Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing Ruangan
: 1. Edi Waluyo
: 2. Yayah Rahmatiah
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pembimbing II
Edi Waluyo
Yayah Rahmatiah
Pembimbing Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu
dengan yang lainnya sangat saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan
sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain: rasa menjadi milik orang
lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan
orang lain, dan kebutuhan pernyataan diri.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan
dampak positif dalam upaya dalam pencegahan, pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok
terapeutik, modalitas, merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif
terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku
adaptif dan mengurangi perilaku maadaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atauklien melalui
terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan
meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan
meningkatkan uji realitas (realitytesting) pada klien dengan gangguan
orientasi realitas (Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok sering
digunakan dalam praktek kesehatan jiwa. Bahkan merupakan hal yang penting
dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah
diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk
mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan
mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat
menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
B. Definisi
Terapi aktifitas adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktifitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung.saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.
`
C. Manfaat Terapi Aktifitas Kelompok
a. Umum
b. Khusus
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Halusinasi
Menurut Varacoris, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang dimana tidak terdapat stimulus. Halusinasi adalah
ketidakmampuan klien untuk menilai dan berespon terhadap realita. Klien
tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal dan tidak dapat
membedakan antara lamunan dan kenyataan. Tidak mampu berespon secara
akurat sehingga tampak perilau yang sukar dimengerti dan mungkin
menakutkan.
Dapat diambil kesimpulam bahwa halusinasi merupakan respon seseorang
terdapat rangsangan yang tidak nyata (stuart dan sundeen, 1998). Halusinasi
adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang
(stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing,
1987).
B. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadangkadang terhirup bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
C. Tahapan halusinasi, karakteristik, dan perilakuyang ditampilkan
TAHAP
Tahap I
Memberi rasa
nyaman tingkat
ansietas sedang
secara umum,
halusinasi
merupakan suatu
kesenangan
Tersenyum, tertawa
sendiri
Menggerakkan bibir
tanpa suara
Pergerakkan mata
yang cepat
Respon verbal yang
lambat
Diam dan
berkonsentrasi
Tahap II
Menyalahkan
Tingkat kecemasan
berat secara umum
halusinasi
menyebabkan
perasaan antipati
Terjadi peningkatan
denyut
jantung, pernafasan
dan
tekanan darah
Perhatian dengan
lingkungan berkurang
Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori
kerja
Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi
dengan realitas
Perintah halusinasi
ditaati.
Sulit berhubungan
dengan
orang lain.
Perhatian terhadap
lingkungan berkurang
hanya beberapa detik.
Tidak mampu
mengikuti
perintah dari perawat,
tremor dan
Tahap III
Mengontrol
Tingkat kecemasan
berat
Pengalaman
halusinasi tidak
dapat ditolak lagi
KARAKTERISTIK
PERILAKU KLIEN
berkeringat
Tahap IV
Klien sudah
dikuasai oleh
Halusinasi.
Klien panik.
Perilaku panik.
Resiko tinggi
mencederai.
Agitasi atau kataton.
Tidak mampu
berespon
terhadap lingkungan.
BAB III
PROPOSAL KEGIATAN TAK
(TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)
STIMULASI SENSORI PERSEPSI HALUSINASI SESI 5
1. TOPIK
Mengenal manfaat obat
2. TUJUAN
a. Umum
Klien dapat mengontrol halusinasinya
b. Khusus
1) Klien dapat mengontrol halusinasinya
2) Klien dapat memaparkan dengan baik
3. PERAN PERAWAT
a. Leader
1) Menyusun rencana terapi aktivitas kelompok
2) Mengarahkan kelompok sesuai tujuan
3) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok dengan tertib
4) Memotivasi anggota untuk aktif selama kegiatan terapi aktivitas
kelompok
5) Menetralisir masalah yang mungkin timbul pada saat pelaksanaan
b. Co-leader
1) Membuka acara
2) Mendampingi leader
3) Mengambi alih posisi leader jika leader blocking
4) Menyerahkan kembali posisi kepada leader
5) Menutup acara diskusi
c. Fasilotator
1) Memfasilitasi media dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok
2) Mengatur jalannya aktivitas kelompok
3) Membantu kelompok berperan aktif
4) Berperan sebagai role model bagi klien selama proses aktivitas
kelompok
5) Mengantisipasi masalah yang akan terjadi
6) Mmberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya TAK
c. Observer
1) Mengobservasi respon klien
2) Mencatat perilaku klien selama dinamika kelompok
3) Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya
4. PERSIAPAN
a. Kriteria peserta kelompok
1) Klien yang mengalami halusinasi
2) Klien halusinasi yang sudah terkontrol
3) Klien yang dapat diajak kerjasama
4) Klien dapat mengidentifikasi halusinasinya
b. Proses seleksi
1) Berdasarkan observasi dan wawancara
2) Menindak lanjuti asuhan keperawatan
3) Informasi dan keterangan dari klien sendiri dan perawatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama klien
Menyebutkan lima
benar cara minum
obat
Menyebutkan
keuntungan
minum obat
Menyebutkan
akibat tidak patuh
minum obat
Tn.I
Tn.D
Tn.R
Tn.A
Tn.H
Ny.SH
Ny.SJ
Ny.R
Ny. A
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum
obat. Beri tanda (V) jika klien mampu dan beri tanda (X) jika klien tidak
mampu.