Professional Documents
Culture Documents
PEMETAAN
1. PENDAHULUAN
Definisi : Peta adalah sarana guna memperoleh infomasi ilmiah mengenai
keadaan permukaan bumi dengan cara menggambar berbagai tanda dan
keterangan sehingga mudah dibaca dan di mengerti.
Dalam Ilmu Ukur Tanah, kita mengenal peta tranches yaitu peta yang
dilengkapi dengan garis kontur (garis tinggi) yang menunjukkan ketinggian suatu
tempat, situasi dan sebagainya. Peta tersebut biasanya digunakan untuk
pembangunan.
Jadi
jenis
peta
ada
bermacam-macam
tergantung
dari
penggunaannya.
suatu
perbandingan
tertentu
dengan
keadaan
tertentu,
perbandingan itu disebut skala. Ada beberapa macam skala dari peta
misalnya 1 : 1000 artinya 1 cm dipeta sama dengan 1000 cm dilapangan.
Pemilihan skala peta tergantung daripada maksud dan penggunaan dari
peta, hal ini karena menyangkut masalah ketelitian yang didapat dari hasil
pengukuran. Oleh karena itu skala peta harus ditentukan terlebih dahulu
sebelum penggambaran dimulai.
b. Kontur
Garis kontur adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang
mempunyai ketinggian sama. Ketinggian antara dua kontur disebut
interval kontur dan jarak horizontal antara kedua kontur tersebut kita bisa
menentukan kecuraman suatu lereng. Sedangkan ketinggian (elevasi) dari
sembarang titik yang terletak antara kedua kontur bisa kita tentukan
dengan cara interpolasi. Pada peta, garis kontur merupakan garis yang
tertutup atau garis yang tidak boleh berhenti kecuali pada tepi peta.
Umumnya pada setiap lima garis kontur digambarkan dengan garis yang
lebih tebal dari yang lain (lihat contoh Gb. 2). Pada garis-garis kontur yang
teratur dan dekat jaraknya maka garis kontur diberi angka ketinggian
hanya terbatas pada kontur yang berjauhan jaraknya (lihat contoh Gb. 1).
12
11
10
Gb. 1. Garis kontur diberi angka ketinggian hanya terbatas pada kontur yang berjauhan araknya.
Gb. 2. Setiap lima garis kontur digambarkan dengan garis yang lebih tebal
30
25 20
15
10
c. Poligon
Maksud dilakukan pengukuran polygon adalah untuk menentukan arah
dan kedudukan titik-titik yang diukur.
Perhitungan polygon tertutup terbagi dalam:
1. Perhitungan sudut dan jarak
2. Perhitungan azimuth
3. Perhitungan koordinat
CP 2
CP 3
CP 1
: Sudut luar
: Sudut dalam
CP 4
BM
azmuth
dapat
dihitung
bila
sudut-sudut
yang
No.
Azimuth
Jarak
DSin
DCos
Koreksi
Koreksi
TItik
()
(D)
(DX)
(DY)
X (X)
Y(Y)
Titik
BM
DSin
DCos
Xp
Yp
BM
Cp1
D1
D1Sin
D1Cos
X1
Y1
XpDX
YpDY
CP1
X1
Y1
X1DX
Y1DY
X2
Y2
Xn-1
Yn-1
Cp2
(n-1)
D2
Dn
D2Sin
DnSin
D2Cos
DnCos
X2
Xn-1
Y2
Yn-1
Koordinat
No.
CP2
CP
(n-1)
n=BM
Xn
Yn
Xn-1DX
Yn-1DY
Xn
Xn
X dan
(X, Y)
X1
D1
1n D Sin Untuk absis
1n D
Y1
D1
1n D Cos Untuk ordinat
n
1 D
N=BM
Dimana, X1 dan Y1
1n D
1n D Sin
1n D Cos
= Xp
X1
= Xp D Sin X1
X2
= X1 D Sin X2
X(n-1)
Xn
Oleh karena Xn = XBM = Xp maka harga X tersebut harus sama dengan Xp.
Demikian pula untuk perhitungan ordinat Yp identik seperti diatas, jadi
harga-harga X1, X2, X(n-1), Xn dan Y1, Y2, Y(n-1), Yn yang didapat dari
perhitungan adalah saling berkaitan, hingga akhirnya Xn = Xp dan
Yn = Yp. Toleransi atau limitasi kesalahan dalam praktikum ini (Sx atau
Sy) tidak melebihi 1m. Dalam pengukuran yang sesungguhnya toleransi
kesalahan ini berfariasi tergantung dari pengadaan peta, sebagai contoh
adalah sebagai berikut:
Panjang rata-rata
imbangan kesalahan
penutup (skala peta)
700 m 1000 m
8 x n
1 : 20000
400 m 700 m
10 x n
1 : 10000
200 m 400 m
15 x n
1 : 5000
100 m 200 m
20 x n
1 : 3000
A
H = Elevasi titik A
muka air laut sebagai bidang referensi
1. Metode dan jenis waterpass
a. Penentuan beda tinggi antara dua titik
belakang
muka
H = H B - HA
HA
A
HB
B
Gb. 6. Waterpass dengan instrument ditengah antara 2 titik
Selisih tinggi antara titik A dan titik B adalah sebesar
H. Arah bidikan
= BT Belakang BT muka
Jika hasil positif maka kondisi permukaan tanah dari titik A ke titik B
naik, sebaliknya bila H negative maka titik A ke titik B turun.
Pembacaan dilakukan melalui rambu-rambu ukur yang dapat dilihat dari
= BT Belakang BT muka
HB
HA
Pesawat
H
= HA - HB
HA
HB
TB=BT B
B
TP=BT
A
Tgv =TP + TA
TB = tgv - BT
Pengukuran cara ini dipakai untuk pengukuran titik detail/kipas yang akan
diuraikan kemudian. Cara lain untuk mencari vizir adalah tgv = BT + TA
c. Waterpass memanjang
Waterpass memanjang/berantai dimaksud untuk memperoleh suatu
rangkaian / jaring-jaring pengukuran.
H1
H2
H3
b3
b1
m1 b2
1
m2
H4
m3 b4
3
m4
B
A
Gb. 9. Waterpass memanjang
Untuk menentukan tinggi antara titik A dan titik B dibagi dalam jarakjarak yang lebih kecil. Jarak-jarak tersebut disebut 1 slag, sehingga
pengukuran dapat dilakukan dengan mudah diteliti.
H1
= b1 m1
H2
= b2 m2
H3
= b3 m3
H4
= b4 m4
1 H = (b1+b2+b3++bn) (m1+m2+m3++mn)
1nH = 1nb - 1nm
Dimana, H = Jumlah beda tinggi
b = Jumlah pembacaan benang tengah belakang
m = Jumlah pembacaan benang tengah muka
Untuk memberikan hasil yang teliti maka dilakukan pengukuran pergi dan
pulang, dimana apabila hasil antara dua pengukuran mempunyai selisih
terhadap hasil rata-rata antara dua pengukuran tersebut maka harganya
harus memenuhi toleransi yang diisyaratkan. Toleransi tersebut dinyatakan
dalam rumus:
E =KxS
Dimana, E
= nilai kesalahan
= konstanta
= Jarak
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Pertama
Kedua
Ketiga
5 mm x S
10 mm x S
Catatan
S adalah jarak
satu arah
(Kedepan dan
kebelakang)
Kesalahan
2 mm x S
5 mm x S
10 mm x S
S dalam Km
penutup
Dalam praktikum ini tingkat pengukuran waterpass dikategorikan pada tingkat
ketiga.
d. Waterpass lapangan
Yang dimaksud dengan waterpass lapangan adalah untuk menentukan
ketinggian dari titik-titik dilapangan sehingga mendapatkan gambaran
lengkap tentang kedudukan tinggi dari wilayah dilapangan tersebut.
Metode ini disebut metode koordinat kutub. Titik-titik dilapangan
Titik
meter
Perbedaan Tinggi
Tinggi
Pergi (PG)
Pulang (PL)
Pukul rata
terhadap
meter
meter
koreksi
nol meter
2.036
-2.034
2.038
345.150
-0.002
347.186
A
76.28
1
84.90
-1.606
1.605
-1.606
345.500
92.8
1.900
-1.897
1.902
-0.002
72.66
2.039
-2.037
2.041
-0.002
D = 326.64
PG =
PL = 4.363
4.369
Selisih = 6 mm
347.480
349.519
= 4.375
C
5
D
3
1
1
2
3
4
4
B
5
Dimana, H
= selisih tinggi
= sudut vertikal
Tp
= tinggi pesawat
(BA-BB)x100
BA,BT,BB
V
Tp
D
= Pembacaan baak/rambu
= Sudut vertical
o
o
U 10
65
98
90
= Jarak datar
130
5
Gb. 12 Pengukuran sudut horizontal
Pesawat Theodolit
Digital Elektrik
B. Waterpass
Pesawat Waterpass
Pesawat Waterpass
Unting-unting
Kompas
Meteran
Statif (tripod)
Baak ukur
BAB II
PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuannya untuk mengukur selisih tinggi (H) antara dua titik yang telah
ditentukan sehingga apabila ketinggian titik awal diketahui maka
ketinggian titik-titik lain dapat diketahui/dicari.
Ketentuan teknis
1. Jarak antara 2 titik mengikat asalkan tidak terpengaruh oleh
hambatan-hambatan, misalnya: undulasi udara, fatamorgana,
bangunan-banguan, dsb.
2. Pada waktu pembacaan baak ukur tidak terdiri diatas patok
melainkan berdiri diatas tanah.
3. Ketinggian titik awal diketahui/telah ditentukan
4. Harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Garis vizir atau garis teropong harus // dengan garis arah nivo.
b. Garis arah nivo harus tegak lurus dengan sumbu 1
c. Benang saling horizontal harus tegak lurus sumbu 1
Langkah/tahapan praktikum
a. Menyetel alat
Chek sumbu 1 apakah tegak lurus garis bidik yaitu dengan cara
mengatur unting-unting tepat diatas titik yang telah ditentukan
sedemikian rupa hingga tidak merubah keseimbangan nivo.
b. Pembacaan
Pengukuran Pergi
Garis bidik
Garis bidik
1
Pembacaan pergi muka
BT = (BA + BB)
Pengukuran Pulang
Garis bidik
Garis bidik
1
Pembacaan pulang belakang
Tp
Diukur oleh
Tempat
: UMS
No
arah
Benang Tengah
BM
Belakang
0.530
Muka
0.430
CP1
0.674
0.510
CP2
0.740
0.620
CP3
0.7
0.520
Benang Atas
Benang bawah
Belakang Muka
0.540
0.440
0.520
0.420
0.700
0.520
0.648
0.500
0.760
0.640
0.720
0.600
0.710
0.530
0.690
0.510
Jarak
Blkg
Muka
Beda Tinggi
Blkg
Muka
Tinggi
Ket
2. Pengukuran Poligon
Tujuan : untuk mengetahui kedudukan suatu titik dan sudut arah dengan
melakukan pengukuran sudut dan jarak dilapangan.
Ketentuan teknis
1. Jarak tiap titik tidak terbatas kecuali apabila dipengaruhi oleh
hambatan seperti : undulasi udara, fatamorgana dan bangunanbangunan.
2. Setiap pembacaan sudut harus selalu dikontrol, sudut yang dibaca
adalah sudut luar.
3. Setiap penyetelan alat harus memenuhi syarat garis vizir/garis bidik
sumbu.
Langkah/tahapan Poligon
1. Menyetel alat
a. Dengan 3 sekrup penyetel aturlah nivo horizontal sehingga sumbu
2 horizontal, maka garis vizir akan // sumbu 2.
b. Membuat sumbu 1 vertikal dengan meletakkan unting-unting tepat
diatas patok/paku yang telah diberi tanda atau dengan melihat
dengan teropong pembidik unting-unting.
c. Komposisi kedua hal tersebut diatas menghasilan sumbu 2 tegak
lurus dengan sumbu 1 dan ditunjukkan dengan setimbangnya nivo
horizontal pada pesawat (nivo tabung).
d. Apabila nivo horizontal tersebut belum setimbang maka kedua hal
tersebut diulangi sampai mendapatkan hasil yang sempurna.
2. Menentukan Azimuth awal dan sudut horizontal
a. Klem horizontal dan bawah dilepas
H
awal
CP1
H
CP2
BM
CP3
Gb.3. Pembacaan azimuth awal dan sudut horizontal serta penempatannya
BAB III
PENGUKURAN KIPAS
Tujuan
Ketentuan teknik
a. Jumlah titik kipas tidak terbatas, tergantung pada keadaan lapangan.
b. Setiap pengukuran harus disertai sketsa dimana di dalamnya ditunjukkan
mengenai kedudukan titik-titik dan bangunan yang diukur serta diberi nomor
urut sesuai dengan arah saat pengukuran.
c. Pada waktu pengukuran titik kipas dari suatu kedudukan titik harus overlap
dengan pengukuran yang sama dari titik yang lain.
d. Titik pesawat diukur dari permukaan tanah sampai garis bidik.
f. Khususnya bila dijumpai bangunan seperti jalan, jembatan, sungai, rumah, dan
bangunan lain.
Tabel. Pengukuran kipas bila menjumpai bangunan
No
Nama Bangunan
Pengukuran kipas
Sketsa
Dilakukan pada
1.
Jalan beraspal
Kedua
sisi
tepi
jalan
2.
3.
Jembatan
Setiap
sudut
jembatan,
X X
X
X X
pegas ukur.
4.
Sungai
5.
Rumah
Setiap
sudut
bangunan
rumah
CP
apabila
Bangunan
bangunan lain
tersebut
masih
dapat
CP
g. Pada pengukuran seperti pada f diatas, terutama pada bangunan jalan dan
sungai pengukuran dilakukan dengan kerapatan yang memadai sehingga
didapatkan arah jalan ataupun aliran sungai apabila digambar:
CP2
CP1
BM
Gb. Pengukuran kipas pada sungai
CP2
Gb. Pengukuran kipas pada bangunan jalan
BAB IV
PENUTUP
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan
melimpahkan segala rahmat,
Laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang tela membantu hingga tugas ini selesai.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penyusun
Perhitungan Interval BM
Tinggi Titik (TA) = -0.02 m
Skala
= 1 : 250
Interval
= 0.05
1. Jarak (D)
= 22,5 m
Tinggi Titik
X
Y
2. Jarak (D)
0.9 cm
= -0.27 m
0.02 0.27
0.05
9
5
1.8cm
= 44.5 m
Tinggi Titik
X
Y
3. Jarak (D)
17.8 cm
= -0.28 m
0.02 0.28
X
Y
4. Jarak (D)
17.8
3.42cm
5.2
19 cm
= -0.10 m
0.02 0.10
0.05
19
1.6
X
Y
1.6
11.875cm
= 57.5 m
Tinggi Titik
5.2
0.05
= 47.5 m
Tinggi Titik
23 cm
= 0.75 m
0.75 0.02
0.05
23
15.4
1.493cm
15.4
5. Jarak (D)
= 27.5 m
Tinggi Titik
X
Y
6. Jarak (D)
11 cm
= 0.10 m
0.10 0.02
0.05
11
2.4
4.483cm
= 38 m
Tinggi Titik
X
Y
7. Jarak (D)
15.2 cm
= 0.14 m
0.14 0.02
0.05
15.2
3.2
X
Y
8. Jarak (D)
15.4 cm
= 0.21 m
0.21 0.02
0.05
15.4
4.6
X
Y
9. Jarak (D)
X
Y
16.4 cm
= 0.20 m
0.20 0.02
0.05
4.4
16.5
3.75cm
4.4
= 47 m
Tinggi Titik
4.6
3.347cm
= 41.25 m
Tinggi Titik
3.2
4.75cm
= 38.5 m
Tinggi Titik
2.4
18.8 cm
= 0.20 m
0.20 0.02
0.05
18.8
3.75cm
4.4
4.4
= 52.5 m
21 cm
= -0.10 m
0.02 0.10
1.6
0.05
21
1.6
13.125cm
= 45.5 m
18.2 cm
= -0.12 m
0.02 0.12
0.05
18.2
2
9.1cm
= 41.25 m
16.5 cm
= -0.14 m
0.02 0.14
2.4
0.05
16.5
2.4
6.875 cm
= 29 m
11.6 cm
= 0.30 m
0.30 0.02
0.05
11.6
6.4
6.4
1.825 cm
= 34.25 m
13.7 cm
= 0.94 m
0.94 0.02
0.05
13.7
19.2
19.2
0.7135 cm
= 46.75 m
18.7 cm
= 0.60 m
0.60 0.02
0.05
18.7
12.2
1.508 cm
12.4