You are on page 1of 14

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN TROMBOEMBOLI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7
Tingkat : II-A
Ryski A. Loupatty (P07120115033)
Sarma Haupea (P071201115037)
Sutria (P07120115042)
Puspita Sari Wadjo (P07120115029)
Sisie Tomasoa (P07120115038)
Ria Risti Essarey (P07120114083)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEPERAWATAN
AMBON
2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN TROMBOEMBOLI


PADA POST PARTUM
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Tromboemboli adalah sumbatan pembuluh darah ibu akibat jendalan darah atau air
ketuban.
2. Klasifikasi
Tromboemboli dalam masa nifas mencakup :
1. Trombosis Vena Superfisial (TVS)
Lebih sering diderita oleh wanita dengan varises vena dan angka kejadian tidak
dipengaruhi oleh intervensi obstetrik.
2. Trombosis Vena Dalam (TVD)
Trombosis Vena Dalam sangat dipengaruhi oleh intervensi obstetrik, sebagai
contoh tindakannya meningkat setelah tindakan bedah caesar. Penderita
Trombosis Vena Dalam yang tidak tertangani dengan baik akan mengalami
embolisasi trombus pada pembuluh darah paru (EP) yang dapat berakibat fatal.
3. Emboli paru (EP)
3. Patogenesis
Sejak tahun 1848, Virchow telah menyebutkan bahwa terjadinya trombosis selalu
melibatkan 3 faktor yang saling berhubungan seiring dengan perubahan-perubahan
fisiologik pada kehamilan yaitu :
1. Perubahan Koagulasi selama kehamilan:
Pada kehamilan terjadi hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan karena
perubahan kadar faktor-faktor pembekuan. Faktor I, II, VII, VIII, IX dan X
kadarnya meningkat setelah trimester pertama yang diikuti peningkatan kadar
faktor V, VII dan X pada saat persalinan. Faktor VIII kadarnya justru menurun.
Kadar fibrinopeptida A dan monomer-monomer fibrin meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya terjadi aktivasi sistem pembekuan selama
kehamilan. Plasenta dan cairan amnion merupakan sumber dari tromboplastin
jaringan (faktor III). Pengeluaran semua material ini dalam persalinan, akan
merangsang jalur ekstrinsik pembekuan darah.
2. Statis Vena:
Selama kehamilan sangat mungkin terjadi statis aliran darah vena. Hal ini
disebabkan oleh karena : terjadi penurunan secara bertahap aliran darah vena
dari kaki ke paha, obstruksi yang bermakna dari vena cava akibat penekanan
oleh uterus yang membesar terutama mulai pertengahan kehamilan, turunnya

tonus vena pada anggota gerak bawah yang dimulai sejak awal kehamilan,
dilatasi vena panggul dan kemungkinan terjadinya disfungsi daun katup vena.
Kesemuanya mempunyai potensial untuk meningkatkan resiko terjadinya
penggumpalan trombosit (platelet clumping) dan pembekuan fibrin. Jika
trombus telah terbentuk maka akan terjadi statis aliran darah yang progresif
dengan akibat trombus yang makin luas. Keadaan ini dapat diperberat dengan
tirah baring yang lama ( prolonged bed rest ) dan proses persalinan dengan
tindakan.
3. Trauma endotellium vaskuler
Endotellium vaskuler merupakan barier fisiologis terhadap trombosis
diantaranya menghasilkan prostasiklin yang berfungsi mencegah terjadinya
agregasi dan aktivasi trombosit. Pada kehamilan, dapat terjadi perubahan serat
elastik tunika media dan kerusakan tunika intima akibat tingginya kadar
estrogen. Demikian juga tindakan pembedahan dapat menyebabkan
trauma/kerusakan secara langsung pada sel endotel sehingga merangsang
produksi fibrin fibrin dan agregasi trombosit. Akibat pembedahan, lebih lanjut
dapat terjadi inokulasi bakteri sehingga trauma endotel menjadi lebih berat
dengan segala konsekuensinya.
4. Kerusakan endotel pembuluh darah
4. Faktor Resiko
Faktor resiko umum terjadinya Tromboemboli adalah :
Trombofilia Herediter ( Mutasi faktor V Leiden, defisiensi AT-III, defiensi
protein C, defiensi protein S, hiperhomosistein dan mutasi gen protombin ).
Riwayat Tromboemboli sebelumnya
Penggunaan katub jantung artificial
Fibrilasi atrial
Sindroma Antifosfolipid
Secara khusus faktor resiko dalam kehamilan dan masa kehamilan yang
meningkatkan kecenderungan Tromboemboli adalah :
Bedah Caesar
Persalinan pervaginam dengan tindakan
Usia ibu yang risiko tinggi saat hamil dan bersalin
Supresi laktasi dengan menggunakan preparat estrogen
Sickle Cell Disease
Riwayat tromboflebitis sebelumnya
Penyakit jantung
Immobilisasi yang lama
Obesitas
Infeksi maternal dan insufisiensi vena kronik

Faktor resiko terjadinya Tromboemboli dalam kehamilan dan masa nifas menurut
Biswas & Perloff (1994), yaitu :
Merokok
Preeklamsia
Persalinan lama (prolonge labor)
Anemia
Perdarahan
5. Diagnosis
TANDA & GEJALA Trombosis Vena Superfisial (TVS) :
Umumnya hanya terbatas pada vena superfisial dari sistem safena.
Secara klinis daerah yang terlibat akan terlihat : kemerahan (eritema), pada
palpasi terasa hangat atau panas, teraba vena superfisial seperti tali yang keras.
Kelainan yang sering terjadi pada penderita dengan varises vena superfisial
sebelumnya, yaitu : obesitas, immobilisasi yang lama dan katerisasi intravena.
TANDA & GEJALA Trombosis Vena Dalam (TVD) :
Sangat tergantung dari tempat dan besar trombus, status sirkulasi vena kolateral,
derajat respons, dan inflamasi.
Hampir 80% mengenai tungkai kiri karena kompresi vena iliaka sinistra saat
bersilangan dengan arteri illiaka dekstra dan kecepatan aliran darah terutama
pada tungkai kiri yang jauh berkurang jika wanita hamil berbaring terlentang.
TANDA & GEJALA EMBOLI PARU (EP) :
Sering didahului oleh adanya Tromboemboli pada ekstrimitas inferior dan pada
beberapa lainnya Tromboemboli pada vena dalam pelvis yang asimtomatik)
diketahui.
Tanda dan Gejala Umum adalah dispnea, nyeri dada, batuk, sinkop dan
hemoptisis.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klasik Tromboemboli pada masa nifas (puerperal thrombophlebitis)
yang disebut dengan Phlegmasia alba dolens atau Milk Leg, yaitu berupa :
Edema tungkai dan paha disertai rasa nyeri yang hebat
Nyeri pada otot betis baik spontan atau akibat regangan tendon achilles
(Homans sign) tidak mempunyai arti klinis yang bermakna karena tanda yang
sama seringkali ditemukan pada awal masa nifas akibat tekanan oleh penyangga
betis meja obstetrik saat persalinan.
Sianosis lokal
Demam yang terjadi karena terlibatnya vena dari kaki sampai regio illeofemoral

7. Pemeriksaan
Pemeriksaan Obyektif yang dapat dilakukan meliputi :
1. Invasif
Venografi
Sampai saat ini merupakan gold standart untuk diagnosis TVD namun karena
dapat menyebabkan nyeri dan bahaya absorbsi radiasi pengion oleh janin, maka
pemeriksaan ini dilakukan pada masa kehamilan.
Angiografi Paru
Pemeriksaan ini merupakan gold standart untuk diagnosis Emboli Paru (EP),
tetapi karena pemeriksaan ini invasif dan mahal maka hanya dilakukan jika
pemeriksaan lain meragukan.
Ventilation Perfussion Scanning (VIQ Scan)
VIQ Scan merupakan pemeriksaan awal yang harus dilakukan pada kecurigaan
Emboli Paru. Hasil pemeriksaan yang normal memastikan Emboli paru tidak
terjadi dan hasil yang high probalbility (sekurang-kurangnya terdapat defek
perfusi pada satu segmen tetapi ventilasi normal) memastikan diagnostik Emboli
paru.
2. Non Invasif
1. Compresion Ultrasound (CUS)
American College of Obstetrician and Gynecologists (2000) menetapkan CUS
sebagai salah satu cara pemeriksaan terpilih (procedure of choice) untuk
diagnosa TVD paroksimal.
CUS dilakukan dengan menekankan transedur USG secara kuat (firm
compression) untuk melihat adanya defect.
2. Impedance Phletysmography (IPG)
Dengan cara mengembangkan manset udara yang ditempatkan disekeliling paha
unutk mengukur impedance flow. IPG mempunyai sensitifitas sebesar 83% dan
spesifitas 92%.
3. Magnetic Resmance Venography (MRV)
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan batas-batas anatomis secara detail dan
dapat menentukan ada tidaknya aliran darah pelvis. MRV mempunyai
sensitifitas 100% dan spesifitas 90% terhadap TVD yang telah lebih khusus lagi
MRV dapat menentukan faktor non trombosis sebagai penyebab gejala dan tanda
yang mirip dengan tromboemboli. MRV sangat potensial untuk digunakan
sebagai sarana diagnostik tromboemboli dalam kehamilan karena disamping
sensitif juga tidak berhubungan dengan paparan radiasi. Kelemahan pemeriksaan
ini adalah fasilitasnya yang masih terbatas dan mahalnya biaya pemeriksaan.

h. Terapi
Trombosis Vena Superfisial (TVS):
Pentalaksanaan untuk nyeri (analgesik)
Thermal blanket
Elevasi anggota gerak bawah untuk memperbaiki sirkulasi
Pemberian anti inflamasi
Anjukan mobilisasi secar bertahap setelah tirah baring selama 5-7 hari
Anjurkan menggunakan elastic stocking
Anjurkan tidak berdiri dalam waktu yang lama guna mencegah terjadinya infeksi
berulang yang sering terjadi pada masa yang lama kehamilan dan segera setelah
persalinan.
Trombosis Vena Dalam (TVD) dan Emboli Paru (EP)
Tujuan utama terapi untuk mencegah perluasan trombus, Emboli Paru dan
Postphlebitic syndrome.
Pertimbangkan keamanan obat bagi ibu dan janin, efektifitas dan terapi untuk
keadaan akut atau tidak serta waktu kapan diberikan (dalam masa kehamilan,
persalinan atau masa nifas)
Obat yang digunakan dalam terapi Trombosis Vena Dalam (TVD) dalam
kehamilan dan masa nifas :
1) Heparin
Heparin merupakan obat terpilih (drug of choice) untuk terapi awal trombosis vena
akut dalam kehamilan. Obat ini merupakan anionic mucopolysaccharide dengan berat
molekul 3.000 - 30.000. Dikarenakan ukuran molekulnya, heparin tidak masuk ke
dalam plasenta dan sirkulasi janin atau air susu ibu. Tempat metabolisme utama adalah
di hepar dan sistem retikuloendotel serta diekskresikan lewat urine. Fungsinya sebagai
antitrombosis akan efektif bila berikatan dengan co - faktor antitrombin III. Waktu
paruh heparin rata-rata 90 menit (dengan rentang 30 menit - 2,5 jam) setelah diberikan
secara intravena.
Mekanisme heparin dalam pencegahan pembekuan darah adalah heparin
menghambat perubahan protombin menjadi trombin, yang selanjutnya mencegah
perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Heparin tidak mengganggu komponen
komponen darah secara signifikan, hanya heparin memperpanjang waktu pembekuan,
bukan waktu perdarahan.
Efek samping heparin bagi ibu yaitu berupa perdarahan, osteoporosis jika
penggunaan dalam jangka panjang , trombositopeni , nyeri di tempat injeksi, hemoragi
termasuk di tempat plasenta melekat, hipersensitivitas, memar, dan pembentukan
hematoma. Monitoring waktu perdarahan yang teliti diperlukan untuk mengurangi
masalah tersebut. Perdarahan yang berlebihan ditanggulangi dengan penghentian obat
atau pemberian protamin sulfat. Dengan infus lambat obat terakhir akan terikat secara

ionik dengan heparin membentuk kompleks tidak aktif yang stabil.


2). Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
LMWH mempunyai berat molekul antara 3000 8000 (rata-rata 4500). waktu
paruhnya lebih lama dibanding heparin (kurang lebih 4 jam ) juga bioavailabilitasnya
lebih tinggi dibanding heparin jika diberikan secara subkutan. Secara primer kerja dari
LMWH adalah menghambat faktor Xa tetapi efek antikoagulannya yang dominan
adalah lewat hambatan pada trombin. Seperti halnya heparin, LMWH juga tidak masuk
ke dalam plasenta dan sirkulasi janin, tempat metabolisme yang utama adalah di ginjal.
Preparat preparat LMWH hanya sedikit berpengaruh terhadap Activated Partial
Thromboplastin Time (APTT) dan thrombine time sehingga umumnya tidak diperlukan
monitoring terapi dengan pemeriksaan APTT atau aktifitas faktor Xa. Selain itu,
penggunaan LMWH akan mengurangi risiko efek samping pemberian heparin seperti
perdarahan, osteoporosis dan trombositopeni. Keuntungan lainnya adalah dapat
diberikan hanya 1 atau 2 kali sehari.
3). Antikoagulan oral
Antikoagulan oral merupakan senyawa organik dengan berat molekul rendah yang
secara cepat diabsorbsi dari tractus gastrointestinal. Obat-obat anti koagulan oral ini
akan masuk ke dalam plasenta sehingga penggunaannnya dalam kehamilan perlu
dipertimbangkan dengan seksama. Umumnya golongan antikoagulan oral
dikontraindikasikan secara absolut bila diberikan pada trimester pertama dan
kontraindikasi relatif pada trimester kedua dan ketiga dikarenakan obat-obat ini dapat
menyebabkan skeletal embryopathy berupa epifises yang cepat menutup, hipoplasia
nasal dan ekstrimitas superior pada janin jika diberikan kehamilan 6-12 minggu.
Pengggunaan pada pertengahan kehamilan dapat menyebabkan atrofi optik,
mikrosefali dan pertumbuhan terhambat. Risiko perdarahan pada janin dapat terjadi
setiap saat dalam kehamilan sehingga menyebabkan angka kegagalan kehamilan yang
tinggi. Berdasarkan hal tersebut anti koagulan oral hanya diberikan pada keadaan
tertentu (dengan tanpa mempertimbangkan risiko pada janin ) yaitu : jika penderita
menggunakan katup jantung artifisial, kelainan katup mitral dengan tanda-tanda
embolisasi dan jika terdapat kontraindikasi pemberian heparin.
Anti koagulan oral bekerja dengan cara menghambat efek vitamin K dalam sintesis
faktor II,VII, IX di hepar. Dikenal dua jenis golongan obat antagonis vitamin K ini yaitu
: coumarin, dan derivat indanedione. Jenis yang paling banyak digunakan adalah
sodium warfarin, dicumarol, ethyl biscoumacetate dan phenidione. Efek anti koagulan
oral ini terdapat pembekuan darah dipantau dengan pemeriksaan Prothombin Time (PT)
dan nilai yang diharapkan adalah sama dengan pada wanita tidak hamil yaitu 1,5-2,5
kali kontrol.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN TROMBOEMBOLI


PADA POST PARTUM
A. Pengkajian
1. Identitas
- Nama
: Ny. R
- Usia
: 32 thn
- Perkerjaan
: Guru SD
- Agama
: Islam
- Pendidikan
: S1
- Suku
: Bugis
-Bahasa yang digunakan : Indonesia
- Alamat rumah
: Stain
- Sumber biaya
: BPJS
- Tanggal masuk RS
: 21 desember 2016
- Tanggal pengkajian
: 23 desember 2016
- Diangnosa medis
: Tromboemboli
2. Riwayat Kesehatan
a. keluhan utama : nyeri
P:
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Pada betis
S : Skala nyeri 5 (sedang)
T : Hilang-Timbul
b. Riwayat Kesehatan kehamilan
c. Riwayat persalinan
tempat persalinan : RSUD Dr.Haulussy Ambon
normal atau terdapat komplikasi : terdapat komplikasi
keadaan bayi : normal
keadaan ibu :
d. riwayat nifas yang lalu
pengeluaran ASI lancar / tidak :lancar
riwayat berKB : Ya
e. pemeriksaan fisik
keadaan umum pasien : Composmentis

abdomen : kenyal
ekstremitas atas : normal
ekstremitas bawah :

Inspeksi : pucat

Palpasi : dingin

Edema : Ya, pada tungkai

kemampuan perawatan diri : Dibantu


C. Klasifikasi Data
Data Subjektif
-

Data Objektif

Klien mengatakan sakit


pada perut
nyeri seperti di tusuktusuk

Wajah tampak meringis


Skala nyeri : 5 (nyeri
sedang )
Klien
Nampak
memegang daerah yang
sakit

D. Analisa Data

Data
DS:
Klien mengatakan
nyeri pada betis
nyeri seperti di
tusuk-tusuk
DO :
Wajah
tampak
meringis
Skala nyeri : 5 (nyeri
sedang )
Klien Nampak
memegang daerah
yang sakit

Etiologi
Pembesaran jaringan
atau distensi efek-efek
hormonal

Problem
Nyeri akut

E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran jaringan atau distensi efek-efek
hormonal yang ditandi dengan: Klien mengatakan nyeri pada betis,nyeri
seperti di tusuk-tusuk,Wajah tampak meringis,Skala nyeri : 5 (nyeri sedang ),
Klien Nampak memegang daerah yang sakit.

F. Rencana Tindakan Keperawatan


No
1

Dx Keperawatan
Nyeri
aku
berhubungan dengan
pembesaran jaringan
atau distensi efekefek hormonal yang
ditandi
dengan:
Klien mengatakan
nyeri
betis,nyeri
seperti di tusuktusuk,Wajah tampak
meringis,Skala
nyeri : 5 (nyeri
sedang ), Klien
Nampak memegang
daerah yang sakit.

Tujuan dan Kriteria


Hasil
Klien akan mengatakan
nyeri berkurang setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3 x
8 jam dengan kriteria
hasil :

Ekspresi wajah
rileks

Skala

nyeri

ringan (1-3)

Intervensi
1. Kaji skala nyeri
secara
komprehensif
2. Atur
posisi
setiap 2 jam
sekali
3. Ajarkan
klien
teknik relaksasi
nafas dalam
4. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian obat
analgetik

1. Implementasi Keperawatan
No.
Dx
1

Tgl/ jam
23/12/2016
08.40 wit

implementasi
1. mengkaji
nyeri
secara
komprehensif
Hasil
:
klien
mengatakan nyeri pada
betis dan dirasakan
sepert tertusuk-tusuk

Evaluasi

2. Evaluasi
No
Dx

Tgl/ Jam

Implementasi

Evaluasi

Daftar pustaka

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (1995). Maternity nursing. (4th ed.),
Mosby: Years Book-Inc.
Pilliteri, A. (2003). Maternal & child health nursing care of the chilbearing &
childrearing family. (4 th ed.), Philadelphia: Williams & Wilkins.
Abdul Bari Saifudin,SpOG,MPH,dr,prof, Buku Acuan Nasional Pelayanan kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2000, JNPKKR-POGI,Jkarta
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., & Bobak, I.M.(2000). Maternity womens health care. (7
nd ed. ),
Hanifa Wiknjosastro,(1991), Ilmu Kebidanan,Yayasan Bina Pustaka Sarwono P, Jakarta
Hariadi.R,(2004), Ilmu Kedokteran Fetomartenal edisi perdana, Himpunan Kedokteran
Fetomaternal-

You might also like