You are on page 1of 23

1 | Page

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan
kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang
menghargai peran serta kedudukan para lanjut usia dalam keluarga maupun
masyaraka. Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut usia mempunyai
kearipan serta pengalaman berharga yang dapat di teladani oleh generasi penerus
dalam pembangunan nasional. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan telah memicu timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat,
dengan meningkatkan angka harapan hidup. Dari hasil sensus penduduk yang
dilaksakan oleh BPS menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup di
Indonesia mencapai 67 dari populasi lanjut usia yang di perkirakan 17 juta orang.
Pada tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia diproyeksikan mencapai
28 juta orang yang berusia 71 tahun . Perubahan komposisi penduduk lanjut usia
tentunya menimbulkan berbagai kebutuhan baru yang harus dipenuhi, sehingga
dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lanjut usia, baik sebagai
individu, keluarga maupun masyarakat. Maka dari itu makalah ini akan
membahas mengenai program dan upaya-upaya yang sudah dilakukan
pemerintah demi tercapainya kesejahteraan lansia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah :
1. Pengertian dari lansia?
2. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia?
3. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan lansia di Indonesia?
4. Fasilitas umum yang diberikan Pemerintah untuk Lansia di Indonesia?
C. Tujuan

2 | Page

Tujuan Umum
Dapat memahami bagaiamana upaya meningkatkan kesejahteraan lansia pada
Gerontik (Usia Lanjut), sehingga mampu memahami dan melakukan Asuhan
Keperawatan pada Lanjut usia.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia.
2. Memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia.
3. Mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan lansia di
Indonesia.
4. Mengetahui apa saja fasilitas umum yang diberikan Pemerintah untuk Lansia
di Indonesia

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Lansia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang
berbunyi sebagai berikut : BAB I pasal 1 ayat 2 berbunyi Lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

3 | Page

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berlanjut secara


alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
(Nugroho Wahyudi, 2000)
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut badan koordinasi keluarga
berencana nasional ada 3 aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. (BKKBN, 1998)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah
individu yang mencapai usia lebih dari 60 tahun dan mengalami proses penuaan
secara terus-menerus secara alamiah.
B. Perubahan Fisiologis yang Terjadi pada Lanjut Usia
1. Perubahan-perubahan fisik
a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya
Lebih besar ukurannya
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan inraseluler
Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati
Jumlah sel otak menurun
Terganggunya mekanisme perbaikan sel
Otak menjadi atrofis, beratnya berkurang 5-10%
b. Sistem persyarafan
Berat otak menurun 10-20%
Cepatnya menurun hubungan persyarafan
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khusunya dengan

stress
Mengecilnya syaraf panca indera
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu

c.

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin


Kurang sensitif terhadap sentuhan
Sistem pendengaran
Presbiakusis atau gangguan pada pendengaran
Membrana timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras
meningkatnya keratin

karena

4 | Page

Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa atau stress


d. Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

Kornea lebih berbentuk sferis atau bola

Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) lalu menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap

Hilangnya daya akomodasi

Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya

Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala


e. Sistem kardiovaskular
Elastisitas, dinding aorta menurun
Katup jantung menebal dan jadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya


Kehilangan elastisistas pembuluh darah : kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun

menjadi 65 mmhg (mengakibatkan pusing mendadak)


Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer : sistolik normal lebih kurang 170 mmhg,

diastolik normalnya lebih kurang 90 mmhg


f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Temperatur tubuh menurun atau hipotermia secara fisiologik lebih

kurang 35o C, ini akibat metabolisme yang menurun


Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot


g. Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

Menurunnya aktivitas dari silia

5 | Page

Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat, menarik

nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan


kedalaman bernafas menurun
Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmhg
Karbondioksida pada arteri tidak berganti
Kemampuan untuk batuk berkurang
Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan

menurun seiring dengan pertambahan usia


h. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi : penyebab utama adanya periodental disesase yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan

gigi dan gizi yang buruk


Indera pengecap menurun : adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atrofi indera pengecap (lebih kurang 80%), hilangnya

sensitivitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin
Esofagus melebar
Lambung : rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun


Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)
Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah


i. Sistem reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus
Atrofi payudara
Pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

meskipun adanya penurunan


Dorongan seksual menetap sampai usia diatas usia 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik) yaitu : kehidupan seksual dapat diupayakan
sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu cemas karan
merupakan perubahan alami

6 | Page

Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi


menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi

perubahan-perubahan warna
j. Sistem genitourinaria

Ginjal : mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah keginjal


menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, BUN (Blood Urea
Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap

glukosa meningkat
Vesika urinaria atau kandung kemih : otot-otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
BAK meningkat, VU susah dikosongkan pada pria usia lanjut

sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin


Pembesaran prostat lebih kurang 75% dialami oleh pria usia diatas 65

tahun
Atrofi vulva
Vagina : frekuensi seksual intercourse menurun secara bertahap tiap
tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus

sampai tua
k. Sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun

Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

Pituitari : pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di


dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH,

FSH, dan LH
Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR = Basal Metabolic

Rate, dan menurunnya daya pertukaran zat


Menurunnnya produksi aldosteron
Menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya : progesteron,

estrogen dan testosteron


l. Sistem kulit (integumen)
Kulit mengerut atau keriput akibt kehilangan jaringan lemak

7 | Page

Perubahan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses

keratinasi) serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis


Menurunnnya respon terhadap trauma
Mekanisme proteksi kulit menurun : poduksi serum menurun,

penurunan produksi VTB, gangguan pigmentasi kulit


Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu
Berkurangnya elastisits akibat dari menurunnya cairan dan

vaskulerisasi
Pertumbuhan kuku lebih lambat
Kuku jari jadi keras dan rapuh
Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
Klenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya
Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya
m. Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
Kifosis
Pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas
Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
Persendian membesar dan menjadi kaku
Tendon mengerut dan mengalami skelerosis
Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot
mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot

kram dan menjadi tremor


Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh

2. Perubahan-Perubahan Mental
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan atau hereditas
Lingkungan
b. Kenangan (Memory)

Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu


mencakup beberapa perubahan.

Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.


c. IQ (Intellgentia Quantion)

8 | Page

Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.


Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor :
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan

dari faktor luar itu.


3. Perubahan-Perubahan Psikososial
a. Pensiun, akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain :
Kehilangan finansial (income berkurang)
Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan, posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya)
Kehilangan teman atau kenalan atau relasi
Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan, bergerak
lebih sempit
d. Ekonomi akibat dari pemberhentian jabatan (economyc deprivation),
meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya
e.
f.
g.
h.

biaya pengobatan
Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman-

teman dan family.


i. Hilangnya kekuatan dan ketagapan fisik : perubahan terhadap gangguan
dan konsep diri
4. Perkembangan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
Lansia makin matur dalam kehidupan kegamannnya. Hal ini terlihat

dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari


Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah berpikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

C. Upaya Pemerintah Meningkatkan Kesejahteraan Lansia


Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh ) tahun
ke atas. Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan
sosial, bimbingan, konseling, bantuan, santunan dan perawatan yang dilakukan

9 | Page

secara terarah, terencana dan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan


kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Sistim
panti adalah bentuk pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan kedalam
suatu lembaga tertentu (panti ) sedangkan luar panti ( non panti ) merupakan
bentuk pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan di luar lembaga
tertentu (panti) misalnya keluarga, masyarakat dan lain-lain.
Kelembagaan Sosial Lanjut Usia adalah proses kegiatan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia yang berkoordinasi mulai dari tahap perencanaan,
yang dilaksanakan melalui/oleh organisasi/lembaga baik pormal maupun
informal. Perlindungan sosial adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk
memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Aksesbilitas adalah
kemampuan untuk menjangkau dan menggunakan pelayanan dan sumber-sumber
yang seharusnya diperoleh seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan
sosialnya.
Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia baik yang dilaksanakan
oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung sifat preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Pelayanan sosial yang di arahkan untuk pencegahan timbulnya
masalah baru dan meluasnya permasalahan lanjut usia, maka dilakukan melalui
upaya pemberdayaan keluarga, kesatuan kelompok kelompok didalam
masyarakat dan lembaga atau organisasi yang peduli terhadap peningkatan
kesejahteraan lanjut usia, seperti keluarga terdekat /adapt, kelompok pengajian,
kelompok arisan karang werdha, PUSAKA, DNIKS, DNIKS ,LLI, BK 3 S, K3S.
Pelayanan sosial lanjut usia yang diarahkan untuk penyembuhan atas gangguangangguan yang di alami lanjut usia, baik secara fisik, psikis maupun sosial..
Proses pemulihan kembali fungsi-fungsi sosial setelah individu mengalami
berbagai gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya.
1. Upaya dinas Kesehatan dalam meningkatkan lansia
a. Penyuluhan dan penyebaran informasi bagi kesehatan lanjut usia.

10 | P a g e

b. Upaya penyembuhan yang di perluas pada pelayanan Geriatrik dan


Gerontologik.
c. Pengembangan Lembaga perawatan bagi lanjut usia yang menderita
penyakit kronis/terminal.
d. Sedangkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu .
diberikan keringanan biaya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. Upaya departemen agama dalam memberikan pelayanan keagamaan dan
mental spritual bagi lanjut usia
Pelayanan keagamaan dan mental sriritual bagi lanjut usia ditujukan untuk
memperttebal rasa keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa .pelayanan keagamaan dan mental spriritual bagi lanjut usia
diselenggarakan melalui peningkatan kegiatan keagamaan, sesuai dengan
agama dan keyakinan masing-masing.
3. Upaya yang dilakukan oleh departemen perhubungan dan pekerjaan umum
dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk kemudahan mobilitas bagi
lanjut usia
a. Pemberikan kemudahan pelayanan dan keringanan biaya
b. Pemberikan kemudahan dalam melakukan perjalanan
c. Penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khususnya bagi lanjut usia
d. Penyediaan fasilitas yang dapat memudahkan asksesibilitas bagi lanjut
usia di tempat umum.
e. Bagaimana pran Orsos dan Masyarakat dalam ikut berperan aktif dalam
upaya meningkatkan Kesejahteraan lanjut usia ? Undang-undang No. 13
tahun 1998 telah secara ekplisit menyebutkan bahwa

masyarakat

mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan


dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, dimana hal
tersebut dapat dilakukan baik secara perorangan ,keluarga, kelompok
masyarakat,organisasi sosialdan/atau organisasi kemasyarakatan.

11 | P a g e

D. Fasilitas umum yang diberikan Pemerintah untuk Lansia di Indonesia


1

Taman Lansia

Taman Lansia adalah salah satu taman kota yang berada di Citarum, Kota
Bandung, Jawa Barat. Taman yang terletak di sebelah kanan Gedung Sate ini
diresmikan pada tanggal 31 Desember 2014 oleh Walikota Bandung, Ridwan
Kamil. Taman ini pada mulanya bernama Taman Cisangkuy karena letaknya

12 | P a g e

yang berada di Jalan Cisangkuy dan Jalan Cilaki. Selanjutnya, taman ini kerap
dinamakan Taman Lansia karena banyaknya kalangan lanjut usia yang
mengunjungi taman ini. Meskipun demikian, taman ini juga dikunjungi oleh
warga dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Dengan adanya jalan refleksi dengan batu-batu yang bisa digunakan sebagai
terapi refleksi di telapak kaki, taman ini sangat mendukung para lansia yang
ingin memperlancar sirkulasi darah.
Berdasarkan fungsinya, sebuah taman kota sebetulnya merupakan sebuah
ruang terbuka yang dapat mengintegrasikan antara lingkungan, masyarakat, dan
kesehatan di lingkungan perkotaan dengan mempromosikan sebuah pendekatan
ekologis terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia yang didasari pada
kontak dengan alam. Selain itu, taman kota juga bermanfaat secara lingkungan,
estetis, rekreasi, psikologis, sosial, serta ekonomis bagi masyarakat perkotaan.
Nah berdasarkan pernyataan ini Taman Lansia atau Taman Cilaki memenuhi
semua fungsi tersebut. Ruang terbuka dengan lingkungan yang tertata dan
menarik, penuh dengan aktifitas secara pribadi maupun keluarga, menunjang
kesehatan di lingkungan kota. Selain itu juga, membantu peningkatan pariwisata
kota Bandung.
a Taman Kota adalah Lahan Terbuka.
Taman perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau, dapat berperan
dalam membantu fungsi hidroorologi dalam hal penyerapan air dan
mereduksi potensi banjir. Pepohonan melalui perakarannya yang dalam
mampu meresapkan air ke dalam tanah, sehingga pasokan air dalam tanah
(water saving) semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga
berkurang yang akan mengurangi terjadinya banjir. Diperkirakan untuk setiap
hektar ruang terbuka hijau, mampu menyimpan 900 m3 air tanah per tahun.
Sehingga kekeringan sumur penduduk di musim kemarau dapat diatasi.
Sekarang sedang digalakan pembuatan biopori di samping untuk dapat
meningkatkan air hujan yang dapat tersimpan dalam tanah, juga akan
memperbaiki kesuburan tanah. Pembuatan biopori sangat sederhana dengan

13 | P a g e

mengebor tanah sedalam satu meter yang kemudian dimasuki dengan


sampah, maka di samping akan meningkatkan air tersimpan juga akan
meningkatkan jumlah cacing tanah dalam lubangan tadi yang akan ikut andil
menyuburkan tanah.
b Taman Kota Memiliki Fungsi Kesehatan.
Taman kota mempunyai fungsi kesehatan. Taman yang penuh dengan
pohon sebagai jantungnya paru-paru kota merupakan produsen oksigen yang
belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak dapat digantikan
yang lain adalah berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi kehidupan
manusia. Setiap satu hektar ruang terbuka hijau diperkirakan mampu
menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500 penduduk perhari,
membuat dapat bernafas dengan lega.

Pohon di Taman Kota


c

Taman Kota Memiliki Fungsi Ekologis.


Taman kota mempunyai fungsi ekologis, yaitu sebagai penjaga
kualitas lingkungan kota. Bahkan rindangnya taman dengan banyak buah dan
biji-bijian merupakan habitat yang baik bagi burung-burung untuk tinggal,
sehingga dapat mengundang burung-burung untuk berkembang. Kicauan
burung dipagi dan sore akan terdengar lagi. Terkait dengan fungsi ekologis

14 | P a g e

taman kota dapat berfungsi sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu,
pengikat karbon, pengatur iklim mikro.
Pepohonan yang rimbun, dan rindang, yang terus-menerus menyerap
dan mengolah gas karbondioksida (CO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3),
nitrogendioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan timbal (Pb) yang
merupakan 80 persen pencemar udara kota, menjadi oksigen segar yang siap
dihirup warga setiap saat. Kita sadari pentingnya tanaman dan hutan sebagai
paru-paru kota yang diharapkan dapat membantu menyaring dan menjerap
polutan di udara, sehingga program penghijauan harus mulai digalakkan
kembali. Tanaman mampu menyerap CO2 hasil pernapasan, yang nantinya
dari hasil metabolisme oleh tanaman akan mengelurakan O2 yang kita
gunakan untuk bernafas. Setiap jam, satu hektar daun-daun hijau dapat
menyerap delapan kilogram CO2 yang setara dengan CO2 yang diembuskan
oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Dengan
tereduksinya polutan di udara maka masyarakat kota akan terhindar dari
resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran pernapasan atas, stres, mual,
muntah, pusing, kematian janin, keterbelakangan mental anak- anak, dan
kanker kulit. Kota sehat, warga pun sehat.
d Taman Kota Memiliki tempat untuk berolah raga dan nilai nilai
edukatif.
Taman dapat juga sebagai tempat berolah raga dan rekreasi yang
mempunyai nilai sosial, ekonomi, dan edukatif. Tersedianya lahan yang teduh
sejuk dan nyaman, mendorong warga kota dapat memanfaatkan sebagai
sarana berjalan kaki setiap pagi, olah raga dan bermain, dalam lingkungan
kota yang benar-benar asri, sejuk, dan segar sehingga dapat menghilangkan
rasa capek. Taman kota yang rindang mampu mengurangi suhu lima sampai
delapan derajat Celsius, sehingga terasa sejuk.
Tidak berlebih jika dikatakan sebagai Kampus Hijau. Sayangnya
pepohonan berbuah seperti sawo manilo walaupun banyak namun masih
kecil, sehingga belum mengundang burung tinggal di kampus. Kondisi yang

15 | P a g e

ramai ini mengundang banyak asongan untuk menjajankan makanannya,


namun tentunya harus diatur dan ditertibkan.
e

Taman Kota Memiliki Nilai Estetika


Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman kota dengan baik akan
meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan, sehingga akan memiliki
nilai estetika. Taman kota yang indah, dapat juga digunakan warga setempat
untuk memperoleh sarana rekreasi dan tempat anak-anak bermain dan belajar.
Bahkan taman kota indah dapat mempunyai daya tarik dan nilai jual bagi
pengunjung. Solo merupakan kota budaya yang memiliki daya tarik
peninggalan budaya seperti kraton kasunanan dan kraton mangkunegaran.
Jika lingkungan kotanya sehat dengan taman kotanya tertata indah akan

Kegitan Pengunjung di Taman Kota


2

Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu)

16 | P a g e

Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya


masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, khusunya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhusukan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistesinya
dalam strata kemasyarakatan. Jadi, dengan adanya Posbindu diharapkan adanya
kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan
peran serta masyarakat termasuk keluargaya dalam mengatasi keehatan usia
lanjut.

17 | P a g e

Fungsi dan Tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa
beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, poduktif dan mandiri
selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan
(Depks, 2007).

18 | P a g e

Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan


masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing
masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok kelompok yang sudah ada
seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut
dan lain lain. Pembentukan Posbindu, dapat pula menggunakan pendekatan
Pembangunan Kesehatan Masyaraat Desa (PKMD).
Pendektan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum
dilaksanakan dan merupakan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk
pembentukan Posbindu baru. Langkah langkahnya meliputi :
1
2
3
4
5
6

Pertemuan tingkat desa


Survei mawas diri
Musyawarah Masyarakat Desa
Pelatihan kader
Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
Pembinaan dan pelestarian

Beberapa hal lain yang menjadi perangkat Posbindu diantaranya


1 Komponen
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan
berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi bebrapa komponen
pokok,
2

yaitu

adanya

proses

kepemimpinan,

terjadinya

proses

pengorganisasian, adanya anggta dan kader serta tersedianya pendanaan.


Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaannya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraa kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan
mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu biasanya berasal dari

anggota Posbindu itu sendiri


Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya pembagian
tugas, penunjukn kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya.

19 | P a g e

Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris,


4

Bendahara dan beberapa seksi dan kade.


Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50 100 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam
penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup
kemungkinan anggota Posbindu kurag dari 50 orang atau lebih dari 100
orang.

Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,
volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompokPosbindu,berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang

tidak meningkat.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosianal. Kartu menuju sehat (KMS) usia lanjut sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di

Puskesmas
Penyebarangan Jalan khusus Lansia

20 | P a g e

Pemerintah Kota Depok menyediakan fasilitas khusus menyebrang jalan bagi


kaum lanjut usia (lansia). Namanya pedestrian crossing.

Walikota menjelaskan,adanya pedestrian crossing, sebagai bentuk


kepedulian pemerintah akan keberadaan lansia di kota ini. Selain itu juga untuk
memenuhi variabel Depok sebagai kota ramah lansia. Lebih lanjut, kata dia untuk
menggunakannaya (pedestrian crossing) tidaklah rumit. Saat mau menyebrang,
lansia cukup menekan tombol yang sudah disediakan. Tombol ini akan
mengaktifkan lampu merah yang ada. Sehingga, pengendara yang melintas akan
tahu jika ada lansia yang ingin meneybrang. Fasilitas ini tentunya akan

21 | P a g e

memudahkan lansia ketimbang harus menggunakan jembatan penyeberangan


orang (JPO) yang meguras tenaga.
4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau
mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka
lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya
pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada
berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti
Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar
(primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi pada lansia.
Faslitas umum yang diberikan khusus untuk lansia merupakan wadah
terpadu untuk para lansia dimasa tuanya karena pada usia lanjut seperti ini,
kondisi para lansia umumnya mempunyai fisik yang relatif lemah dan kesepian,
perlu berkumpul dan saling mengawasi sehingga tidak merasa kesepian dan
terabaikan.

22 | P a g e

Manfaat yang dirasakan dengan adanya fasilitas umum untuk lansia ini
bukan hanya dirasakan oleh lansia tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan
dimana lansia tersebut tinggal. Fasilitas fasilitas tersebut dapat membantu
lansia untuk menyesuaikan diri dalam perubahan fase kehidupannya sehingga
menjadi pribadi yang mandiri sesuai dengan keberadaannya dan menngkatkan
kesejahteraan untuk lansia.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan untuk menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan. Selain itu fasilitas umum yang diberikan untuk lansia dapat
ditambah untuk memudahkan lansia dalam memenuhi kebutuhannya serta dalam
rangka mensejahterakan orang dengan usia lanjut.

23 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC
Lanjut Usia
Subijanto, dkk. (2011). Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan
Lansia. Surakarta : Fakulas Kedokeran Universitas Sebelas Maret.
http://posyandulansia.pdf.co.id. (diakses tanggal 11 Januari 2017 jam 16.20
WIB).

You might also like