Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sejak terjadi perubahan paradigma
pelayanan kesehatan yang dahulu bersifat
doctor-centered menjadi patient-centered,
mulai
disadari bahwa
pengumpulan
informasi yang selama ini dilakukan oleh
banyak dokter kurang memberikan perhatian
terhadap apa yang dirasakan dan dipikirkan
pasien
selama
proses
konsultasi
berlangsung. Teknik pengumpulan informasi
seperti itu menyebabkan pasien seringkali
tidak mendapatkan pelayanan yang dapat
memuaskan dirinya. Dengan demikian,
terdapat kesenjangan antara apa yang
diinginkan oleh dokter dan apa yang
diinginkan oleh pasien. Bagi dokter,
konsultasi mungkin merupakan bagian dari
rutinitas sehari-hari, namun bagi pasien
konsultasi merupakan hal yang sangat
penting
dan
seringkali
sangat
mengkhawatirkan (Herkutanto, 2011).
Komunikasi dokter-pasien dalam
profesi kedokteran merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai dokter.
Kompetensi
komunikasi
menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan pasien. Selama ini
kompetensi komunikasi dapat dikatakan
kurang mendapat perhatian, baik dalam
pendidikan
maupun
dalam
praktik
kedokteran/kedokteran gigi. Di Indonesia,
sebagian dokter merasa tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk berbincangbincang dengan pasiennya, sehingga hanya
bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa
saja tidak mendapatkan keterangan yang
cukup untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan perencanaan dan tindakan lebih
lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien
merasa dalam posisilebih rendah di hadapan
3
5
30
12
Distribusi
kemampuan
komunikasi
dokter
dalam
berkomunikasi
Distribusi pasien berdasarkan pekerjaan
berdasarkan kategori baik dan kurang
Tabel 4. Distribusi pasien berdasarkan
baik
pekerjaan
Tabel 6. Distribusi dokter berdasarkan
kemampuan komunikasi dokter dalam
berkomunikasi berdasarkan kategori baik
dan kurang baik
Kategori
Jumlah (Orang)
Pekerjaaan
Jumlah (Orang)KDokter kurang baik
28
Tidak bekerja
9
BDokter baik
22
Petani
1
Total
50
Buruh
2
PNS
15
Mayoritas dokter yang menjadi sampel
Wiraswasta
8
dalam penelitian ini masuk dalam kategori
Lain-lain
15
dokterkurang baik yaitu sebanyak 28 orang
Total
50
(56,0%), sedangkan sebanyak 22 orang
Mayoritas pasien yang menjadi sampel
(44,0%) termasuk dalam kategori dokter
dalam penelitian ini bekerja dalam bidang
baik.
PNS dan pekerjaan di bidang lain (sebagian
besar bekerja sebagai polisi) sebanyak 15
orang (30,0%) dan diikuti oleh tidak bekerja
Distribusi
keadaan
lingkungan
sebanyak 9 orang (18,0%).
berdasarkan kategori baik dan kurang
baik
Tabel 7. Distribusi lingkungan berdasarkan
keadaan lingkungan berdasarkan kategori
baik dan kurang baik
Kategori
Jumlah (Orang)
Distribusi tingkat pengetahuan pasien
KLingkungan kurang baik
15
dalam menggali suatu informasi pasien
BLingkungan baik
35
berdasarkan kategori baik dan kurang
Total
50
baik
Mayoritas responden yang menjadi sampel
Tabel
5.
Distribusi
pasien
dalam penelitian ini (70,0%) menganggap
berdasarkantingkat kategori pengetahuan
lingkungan pemeriksaan sebagau kategori
pasien dalam menggali suatu informasi
lingkungan baik dan diikuti oleh kategori
berdasarkan kategori baik dan kurang baik
lingkungan kurang baik (30,0%).
Kategori
Jumlah (Orang)
KPasien kurang baik
28
Distribusi
tingkat
pemahaman
BPasien baik
22
berdasarkan
kategori
baik
dan
Total
50
burukkurang baik
Mayoritas pasien yang menjadi sampel
Tabel 8. Distribusi tingkat pemahaman
dalam penelitian ini masuk dalam kategori
berdasarkan kategori baik dan kurang baik
pasien kurang baik yaitu sebanyak 28 orang
Kategori
Jumlah (Orang)
(56,0%).
Tingkat pemahaman burukkurang 21
baik
Tingkat pemahaman baik
29
5
Total
50
Mayoritas responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini memiliki tingkat
pemahaman baik yaitu sebanyak 29 orang
(58,0%) dan diikuti oleh kategori tingkat
pemahaman kurang baik sebanyak 21 orang
(42,0%).
Analisis
dengan
menggunakan
metode chi-square ini didapatkan hanya 1
variabel yang memiliki signifikansi atau
nilai p<0,05 seperti pada tabel barikut:
Tabel 9. Hasil uji variabel dengan chisquare
No
Faktor Resiko
1
Variabel pasien
2
Variabel dokter
3
Variabel lingkungan
Variabel
pasien
(p=0,014)
memiliki
signifikansi karena memiliki nilai p<0,05,
sedangkan variable dokter (p=0,061) dan
lingkungan (p=0,288) tidak memiliki
signifikansi.
Hasil uji regresi logistik dari 3
variabel tersebut menghasilkan 1 variabel
seperti pada tabel 2.:
Tabel 10. Variabel dengan uji regresi
logistik
No Variabel
Koefisisen
1
Variabel Pasien (P)
1,511
Nilai Konstanta
-0,288
Keterangan: P = Pasien
Nilai koefisien dari variabel yang
berpengaruh (variabel pasien) adalah 1,511.
Kekuatan dari variabel pasien
tersebut dinilai dengan memperhatikan nilai
OR atau EXP(B) pada lembar SPSS.
DAFTAR PUSTAKA
1. Afif, Y.S., Santoso, S. 2014.
Informed Consent Pada Pelayanan
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit Di
Puskesmas Waru, Kabupaten
Pamekasan, Provinsi Jawa Timur
Periode 1 Januari 31 Desember
2013. Available at: http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico/arti
cle/view/7988/7747 [accessed April
25, 2015].
2. Arianto, A. 2013. Komunikasi
Kesehatan.
Available
at:
http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.
php/jurnalilkom/article/view/42/36
[accessed March 26, 2015].
16. Soewono,
S.
2005.
Batas
Pertanggungjawaban
Hukum
Malpraktik Dokter dalam Transaksi
Terapeutik. Surabaya: Srikandi; 5253; 70.