You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di bidang
kesehatan. Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia memiliki Rencana Pembangunan
Kesehatan Jangka Menengah (RPKJM). Salah satu program dalam RPKJM adalah
menyelenggarakan

Antenatal Care (ANC) terpadu. ANC terpadu adalah pelayanan

pemeriksaan pada ibu hamil secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif,
preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi,
pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular
seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya
sesuai dengan kebutuhan program.
Pengetahuan dan sikap adalah satu fakor yang mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku termasuk perilaku ibu hamil dalam keteraturan kunjungan antenatal. Menurut L.
Green (1980) perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang meliputi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan Antenatal Care (ANC) yang teratur oleh ibu hamil karena sesungguhnya
kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat
dicegah. Salah satunya melalui pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2008). Disamping itu,
pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Karena setiap
kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi. Oleh karena itu, ibu hamil
dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau doketr sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya
hamil, minimal 4 kali selama kehamilannya yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali
pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga (Rukiyah,dkk. 2009)
Dalam Rencana Strategi Kementrian Kesehatan 2010 2015 target kunjungan untuk
antenatal care terpadu adalah 100% pada tahun 2015. Puskesmas Suli merupakan salah satu
puskesmas di Kabupaten Maluku Tengah yang memiliki program ANC terpadu. Berdasarkan
survey di Puskesmas Suli, didapatkan data ibu hamil di kawasan UPT Puskesmas Suli pada
1

tahun 2015 sejumlah 387 orang. Ibu hamil yang melakukan ANC terpadu hanya berjumlah
265 orang (68,4%). Angka ini masih dibawah target kerja puskesmas dimana target ibu hamil
yang melakukan ANC terpadu di puskesmas sejumlah 95%. Berdasarkan data, di dapat
rincian pasien dengan anemia menempati urutan pertama sebanyak 14 orang, ibu hamil
dengan resiko tinggi sejumlah 12 orang.
Dari uraian latar belakang di atas, didapatkan bahwa masih rendahnya angka pencapaian
kunjungan di Puskesmas Suli. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah ada
hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil yang berdampak pada kunjungan ANC
di Puskesmas Suli. Karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka penulis membatasi hanya
mengambil data pada satu desa saja, yaitu desa Tial Kecamatan Suli.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Kunjungan ANC Di Desa
Tial Wilayah Kerja Puskesmas Suli tahun 2015.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kunjungan ANC
Di Desa Tial Wilayah Kerja Puskesmas Suli tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus

Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ANC Di Desa Tial Wilayah Kerja
Puskesmas Suli.

Mengidentifikasi Sikap Ibu Hamil Tentang ANC Di Desa Tial Wilayah Kerja Puskesmas
Suli.

Mengidentifikasi Kunjungan Antenatal Care (ANC) Di Desa Tial Wilayah Kerja


Puskesmas Suli.

Menganalisa Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kunjungan ANC Di Desa Tial
Wilayah Kerja Puskesmas Suli.
2

Menganalisa Hubungan Sikap Ibu Hamil Dengan Kunjungan ANC Di Desa Tial Wilayah
Kerja Puskesmas Suli.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Puskesmas

Mengetahui apakah yang menjadi kendala dalam menjalankan program pemeriksaan ibu

hamil saat ANC terpadu.


Megetahui pemecahan bagi masalah yang ada dalam program Puskesmas.
Meningkatnya capaian program ANC terpadu.
Mendapat saran untuk pengembangan pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui program
yang ada.

1.4.2 Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan teori berupa konsep ke dalam praktek nyata. Menambah


wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis serta melatih kemampuan untuk

dapat mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat.


Menambah pengetahuan dan pengalaman.

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Mendapatkan pelayanan yang baik melalui program puskesmas.


Meningkatkan pengetahuan ibu hamil melalui pelayanan antenatal care terpadu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan (Knowlegde)

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan what , misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan
ilmu (science) bukan sekedar menjawab why dan how, misalnya mengapa air mendidih bila
dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2012). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
1) Tahu (know)
Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dsb.
2) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah ipelajari pada situasi atau
kondisi real.
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan
(membuat bagan), memisahkan, mengelompokkan, dsb.
5) Sintesis (synthesis)
Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dsb terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu materi atau obyek
(Notoatmodjo,2012).
4

2.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Sukanto (2012) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan sehingga terjadi perilaku positif yang
meningkat.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas
c. Budaya
Tingkah laku manusai atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi
sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan
kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.
e. Sosial Ekonomi
Tingkatan kemampuan seseorang untuk memilih kebutuhan hidup. Semakin tinggi
tingkat social ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan.
f. Umur
Jumlah tahun yang dihabiskan sejak kelahirannya
g. Pekerjaan
Kegiatan yang dilakukan sehari-hari secara lengkap.

2.1.2 Proses Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa cara memperoleh pengetahuan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara modern (ilmiah).
a. Cara tradisional atau Non ilmiah
5

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba salah, cara
kekuasaan, berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran.
1) Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila
kemungkinan tidak berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).
2) Cara kekuasaan (otoriter)
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun
nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan
masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia
gagal, ia tidak dapat mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain,
sehingga dapat berhasil memecahkannya.
4) Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan.
Penalaran dengan menggunakan jalan pikiran ada 2 (dua) yaitu dengan cara induksi dan
deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berfikir untuk
menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran
deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang
khusus dari sesuatu yang bersifat umum (Nursalam, 2013).

b. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah
atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Metode ilmiah
adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir rasional dan berfikir empiris dan
merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu.
Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berfikir rasional dengan berfikir empiris,
artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan dipihak
lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris (Nursalam, 2013).

2.1.3 Fungsi Pengetahuan


Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari
penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang
semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali,
atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai sesuatu yang konsisiten ( Notoatmodjo, 2012).

2.1.4 Cara Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2012).
Pada

penelitian

ini

cara

untuk

mengukur

pengetahuan ibu

hamil menggunakan

pedoman kuesioner yang membahas tentang kunjungan ANC yang jumlah soalnya sebanyak 10
soal di setaip soal memiliki pilihan apabila jawaban benar memiliki poin 1 (satu) dan
apabila jawaban salah memiliki poin 0 ( kosong) sehingga jumlah pertanyaan yang di jawab
benar di bagi jumlah soal dan di kali 100.
Katagori pengetahuan menurut Arikunto, (2010):
a. Baik

:76-100%

b. Cukup

:56-75%

c. Kurang : 55 %
2.2 Sikap (Attitude)
7

Menurut Ajzen (2005) sikap merupakan besarnya perasaan positif terhadap suatu
objek (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap suatu objek, orang, institusi, atau kegiatan.
Sikap merupakan relasi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.
Allport menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1) Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimlus yang diberikan (obyek)
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
4) Bertanggung jawab ( responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
Secara umum orang tidak akan memperlihatkan sikap asli mereka dihadapan orang lain untuk
beberapa hal. Satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang dapat menggunakan skala
atau kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung serangkaian pernyataan tentang permasalahan
tertentu. Responden yang akan mengisi diharapkan menentukan sikap setuju atau tidak setuju
terhadap pernyataan tertentu (Notoatmojo, 2012).

2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

1. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri
seperti selektivitas dan pengalaman pribadi.
2. Faktor ekstern yang merupakan faktor di luar manusia yaitu :
a. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap
b. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
c. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
e. Situasi pada sikap terbentuk
f. Pengaruh kebudayaan

2.2.2 Pembentukan sikap


Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam
interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek
psikologis yang dihadapinya, di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah pengalaman.

2.2.3 Pengukuran sikap


Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorabel
atau pernyataan yang tak favorabel. Kemudian responden akan diminta untuk menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori
jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat
setuju (SS). Untuk setiap pernyataan responden diberi skor sesuai dengan nilai skala kategori
jawaban yang diberikannya. Skor responden pada setiap pernyataan dijumlahkan sehingga
merupakan skor responden pada skala sikap.

2.2.4 Hubungan pengetahuan dan Sikap


Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(obyek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang telah memulai mencoba perilaku baru.
e. Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.
2.3

Pemeriksaaan Kehamilan (ANC)

2.3.1 Pengertian
1. Antenatal Care adalah merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk
memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau
bermasalah ( Saifudi 2002 ).
2. Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan ( Mufdlilah 2009 ).
3. Antenatal care adalah asuhan yang diberikan ibu sebelum persalinan dan prenatal care (WHO
JHPIEGO, 2003).
4. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada Ibu selama hamil
yang sesuai dengan pedoman pelayananantenatal yang ditentukan (Rukiyah,dkk. 2009).
5. Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu hamil secara berkala untuk
menjaga kesehatan Ibu dan janinnya. Hal ini meliputi pemeriksaan kehamilan dan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan, pemberian intervensi dasar (misalnya pemberian
imunisasi TT dan tablet Fe), serta mendidik dan memotivasi Ibu agar dapat merawat
kehamilannya dan mempersiapkan persalinannya (Nurul jannah, 2009).

10

2.3.2 Tujuan Pelayanan ANC


1) Tujuan Umum
Memelihara dan meningkatkan kesehatan Ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi dengan sehat.
2) Tujuan Khusus
a. Merencanakan dan mempersiapkan persalinan sesuai dengan resiko (Depkes RI, 1992).
b. Mendeteksi dan menatalaksanaan komplikasi medis, beda, atau obstetri selama kehamilan.
c. Mamantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh kembang bayi
(nurul jannah, 2012)
d. Meningkatkan dan mempertahankan kesahatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
e. Mempersiapkan kehamilan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin. ( Rukiyah,dkk. 2009).

Sedangkan tujuan asuhan antenatal menurut Saifuddin, (2002) adalah :


a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial Ibu dan bayi.
c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
f) Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
Menurut Saifuddin, (2002) Pelayanan atau asuhan standar secara operasional dikenal standar
minimal 8 T yaitu :
1. (Timbang) berat badan dan ukur tinggi badan.
Timbang berat badan setiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu
hamil ialah sebesar 0,5 kg perbulan pada trimester I dan sebesar 0,5 kg perminggu pada
trimester II-III, dengan kenaikan berat badan rata-rata sebesar 6-12 kg selama
kehamilan, maksimal mengalami kenaikan berat badan sebesar 12 kg dan minimal
11

sebesar 6-7 kg. Perhatikan besar kenaikan berat badan ibu, jangan sampai ibu
2.

mengalami penurunan berat badan atau jangan sampai ibu mengalami obesitas.
Ukur (Tekanan) darah.
Tekanan darah yang normal 110/80 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg

3.

perlu diwaspadai adanya preeklampsi maupun eklampsi.


Ukur (Tinggi) fundus uteri.
Tabel 2.1 Ukuran TFU ibu sesuai dengan Umur Kehamilan (Sumber: Prawirohardjo,
2006).
Usia Kehamilan
12
16
20
24
28
32
36
40

4.

Tinggi Fundus Uteri (TFU)


3 jari di atas simfisis
Pertengahan pusat-simfisis
3 jari di bawah pusat
Setinggi pusat
3 jari di atas pusat
Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (Px)
3 jari di bawah prosesus xiphoideus (Px)
Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus

(Px)
Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap.
Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya mendapatkan minimal 2
dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu dan bila memungkinkan untuk
mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil dengan status T1 diharapkan
mendapatkan suntikan TT2 dan bila memungkinkan juga diberikan TT3 dengan interval
6 bulan (bukan 4 minggu/1 bulan). Bagi ibu hamil dengan status T2 maka bisa diberikan
1 kali suntikan bila interval suntikan sebelumnya 6 bulan. Bila statusnya T3 maka
suntikan selama hamil cukup sekali dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan
sebelumnya. Ibu hamil dengan status T4 pun dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila
suntikan terakhir telah lebih dari satu tahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak
perlu disuntik TT lagi karena mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun).
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (Sumber: Prawirohardjo, 2006).
Antigen

TT 1

Interval
(selang
minimal)
Pada

Masa
waktu Perlindungan
kunjungan -

%
Perlindungan
-

antenatal pertama
TT 2

4 minggu setelah TT 1

3 Tahun

80
12

TT 3

6 bulan setelah TT 2

5 Tahun

95

TT 4

1 tahun setelah TT 3

10 Tahun

99

TT 5

1 tahun setelah TT 4

25

Tahun

/ 99

Seumur Hidup
5.

Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.


Dimulai dengan pemberian satu tablet setiap hari segera mungkin setelah rasa mual
hilang. Ibu hamil biasanya mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Diminum dengan air putih atau air jeruk.
Kekurangan zat besi pada ibu hamil akan menyebabkan ibu mudah pingsan, mudah
mengalami keguguran atau pada proses melahirkan akan berlangsung lama akibat
kontraksi yang tidak bagus. Dan apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, lahir prematur, lahir dengan cadangan zat besi yang
kurang, atau lahir dengan cacat bawaan.
Selain tablet zat besi, selama kehamilan juga dianjurkan memperbanyak konsumsi
makanan yang kaya akan zat besi, asam folat juga vitamin B, seperti hati, daging, kuning
telur, ikan teri, susu, dan kacang-kacangan seperti tempe dan susu kedelai, serta sayuran
berwarna hijau tua seperti bayam dan daun katuk.
Selain itu, konsumsi juga makanan yang mempermudah penyerapan zat besi, misalnya
makanan yang mengandung vitamin C tinggi. Yang perlu dihindari adalah
makanan/minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, misalnya kopi dan teh.

6.

Tes terhadap Penyakit Menular Seksual.


Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang
diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.
Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil
yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai

7.

Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

13

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang efektif termasuk konseling merupakan
bagian dari pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk
membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya.

2.3.3 Pelaksanaan Pelayanan ANC


Pelaksanaan pelayanan antenatal care adalah dokter, bidan (termasuk bidan Puskesmas,
bidan di desa dan bidan praktek swasta), pembantu bidan, perawat bidan dan perawat wanita
yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 1995).

2.3.4 Lokasi ANC


Adapun tempat pemeriksaan kehamilan yaitu :
a. Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Posyandu
d. Pondok Bersalin
e. Rumah Hamil
f. Praktek Swasta
(Depkes RI, 1992).

14

2.3.5 Standar Pelayanan ANC


Ada beberapa standar tentang pelayanan ANC adalah :
1. Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi Ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong Ibu untuk memeriksakan sejak dini dan secara teratur.
2. Pemeriksaan dan Pemantauan ANC
Bidan

memberikan

sedikitnya

kali

pelayanan

antenatal.

Pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantauan Ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan,
imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
Puskesmas.
3. Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian
terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta
melakukan rujukan tepat waktu.
4. Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan atau rujukan semua
kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
6. Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada Ibu hamil, suami/keluarganya pada trimester III
memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk,

15

bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan melakukan kunjungan rumah untuk hal
tersebut. (Mufdlilah, 2009)

2.4

Kunjungan ANC

2.4.1 Pengertian
Kunjungan Ibu hamil adalah kontak antara Ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi
pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Kunjungan tidak mengandung
arti bahwa selalu Ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu
Ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atai di Posyandu (Dikes RI, 1995).

2.4.2 Kunjungan Ibu hamil, ini umumnya ada 2 yaitu :


1) Kunjungan Baru
Kunjungan baru Ibu hamil (K1) adalah kontak Ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 1995).
2) Kunjungan Ulang
a. Kunjungan Ibu hamil ulang adalah kunjungan Ibu hamil yang kedua dan seterusnya selama
masa kehamilannya (Depkes RI, 1992).
b. Kunjungan ulang yaitu setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan
antenatal pertama. Kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi-komplikasi,
mempersiapkan kelahiran dan kegawat-daruratan, pemeriksaan fisik yang terfokus dan
pembelajaran ( WHO JHPIEGO, 2003).
Menurut Depkes RI, 2008 dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa kunjungan
Ibu hamil dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan
distrIbusi kontak sebagai berikut :
a). Minimal 1 kali pada trimester I
b). Minimal 1 kali pada trimester II
c). Minimal 2 kali pada trimester III
Sedangkan menurut Saifuddin (2002) dengan memperhatikan batasan dan tujuan
pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut :
16

Tabel 1. Frekuensi Kunjungan ANC


Umur Kehamilan

Frekuensi Kunjungan

Sebelum 14 minggu

Satu kali

14 28 minggu

Satu kali

28 36 > 36 minggu

Dua kali

Keterangan: Tabel 1, menjelaskan jadwal pemeriksaan kehamilan dan frekuensibanyaknya


kunjungan sesuai umur kehamilan.
Pada setiap kali kunjungan antenatal perlu mendapatkan informasi yang sangat penting.
Tabel di bawah ini menunjukkan penjelasan mengenai waktu
dan informasi pada saat kunjungan (Saifuddin, 2002).
Tabel 2. Tabel Informasi Kunjungan Antenatal
Kunjungan

Waktu

Informasi Penting

Trimester I

Sebelum minggua.

Membangun hubungan saling percaya

ke 14

antara petugas kesehatan dan Ibu hamil.


b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.
c.

Melakukan tindakan pencegahan


sepertitetanus neonatorum,
anemiakekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan

d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan


kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e.

Mendorong perilaku yang sehat (gizi,


latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya).

Trimester II

Sebelum minggu

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan

ke 28

khusus mengenai preeklamsia (tanya Ibu


tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau
17

tekanan darah, evaluasi edema, periksa


untuk mengetahui proteinuria).
Trimester III

Antara minggu

Sama seperti diatas, ditambah palpasi

28 36 dan

abdominal untuk mengetahui apakah ada

setelah 36 minggu kehamilan ganda dan deteksi letak bayi


yang tidak normal atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah analitik yaitu
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini menggunakan pendekatan Crossecsional artinya semua variable yang termasuk
efek akan diteliti dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012)..

18

3.2

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu
Tial.
3.3

Subyek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian adalah ibu hamil yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembantu Tial yang berjumlah 11 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian adalah sebagian ibu hamil yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembantu Tial.
a.

Besaran Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus :


N
n=
________
1 + N (d)
Keterangan :
n = besarnya sampel
N = besarnya populasi
d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,1)
Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :
N
n
=
________
1 + N (d)
n

11
= ____________
1 + 11 (0,01)

= 9,9 dibulatkan menjadi 10

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 orang.

19

b.

Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel penelitian adalah :


1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian yaitu:
1) . Semua ibu hamil di Puskesmas Pembantu Tial
2) . Melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas, Posyandu atau di polindes.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian adalah :
1) Ibu hamil yang tidak berada di Puskesmas Pembantu Tial.
2) Tidak memeriksakan diri ke Puskesmas, Posyandu. atau polindes.
3.4

Identifikasi Variabel Penelitian.


Adapun variabel dalam penelitian ini:
a. Variabel Independent ( variabel bebas )
Variabel Independent dalam penelitian adalah Pengetahuan dan sikap.
b. Variabel Dependent (Variabel Terikat)
Variabel Dependent dalam penelitian adalah kunjungan ANC.

3.5 Instrumen Penelitian


Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuisioner. Dalam
penelitian ini, untuk pengetahuan terdapat beberapa pertanyaan dalam Kuisioner bagi masingmasing variabel. Pertanyaan yang benar diberi skor 1 dan pertanyaan yang salah diberi skor 0.
Untuk sikap terdiri dari 10 pertanyaan pemberian skor sesuai dengan skala kategori
jawaban yang diberikan untuk setiap pertanyaan. Pernyataan yang positif diberikan skor 4 pada
sangat setuju (SS), 3 pada setuju (S), 2 pada tidak setuju (TS), dan 1 pada sangat tidak setuju
(STS).
20

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Puskemas Suli
Kabupaten Maluku Tengah adalah salah satu kabupaten di provinsi Maluku dengan
ibukota kabupaten terletak di Masohi, sebagian besar wilayah terletak di Pulau Seram dan
terdapat 2 kecamatan yang terletak di Pulau Ambon yaitu kecamatan Leihitu dan kecamatan
Salahutu. Kabupaten Maluku Tengah letaknya diapit oleh Kabupaten Seram Bagian Barat
21

disebelah barat dan Seram Bagian Timur di sebelah timur. Kabupaten Maluku Tengah memiliki
luas wilayah kurang lebih 275.907 km2 yang terdiri dari luas laut 264.311,43 km2 dan luas
daratan 11.595,57 km2.
Dengan luas wilayah daratan mencapai 11.595,57 km 2 kepadatan penduduk cukup jarang
yaitu hanya sebesar 31 jiwa untuk setiap km 2, dengan jumlah penduduk tahun 2010 mencapai
361.698 jiwa. Kabupaten Maluku Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu
844 jiwa untuk setiap km2 di Kecamatan Kota Masohi yang merupakan ibukota kabupaten.
4.2 Keadaan Geografis
Puskesmas Perawatan Suli terletak di Pulau Ambon, Kelurahan Suli, Kecamatan
Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Puskesmas Perawatan Suli memiliki luas
wilayah kerja mencapai 91,5 Km2 daratan yang mencakup 3 desa yaitu: Desa Suli dengan luas
wilayah kerja mencapai 50 Km2 , Desa Tial dengan luas wilayah kerja mencapai 24 Km2, Desa
Tenga-Tenga dengan luas wilayah kerja mencapai 17,5 Km2. Batas-batas wilayah sebagai
berikut:

Utara

: Kelurahan/ Desa Tulehu

Timur

: Selat Haruku

Selatan : Teluk Baguala

Barat

: Kelurahan/ Desa Passo

Berdasarkan data Profil Puskesmas Perawatan Suli Tahun 2015 jumlah penduduk
wilayah kerja Puskesmas Suli yaitu mencapai 15.981 jiwa dengan jumlah rumah tangga
mencapai 3.714 rumah tangga dengan rata-rata jiwa dalam rumah tangga mencapai 23,24 jiwa
dan kepadatan penduduk mencapai 819,53 untuk setiap km2.
Perhubungan antar kelurahan/desa ke kelurahan/desa lain, kelurahan/desa dengan ibukota
provinsi semuanya dapat melalui jalur darat yang dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua
ataupun roda empat, sedangkan kelurahan/desa ke ibukota kecamatan melalui jalur laut yang
dapat di tempuh dengan kapal cepat dan kapal feri yang dapat mengangkut kendaraan roda dua
ataupun empat.
22

4.3 Keadaan Demografik


Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Suli berdasarkan laporan tahunan
Puskesmas Perawatan Suli Tahun 2015 yaitu:

Kelurahan/Desa Suli
o Jumlah penduduk: 11.166 jiwa
o Dengan jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki: 5.540 jiwa
o Dengan jumlah penduduk jenis kelamin perempuan: 5.626 jiwa
o Kepadatan penduduk 1148,84 untuk setiap km2

Kelurahan/Desa Tial
o Jumlah penduduk: 2.709 jiwa
o Dengan jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki: 1.316 jiwa
o Dengan jumlah penduduk jenis kelamin perempuan: 1.393 jiwa
o Kepadatan penduduk 504 untuk setiap km2

Kelurahan/Desa Tengah-Tengah
o Jumlah penduduk: 2.673 jiwa
o Dengan jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki: 1.257 jiwa
o Dengan jumlah penduduk jenis kelamin perempuan: 1.416 jiwa
o Kepadatan penduduk 510 untuk setiap km2

4.4 Hasil Penelitian


4.4.1 Pengetahuan Ibu Tentang Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang Kunjungan Antenatal
Care (ANC) dapat dilihat pada table 4.3 berikut:
23

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan


Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total

Frekuensi
6
4
0
10

Presentase
60 %
40 %
0%
100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah tertinggi ibu hamil yaitu memiliki
pengetahuan baik sebanyak 6 orang (60%), dan jumlah terendah ibu hamil yaitu memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 4 orang (40%).
4.4.2 Sikap Ibu Tentang Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan sikap tentang Kunjungan Antenatal
Care (ANC) dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap
Sikap

Frekuensi

Presentase

Favoreble

80 %

Unfavoreble

20 %

Total

10

100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah tertinggi ibu hamil yaitu memiliki sikap
Favorable sebanyak 8 orang (80%), jumlah terendah ibu hamil yaitu memiliki sikap Unfavorable
sebanyak 2 orang (20%).
4.4.3. Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Untuk melihat distribusi respoden berdasarkan Kunjungan Antenatal Care (ANC) dapat di lihat
pada tabel 4.3. berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Kunjungan ANC

Frekuensi

Presentase

Teratur

80%

Tidak Teratur

20 %

Total

10

100 %

24

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang memiliki kunjungan
teratur sebanyak 8 orang (80%), sedangkan ibu hamil yang memiliki kunjungan tidak teratur
sebanyak 2 orang (20%).

4.5 Pembahasan
4.5.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Di
Desa Tial Wilayah Kerja Puskesmas Suli
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, 5 orang (50%) ibu hamil yang berpengetahuan
baik dan teratur melakukan kunjungan dibandingkan dengan 1 orang (10%) ibu hamil yang
berpengetahuan baik tetapi tidak teratur melakukan kunjungan, dan 3 orang (30%) ibu hamil
berpengetahuan kurang tetapi teratur melakukan kunjungan, 1 orang (10%) ibu hamil
berpengetahuan kurang dan tidak teratur melakukan kunjungan, berdasarkan hasil penelitian
Hubungan Pengetahuan Dengan Kunjungan ANC di peroleh nilai p = 0,001.

4.5.2 Hubungan Sikap Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Di Desa Tial
Wilayah Kerja Puskesmas Suli
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat 7 orang (70%) ibu hamil yang memiliki
sikap favorebel dan teratur melakukan kunjungan dibandingkan dengan 1 orang (10%) ibu hamil
memiliki sikap favorebel dan tidak teratur melakukan kunjungan, 1 orang (10%) ibu hamil yang
memiliki sikap unfavorabel teratur melakukan kunjungan dan 1 orang (10%) ibu hamil memiliki
sikap unfavorabel dan tidak teratur dalam melakukan kunjungan. Dari hasil penelitian didapatkan
nilai p = 0,000.

25

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan dari penelitian sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan dari sampel atau objek penelitian terlihat tingkat pengetahuan yang
terbesar dalam kategori baik dengan jumlah 6 orang (60%).
26

2. Sikap dari sampel atau objek penelitian terlihat sikap yang favorebel dengan jumlah 8
orang (80%).

27

You might also like