You are on page 1of 33

1

MAKALAH
Instrumentasi Fisis Industri
Disusun Oleh:

Nama : Richard Christian Telleng


NIM : 14101104001
Prodi : Fisika
Tanggal :
ACC

Dosen

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan
makalah tentang Instrumentasi fisis industri ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai apa dan bagaimana peran sistem instrumentasi pada suatu industri.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat
di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Manado, 22 November 2016

Penyusun

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instrumentasi Industri (atau biasa disingkat Instrumentasi atau Instrument) didefinisikan sebagai
suatu teknik penggunaan Instrument/peralatan (yg dimaksud di sini ialah peralatan yg
dipergunakan di suatu industri) untuk mengontrol sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia dari suatu
material untuk mendapatkan nilai tambah dari material tersebut.
Salah satu contoh penerapan teknik Instrumentasi ialah dalam pengolahan minyak mentah
(oil refinery). Di sini Instrumentasi memainkan peranannya dalam mengontrol sifat-sifat fisika
dan kimia (temperatur, tekanan, dan lain-lain) dari minyak mentah, sehingga diperoleh nilai
tambah dari minyak mentah tersebut (bensin, solar, minyak tanah, dan lain-lain).
Sistem Instrumentasi melakukan pengontrolan dengan 4 langkah:
1. Mengukur
2. Membandingkan
3. Menghitung, dan
4. Mengoreksi
Peralatan-peralatan (Instruments) seperti Temperature Transmitter, Temperatur Controller,
dan Temperature Control Valve inilah yang melakukan 4 langkah pengontrolan dalam sistem
kontrol Instrumentasi, sehingga membuat sistem menjadi otomatis dan mengurangi peranan
manusia dalam proses.
Ilmu Instrumentasi secara dalam mempelajari teknik penggunaan peralatan Instruments
(Transmitter, Controller, Control Valve, dan lain-lain), metode-metode pengukuran 4 besaran
proses maupun besaran-besaran lainnya, dan teknik sistem pengontrolan proses agar diperoleh
respon pengontrolan yang sesuai dengan yang dikehendaki.
1.2 Tujuan

Dapat mengetahui peranan-peranan sistem instrumentasi pada industri/pabrik


Dapat mengetahui sistem kontrol instrumentasi di industri/pabrik
Dapat mengetahui diagram alir seperti Block Flow Diagram, Process Flow Diagram dan
Piping & Instrumentation Diagram.
Dapat mengetahui pengukuran-pengukuran di industry
Dapat mengetahui actuator yang digunakan di industry/pabrik
Dapat mengetahui Sistem Kontrol seperti Computer Control System, Distributed Control
System, Programmable Logic Controller, Human Machine Interface dan SCADA.
Dapat mengetahui Komunikasi data perangkat-perangkat instrumentasi pada
industry/pabrik

1.3 Manfaat
Dengan membaca makalah ini semoga dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang apa
yang sudah disinggung pada Tujuan.
BAB 2. ISI
2.1 Instrumentasi dan Kontrol Industri

Sensors (orifice, thermocouple, dP cell)


Transmiter (signal converter, amplifier, conditioner)
Transmission line (electronic/electrical, air tube/pneumatic, data line)
Kontroler(Computer, PLC, DCS) Aktuator (Control Valve)

Beberapa contoh sistem kontrol proses

Pengenalan Sensor
Terminologi Sensor

Span range input sensor


Zero batas bawah input sensor
Accuracy ketepatan hasil pengukuran
Repeatability - presisi/keterulangan hasil pengukuran (untuk input yang sama)

Process measurement dynamics karakteristik dinamik sensor


Calibration
Contoh span dan zero, Misalnya pada suatu pengukuran temperatur, temperatur
maksimum yang dapat terukur oleh termometer adalah 100oC, sedangkan temperatur
minimum yang dapat terukur adalah 10oC.
Maka, nilai zero nya adalah 10oC dan nilai span nya adalah 90oC.
Sebagai tambahan, jika diketahui nilai temperatur pada dua nilai output sensor, maka
span dan zero dapat dihitung.
Smart Sensor
Sensor dengan mikroprosesor yang terintegrasi di dalamnya, sehingga memiliki
kemampuan diagnostik sinyal dan kondisi
Smart pH sensors dapat menentukan kapan diperlukan pembersihan permukaan
elektroda
Smart flow meters menggunakan teknik statistik untuk mengecek tingkat
penyumbatan pada DP Cell
Smart temperature sensors menggunakan back-up/redundant sensor untuk
mengidentifikasi drift dan mengestimasi lifetime sebelum terjadi
kerusakan/failure.

Pengenalan Transmitter
Pada umumnya, kerja transmiter adalah mengkonversi output sensor menjadi sinyal standar,
sesuai dengan masukan pengotrol (misalnya 4 - 20 mA) transmiter umumnya didesain dengan
konfigurasi direct acting. Sebagian besar transmiter yang ada dipasaran memiliki range input
(span) yang dapat diubah nilainya sebagai contoh, sebuah transmiter temperatur dapat
dikonfigurasi ulang sehingga resistansi element sensornya (platinum) menjadi 50 - 150 C.
Dalam kasus tersebut, sinyal masukan dan keluaran transmiter adalah sebagai berikut :
Input

Output

50 C

4 mA

150 C

20 mA

Instrument tersebut memiliki batas bawah atau zero = 50 C dan range masukan atau span = 100
C.
20 mA 4 mA
T 50 oC 4 mA
o
o
150 C 50 C
mA

0.16 o T oC 4 mA
C

Tm mA

Untuk transmiter temperatur tersebut, hubungan


antara keluaran dan masukan transduser adalah sebagai berikut :

Untuk instrument yang bersifat linear, gain pengukuran (Km) dapat direpresentasikan
sebagai :
K m=

range of instrument output


range of instrument input

2.2 Diagram Utama pada Dokumentasi Industri

Block Flow Diagram (BFD)

Process Flow Diagram (PFD)

Piping and Instrumentation Diagram (P&ID)


2.2.1 Block Flow Diagram (BFD)
Block Flow Diagram merupakan suatu ilustrasi skematik dari proses utama.
Blok atau segi empat menyatakan suatu unit operation. Blok-blok tersebut dihubungkan
dengan garis lurus yang menyatakan aliran proses, aliran proses tersebut bisa berupa

campuran cairan, gas ataupun solid yang mengalir melalui pipa atau duct, ataupun solid yang
mengalir melalui conveyor belt.
Aturan-aturan dalam block flow diagrams:
1.

unit operations seperti mixers, separators, reactors, distillation columns dan heat

exchangers biasanya diberi tanda dengan blok atau segi empat.


2.

groups dari unit operation dapat diberi tanda dengan blok atau segi empat.

3.

Aliran process dinyatakan dengan garis lurus, bisa vertikal atau horizontal.

4.

Arah aliran proses harus ditunjukkan.

5.

Aliran tersebut diberi nomor secara sekuensial.

6.

Unit operations (i.e., blocks) harus diberi label.

7.

Jika dimungkinkan aliran proses dari kiri kekanan dimana unit upstream sebelah kiri dan

downstream unit sebelah kanan.

Contoh Diagram BFD

2.2.2 Process Flow Diagram (PFD),

Process Flow Diagram merupakan ilustrasi skematik dari sistem. PFD menunjukkan
hubungan antara komponen-komponen utama didalam sistem. PFD juga memberikan tabel
harga disain proses untuk komponen-komponen yang beroperasi pada mode yang berbeda
seperti, minimum, normal, maksimum.
PFD harus terdiri dari:

Process Piping

Simbol equipment utama, nama dan nomor identifikasi

Control, valves dan valve-valve yang akan mempengaruhi sistem.

Interkoneksi dengan sistem yang lain

Nilai operasi values seperti minimum, normal dan maximum flow, temperature dan

pressure

Komposisi fluida
Contoh Diagram PFD

2.2.3 Piping and Instrumentation Diagram (P&ID),


merupakan ilustrasi skematik dari hubungan fungsi antara

piping, instrumentation dan

system equipment components. P&ID menunjukkan semua piping termasuk sequence physic

dari sambungan, reducers, valves, equipment, instrumentation dan control interlocks. P&ID
dipergunakan untuk mengoperasikan sistem proses.
P&ID terdiri dari:

Instrumentasi dan and designations

Mechanical equipment dengan nama dan nomor

Semua valves dan identifikasinya

Process piping, sizes dan identification

Miscellaneous - vents, drains, special fittings, sampling lines, reducers dan increasers

Flow directions

Interconnections

Control inputs and outputs, interlocks


Contoh Diagram P&ID

10

2.3 Pengukuran di Industri


Sistem Pengukuran : Mengukur adalah suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu
besaran yang belum diketahui nilainya terhadap besaran lain yang telah diketahui nilainya.

2.3.1 Transmitter
Transmitter adalah suatu alat kelanjutan dari sensor, dimana merupakan salah satu elemen dari
sistem pengendalian proses. Untuk mengukur besaran dari suatu proses digunakan alat ukur yang
disebut sebagai sensor (bagian yang berhubungan langsung dengan medium yang diukur),
dimana transmitter kemudian mengubah sinyal yang diterima dari sensor menjadi sinyal standart.
Berdasarkan besaran yang perlu ditransformasikan transmitter dapat digolongkan sebagai
transmitter temperatur, transmitter tinggi permukaan, transmitter aliran.Transmitter dapat
dihubungkan dengan berbagai alat penerima seperti instrument penunjuk, alat pencatat, pengatur
yang mempunyai sinyal masukan yang standart.
Tergantung pada jenis sinyal keluaran dapat dibedakan misalnya sinyal transmitter pneumatik
dan transmitter elektrik. Seperti semua alat penumatik, transmitter pneumatik mempunyai
keuntungan yakni aman terhadap bahaya percikan api yang diakibatkan hubungan singkat
pada transmitter elektrik.
Sinyal Transmitter
Sinyal transmitter adalah suatu tanda ataupun sinyal yang diberikan ke alat penerima seperti
pencatat, penunjuk yang berupa skala angka angka. Jenis jenis sinyal yang terdapat
pada transmitter adalah :
1. Sinyal pneumatik atau tekanan udara
Besaran standart sinyal pneumatik ini adalah 3 15 Psi atau 0,2 1,0 kg/cm2.
2. Sinyal elektrik
Besaran standart sinyal elektrik ini adalah 4 mA 20 mA dan skala kerja sinyal tegangan ada
yang berkisar 1 5 VDC dan ada juga 0 10 VDC.

Jenis jenis Transmitter

11

Dalam ilmu instrumentasi dikenal dua sistem sinyal yang dapat dipergunakan pada transmitter
yaitu sinyal pneumatik dan sinyal elektrik. Berdasarkan kedua sistem tersebut transmitter dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu :
1. Transmitter elektrik
2. Transmitter pneumatic
Transmitter digunakan ketika pengontrol, indikator/display, atau recorder diperlukan di control
room atau panel
Sinyal sensor (umumnya dalam mV) perlu dikonversi menjadi sinyal standar (4-20mA)
Contoh :

50oC 150oC 4 mA 20 mA

Gain transmitter 16mA/100oC = 0,16mA/oC

Zero transmitter 50oC

Contoh grafik ideal transmitter

Contoh : Skema Electronic Pressure Transmitter

12

2.3.2 Pengukuran Tekanan


Tujuan utama pengukuran tekanan di Industri:

Pemantauan dan pengontrolan tekanan proses agar proses berjalan sesuai

rancangan

Pengamanan tekanan proses agar tidak melebihi batas aman

Elemen Alat Ukur Tekanan (Primary Measuring Element)

Burdon Tube

Diaphragm Sensor

Strain Gauge Sensor

Capacitance Pressure Sensor


2.3.2.1 Elemen Alat Ukur Tekanan (Bourdon Tube)
Merupakan tabung/selang logam yang diratakan (digepengkan). Bentuknya : C , spiral,
dan helix. Salah satu ujung terbuka, dan ujung lainnya tertutup. Ketika tekanan fluida
pada ujung terbuka bertambah, bentuk tabung gepeng tadi akan menjadi bulat kembali.
Hal ini akan membuat ujung yg tertutup bergerak.

13

C-type Burdon

Digunakan pada range pengukuran 0-15 psig (0-100 kPa), hingga 0-1500 psig (0-10.000 kPa)
Sederhana, akurat dan memiliki tingkat presisi yg tinggi Umumnya berukuran besar dan rentan
terhadap overpressure (dibandingkan jenis burdon lainnya)

Helical Burdon

Digunakan pada range pengukuran 0-200 psig (0-1.300 kPa), hingga 0-6000 psig (0-40.000 kPa)
Heavy duty helical burdon tahan overpressure hingga 10 kali tekanan maksimum pada range
pengukurannya

Spiral Burdon

14

Sensitivitas sangat tinggi. Digunakan pada range pengukuran yg sangat rendah dan sangat tinggi
0-10 psig (0-65 kPa), hingga 0-100.000 psig (0-700.000 kPa)
2.3.2.2 Elemen Alat Ukur Tekanan (Diaphragm Sensor)

Diafragma

disk (pelat bundar)

tipis, datar, fleksible (pada arah sumbunya) dan bergelombang. Defleksi diafragma proporsional
dengan tekanan. Sensitivitas diafragma meningkat seiring bertambahnya diameter. Gerakan axial
dari diafragma dihubungkan dengan sistem mekanis untuk mengukur tekanan

15

2.3.2.3 Elemen Alat Ukur Tekanan (Strain Gauge Sensor)

Saat ini merupakan elemen yg paling banyak digunakan untuk electronic pressure transmitter.
Prinsip kerja : perubahan strain perubahan resistansi listrik perubahan sinyal standar (4-20
mA)
Desain strain gauge pressure sensor yg paling umum :

16

menggunakan

diafragma

untuk

mensensing

tekanan

proses,

kemudian

meneruskan defleksi diafragma tsb ke sistem strain gauge


Diafragma force bar rangkaian strain gauge

Strain gauge yg banyak dipakai saat ini adalah jenis semikonduktor. Ukurannya kecil, response
pengukurannya tinggi (konstanta waktu rendah). Strain gauge accuracy : 0,2 0,5 % dari Span.

2.3.2.4 Elemen Alat Ukur Tekanan


(Capacitance Pressure Sensor)
Digunakan pada electronic pressure transmitter
Prinsip kerja : perubahan tekanan defleksi elemen elastis perubahan kapasitansi
perubahan sinyal standar
Elemen

elastis

diaphragm

yg

biasanya digunakan adalah stainless steel

17

Pressure Transmitter (Capacitance Type)

2.3.3 Pengukuran Aliran


Kondisi fluida

Kondisi fluida (bersih atau kotor) juga menjadi keterbatasan dalam

pengukuran aliran

Beberapa alat ukur aliran tidak dapat bekerja pada fluida yg kotor

Profil kecepatan aliran

Profil aliran berpengaruh pada akurasi dan performa pengukuran aliran.

Bentuk profil aliran didalam pipa bergantung pada :

Momentum atau gaya internal dari fluida, yg menggerakan fluida

melalui pipa

Gaya viskos dari fluida, yg cenderung memperlambat aliran,

terutama pada bagian yg dekat dengan dinding pipa


Terdapat 3 jenis profil aliran fluida :
Laminar / streamlined, Transisi laminar-turbulent, Turbulent

Aliran laminar

18

Aliran laminar atau streamlined didefinisikan sebagai aliran pada pipa yg dapat dibagi-bagi
menjadi lapisan-lapisan yg bergerak paralel satu sama lain dengan bilangan Reynold < 2300.

Aliran transisi

Pola aliran transisi sulit diprediksi, dan dimungkinkan terjadi osilasi perubahan profil aliran,
antara laminer dan turbulent dengn bilangan Reynold 2300 < Re < 4000

Aliran turbulen

Aliran turbulen adalah jenis aliran yg paling banyak ditemukan di dalam pipa. Aliran turbulen
merupakan pola aliran yg memiliki kecepatan arah melintang (swirls, eddy current) dengan
bilangan Reynold Re > 4000

19

Alat ukur aliran dapat dikelompokan menjadi 4 jenis :


Volumetric flow meter, Mengukur volume secara langsung. Contoh : positive
displacement meters
Velocity flow meter, Contoh : Magnetic flow meter, turbine flow meter, ultrasonic
flow meter
Inferential flow meter, Contoh : Differential pressure, target dan variable area
flow meter
Mass flow meter, Mengukur aliran massa secara langsung. Contoh : Coriolis flow
meter.

2.4 Aktuator
Reff

output

penguat

aktuator

plant

sensor

Aktuator merupakan alat


peralatan mekanis untuk menggerakan atau menghasilkan masukan ke plant sesuai dengan sinyal
kontrol sedemikian sehingga sinyal umpan balik akan berkaitan denga sinyal masukan acuan.
Dapat digambarkan diagram bloknya seperti dibawah ini:

20

Jenis jenis aktuator terdiri dari 3 jenis pokok :


1 Aktuator listrik
2 Aktuator Hidrolik
3 Aktuator Pneumatik
2.4.1 Aktuator Listrik
Aktuator elektrik merupakan aktuator yang mempunyai prinsip kerja mengubah sinyal elektrik
menjadi gerakan mekanik. Berikut macam macam actuator elektrik :
2.4.1.1 Solenoid valve

Solenoid valve merupakan katup yang dikendalikan dengan arus listrik baik AC maupun DC
melalui kumparan / selenoida. Solenoid valve ini merupakan elemen kontrol yang paling sering
digunakan dalam sistem fluida. Seperti pada sistem pneumatik, sistem hidrolik ataupun pada
sistem kontrol mesin yang membutuhkan elemen kontrol otomatis.
2.4.1.2 Motor Stepper

Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis
menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan pulsa yang

21

diberikan kepada motor. Karena itu, untuk menggerakkan motor stepper diperlukan pengendali
motor stepper yang membangkitkan pulsa-pulsa periodik.

2.4.1.3 Motor DC
Motor DC meruapakan suatu mesin yang berfuungsi
mengubah tenaga listrik arus searah menjadi gerak
atau energy mekanik. Bagian utama motor DC adalah
statos dan rotor dimana kumparan medan pada motor
dc disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan
kumparan

jangkar

disebut

rotor

(bagian

yang

berputar). Bentuk motor paling sederhana memiliki


kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di
antara kutub-kutub magnet permanen. Catu tegangan dc dari baterai menuju ke lilitan
melalui sikat yang menyentuh komutator, dua segmen yang terhubung dengan dua ujung
lilitan. Kumparan satu lilitan pada gambar di atas disebut angker dinamo. Angker dinamo
adalah sebutan untuk komponen yang berputar di antara medan magnet.
2.4.1.4 Motor Servo

Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang dirancang dengan sistem
kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga dapat di set-up atau di atur untuk
menentukan dan memastikan posisi sudut dari poros output motor. motor servo merupakan
perangkat yang terdiri dari motor DC, serangkaian gear, rangkaian kontrol dan potensiometer.
Serangkaian gear yang melekat pada poros motor DC akan memperlambat putaran poros dan
meningkatkan torsi motor servo, sedangkan potensiometer dengan perubahan resistansinya saat
motor berputar berfungsi sebagai penentu batas posisi putaran poros motor servo.

22

2.4.1.5 Motor AC (Alternating Current)


Motor listrik AC adalah sebuah motor yang mengubah arus listrik
menjadi energi gerak maupun mekanik daripada rotor yang ada di
dalamnya. Motor listrik AC tidak terpengaruh kutub positif maupun
negatif, dan bersumber tenaga listrik. Berdasarkan sumber dayanya,
motor listrik AC dibedakan menjadi 2, yaitu sumber daya sinkron dan
sumber daya induksi.

2.4.2 Aktuator Pneumatik


Aktuator pneumatic adalah aktuator yang memanfaatkan udara bertekanan menjadi gerakan
mekanik. Dengan memberikan udara bertekanan pada sisi permukaan piston sesuai dengan
gerak pistonnya. Aktuator pneumatik gerak lurus dibedakan menjadi 2:

2.4.2.1 Silinder Kerja Tunggal


Dengan memberikan udara bertekanan pada satu sisi permukaan piston, sisi yang lain
terbuka ke atmosfir. Silinder hanya bisa memberikan gaya kerja ke satu arah . Gerakan
piston kembali masuk diberikan oleh gaya pegas yang ada didalam silinder direncanakan
hanya untuk mengembalikan silinder pada posisi awal dengan alasan agar kecepatan
kembali tinggi pada kondisi tanpa beban

2.4.2.2 Silinder Kerja


Ganda
Konstruksi silinder kerja ganda adalah sama dengan silinder kerja tunggal, tetapi tidak
mempunyai pegas pengembali. Silinder kerja ganda mempunyai dua saluran (saluran

23

masukan dan saluran pembuangan). Silinder terdiri dari tabung silinder dan penutupnya,
piston dengan seal, batang piston, bantalan, ring pengikis dan bagian penyambungan.

2.4.3 Aktuator Hidrolik


Aktuator hidrolik merupakan aktuator yang memanfaatkan aliran fluida/oli bertekanan
menjadi gerakan mekanik. Sama seperti halnya pada sistem Pneumatik, aktuator hidrolik
dapat berupa silinder tapi inputannya hidrolik.

Kelebihan:
- Fluida hidrolik bisa sebagai pelumas dan pendingin.
- Dengan ukuran kecil dapat menghasilkan gaya/torsi besar
- Mempunyai kecepatan tanggapan yang tinggi
- Dapat dioperasikan pada keadaan yang terputus-putus
- Kebocoran rendah
- Fleksibel dalam desain
Kekurangan:

24

- Daya hidrolika tidak siap tersedia dibanding dengan daya listrik


- Biaya sistem lebih mahal
- Bahaya api dan ledakan ada
- Sistem cenderung kotor
- Mempunyai karakteristik redaman yang rendah

2.5 Pengontrol di Industri


Adapun, proses merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan agar berbagai input tadi dapat
menghasilkan output yang diharapkan. Di sinilah, ilmu teknik kendali
(control system engineering) berperan untuk mengendalikan proses di dalam suatu sistem. Agar
suatu sistem dapat dikendalikan, sistem tersebut haruslah memenuhi tiga syarat, yaitu:

adanya target (rencana output) yang jelas

output harus dapat diukur

tindakan harus dapat dilakukan jika output dari proses tidak sesuai dengan
harapan/rencana awal
Perbedaan Control Engineer & Process Engineer
Control Engineer

Process Engineer

Lingkup kerja :

Lingkup kerja :

Mengoperasikan proses tidak hanya pada

Mengatur production rate dan kualitas

kondisi desain

produk sesuai kondisi desain

Penggunaan equipment yg efisien

Meminimalisir life cycle cost

Controlled & Manipulated vari-ables

Process variables sebagai parameter desain


proses

Kondisi proses saat transient dan steady


state

Kondisi proses saat steady state

25

Contoh

Proses

Pemanasan

Variable

dalam

proses

diatas :

Independent variable :

% bukaan valve controller output manipulated variable

Dependent variable :

Temperatur outlet proses (Tout) proses variable yg dikontrol

Flow rate heating fluid (Fh)

Temperature heating fluid (Thout)

Variable lain yg perlu diperhatikan dianggap sebagai disturbance. Variable ini biasa

disebut sebagai load change/perubahan beban


Process Disturbances
1.

Perubahan flow rate inlet proses, (Fc);

2.

Perubahan temperature inlet proses, (Tcin);

3.

Perubahan temperatur heating fluid, (Thin);

4.

Perubahan tekanan upstream atau tekanan downstream dari heating medium. (Akan

berdampak pada perubahan heating fluid flow rate, (Fh), walaupun posisi valve tidak berubah)

26

5.

Perubahan ukuran atau fouling pada heat exchanger tubesmengubah heat transfer

coefficient;
6.

Efek lingkungan, jika terjadi transfer kalor antara heat exchanger dan lingkungan sekitar.

2.6 Otomasi di Industri


Otomasi di industry meliputi :

Computer Control System

PLC

DCS

OPC

HMI

SCADA

2.6.1 Computer Control System


Pada computer control system, sensor digunakan sebagai pengambilan data dan kemudian
diinputkan ke computer. Ada banyak macam sensor misalnya : sensor suhu, sensor tekanan,
sensor cahaya, dll. Sensor-sensor ini dapat menghasilkan sinyal listrik sesuai dengan perubahan
eksternal. Sebagai contoh, LDR (Light Dependent Resistor) dapat digunakan sebagai sensor
cahaya. Karena resistansinya yang berhubungan dengan arus akan berubah jika terdapat
intensitas cahaya di sensor tersebut.

27

Contoh

Computer Control System

2.6.2 PLC (Programmable Logic Controller)


Programmable : Menunjukkan kemampuannya dapat diubah-ubah sesuai program yang dibuat
dan kemampuannya dalam hal menyimpan program yang telah dibuat.
Logic : Menunjukkan kemampuannya dalam memproses input secara aritmatik (ALU), yakni
melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi dan
negasi.
Controller : Kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output
yang diinginkan.
DEFINISI PLC : suatu sistem elektronik yang dirancang untuk industri, menggunakan memori
yang dapat diprogram sebagai penyimpanan internal dari instruksi-instruksi untuk menjalankan
fungsi-fungsi khusus seperti logika, sequence, waktu, pencacah danaritmatika untuk mengontrol
berbagai jenis mesin atau proses melalui input dan output digital atau analog.
Cara Kerja PLC

Power On

28

Men-

check apakah hardware Error bekerja dengan benar


Jika ada masalah PLC akan berhenti dan menyalakan

indikator
Mulai

membaca (scan) semua input

Ladder
Logic

logic akan discan (di pecahkan) menggunakan L adder


S olve d Scanning ( p ) gg nilai input yang tersimpan
tersebut.

Output akan discan Scanning

Nilai ouput berubah All Outputs O C Nilai ouput berubah

Waktu

yang diperlukan untuk masing-masing tahapan dalam


milliseconds.

2.6.3

DCS (Distributed Control System)

DCS
(Distributed Control System) sesuai dengan namanya adalah
sebuah SISTEM PENGONTROLAN yang bekerja menggunakan beberapa controller dan
mengkoordinasikan kerja semua controller tersebut. Masing-masing controller tersebut
menangani sebuah plant yang terpisah. Controller yang dimaksud tersebut adalah PLC.
Contoh DCS (Distributed Control System)

2.6.4 OPC
OLE kepanjangan dari Object Lingking and Embedding. Adalah teknologi yang memungkinkan
programmer dari aplikasi berbasis windows dapat membuat program yang dapat menampilkan
objek dari program aplikasi lain dan memungkinkan pemakai menyunting objek melalui aplikasi
berbasis windows tersebut.

29

OPC (OLE for Process Control) adalah OLE yang didesain untuk menjembatani berbagai
aplikasi berbasis Windows dengan perangkat keras maupun lunak untuk kontrol proses. OPC
dikembangkan oleh industri otomasi sebagai suatu standar terbuka yang menjelaskan tentang
komunikasi data real time dari plant antar perangkat kontrol yang diproduksi oleh manufaktur
yang berbeda.

2.6.5 HMI (Human Machine Interface)


HMI (Human Machine Interface) adalah sebuah interface atau tampilan penghubung antara
manusia dengan mesin. HMI juga merupakan user interface dan sistem kontrol untuk
manufaktur.
HMI mempunyai fungsi sebagai berikut :

Memonitor keadaan yang ada di plant.


Mengatur nilai pada parameter yang ada di plant.
Mengambil tindakan yang sesuai dengan keadaan yang terjadi.
Memunculkan tanda peringatan dengan menggunakan alarm jika terjadi sesuatu yang
tidak normal.
Menampilkan pola data kejadian yang ada di plant baik secara real time maupun
historical (Trending history atau real time).

2.6.6 SCADA
SCADA atau Supervisory Control and Data Acquition adalah sebuah sistem yang dirancang
untuk sebuah pengendalian dan pengambilan data dalam pengawasan (Operator/Manusia).
biasanya SCADA digunakan untuk pengendalian suatu proses pada industri.
Ada dua elemen dalam Aplikasi SCADA, yaitu:
1. Proses, sistem, mesin yang akan dipantau dan dikontrol - bisa berupa power plant, sistem
pengairan, jaringan komputer, sistem lampu trafik lalu-lintas atau apa saja.
2. Sebuah jaringan peralatan cerdas dengan antarmuka ke sistem melalui sensor dan luaran
kontrol.
Dengan jaringan ini, yang merupakan sistem SCADA, membolehkan Anda melakukan
pemantauan dan pengontrolan komponen-komponen sistem tersebut. Anda dapat membangun
sistem SCADA menggunakan berbagai macam teknologi maupun protokol yang berbeda-beda.

30

SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) umumnya mengacu pada sistem kontrol
industri: sistem komputer yang memantau dan mengkontrol industri, infrastruktur, atau fasilitas
berbasis proses.

2.7 Komunikasi Data di Industri


Komunikasi data di industry meliputi :

CAN Bus
Mod Bus
Field Bus

Contoh Penggunaan Komunikasi Data di Industri

2.7.1 CAN bus


CAN bus (untuk jaringan area controller) adalah standar bus kendaraan yang dirancang untuk
memungkinkan mikrokontroler dan perangkat untuk berkomunikasi satu sama lain dalam
kendaraan tanpa komputer host.
CAN bus adalah protokol berbasis pesan, yang dirancang khusus untuk aplikasi otomotif tapi
sekarang juga digunakan di daerah lain seperti aerospace, maritim, otomasi industri dan peralatan
medis.
2.7.2 Modbus

31

Modbus adalah protokol komunikasi serial aslinya diterbitkan oleh Modicon (sekarang Schneider
Electric) pada tahun 1979 untuk digunakan dengan programmable logic controller-nya (PLC). .
Sederhana dan kuat, sejak itu menjadi protokol komunikasi standar de facto, dan sekarang sarana
umum tersedia untuk menghubungkan perangkat elektronik industri
Alasan utama untuk penggunaan Modbus dalam lingkungan industri adalah:
dikembangkan dengan aplikasi industri dalam pikiran, secara terbuka diterbitkan dan bebas,
mudah untuk menyebarkan dan memelihara, bergerak bit mentah atau kata-kata tanpa
menempatkan banyak pembatasan pada vendor
2.7.3. Fieldbus
Fieldbus adalah nama keluarga protokol jaringan komputer industri yang digunakan untuk
kontrol real-time didistribusikan, standar IEC 61158 sebagai.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah di zaman yang mulai modern ini perkembangan
industry-industri ini juga mengikuti zaman yang telah dilewati. Untuk mempercepat produksi
suatu industri selain dibutuhkan tenaga manusia juga dibutuhkan perangkat-perangkat yang dapat
mempercepat dan mempermudah sistem kerja yang ada di industry/pabrik.
Hal-hal yang harus bisa dikuasai dapat dilihat pada BAB 2. ISI yang diharapkan dapat
membuka wawasan pembaca. Suatu industry/pabrik dapat bekerja secara efisien dengan
kolaborasi antara manusia dan perangkat-perangkat dan tentunya dibutuhkan bekal pengetahuan
seperti pembuatan diagram alir (BFD,PFD & P&ID) , mengerti konsep alat-alat (actuator,
transmitter, pengubah sinyal) dan agar mesin-mesin dapat bekerja secara otomatis dibutuhkan
pengetahuan tentang sistem control (PLC, DCS, HMI, OPC, SCADA dll) sehingga dapat
memperoleh hasil yang diinginkan.

32

3.2 Saran
Tidak ada

Daftar Pustaka

Alamer, Adnan. 2012. Engineering Economics and Design Principles. Chemical Engineering
Dept: King Fahd University.
Anonymous. 2002. Science and Reactor Fundamentals - Instrumentation & Control. CNSC:
Technical Training Group.
Zhong , Jinghua. 2006. PID Controller Tuning: A Short Tutorial. Spring: Purdue University
Verhappen, Ian. 2010. System Engineering Guidelines. Texas: The Fieldbus Foundation.
http://www.automationid.com/2016/teknik-kontrol-di-dunia-industri-pid-saja-tidak-cukup.html
http:// www.agfi.staff.ugm.ac.id/blog/index.php/2009/04/tutorial-opc-bagian-1-pendahuluan/
https://www.academia.edu/8322802/definisi_SCADA
https:// www.industrialsmartmachine.wordpress.com/2012/06/08/hmi-human-machine-interface/
http://www.slideshare.net/rahmahfadhilah/sistem-kontrol-proses

33

You might also like