Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Meningens
Meningens merupakan selaput atau membran yang terdiri dari connective
tissue yang melapisi dan melindungi otak. Meningens membentang di bawah
lapisan dalam dari tengkorak yang terdiri dari duramater, arachmoideamater dan
piamater yang letaknya berurutan dari superfisial ke profunda. Perikranium yang
masih merupakan bagian dari lapisan dalam tengkorak dan duramater bersamasama disebut juga pachymeningens. Sementara piamater dan arachnoideamater
disebut juga leptomeningens.6
2.1.1
Duramater
Duramater atau pachymeninx dibentuk dari jaringan ikat fibrous. Secara
konvensional duramater ini terdiri dari dua lapis , yaitu lapisan endosteal dan
lapisan meningeal. Lapisan endosteal
Arachnoideamater
Di bawah lapisan duramater, terdapat arachnoideamater. Ruangan yang
Piamater
Di bawah lapisan arachnoideamater terdapat piamater. Ruangan yang
diduga
merupakan
salah
satu
penyebab
timbulnya
progesterone
diekspresikan
pada
80%
wanita
penderita
meningioma dan 40% pada pria. Lokasi ikatan dengan progesterone lebih
jarang pada meningioma yang agresif. Cara kerja reseptor-reseptor ini
masih belum diketahui, namun inhibitor estrogen dan progesterone telah
dicoba sebagai terapi walaupun belum ada bukti keberhasilan.
d. Mutasi genetik
Meningioma diduga timbul melalui proses bertahap yang melibatkan
aktivasi onkogen dan hilangnya gen supresor tumor. Penelitian genetic
molecular telah menunjukan beberapa penyimpangan, yang paling sering
adalah hilangnya 22q pada 80% penderita meningioma sporadic. Hal ini
mengakibatkan hilangnya NF-2 gen supresor tumor yang berlokasi di
22q11 dan berkurangnya produk protein merlin yang bertanggung jawab
terhadap interaksi sel.1 Sel yang memiliki defek pada merlin tidak dapat
mengenali sel sekitarnya dan terus menerus tumbuh. Beberapa kelainan
telah dideteksi pada kromosom lain, dan diduga beberapa onkogen dan
gen supresor tumor terlibat dalam pembentukan meningioma.
2.2.3 Epidemiologi
Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan
frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Meningioma lebih sering dijumpai pada
wanita daripada pria terutama pada golongan umur antara 50-60 tahun dan
memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu
keluarga. Korelasinya dengan trauma kapitis masih dalam pencarian karena belum
cukup bukti untuk memastikannya. Pada umumnya meningioma dianggap sebagai
neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili arachnoid. Sel di medulla
spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak pada tempat
pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks.
Tempat predileksi di ruang kranium supratentorial ialah daerah
parasagitalis. Yang terletak di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal
biasanya gepeng atau kecil bundar. Jika meningioma terletak infratentorial,
kebanyakan didapati di samping medial os petrosum di dekat sudut
serebelopontin. Meningioma spinalis mempunyai kecenderungan untuk memilih
tempat di bagian T.4 sampai T.8. Meningioma yang bulat sering menimbulkan
penipisan pada tulang tengkorak sedangkan yang gepeng justru menimbulkan
hyperostosis.
Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak
yang terganggu. Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20%
WHO
bertujuan
untuk
memprediksi
perbedaan
korelasi
klinikopatologis
yang
signifikan.
Berdasarkan
tingkat
keganasannya meningioma dibagi menjadi 3, yaitu jinak (WHO grade 1), atipikal
(WHO grade 2), dan anaplastik (WHO grade 3).
invasi otak belum dihubungkan dengan perubahan genetik tertentu, namun telah
dilaporkan terjadi pada tumor tanpa ketidakseimbangan kromosom yang jelas.3
Dengan
demikian,
diagnosis
dari
meningioma
atipikal
10
11
Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang
berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinalis
setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis
dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding
dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
12
13
otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut Leaven
gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini. Gejala-gejala ini tirnbul
akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak, antar hemisfer atau dari otak
kedalam tumor.
1) Sakit Kepala
Merupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas, dapat
umum atau terlokalisir pada daerah yang berlainan. Hal ini sudah lazim walaupun
tidak dikaitkan dengan meningkatnya tekanan intrakranial. Meningioma Intra
Ventrikuler seringkali mengalami sakit kepala dan peningkatan tekanan
intrakranial, karena meningioma di tempat tersebut dapat bergerak dan dapat
mengadakan penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis. Sakit kepala
tersebut bersifat unilateral dan gejala-gejala ini mungkin hilang timbul. Selain
sakit kepala juga disertai mual dan muntah-muntah.
2) Kejang
Didapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang terutama pada
meningioma parasagittal dan lobus temporalis. Adanya kejang ini akan
memperkuat diagnosa.
3) Gangguan Mata
Gangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :
a) penurunan visus
b) papil oedema
c) nystagmus
d) gangguan yojana penglihatan
e) gangguan gerakan bola mata
f) exophthalmus.
4) Hemiparese
Lebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan. tumortumor intrakranial yang lain. 10% dari kasus meningioma didapati kelumpuhan
14
fokal, Crose dkk mendapatkan tiga dari 13 kasusnya dengan hemi parese disertai
gangguan sensoris dari N V.
5) Gangguan mental
Sering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan pula
dengan lokalisasi dari tumor.Dilaporkan 13% dari kasus-kasus RAAF (29) dengan
gangguan mental. Gejala mental seperti: dullness, confusion, stupor merupakan
gejala-gejala yang paling sering.
Disamping gejala-gejala tersebut di atas juga sering didapatkan gangguan
saraf otak (nervus cranialis) terutama yang paling sering dari kasus-kasus Grouse
yaitu N II, V, VI, IXdan X. Gejala yang menarik adalah adanya Intermittent
cerebral symptoms. Pada 219 penderita dengan meiiingioma supra tentorial
didapatkan ganggnan fungsi serebral yang mendadak intermitten dan sementara
dapat beberapa raenit atau lebih dari sehari. Gejala-gejala dapat berapa afasia,
kelumpuhan dari muka dan lidah, hemi plegia, vertigo, buta, ataxia, hallusinasi
(olfaktoris) dan kejang-kejang. Setengah dari kasus-kasus ini gangguan fungsi
serebral berulang-ulang, karena terjadi pada usia lanjut maka seringkali diagnosa
membingungkan dengan suatu infark otak atau insuffuiensia serebrovaskuler,
migrain, dan multiple sclerosis. Pada umumnya C.V.A. dapat dibedakan dengan
tumor intrakranial dengan adanya gejala-gejala yang mendadak dan perlahanlahan diikuti dengan kemajuan dari gejala-gejala neurologis. Bermacam-macam
gejala eurologis yang paling sering menimbulkan kesalahan diagnosa.
6) Tanda-tanda yang menyesatkan (False Localizing Signs = FLS)
FLS dari tumor-tumor intrakranial adalah tanda-tanda yang tidak
semuanya berhubungan dengan gangguan fungsi pada tempat tumor tersebut.
Biasanya terlihat sebagai gejala fokal dari tempat-tempat yang jauh dari tumor di
mana hal ini dapat membingungkan untuk menentukan lokalisasi tumor tersehut.
Seperti biasanya diagnosa klinik ditegakkan dari Icumpulan/tanda-tanda, tetapi
kurangnya pengetahuan akan FLS menyebabkan kesalahan-kesalahan pada
diagnosa, apabila pada kasus-kasus yang tanda-tandanya tidak jelas. Dari 250
kasus meningioma intrakranial didapatkan 101 kasus dengan FLS. Diagnosa yang
salah karena gejala-gejala yang tidak jelas disertai adanya FLS. Gejala-gejala
15
yang tidak jelas dapat disebabkan oleh karena adanya Silent area di mana tumortumor itu pada permulaannya tidak menunjukkan gejala-gejala. Yang termasuk
silent area: parasagital anterior, konveksitas frontal dan intraventrikuler.
16
Gejala lain yang muncul ditentukan oleh lokasi tumor, dan biasanya
disebabkan oleh kompresi atau penekanan struktur neural penyebab.5
-
bawah.5
Meningioma konveksitas, terjadi pada permukaan atas otak. Gejala
meliputi kejang, nyeri kepala hebat, defisit neurologis fokal, dan
perubahan kepribadian serta gangguan ingatan. Defisit neurologis fokal
merupakan gangguan pada fungsi saraf yang mempengaruhi lokasi
tertentu, misalnya wajah sebelah kiri, tangan kiri, kaki kiri, atau area kecil
lain seperti lidah. Selain itu dapat juga terjadi gangguan fungsi spesifik,
misalnya gangguan berbicara, kesulitan bergerak, dan kehilangan sensasi
rasa.5
Meningioma sphenoid, berlokasi pada daerah belakang mata dan paling
sering menyerang wanita. Gejala dapat berupa kehilangan sensasi atau rasa
baal pada wajah, serta gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan disini
dapat berupa penyempitan lapangan pandang, penglihatan ganda, sampai
17
Meningioma tentorial. Gejala yang timbul berupa sakit kepala dan tanda-
tanda serebelum.1
Meningioma foramen magnus, seringkali menempel dengan nervus
kranialis. Gejala yang timbul berupa nyeri, kesulitan berjalan, dan
2.2.6 Diagnosis
Meningioma sering baru terdeteksi setelah muncul gejala. Diagnosis dari
meningioma dapat ditegakan berdasarkan manifestasi klinis pasien dan gambaran
radiologis. Meskipun demikian, diagnosis pasti serta grading dari meningioma
hanya dapat dipastikan melalui biopsi dan pemeriksaan histologi.5
Beberapa sarjana menyatakan bahwa perubahan-perabahan dari X-foto
skull pada meningioma 22,5% adalah normal, 75,5% abnormal. Kelainan
radiologis tersebut adalah:
a. Hyperostosis : 25% - 44,1 %
b. Pembesaran dari canalis yang dilalui oleh arteri meningiamedia (foramen
Spinosum): 25%
c. Pengapuran dari tumor : 3% 20%
d. Kerusakan dari tulang : 1,5% -16,1%
18
dan
kalsifikasi
tumor
teratama
Psammomatous merupakan
19
20
21
Pada MRI, tumor terlihat isointens pada 65% kasus dan hipointens pada
sisanya jika dibandingkan dengan jaringan otak normal. 1 Kelebihan MRI adalah
mampu memberikan gambaran meningioma dalam bentuk resolusi 3 dimensi,
membedakan tipe jaringan ikat, kemampuan multiplanar dan rekonstruksi. MRI
dapat memperlihatkan vaskularisasi tumor, pembesaran arteri, invasi sinus
venosus, dan hubungan antara tumor dengan jaringan sekitarnya.
Angiografi secara khusus mampu menunjukan massa hipervaskular,
menilai aliran darah sinus dan vena. Angiografi dilakukan hanya jika direncakan
dilakukan
embolisasi
preoperasi
untuk
mengurangi
resiko
perdarahan
intraoperatif.1
Gambaran radiografi yang tidak khas seperti kista, perdarahan, dan
nekrosis sentral seringkali menyerupai gambaran glioma dan muncul pada sekitar
15% kasus meningioma. Meningioma malignan sering menunjukan gambaran
destruksi tulang, nekrosis, gambaran iregular, dan edema yang luas. Diagnosis
banding secara radiografi meliputi metastasis dural, tumor meningeal primer lain,
granuloma dan aneurisma. Metastasis seringkali dikaitkan dengan edema luas dan
destruksi tulang sementara meningioma dikaitkan dengan edema sedang dan
hiperostosis.1
2.2.7 Penatalaksanaan
Setelah diagnosis meningioma dapat ditegakan, permasalahan berikutnya
adalah memutuskan diperlukan tindakan pembedahan atau tidak. Beberapa
meningioma sering timbul tanpa gejala, hadir tiba-tiba dengan kejang, atau
melibatkan struktur tertentu sehingga reseksi hampir mustahil dilakukan. Tumor
jenis ini tidak memerlukan intervensi segera dan dapat dipantau bertahun-tahun
tanpa menunjukan pertumbuhan yang berarti. Jika pasien menunjukan gejala yang
signifikan seperti hemiparesis, atau ada progresi yang jelas terlihat melalui
pencitraan radiologi, maka diperlukan intervensi segera. Sampai saat ini,
penatalaksanaan yang paling penting adalah dengan pembedahan.1
a. Pembedahan
22
23
Simpson
Completeness of Resection
10-year
Grade
Grade I
Recurrence
9%
Grade II
19%
Grade III
29%
Grade IV
subtotal resection
40%
b. Radioterapi
Indikasi dilakukannya terapi radiasi adalah tumor residual / sisa setelah
tindakan pembedahan, tumor berulang, dan riwayat atipikal atau malignan.
Radioterapi digunakan sebagai terapi primer jika tumor tidak dapat dicapai
melalui pembedahan atau ada kontraindikasi untuk dilakukan pembedahan.
Regresi total terlihat pada 95% pasien dalam 5 tahun pertama dan 92% dalam 10
dan 15 tahun setelah dilakukan radioterapi dengan atau tanpa eksisi subtotal.
Angka regresi tumor untuk 10 tahun pada pasien yang dilakukan kombinasi
reseksi subtotal dan radiasi adalah 82%, sementara pada pasien yang hanya
dilakukan reseksi subtotal adalah 18%. Waktu kekambuhan sekitar 125 bulan pada
pasien yang mendapat terapi kombinasi dan 66 bulan pada pasien yang menjalani
reseksi subtotal saja. Pada tumor malignan, angka harapan hidup 5 tahun setelah
pembedahan dan radiasi adalah 28%. Angka kekambuhan tumor maligna adalah
90% setelah reseksi subtotal dan 41% setelah terapi kombinasi.1
c. Terapi Medikamentosa
Interferon saat ini sedang diteliti sebagai inhibitor angiogenesis. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang
mensuplai tumor. Interferon dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami
kekambuhan dan meningioma maligna. Hidroxyurea dan obat-obat kemoterapi
lain diyakini dapat memulai proses kematian sel atau apoptosis pada sebagian
meningioma. Namun pada uji coba klinis, obat ini dianggap gagal karena
meningioma bersifat kemoresisten. Inhibitor dari receptor progesteron seperti RU486 juga sedang dievaluasi sebagai pengobatan untuk meningioma. Namun
24
25
26