Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit Parkinson merupakan sekelompok kondisi gangguan gerak. Hal ini ditandai
dengan kekakuan otot, tremor, perlambatan gerakan fisik (bradikinesia) dan, dalam kasus yang
ekstrim, hilangnya gerakan fisik (akinesia). Gejala utama adalah hasil dari stimulasi penurunan
korteks bermotor oleh ganglia basal, biasanya disebabkan oleh kurangnya pembentukan dan aksi
dopamin, yang dihasilkan dalam neuron dopaminergik dari otak. Gejala sekunder dapat
mencakup disfungsi kognitif tingkat tinggi dan masalah bahasa halus. Penyakit Parkinson
bersifat kronis dan progresif.
Penyakit Parkinson adalah penyebab paling umum dari parkinsonisme progresif kronis,
sebuah istilah yang mengacu pada sindrom tremor, kekakuan, bradykinesia dan instabilitas
postural. Penyakit Parkinson juga disebut "parkinson primer" atau "Penyakit Parkinson
idiopatik" (klasik berarti tidak memiliki diketahui penyebabnya meskipun istilah ini tidak
sepenuhnya benar dalam terang kebanyakan mutasi genetik yang baru ditemukan). Sementara
banyak bentuk parkinson adalah "idiopatik", kasus "sekunder" mungkin hasil dari keracunan
terutama obat-obatan, trauma kepala, atau gangguan kesehatan lainnya.
Penyakit parkinson lebih banyak pada pria dengan rasio pria dibandingkan wanita 3:2,
dialami pada umur lanjut dan jarang terjadi di bawah usia 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada
usia 40-70 tahun, dan mencapai puncak pada dekade ke-enam.
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan referat ini antara lain.
1. Memberikan informasi tentang pengertian Penyakit Parkinson
2. Memberikan informasi tentang manifestasi klinis dan diagnosis Penyakit Parkinson
3. Memberikan informasi tentang penatalaksanaan kasus Penyakit Parkinson.
1.3. Manfaat
Diharapkan referat ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang Penyakit
Parkinson, baik bagi penulis maupun bagi akademisi yang ingin mempelajari tentang Penyakit
Parkinson.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan yaitu Penyakit Parkinson dan
Parkinsonism
2.1.1 Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sistem ekstrapiramidal yang
merupakan bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh adanya degenerasi
ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang disertai adanya inklusi
sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies).
2.1.2 Parkinsonism: adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai
macam sebab.
2.2. Epidemiologi
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak
dialami pada umur lanjut dan jarang terjadi di bawah usia 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada
usia 40-70 tahun, dan mencapai puncak pada dekade ke-enam.
Penyakit parkinson yang mulai muncul sebelum usia 20 tahun disebut sebagai Juvenile
Parkinsonism. Penyakit parkinson lebih banyak pada pria dengan rasio pria dibandingkan wanita
3:2. Penyakit parkinson meliputi lebih dari 80% parkinsonism. Di amerika utara meliputi 1 juta
penderita atau 1% dari populasi berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit parkinson mempunyai
prevalensi 160 per 100.000 populasi. Keduanya meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
Pada umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per 100.000
populasi per tahun. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan
200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita diatas 50 tahun dengan rentang usia 18-80
tahun. Kematian biasanya tidak disebabkan oleh penyakit parkinson sendiri tetapi oleh karena
terjadinya infeksi sekunder.
2.3. Etiologi
Sejauh ini etiologi Penyakit Parkinson tidak diketahui (idiopatik) Berbagai teori
mengemukakan bahwa usia lanjut, keturunan (genetik) dan lingkungan merupakan faktor risiko
yang tidak dapat diabaikan. Beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah diidentifikasi,
yaitu:
(a) Usia: meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun.
(b) Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika.
(c) Genetik: diduga ada peranan faktor genetik.
(d) Lingkungan:
Infeksi
(e) Cedera kranioserebral: peranan cedera kranio serebral masih belum jelas.
(f) Stress emosional: diduga juga merupakan faktor resiko.
2.4. Patofisiologi
Penyakit Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang mengakibatkan kematian sel
terutama pada daerah substantia nigra sebesar 40-50% yang disertai adanya inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy bodies) akibat multifaktorial. Gejala Penyakit Parkinson baru akan muncul
bila kerusakan sel neuron dopaminergik telah mencapai 80 % dari substantia nigra.
Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung
neuromelanin di dalam batang otak, khususnya di substansia nigra pars kompakta, yang menjadi
terlihat pucat dengan mata telanjang. Walaupun keadaan inilah yang sangat mempengaruhi
keadaan penyakit Parkinson, tetapi ditemukan juga kerusakan sel neuron di tempat lain seperti
noradrenergik di locus cureleus, dopaminergik di ventral tegmentum, thalamus, hipothalamus,
serotonergik di raphe nukleus. Kerusakan sel neuron ini akan mengakibatkan gejala yang sesuai
dengan kekurangan neurotransmiter yang seharusnya diproduksi.
Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf nigrostriatum
akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di dendrit
output neuron striatum. Output striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau
substansia nigra pars retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek
berkaitan dengan reseptor D2 . Maka bila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada
kelainan gerakan.
Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra pars
kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap reseptor
D1 maupun D2. Gejala Penyakit Parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel saraf
dopaminergik rusak dan dopamin berkurang 80%.
Reseptor D1 yang eksitatorik tidak terangsang sehingga jalur direk dengan
neurotransmitter GABA (inhibitorik) tidak teraktifasi. Reseptor D2 yang inhibitorik tidak
terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen ke globus palidus segmen eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi inhibitorik terhadap globus palidus segmen
eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi dari saraf GABA-ergik dari globus palidus segmen ekstena
ke nukleus subtalamikus melemah dan kegiatan neuron nukleus subtalamikus meningkat akibat
inhibisi.
Dari penjelasan diatas dapat dirangkumkan bahwa penyakit Parkinson yang ditandai
dengan hilangnya neuron dopaminergik pada substansia nigra, disertai neuron serotonergik dan
noradrenergik, akan mengakibatkan deplesi neurotransmiter dopamin, serotonin dan
noradrenalin, yang selanjutnya mendasari timbulnya gejala klinik disabilitas, depresi, gangguan
kognisi. Hal ini pada akhirnya diduga akan mempengaruhi kualitas hidup penderita Parkinson
disamping faktor umur, budaya, dan dukungan sosial.
2.5. Klasifikasi
2.5.1 Idiopatik (primer)
(a) Penyakit parkinson
(b) Juvenille parkinsonism
2.5.2. Simptomatik (sekunder)
(a). Infeksi dan pasca-infeksi
(b). Pasca ensefalitis (ensefalitis letargika), slow virus
(c). Toksin
1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihydroxypiridine (MPTP), CO, Mn, Mg, C2, metanol,
etanol, sianid
(d). Obat:
Neuroleptik (antipsikotik), antiemetik, reserpin, tetrabenazine, lithium, flunarisin,
sinarisin
(e). Vaskular: multiinfark serebral
(f). Trauma kranioserebral (pugilistic encephalopathy)
(g). Lain-lain
Hipoparatiroidea, degenerasi hepatoserebral, tumor otak, siringomielia
2.5.3. Parkinsonism Plus (Multiple system degeneration)
(a). Progresif supranuklear palsi
(b). Atrofi multi sistem
Degenerasi olivopontoserebelar, sindroma Parkinsonsm-amiotrofi
(c). Degenerasi ganglionik kortikobasal.
(d). Sindroma demensia
Penyakit Lewy bodies difus, penyakit alzheimer
(e). Hidrosefalus tekanan normal
(f). Kelainan herediter
Penyakit Huntington, Penyakit Wilson, Parkinsonsm familial dengan neuropati
perifer
2.5.4. Penyakit heredodegeneratif:
Gejala parkinsonism menyertai penyakit-penyakit yang diduga berhubungan
dengan penyakit neurologi lain yang faktor keturunan memegang peranan peran sebagai
etiologi.
(a). Seroid-lipofusinosis
6
Laten
Tremor saat istirahat
Tremor yang bertahan saat istirahat
Tremor saat gerak disamping adanya tremor istirahat
7
(b). Rigiditas
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis
dan otot protagonis dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas
motoneuron otot protagonis dan otot antagonis sewaktu gerakan.
Meningkatnya aktivitas alfa motoneuron pada otot protagonis dan otot
antagonis menghasilkan rigiditas yang terdapat pada seluruh luas
gerakan dari ekstremitas yang terlibat.
(c). Akinesia/Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi
berkurang misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan,
lamban mengenakan pakaian atau mengkancingkan baju, lambat
mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak bibir dan lidah menjadi
lamban. Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta
mimik dan gerakan spontan berkurang sehingga wajah mirip topeng,
kedipan mata berkurang, menelan ludah berkurang sehingga ludah
keluar darimulut.
Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari
impuls optik sensorik, labirin , propioseptik dan impuls sensorik lainnya
di ganglia basalis. Hal ini mengakibatkan perubahan pada aktivitas
refleks yang mempengaruhi alfa dan gamma motoneuron.
impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu
kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
Gambaran motorik:
Distonia
Distonia pagi hari biasa pada ibu jari
Hemidistonia
Rasa kaku
Sulit memulai gerak
Rasa kaku saat berjalan dan memutar mengikuti garis
Rasa kaku pada kegiatan lain (bicara: palilalia) dan menulis
Suara monoton
Oculogyric crises spasme berupa elevasi mata, atau kombinasi elevasi mata dan
kepala
2.6.2.2. Perjalanan penyakit.
Perjalanan penyakit diukur sesuai dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr (Hoehn
and Yahr Staging of Parkinsons Disease)
(1) Stadium Satu
(a). gejala dan tanda pada satu sisi
(b). terdapat gejala yang ringan
(c). terdapat gejala yang mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan
(d). biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak
(e). gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)
(2) Stadium Dua
(a). terdapat gejala bilateral
(b). terdapat kecacatan minimal
(c). sikap/cara berjalan terganggu
(3) Stadium Tiga
(a). gerak tubuh nyata melambat
(b). keseimbangan mulai terganggu
(c). disfungsi umum sedang
(4) Stadium Empat
(a). terdapat gejala yang lebih berat
(b). masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu
(c). rigiditas dan bradikinesia
(d). tidak mampu hidup sendiri
(e). tremor dapat berkurang dibanding stadium sebelumnya
(5) Stadium Lima
(a). stadium kakhetik (cachetic stage)
(b). kecacatan total
(c). tidak mampu berdiri dan berjalan
(d). memerlukan perawatan tetap
2.7. Diagnosis
2.7.1. Kriteria diagnostik berdasar National Institute of Neurological Disorders and Stroke
(NINDS):
Group A (Gejala khas penyakit Parkinson)
Resting tremor
Bradikinesia
Rigiditas
Onset asimetris
Group B (Kriteria diagnosis alternative)
Manifestasi klinis yang tidak biasa di awal penyakit
Instabilitas postural dalam 3 tahun pertama setelah timbulnya gejala
Freezing fenomena dalam 3 tahun pertama
Halusinasi yang tidak terkait dengan pengobatan dalam 3 tahun pertama
Demensia yang mendahului gejala motorik atau terdapat pada tahun pertama
Supranuclear gaze palsy
Disautomonia simptomatik yang tidak terkait medikasi
Adanya kondisi yang dapat menimbulkan gejala parkinsonism (lesi otak fokal atau
penggunaan obat-obatab neuroleptika dalam 6 bulan terakhir
Kriteria definitive penyakit Parkinson
Seluruh kriteria yang menunjang Parkinson telah dijumpai
Konfirmasi histopatologi saat dilakukannya otopsi
Kriteria probable penyakit Parkinson
Ditemukan setidaknya 3 dari 4 kriteria grup A
Tidak terdapat salah satu criteria dalam grup B
Respons terhadap levodopa ataupun dopamine agonis yang lamban
Kriteria possible penyakit Parkinson
Setidaknya 2 dari 4 kriteria grup A dijumpai
Tidak terdapat salah satu criteria dalam grup B
Respons terhadap levodopa ataupun dopamine agonis yang sangat lamban
2.7.2. Tanda Khusus
Meyersons sign:
- Tidak dapat mencegah mata berkedip-kedip bila daerah glabela diketuk berulang
- Ketukan berulang (2x/detik) pada glabela membangkitkan reaksi berkedip-kedip
(terus menerus).
2.7.3. Diagnosis Banding
(a). Tremor esensial
(b). Penyakit bingswanger
(c). Hidrosefalus bertekanan normal
(d). Progressif supranuklear palsi
(e). Degenerasi striatonigra
(f). Depresi hipokinetik
(g). Parkinsonism akibat obat-obatan
10
2.9.2. Medikamentosa:
(a). Antagonis NMDA
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.
Amantadin 100-300 mg/hari
(b). Anti kholinergik
Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk
mengaluskan pergerakan.
Benztropine mesylate 1-8 mg/hari
Biperiden 3-6 mg/hari
Chlorphenoksamine 150-400 mg/hari
Cycrimine 5-20 mg/hari
Orphenadrine 150-400 mg/hari
Procyclidine 7,5-30 mg/hari
Trihexyphenidil 3-15 mg/hari
Ethopromazine 30-60 mg/hari
(c). Dopaminergik
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam
otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine
pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa
dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron
dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek
samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan
L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor,
membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.
Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara
normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya &
mengurangi efek sampingnya.
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak,
maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk
maksud ini dapat digunakan karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin dan
karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih banyak
levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian dikonversi
menjadi dopamine di otak.
Carbidopa + Levodopa 10/100 mg, 25/100 mg, 25/250 mg/hari
Benserazide + Levodopa 50/100 mg/hari
12
14
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai
berikut:
(a). Abnormalitas gerakan
(b). Kecenderungan postur tubuh yag salah
(c). Gejala otonom
(d). Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living)
(e). Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
(a). Terapi Fisik ROM (range of motion)
Peregangan
Koreksi postur tubuh
Latihan koordinasi
Latihan jalan (gait training)
Latihan buli-buli dan rectum
Latihan kebugaran kardiopulmonar
Edukasi dan program latihan di rumah
(b). Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal pelaksanaan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
(c). Terapi wicara
Membantu penderita parkinson dengan memberikan program latihan pernafasan
diafragma, evaluasi menelan, latihan disartria, latihan bernafas sebelum bicara.
Latihan ini dapat memperbaiki volume berbicara, irama, dan artikulasi.
(d). Psikoterapi
(e). Terapi sosial medik
(f). Orthotik Prosthetik
Membantu penderita parkinson yang mengalami ketidakstabilan postural, dengan
membuatkan alat bantu jalan seperti tongkat atau walker.
2.10. Komplikasi
2.10.1. Hipokinesia
Atrofi/kelemahan otot sekunder
Kontraktur sendi
Deformitas: kifosis, skoliosis
Osteoporosis
2.10.2. Gangguan Fungsi Luhur
Afasia
Agnosia
Apraksia
2.10.3. Gangguan Postural
15
Perubahan kardio-pulmonal
Ulkus dekubitus
Jatuh
2.10.4. Gangguan Mental
Gangguan pola tidur
Emosional
Gangguan seksual
Depresi
Bradifrenia
Psikosis
Demensia
2.10.5. Gangguan Vegetatif
Hipotensi postural
Inkontinensia urin
Gangguan keringat
2.11. Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan
perjalanan penyakit sampai saat ini belum bisa dihentikan. Tanpa perawatan, gangguan yang
terjadi menjadi berkembang lebih lanjut secara progressif sehingga kualitas hidup pasien
berkurang karena ketidakmampuan untuk mengurus diri sendiri, dapat disertai dengan
ketidakmampuan fungsi otak general dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan,
gangguan pada setiap pasien berbeda-beda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi, dan
perluasan gejala berkurang. Akan tetapi, harus diperhatikan juga efek samping dari pemberian
obat, karena dapat menimbulkan penyakit yang parah.
Penyakit Parkinson tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal dengan sendirinya, tapi
berkembang dengan waktu. Harapan hidup rata-rata pasien Penyakit parkinson pada umumnya
lebih rendah daripada orang yang tidak memiliki penyakit. Pada tahap akhir Penyakit Parkinson
dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumonia, dan jatuh yang dapat menyebabkan
kematian.
Perkembangan gejala pada Penyakit parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau lebih.
Pada beberapa orang, namun, penyakit berlangsung lebih cepat. Tidak ada cara untuk
memprediksi apa saja penyakit akan mengambil untuk seorang individu. Dengan perawatan yang
tepat, kebanyakan orang dengan Penyakit parkinson dapat hidup produktif selama bertahuntahun setelah diagnosis.
16
BAB 3. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat dirangkumkan bahwa penyakit parkinson yang ditandai
dengan hilangnya neuron dopaminergik pada substansia nigra, disertai neuron serotonergik dan
noradrenergik, akan mengakibatkan deplesi neurotransmiter dopamin, serotonin dan
noradrenalin, yang selanjutnya mendasari timbulnya gejala klinik disabilitas, depresi, gangguan
kognisi. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hidup penderita Penyakit Parkinson
disamping faktor umur, budaya, dan dukungan sosial.
17
DAFTAR PUSTAKA
Earhart, G. M., Ellis, T., and Niewboer. A. 2011. Rehabilitation and Parkinsons Disease.
Hindawi Publishing Corporation: Parkinsons Disease volume 2012, article ID 371406.
Ganong, William F., and Mcphee, Stephen J. 2011. Patofisiologi Penyakit Edisi 5. Penyakit
Parkinson. Jakarta. EGC. Hal 188-189.
Gilroy, J : Movement disorders. In : Basic Neurology. Third edition. McGrawHill Co , 2000 : 149 199.
Idrus MF. Depresi pada Penyakit Parkinson. Cermin Dunia Kedokteran,
2007;34 : 130-35.
Kelompok Studi Gangguan Gerak PERDOSSI: Konsensus Tatalaksana Penyakit
Parkinson . Edisi Revisi , 2003.
Kristina, A. M. 2011. Jurnal. Penyakit Parkinson. Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia.
Moore DJ, West AB, Dawson VL, Dawson TM. Molecular Pathophysiology of
Parkinsons Disease. Annu Rev. Neurosci. 2005; 28: 57-87.
National Institute of Health (NIH). 2004. Parkinsons Disease: Challenges, Progress, and
Promise. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. USA: NIH Publications
No. 05-559.
Olanow C.W, Tatton W.G. Etiology and pathogenesis of parkinsons disease.
Annu. Rev. Neurosci.1999; 22: 123 44.
Parkinsons disease. 2013. www.ninds.nih.gov diakses tanggal 28 Mei 2013.
Parkinson Disease Foundation. 2013. http://www.pdf.org/ diakses tanggal 28
mei 2013.
Silitonga, R. 2007. Jurnal Tesis: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup
Penderita Penyakit Parkinson Di Poliklinik Saraf Rs Dr Kariadi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Sudoyo, A. W., Alwi I., Setiati, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
World Health Organization (WHO). 2006. Neurological Disorders, Public Health Challenges.
Switzerland: WHO Press.
18
OBAT-OBAT
ANTIKHOLINERGI
19
Efek samping:
Mulut kering, penglihatan kabur (midriasis), glaucoma, aritmia
jantung, konstipasi, retensio urin, agitasi, kognisi menurun
Benztropine mesylate
1-8 mg per hari
Biperiden
3-6 mg per hari
Chlorphenoksamin
150-400 mg per hari
Cycrimine
5-20 mg per hari
Orphenadrine
150-400 mg per hari
Procyclidine
7,5-30 mg per hari
Trihexyphenidyl
3-15 mg per hari
Ethoproprazine
30-60 mg per hari
Kontraindikasi:
Hipertrofi prostast (BPH), glaukoma
Kontraindikasi:
Hipertrofi prostast (BPH), glaukoma
Kontraindikasi:
Hipertrofi prostast (BPH), glaukoma
Kontraindikasi:
Hipertrofi prostast (BPH), glaukoma
Kontraindikasi:
Hipertrofi prostast (BPH), glaukoma
Kontraindikasi:
Hipertrofi prostast (BPH), glaukoma
Kontraindikasi:
Hipertrofi prostast (BPH), glaukoma
Kontraindikasi:
Hipertrofi prostast (BPH), glaukoma
DOPAMINERGIK+
DEKARBOKSILA
SE INHIBITOR
Carbidopa+Levodopa
10/100, 25/100,
25/250 mg per hari
Benserazid + Levodopa
50/100 mg per hari
Diskinesia
End of dose wearing-off phenomenon
Biphasic dose response
Nausea, vomitus
Vivid dream
Ansietas, agitasi, bingung, delusi, halusinasi visual,
psikosis
7. Dll
Efek samping tidak berhubungan dengan dosis: on-off
DOPAMINE
phenomenon
AGONIST
Anorexia, mual, muntah, konstipasi, hipotensi postural,
20
Pergolide mesylate
0,75-5 mg per hari
Cabergoline
0,5-5 mg per hari
Pramipexole
1,5-4,5 mg per hari
Ropinirole
0,75-2,4 mg per hari
Apomorphine
10-80 mg per hari
COMT (Catechol-O-
Efek samping:
Mual, muntah, tegang, sedasi, menguap (yawning), hipotensi
21
Methyl Transferase
Inhibitors)
Entacapone
200-1600 mg per hari
Tolcapone
300-600 mg per hari
MAO-B
(Mono Amine OxidaseB) inhibitor
ANTIOKSIDAN
Asam askorbat (Vit. C)
500-1000 mg per
hari
Betakaroten (pro vit.A)
postural.
Kontraindikasi:
Depresi pernafasan / susunan saraf pusat, sensitive terhadap
morfin dan derivatnya, gangguan psikiatrik, demensia
(Alzheimer dan multiinfark dementia).
Diskinesia, diare, mual, muntah, hipotensi, gangguan faal hati.
4000 IU/hari
Diskinesia, hipotensi postural, mual, muntah, pusing, ansietas,
mulut kering, gangguan faal hepar, bingung
22