri panggul (-)
nyeri abdomen (-)
tremor (-)

Kolaborasi :

1. Dilakukan

1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah,


urine dan sputum

untuk

mengidentifikasi

penyebab demam, diagnose infeksi


organism, atau untuk menentukan
metode perawatan yang sesuai
2. Menghambat proses infeksi. Obat-

2. Berikan antibiotic antijamur / agen


antimikroba,

missal

trimetroprim

(bactrim, septra), nistatin (mycostatin),


ketokonazol,
AZT/retrovir

pentamidin

atau

obatan

lainnya

meningkatkan

ditargetkan
fungsi

untuk
imun.

Meskipun tidak ada obat yang tepat,


zat seperti AZT ditujukan untuk
menghalangi
memungkinkan

enzim
virus

yang
memasuki

material genetis sel T4 sehingga dapat


memperlambat

perkembangan

penyakit

E. Implementasi Dan Evaluasi


No
1

Tanggal
7 November
2014

No
Dx
1

Implementasi

Evaluasi (SOAP)

1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang.


mencatat

hipertensi,

termasuk

perubahan

postural.

32

S:
Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.
Pasien mengatakan sudah tidak demam

Tanda
Tangan

Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi

Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah

normal

lelah
O:

2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.


memberikan kompres hangat sesuai indikasi.
mempertahankan

pakaian

tetap

kering.

mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan.


Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme

Diare (-)
Demam (-)
Pasien tidak mudah lelah
Pasien tidak berkeringat malam hari

TTV :

TD : 120/80
3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan
rasa haus.
Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik /

S : 37 C
RR : 20x/menit
berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5

lembab
3. Memantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan,
mengurangi

N : 80x/menit

rasa

haus,

dan

melembabkan

membrane mukosa.
4. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang
pemberi makanan / IV

33

kg
BAB /diare (-)
pasien tidak terlihat pucat
sianosis (-)
pasien tidak pingsan
umlah dan warna urin normal
anoreksia (-)
Turgor kulit baik / lembab

A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah


teratasi

hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien

P : intervensi dihentikan

tidak anoreksia
5. Memantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,
mis.. : HB/HT
hasil : kebutuhan cairan adekuat
6. Memberikan Antipiretik, mis.. : asetaminofen
hasil : membantu mengurangi demam dan
respons

hiper

metabolism,

menurunkan

kehilangan cairan tak kasat mata

8 November
2014

1. Mengkaji

kemampuan

untuk

mengunyah,

merasakan, dan menelan.


Hasil : pasien dapat mengunyah dan mencerna
makanan dengan baik, dan dapat menelan
2. Menimbang berat badan sesuai kebutuhan.
Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat
badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian
pengukuran berat badan dan antropometrik.

34

S:
Pasien tidak mengeluh lemah lagi
O:

Pasien tidak mudah lelah


Pasien tidak letih
Pasien tidak lesu
Nafsu makan bertambah, porsi makan habis
Pasien dapat menverna makanan dengan baik
Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54.5 kg
pasien tidak terlihat pucat

Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan


berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg

pasien tidak sianosis


pasien tidak anoreksia
A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

3. Mendorong

aktivitas

fisik

sebanyak

fisik

mungkin
Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien

tubuh sudah teratasi sebagian.


P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2
kolaborasi

menjadi lebih sehat


4. Mencatat pemasukan kalori
Hasil : kebutuhan kalori untuk tubuh terpenuhi
5. Mempertahankan status puasa jika di indikasikan
Hasil : muntah berkurang
6. Memberikan suplemen vitamin.
Hasil : kebutuhan vitamin untuk tubuh terpenuhi

9 November
2014

S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi.

1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru.


Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman
pathogen di RS
2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan
actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
Hasil : tidak terjadi infeksi

35

O:

Demam (-)
Pusing (-)
Rasa terbakar pada kaki hilang
Nyeri dada pleuritis (-)
Pasien sudah tidak berkeringat malam hari

3. Memberikan

lingkungan

yang

bersih

dan

berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf

TTV :

terhadap

TD: 120/80

tanda

infeksi

dan

pertahankan

kewaspadaan sesuai indikasi


Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih
parah
4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine
dan sputum
Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi
pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi

5. Memberikan

antibiotic

antijamur

agen

N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit

benjolan di daerah leher (-)


Lesi (-)
Kejang (-)
Dipsnea (-)
nyeri panggul (-)
nyeri abdomen (-)
tremor (-)

antimikroba, missal : trimetroprim (actrim,

A : masalah infeksi sudah teratasi

septra),

P : intervensi dihentikan

nistatin

(mycostatin),

ketokonazol,

pentamidin atau AZT/retrovir


Hasil : meningkatkan fungsi imun dan tidak
terjadi infeksi

36

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam penyelesaian kasus, kelompok memecahkan kasus berdasarkan
terori dan askep yang ada di bab II dan bab III. Tingkat kesenjangannya sangat
baik.
B. Diagnosa keperawatan
Dalam diagnosa keperawatan di kasus sesuai dengan diagnosa teori yang
ada di bab III. Tingkat kesenjangan sangat baik.
C. Intervensi
Intervensi dalam kasus sesuai dengan teori yang ada di bab III. Tingkat
kesenjangannyapun sangat baik. Dalam melakukan intervensi kelompok
menjadikan teori sebagai landasan dalam pemecahan kasus.
D. Implementasi
Implementasi dalam kasus ini sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
Hasil yang diharapkan dalam implementasi akan terjawab di evaluasi.
E. Evaluasi
Evaluasi dalam kasus sesuai dengan harapan kelompok pada saat
melakukan intervensi.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala


yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus
pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia
(pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian
orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya
akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan kasus harus
dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok
sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat
perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.
2. Bagi Intitusi Pendidikan
Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi
dengan pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak /
Ibu dosen berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan
pemecahan kasus.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
38

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis


Proses Proses Penyakit . Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa
: I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

39

You might also like